Seperti biasa penulis mencoba membeberkan kegiatan hari minggu.
Ini semacam journal kegiatan yang sudah berlangsung puluhan tahun bahkan sebelum penulis menginjakkan kaki di Yogyakarta.
Memang banyak perubahan, ah itu biasa karena menyesuaikan dengan kegiatan penting lainnya. Ya penulis dalam perantauan di berbagai daerah tentu mengalami pergantian bidang pekerjaan. Nah itulah yang utama, jadinya journal kegiatan menyesuaikan dengan bidang pekerjaan.
Hari ini kegiatan berupa journal latihan berlangsung lancar membuat penulis menjadikannya sebagai awal tulisan.
Sholat subuh,......5 januari 2014,
Setelah terlaksana penulis keluar menuju sebuah tempat favorit untuk berlatih. Itu berada di sebuah ruko Perwita Regency. Dari tempat kontrakan sekitar dua ratus meter. Tak jauh dari kios stempel milik penulis setiap hari mengadu nasib.
Hari hujan, cepat-cepat penulis menuju lokasi teras ruko. Untung tidak deras hingga memungkinkan untuk tetap berlatih. Di bawah guyuran hujan tapi aman karena berada di teras ruko penulis mencoba melatih beberapa jenis praktisi yang sudah mendarah daging berpuluh tahun.
Tak ada pemanasan, langsung melakukan kuda-kuda bangku.
Lepaskan pukulan kanan kiri sebanyak dua puluh kali, tak usah terlalu ngoyo, beberapa tahun berlatih pukulan kosong ini tak bertambah keras daya pukulannya. Penulis mendapati latihan lebih berguna untuk kelenturan tubuh saja.
Selesai, sedikit istirahat untuk mengurangi ketegangan otot. Barulah masuk sesi jurus.
Jadwal jurus wajib yang dilatih adalah JURUS TENDET.
Entah apa artinya penulis tak paham, berbagai latihan lebih berdasarkan hafalan dari sebuah perguruan lokal yang pernah di ikuti penulis di Kota Purwokerto dan tak berubah dari sejak dahulunya.
Jurus Tendet berupa jurus terpanjang dengan jenis pukulan dobel langsung ke depan. Berbagai teknik terangkai menjadi semacam sifat bela diri Pencak Silat berupa perimbangan serangan dan tangkisan. Juga semacam strategi dalam imaginasi menghadapi serangan lawan. Kemungkinan juga berbagai filsafat kehidupan sesuai pemahaman setiap pengamal jurus.
He He He penulis termasuk gagal untuk urusan pendalaman materi jurus, sajian yang ada seadanya saja. Yang paling jelas berlatih berbagai jurus dan kembangannya saja ternyata sudah menghabiskan banyak waktu. Tak ada lagi pendalaman materi karena penulis memang berlatih seorang diri tak ada kawan berdiskusi atau menimba pengalaman.
Kebiasaan penulis melakukan peragaan jurus dengan belahan tubuh kanan dan kiri. Jadi ada perimbangan kanan kiri tubuh agar seimbang, ini termasuk semacam penemuan karena tidak setiap penghayat jurus akan melakukannya. Tubuh bagian kanan biasanya mendominasi dan bisa seumur hidup tak pernah berubah. Jadi penulis beruntung karena mencoba membiasakan diri berlatih cara demikian. Tetap terasa bagian tubuh kanan penulis lebih kuat dan luwes dari tubuh sebelah kiri.
Satu jurus selesai istirahat lagi, ternyata melakukan setiap jurus selalu membutuhkan tenaga ekstra dan ukurannya seperti seorang berlari sprint seratus meter. Megap-megap nafas penulis dada berdebar keras memerlukan waktu semenit dua menit mengontrolnya.
Lagi melakukan kuda-kuda bangku dengan pukulan kanan kiri sebagai penjumlahan tiga kali dua puluh kali sesi latihan memukul.
Nah inilah perubahan dari berbagai perubahan dalam berlatih jurus. Jika penulis mendahulukan hanya berlatih pukulan kanan kiri terasa banyak waktu terbuang jadi caranya dijadikan sebagai selingan saja.
Nah setiap sesi terdiri dari dua jurus peragaan. Hari minggu ini latihan jurus kedua adalah jurus ke empat, JURUS LORO TENDET.
Jurus Loro Tendet berupa gerakan pukulan dan bukaan terhadap serangan lawan. Dari asal-usulnya ini adalah jurus kembangan Shantung yang dicoba sesuaikan dengan Pencak. Jadi gerak teknik Shantung yang kaku di tambah dengan langkah terangkai sehingga lebih berirama dan bisa menjadi semacam gerak tari (Pencak).
Kalau penulis melakukan peragaan jurus ke empat ini karena beberapa tekniknya memang harus berada di tempat longgar. Tak mungkin misalnya dilakukan sempurna di sebuah kamar kos yang hanya berukuran dua kali tiga meter.Gerakannya ada berupa teknik sapuan yang melebar saat peragaan. Gerakannya seperti sebuah teknik dalam tari Break Dance yang populer ditahun delapan puluhan.
Tapi teknik ini sudah ada jauh sebelum tari tersebut populer, jadi teknik sapuan yang ada pada jurus ke empat yang dilatih rutin oleh penulis ini bukan plagiat.
Bahkan bila di cari asal usulnya mungkin ini sudah menjadi kekayaan intelektual suku-suku di Nusantara jauh sebelum kedatangan kolonial Belanda. Ingat Pencak Silat sudah ada jauh jejaknya mungkin sebelum tahun masehi mulai diberlakukan. Pencak Silat adalah bawaan suku-suku Melayu baik itu Proto Melayu maupun Melayu modern sekarang. Asal usulnya sejaman dengan budaya animisme dan dinamisme bangsa Indonesia.
Begitu pula penyebarannya begitu merata diantara suku-suku yang berdiam diseluruh Nusantara baik itu di Indonesia maupun Malaysia, Brunei serta Singapura dan mungkin sampai Mindanau Pilipina.
Selesai sesi jurus malah melakukan teknik scot jump dan push up, ini semacam tempaan fisik untuk menggenjot stamina. Penulis mendapat cara seperti ini karena berkaitan dengan rasa malu bila ketahuan berlatih jurus. Bila ada orang lewat saat berlatih pasti sejenak atau bahkan sengaja akan menonton aksi penulis berlatih. Jadi sesi jurus diletakkan diawal saat hari masih gelap dan sebagian masjid masih melakukan sholat subuh berjamaah.
Memasuki sesi push up, scot jump, sit up itu peragaan sudah menjadi olah raga umum.Setiap orang biasa mengenal gerakan aerobik seperti yang penulis lakukan. Paling kelanjutannya yang berupa sesi asana tapi bercampur dengan senam dan pelenturan tubuh. Jarang penulis menyaksikan orang-orang mampu melatih seperti yang penulis lakukan.
Penuli melakukan setiap scot jump lima puluh kali dua kali, push up lima puluh kali dua kali dan sit up dua puluh lima kali dua kali. Ini juga sudah merupakan modifikasi karena dulu penulis saat merantau di Kalimantan bahkan pernah melakukan dalam hitungan seratus kali. Sebuah prestasi yang sungguh sangat membanggakan.
Kalau penulis sekarang menguranginya itu karena segi efisiensi agar tidak kehabisan waktu yang lain. Juga menyesuaikan umur yang mungkin diwaktu-waktu mendatang sudah semakin berkurang kemampuan fisiknya. Ya itu sudah terasa, untuk mata kayaknya sudah harus memakai lensa plus, serta gigi yang ternyata sudah berlubang dan goyah tidak sekuat dahulu yang mampu makan -makanan keras dan liat seperti apapun. Hal penuaan lainnya terasa di kegiatan seks yang semakin berkurang kenikmatannya dan kemampuan gerak yang semakin lamban.
Paling kemajuannya pada rasa kedewasaan dan cara berpikir yang lenih mendekati nalar. Tidak tergesa-gesa dalam membuat keputusan dll. Kedewasaan terletak pada tanggung jawab yang diemban seseorang...........
Terus sesi ASANA,
Rangkaian asana dilatih bercmpur dengan berbagai kelenturan tubuh seperti senam aerobik.Asana ada sirsana, halasana, cobra, unta,salabasana dll. Rangkaian asana ini nantinya akan menjadi catatan tersendiri dalam tulisan lain, juga jurus yang dilatih agar masuk sebagai catatan dan literatur yang bisa dilacak keberadaannya.
Asana tak perlu sampai sehebat dalam video demo asana orang-orang ahli Yoga.......
Bisa melaksanakan asana sesuai kemampuan saja sudah sangat membahagiakan, tak semua orang menikmati seorang dirinya menjadi pengamal Yoga.
Terakhir sesi JOGGING, kali ini jogging menempuh rute Malioboro start di depan eks kampus STIEKERS dan terus melaju ke utara sampai lahan parkir stasiun Tugu menyusuri jalan Malioboro hingga finish di depan gedung AGUNG.
Hujan menghambat sesi jogging bahkan hingga pulang kembali ke rumah kontrakan.