PENDEKAR
SARU
HP
dalam saku celana berbunyi. Aku terlonjak kaget, bokongku langsung membentur
etalase yang sedang dilap agar mengkilat.
“Aduh…!”
Aku berteriak kesakitan.
Bokongku
pas menghantam sudut siku etalase. Kukebas-kebas bokong agar berkurang rasa
sakitnya. Uuuh bokong memang bagian tubuh yang fleksibel. Hampir dalam
kecelakaan manusia tak pernah terdengar kabar bokongnya terluka parah,
pendarahan, atau sobek dll.
Kalau penyakit sih banyak, dari
kecil pun Aku sering mengalaminya. Ada bisul, wuih nih penyakit langganan. Bila
bisul sudah matang dipijit habis seluruh darah kotor sampai bersih, baru sembuh
total. Penyakit lain kurap, wah ini penyakit enaknya bukan main bila ddigaruk,
kulit bokong sampai lecet-lecet tambah menghitam…hi hi hi mana ada bokong putih
bersih ya?
Kembali ke HP, kubuka ada SMS. Aku
langsung curiga karena kiriman sama kartunya denganku. Pasti tujuannya untuk
mengurangi pulsa, ah ini sudah sering terjadi. Gelagatnya sudah ketahuan sebuah
kebiasaan dari pihak yang selalu merecoki Aku karena menjadi konflik
berkepanjangan.
Hiks..konflik
yang membuat diriku sampai sekarang bingung. Kenapa selalu ditujukan padaku?
Yah terkadang Aku berharap akan
mendapatkan jodoh karena ini hubungannya dengan seorang cewek yang kusukai. Sumpah
memang begitu kok, tapi sayang tampaknya cintaku bertepuk tangan sorak-sorak
patah hati.
“Hai syg” Mesranya SMS ini….
Benar-benar dari cewek nih,
ingatanku langsung jatuh pada wajah si DIA yang pernah mencuri hatiku.
“Pasti dari anggota keluarga itu,
sering sekali mereka melakukannya.” Gumamku tetap penasaran.
“Nakal banget nih anak” Kubalas
SMS.
Eh langsung ada balasan dari sana,
biasanya SMS ku cuma masuk terkirim.
“Ada ap cwok” Ya resmilah dari
cewek, wah berbunga-bunga hatiku. Si DIA nih….
Sambil duduk di bangku plastik
jelek, he he he bokongku tetap kiyut-miyut sakit rasanya. Apa lagi mendapat SMS
yang bikin kepala berputar-putar karena selalu menduga siapa sebenarnya
identitas pengirimnya, selalu tak jelas. Semoga kali ini benar-benar dari si
DIA, tapi….yah kukirim SMS,
“Mainnya curang….ngumpet”
Berbagai SMS saling berbalas, satu
dua mungkin kena tujuannya,
“Aku tkot ngupul susu sampai k
remas kenak sex”
Wuah bingungnya aku dengan isi SMS
begini.
“Takut siapa, denganku takut memang
kenapa?” Coba terus balas.
“Kalau takut denganku kan bisa
dengan yang lain.” Masih kutambah agar pengirimnya paham.
Tetap saja dugaanku jatuh pada
salah satu anggota keluarga yang kemungkinan penasaran denganku sampai saat
ini. Isi SMS nya menyinggung urusan seks, jauh dari kebiasaan mereka yang
sering berisi dakwah agama, dengan mencatut Dai kondang Aagym.
“Takot”
“Ya mlayu” Balasku.
“Aku tkot kerumahmu kenak sex,
susuku k remas”
Aku bingung….., ”Cewek kok norak
kayak gini?”
Tapi kemudian ada kejelasan.
“Sorry…Xsalah kirim”
Nah baru benar bila kayak ini,
langsung kuhaturkan balasan “Ya maturnuwun”
Cukup lama terdiam, kukira
berakhir. Berarti cuma salah kirim nih orang. Tapi tak sampai sepuluh menit ada
SMS lagi.
“Aku Tkot ngumpul sto, takut hamil
na”
“Jadi Aku yang kamu tuduh
begitu….wah gak sampailah awak”
Terus kutambahi, “Datang saja ke
sini, tak ada yang harus ditakutkan”
“Uh…Aku tkot kw ni”
Ihiks ini larinya kemana sih?
“Ya sudah biar Aku saja yang maklum”
Bisa bagaimana lagi Aku….
Berbagai SMS saling berbalas cuma
alay bahasanya, Aku sendiri tak paham isinya. Akhirnya,
“Aku mandi lo”
“Ya ya ya???” Saking tidak
ngertinya!
Hari makin siang, waktunya
istirahat, makan dan mandi biar badan segar. Kutinggalkan kios menuju kamar
kos, tadinya maunya sekedar berebah….eh ternyata tertidur nyenyak sekali.
Sampai jam dua baru bangun dengan getun karena merasa banyak hilang kesempatan
mendapat uang dari berjualan di kios.
Rasanya sudah lupa akan SMS kiriman
dari seseorang yang tak beridentitas walaupun dari profilnya sering masuk dan
memancing diriku untuk terus berseteru. Ini memang sebuah masalah yang lebih
tepat menjadi konflik antar pribadi yang tak terselesaikan. Kalau dari Aku sih
lebih suka menyatakan….Memang Tidak Mampu.
Menunggu kios lagi, datang SMS…..
“Bullu dx”
Pengirim SMS dari awal selalu
menyebut kata budak dan seks sebagai maksud dan tujuan kepadaku sebagai
sebutan, mungkin sindiran atau penghinaan. Cuma harapannya dengan sebutan itu
tidak mau terlalu vulgar.
“Oahemmmmm…ketiduran nih” Coba
kumulai membalas.
Terus kusambung,
“Memangnya kamu hamil dengan
siapa?”
Ada balasan, “Kamu budak suke sex
mau remas”
“Main yo.” Ajaknya.
“Main apa?”
Beberapa SMS saling berbalas kurang
kena, hanya pengulangan dari SMS di atas. Akhirnya kubalas,
“Ya sudah tak ada yang bisa
kuperbuat kalau begitu”
Sedikit penasaran Aku,
“Wah bila demikian berarti dalam
anggapan kalian selama ini perbuatanku kalian anggap SARU ya…..”
“YA” Oh jujur sekali jawabannya.
Spontan kujawab, “Terimakasih”
Rupanya pengirim SMS itupun tidak mengira
bila sampai menjawab demikian jujurnya. Buktinya langsung tidak ada kiriman SMS
lagi seolah itu menjadi polemik di pihak sana.
Bagiku sendiri juga rasanya sudah
tidak mengherankan tuduhan itu. Aku telah dianggap macam-macam oleh keluarga
ini dari sejak masalah bergulir beberapa tahun yang lalu tanpa menyatakannya di
depanku langsung. Tapi kira-kira dugaanku adalah berkaitan dengan etika
masyarakat….Aku adalah pelaku tindak SARU atau KURANGAJAR terhadap anggota
keluarga ini.
Tentu ini urusan subyektif, saru
dan kurangajar.
Pada siapa?
Hiks, tertuju sangat berat kepada
semua orang di dunia ini. Karena itulah sebutan yang cocok disematkan untukku
adalah *PENDEKAR SARU* jadi sesuai dengan judul cerpennya.
Semuanya sudah jelas, tuduhan itu
juga rasanya banyak sesuai dengan keadaan yang kualami selama ini. Saru pada
orang tua, pada cewek yang selama ini menjadi semacam persoalan intinya, dan
keterlibatan kakak lelakinya dalam menyingkirkan diriku selama ini. Kuduga SMS
ini adalah dari kakaknya yang selalu memusuhiku, mengancam …dan berbagai upaya
TINDAK KEKERASAN hanya untuk menyingkirkanku.
He He He dasarnya juga Aku telah
berhadapan dengan sebuah keluarga yang dipandang masyarakat sebagai keluarga
yang cukup terhormat (kaum priyayi orang bilang). Karena itulah Aku adalah
kotoran di depan pelupuk matanya.
Terhadap isi SMS ini malah mereka
terpancing menjawab sejujurnya inti masalah yang terjadi selama ini. Kelakuanku
yang berani menyatakan perasaan terhadap anak perempuan keluarga ini sangat mencoreng
harga diri mereka.
Mereka selalu membuat trik jebakan
agar bisa mengusir dengan cara halus menghina diriku dari lingkungan tempat
tinggal mereka selama. SMS ini termasuk di dalamnya,
“Kenapa mereka menyerangku
demikian?” Aku berpikir mengingat-ingat bila ada tindakanku sebulanan ini yang
mungkkin menyinggung keluarga ini.
Soalnya sudah beberapa bulan aku
menganggap permasalahan sudah selesai dengan cara menghindari benturan antar
pribadi dengan siapapun anggota keluarga ini. Seharusnya mereka sudah tahu
sikap yang kuperlihatkan ini.
“Apa ada kaitannya dengan status FB
ku seminggu yang lalu?”
Ah bisa jadi, nama diriku dalam FB
itu mudah sekali dicari karena mereka sudah tahu nama asliku dari dulu. Status
FB ku yang terakhir memang menyinggung semacam konflik yang kuhadapi dengan
semacam falsafah Tsun Zu tentang sebuah siasat menghadapi MUSUH….
“Bila
musuh terlalu kuat mendekatlah, biarkan mereka terus membuat perhitungan dengan
dirimu. Dan jangan lupa sesekali cicipilah istri-istrinya.”
Tentu saja kata-kata itu hanya
plesetan belaka dari buku seni perang Tsun Zu.
Tapi lumayan status Fb ku ini
dikomentari cukup ramai oleh teman-teman Facebook ku. Mungkin inilah kemudian
anggota keluarga ini mengajukan masalah dengan berbagai tuduhan BUDAK SEKS terhadap perilakuku. Dengan demikian
mereka punya alasan kuat untuk mempermasalahkannya.
Sampai kios kututup ssore hari tak
ada lagi SMS masuk. Kuanggap sudah selesai. Sebenarnya Aku masih penasaran
karena rasanya harus membela diri dari segala tuduhan sepihak ini.
Ternyata setelah maghrib datang
SMS,
“Lagi ngapain”
“Ayo makan dulu.” Kucoba
memberitahu keadaanku.
“Kamu yang neraktir.”
“Boleh aku di warung angkringan
nih.”
“Dh makan.”
Cukup yakin ini SMS dari cewek,
apalagi berbagai balasan SMS memang feminim sekali kata-katanya. Setelah
selesai urusan makan aku kembali ke kamar terus mencoba menyambung SMS agar
tetap terhubung.
“Nih aku dh di kamar, tadi di
warung sempat ngeliat tabrakan sepeda motor, tapi dari jauh” Kubuka kembali
perbicangan.
“Kok nggak nabrak Aku sekalian Ha
Ha Ha…..”
Profilnya berubah…apa lagi
lanjutannya,
“Kamu mau burung Aku mainkan DX.”
Kasar dan menganddung ancaman
kepadaku, perasaanku memang menyatakan demikian. Yah ini sebenarnya SMS statusnya
adalah sebuah serangan untukku.
“Ah sayap sedang terkembang bilakah
dikau menggapaiku.” Aku menjawab dengan kata-kata bersayap agar berkurang
tekanannya.
Masih terus ada kelanjutannya,
sifatnya menantang.
“Kamu suke sex nih susuku boleh
remas terus main”
Kasar dan norak, meragukan untuk
seorang perempuan mengeluarkan kata-kata itu. Aku sendiri merasakan itu sebagai
tekanan dan jebakan kalimat. Bila salah menjawab pengirim SMS ini bakalan
melakukan tantangan terbuka karena itulah tujuan sebenarnya.
“Wah aku hanya bisa meremas adonan
roti biar mengembang sampai empuk seperti bantal.” Kata-kata bersayap terus
kulancarkan.
Kuraba-raba orang ini biarpun
memakai bahasa alay tapi tak bisa mengembangkan kalimat seefektif jawaban dan
pernyataanku. Tujuannnya ke arah sebuah tantangan tindak kekerasan.
Akhirnya Aku bertanya keras dalam
sebuah SMS,
“Halo cowok” Terus kubombardir
dengan kata-kata lainnya,
“Kamu ganteng sekali”
“Cow Boy Obama pun kalah denganmu”
Rasanya identitasnya sudah ketahuan.
Rupanya pengirim SMS merasa
ketahuan juga kelakuan penyamarannya tapi masih membantah,
“Ak Cwe”
“Namanya XX ya” Kusebut nama
panggilan si DIA.
Terus pengirim SMS menyatakan
sebagai profil perempuan,
“Namaku ririn”
Kemudian berlagak dengan membuat
berbagai kata-kata manja.
“Rindu….”
“Setengah mati aku tak kenal.”
Jawabku tegas.
Akhirnya mungkin pengirim SMS ini
kewalahan, membuat pernyataan….
“Kalau beneran Aku Cwek tentu kamu
mau kan pacaran dgnku”
Ha Ha Ha ngaku sendiri Dia
identitas pribadinya, masa mengirim SMS dengan menyebut…”Andaikan jenis
kelaminku perempuan”……, sungguh MUSTAHIL.
Masih kubalas SMS,
“Namanya XX ya”
“XX itu sp”
Ais langsung kubeberkan saja,
“XX itu sudah lama putus denganku”
“Aku ingin XX itu keluar dengan
pacar resminya, jadi tidak sembunyi terus”
Pengirim SMS tak menjawab lagi,
bagiku ia tak berkutik menjadikan pernyataanku sebagai pembenaran. Ya itu
memang INTI masalah hingga bergulir sampai saat ini dalam kebisuan.
Sampai esok harinya kucoba kirim
SMS tak ada tanggapan.
Aku berpikir kenapa mereka terus
melakukan berbagai trik untuk menjatuhkan diriku?
Beberapa hari ini Aku melihat kedua
orang tua keluarga ini memang keluar dan sempat melewati kiosku. Kuanggap itu
hal sewajarnya saja karena ada keperluan misalnya mandatangi hajatan di sebuah
tempat.
Tak tahunya itu masih sebuah manuver
untukku….
Kemudian selang dua hari, Bapak
dari keluarga ini datang ke tempat kos tapi ada keperluan dengan tetangga
kamarku. Rasanya kuanggap wajar saja,
Tapi menjelang tengah malam setelah
kedatangan Bapak keluarga itu, sempat Aku memejamkan mata terdengar bunyi HP berdering,
ada SMS lagi,
“Hay”
Nomor itu lagi.
Tapi perasaan dan naluriku
menyatakan itu bahaya. Biarpun hanya dugaan, SMS itu mengobarkan rasa
permusuhan dan tantangan untuk sebuah tindak kekerasan. Langsung kuhapus
sekalian dengan nomornya agar tidak tergoda untuk membalas.
Tidurku cukup nyenyak malam ini,
dan pagi hari kuketik menjadi CERPEN.
Yogyakarta,
28 maret 2015