Saturday, March 28, 2015

Cerpen Pendekar Saru



      PENDEKAR SARU
            HP dalam saku celana berbunyi. Aku terlonjak kaget, bokongku langsung membentur etalase yang sedang dilap agar mengkilat.
            “Aduh…!” Aku berteriak kesakitan.
            Bokongku pas menghantam sudut siku etalase. Kukebas-kebas bokong agar berkurang rasa sakitnya. Uuuh bokong memang bagian tubuh yang fleksibel. Hampir dalam kecelakaan manusia tak pernah terdengar kabar bokongnya terluka parah, pendarahan, atau sobek dll.
Kalau penyakit sih banyak, dari kecil pun Aku sering mengalaminya. Ada bisul, wuih nih penyakit langganan. Bila bisul sudah matang dipijit habis seluruh darah kotor sampai bersih, baru sembuh total. Penyakit lain kurap, wah ini penyakit enaknya bukan main bila ddigaruk, kulit bokong sampai lecet-lecet tambah menghitam…hi hi hi mana ada bokong putih bersih ya?
Kembali ke HP, kubuka ada SMS. Aku langsung curiga karena kiriman sama kartunya denganku. Pasti tujuannya untuk mengurangi pulsa, ah ini sudah sering terjadi. Gelagatnya sudah ketahuan sebuah kebiasaan dari pihak yang selalu merecoki Aku karena menjadi konflik berkepanjangan.
  Hiks..konflik yang membuat diriku sampai sekarang bingung. Kenapa selalu ditujukan padaku?
Yah terkadang Aku berharap akan mendapatkan jodoh karena ini hubungannya dengan seorang cewek yang kusukai. Sumpah memang begitu kok, tapi sayang tampaknya cintaku bertepuk tangan sorak-sorak patah hati.
“Hai syg” Mesranya SMS ini….
Benar-benar dari cewek nih, ingatanku langsung jatuh pada wajah si DIA yang pernah mencuri hatiku.
“Pasti dari anggota keluarga itu, sering sekali mereka melakukannya.” Gumamku tetap penasaran.
“Nakal banget nih anak” Kubalas SMS.
Eh langsung ada balasan dari sana, biasanya SMS ku cuma masuk terkirim.
“Ada ap cwok” Ya resmilah dari cewek, wah berbunga-bunga hatiku. Si DIA nih….
Sambil duduk di bangku plastik jelek, he he he bokongku tetap kiyut-miyut sakit rasanya. Apa lagi mendapat SMS yang bikin kepala berputar-putar karena selalu menduga siapa sebenarnya identitas pengirimnya, selalu tak jelas. Semoga kali ini benar-benar dari si DIA, tapi….yah kukirim SMS,
“Mainnya curang….ngumpet”
Berbagai SMS saling berbalas, satu dua mungkin kena tujuannya,
“Aku tkot ngupul susu sampai k remas kenak sex”
Wuah bingungnya aku dengan isi SMS begini.
“Takut siapa, denganku takut memang kenapa?” Coba terus balas.
“Kalau takut denganku kan bisa dengan yang lain.” Masih kutambah agar pengirimnya paham.
Tetap saja dugaanku jatuh pada salah satu anggota keluarga yang kemungkinan penasaran denganku sampai saat ini. Isi SMS nya menyinggung urusan seks, jauh dari kebiasaan mereka yang sering berisi dakwah agama, dengan mencatut Dai kondang Aagym.
“Takot”
“Ya mlayu” Balasku.
“Aku tkot kerumahmu kenak sex, susuku k remas”
Aku bingung….., ”Cewek kok norak kayak gini?”
Tapi kemudian ada kejelasan.
“Sorry…Xsalah kirim”
Nah baru benar bila kayak ini, langsung kuhaturkan balasan “Ya maturnuwun”
Cukup lama terdiam, kukira berakhir. Berarti cuma salah kirim nih orang. Tapi tak sampai sepuluh menit ada SMS lagi.
“Aku Tkot ngumpul sto, takut hamil na”
“Jadi Aku yang kamu tuduh begitu….wah gak sampailah awak”
Terus kutambahi, “Datang saja ke sini, tak ada yang harus ditakutkan”
“Uh…Aku tkot kw ni”
Ihiks ini larinya kemana sih?
“Ya sudah biar Aku saja yang maklum” Bisa bagaimana lagi Aku….
Berbagai SMS saling berbalas cuma alay bahasanya, Aku sendiri tak paham isinya. Akhirnya,
“Aku mandi lo”
“Ya ya ya???” Saking tidak ngertinya!
Hari makin siang, waktunya istirahat, makan dan mandi biar badan segar. Kutinggalkan kios menuju kamar kos, tadinya maunya sekedar berebah….eh ternyata tertidur nyenyak sekali. Sampai jam dua baru bangun dengan getun karena merasa banyak hilang kesempatan mendapat uang dari berjualan di kios.
Rasanya sudah lupa akan SMS kiriman dari seseorang yang tak beridentitas walaupun dari profilnya sering masuk dan memancing diriku untuk terus berseteru. Ini memang sebuah masalah yang lebih tepat menjadi konflik antar pribadi yang tak terselesaikan. Kalau dari Aku sih lebih suka menyatakan….Memang Tidak Mampu.
Menunggu kios lagi, datang SMS…..
“Bullu dx”
Pengirim SMS dari awal selalu menyebut kata budak dan seks sebagai maksud dan tujuan kepadaku sebagai sebutan, mungkin sindiran atau penghinaan. Cuma harapannya dengan sebutan itu tidak mau terlalu vulgar.
“Oahemmmmm…ketiduran nih” Coba kumulai membalas.
Terus kusambung,
“Memangnya kamu hamil dengan siapa?”
Ada balasan, “Kamu budak suke sex mau remas”
“Main yo.” Ajaknya.
“Main apa?”
Beberapa SMS saling berbalas kurang kena, hanya pengulangan dari SMS di atas. Akhirnya kubalas,
“Ya sudah tak ada yang bisa kuperbuat kalau begitu”
Sedikit penasaran Aku,
“Wah bila demikian berarti dalam anggapan kalian selama ini perbuatanku kalian anggap SARU ya…..”
“YA” Oh jujur sekali jawabannya.
Spontan kujawab, “Terimakasih”
Rupanya pengirim SMS itupun tidak mengira bila sampai menjawab demikian jujurnya. Buktinya langsung tidak ada kiriman SMS lagi seolah itu menjadi polemik di pihak sana.
Bagiku sendiri juga rasanya sudah tidak mengherankan tuduhan itu. Aku telah dianggap macam-macam oleh keluarga ini dari sejak masalah bergulir beberapa tahun yang lalu tanpa menyatakannya di depanku langsung. Tapi kira-kira dugaanku adalah berkaitan dengan etika masyarakat….Aku adalah pelaku tindak SARU atau KURANGAJAR terhadap anggota keluarga ini.
Tentu ini urusan subyektif, saru dan kurangajar.
Pada siapa?
Hiks, tertuju sangat berat kepada semua orang di dunia ini. Karena itulah sebutan yang cocok disematkan untukku adalah *PENDEKAR SARU* jadi sesuai dengan judul cerpennya.
Semuanya sudah jelas, tuduhan itu juga rasanya banyak sesuai dengan keadaan yang kualami selama ini. Saru pada orang tua, pada cewek yang selama ini menjadi semacam persoalan intinya, dan keterlibatan kakak lelakinya dalam menyingkirkan diriku selama ini. Kuduga SMS ini adalah dari kakaknya yang selalu memusuhiku, mengancam …dan berbagai upaya TINDAK KEKERASAN hanya untuk menyingkirkanku.
He He He dasarnya juga Aku telah berhadapan dengan sebuah keluarga yang dipandang masyarakat sebagai keluarga yang cukup terhormat (kaum priyayi orang bilang). Karena itulah Aku adalah kotoran di depan pelupuk matanya.
Terhadap isi SMS ini malah mereka terpancing menjawab sejujurnya inti masalah yang terjadi selama ini. Kelakuanku yang berani menyatakan perasaan terhadap anak perempuan keluarga ini sangat mencoreng harga diri mereka.
Mereka selalu membuat trik jebakan agar bisa mengusir dengan cara halus menghina diriku dari lingkungan tempat tinggal mereka selama. SMS ini termasuk di dalamnya,
“Kenapa mereka menyerangku demikian?” Aku berpikir mengingat-ingat bila ada tindakanku sebulanan ini yang mungkkin menyinggung keluarga ini.
Soalnya sudah beberapa bulan aku menganggap permasalahan sudah selesai dengan cara menghindari benturan antar pribadi dengan siapapun anggota keluarga ini. Seharusnya mereka sudah tahu sikap yang kuperlihatkan ini.
“Apa ada kaitannya dengan status FB ku seminggu yang lalu?”
Ah bisa jadi, nama diriku dalam FB itu mudah sekali dicari karena mereka sudah tahu nama asliku dari dulu. Status FB ku yang terakhir memang menyinggung semacam konflik yang kuhadapi dengan semacam falsafah Tsun Zu tentang sebuah siasat menghadapi MUSUH….
“Bila musuh terlalu kuat mendekatlah, biarkan mereka terus membuat perhitungan dengan dirimu. Dan jangan lupa sesekali cicipilah istri-istrinya.”
Tentu saja kata-kata itu hanya plesetan belaka dari buku seni perang Tsun Zu.
Tapi lumayan status Fb ku ini dikomentari cukup ramai oleh teman-teman Facebook ku. Mungkin inilah kemudian anggota keluarga ini mengajukan masalah dengan berbagai tuduhan  BUDAK SEKS terhadap perilakuku. Dengan demikian mereka punya alasan kuat untuk mempermasalahkannya.
Sampai kios kututup ssore hari tak ada lagi SMS masuk. Kuanggap sudah selesai. Sebenarnya Aku masih penasaran karena rasanya harus membela diri dari segala tuduhan sepihak ini.
Ternyata setelah maghrib datang SMS,
“Lagi ngapain”
“Ayo makan dulu.” Kucoba memberitahu keadaanku.
“Kamu yang neraktir.”
“Boleh aku di warung angkringan nih.”
“Dh makan.”
Cukup yakin ini SMS dari cewek, apalagi berbagai balasan SMS memang feminim sekali kata-katanya. Setelah selesai urusan makan aku kembali ke kamar terus mencoba menyambung SMS agar tetap terhubung.
“Nih aku dh di kamar, tadi di warung sempat ngeliat tabrakan sepeda motor, tapi dari jauh” Kubuka kembali perbicangan.
“Kok nggak nabrak Aku sekalian Ha Ha Ha…..”
Profilnya berubah…apa lagi lanjutannya,
“Kamu mau burung Aku mainkan DX.”
Kasar dan menganddung ancaman kepadaku, perasaanku memang menyatakan demikian. Yah ini sebenarnya SMS statusnya adalah sebuah serangan untukku.
“Ah sayap sedang terkembang bilakah dikau menggapaiku.” Aku menjawab dengan kata-kata bersayap agar berkurang tekanannya.
Masih terus ada kelanjutannya, sifatnya menantang.
“Kamu suke sex nih susuku boleh remas terus main”
Kasar dan norak, meragukan untuk seorang perempuan mengeluarkan kata-kata itu. Aku sendiri merasakan itu sebagai tekanan dan jebakan kalimat. Bila salah menjawab pengirim SMS ini bakalan melakukan tantangan terbuka karena itulah tujuan sebenarnya.
“Wah aku hanya bisa meremas adonan roti biar mengembang sampai empuk seperti bantal.” Kata-kata bersayap terus kulancarkan.
Kuraba-raba orang ini biarpun memakai bahasa alay tapi tak bisa mengembangkan kalimat seefektif jawaban dan pernyataanku. Tujuannnya ke arah sebuah tantangan tindak kekerasan.
Akhirnya Aku bertanya keras dalam sebuah SMS,
“Halo cowok” Terus kubombardir dengan kata-kata lainnya,
“Kamu ganteng sekali”
“Cow Boy Obama pun kalah denganmu” Rasanya identitasnya sudah ketahuan.
Rupanya pengirim SMS merasa ketahuan juga kelakuan penyamarannya tapi masih membantah,
“Ak Cwe”
“Namanya XX ya” Kusebut nama panggilan si DIA.
Terus pengirim SMS menyatakan sebagai profil perempuan,
“Namaku ririn”
Kemudian berlagak dengan membuat berbagai kata-kata manja.
“Rindu….”
“Setengah mati aku tak kenal.” Jawabku tegas.
Akhirnya mungkin pengirim SMS ini kewalahan, membuat pernyataan….
“Kalau beneran Aku Cwek tentu kamu mau kan pacaran dgnku”
Ha Ha Ha ngaku sendiri Dia identitas pribadinya, masa mengirim SMS dengan menyebut…”Andaikan jenis kelaminku perempuan”……, sungguh MUSTAHIL.
Masih kubalas SMS,
“Namanya XX ya”
“XX itu sp”
Ais langsung kubeberkan saja,
“XX itu sudah lama putus denganku”
“Aku ingin XX itu keluar dengan pacar resminya, jadi tidak sembunyi terus”
Pengirim SMS tak menjawab lagi, bagiku ia tak berkutik menjadikan pernyataanku sebagai pembenaran. Ya itu memang INTI masalah hingga bergulir sampai saat ini dalam kebisuan.
Sampai esok harinya kucoba kirim SMS tak ada tanggapan.
Aku berpikir kenapa mereka terus melakukan berbagai trik untuk menjatuhkan diriku?
Beberapa hari ini Aku melihat kedua orang tua keluarga ini memang keluar dan sempat melewati kiosku. Kuanggap itu hal sewajarnya saja karena ada keperluan misalnya mandatangi hajatan di sebuah tempat.
Tak tahunya itu masih sebuah manuver untukku….
Kemudian selang dua hari, Bapak dari keluarga ini datang ke tempat kos tapi ada keperluan dengan tetangga kamarku. Rasanya kuanggap wajar saja,
Tapi menjelang tengah malam setelah kedatangan Bapak keluarga itu, sempat Aku memejamkan mata terdengar bunyi HP berdering, ada SMS lagi,
“Hay”
Nomor itu lagi.
Tapi perasaan dan naluriku menyatakan itu bahaya. Biarpun hanya dugaan, SMS itu mengobarkan rasa permusuhan dan tantangan untuk sebuah tindak kekerasan. Langsung kuhapus sekalian dengan nomornya agar tidak tergoda untuk membalas.
Tidurku cukup nyenyak malam ini, dan pagi hari kuketik menjadi CERPEN.
                                                                                  
                                                                              Yogyakarta, 28 maret 2015