Friday, August 30, 2019

Novel Pergerakan yang Senyap



BAB 1
     Apa yang terjadi?
Sebuah pernyataan muncul di dada Bowo. Bulan Juli 2017 di pagi yang dingin menggigit dan kekeringan yang sedang melanda kawasan Yogya selatan. Bowo membuka kios stempelnya dan dari seberang jalan mendapat sapaan senyum manis seorang perempuan istri tetangganya.
Mendung berkabut terkadang jatuh gerimis tak sampai membasahai aspal jalan yang terus berdebu sepanjang hari. Sebuah keramaian etalase Yogya, Malioboro ah itu dekat saja dari tempat usahanya, sudah bukan hal yang mengherankan. Selalu menjadi jujugan wisatawan karena membuat penasaran pelancong. Bowo tenang-tenang saja, tujuannya merantau bukan untuk menghambur-hamburkan uang.
Sebaliknya berbagai kejadian secara pribadi menimpanya dirasa unik, sebuah konflik mewarnai hidupnya selama beberapa tahun ini. Bagi Bowo pribadi itu sangat menyita waktunya, bahkan sampai memerah tenaga dan pikiran untuk suatu bentuk penyelesaiannya.
Bowo sendirian, di lain pihak?
Sekarang Bowo tahu ia telah sekian tahun dikeroyok seluruh anggota keluarga di dekat tempat tinggalnya. Itu berarti di pihak keluarga tersebut Bowo adalah rival berat, lawan yang tak mudah dikalahkan bahkan dengan berbagai jebakan maut yang dipasang bertahun-tahun.
Satu kesimpulan telah didapatnya, kemungkinan dari orang-orang yang telah menyerangnya adalah psikopat. Bukti-bukti telah dikumpulkannya sekarang tinggal menerapkan cara mengantisipasinya. Bowo bukan psikiater, ia hanya mendapatkan gejala kejiwaan orang-orang yang mempermasalahkannya dari mesin pencari google. Datanya melimpah tapi sulit menjadi pegangan dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Ada banyak perhitungan saat menghadapi individu, perasaan sangat bermain. Segala tuduhan subyektif akan luruh dengan sendirinya karena interaksi sosial di masyarakat. Jadi mesin google itu bukan patokan yang utama, tetap hati nurani kita yang menjadi acuan pembenaran sebuah tuduhan.
Apalagi peristiwa-peristiwa terus bergulir, bulan Juli ini adalah catatan puncak dari fenomena yang dialami Bowo. Ialah munculnya perempuan Ani yang menjadi pokok dan inti permasalahan konflik dengan keluarga besarnya. Bowo berhadapan dengan seluruh anggota keluarga besar Bapak Jonan dengan segala intrik-intriknya.
Perempuan Ani, namanya masih mendebarkan dada Bowo. Perasaan yang selalu dipertentangkan batinnya, pernah terjalin atau tepatnya salah tafsir telah terjadi. Anggap saja Bowo yang tergila-gila pada Ani, selalu mengejarnya hingga bertahun-tahun kemudian tercampak dengan sendirinya karena Ani menikah dengan lelaki lain.
Benarkah itu berarti Bowo berada di pihak yang kalah?
Iyalah.....
Gelagatnya saja yang berliku-liku bahkan dahsyat untuk kejiwaan Bowo. Mungkin seumur hidupnya inilah fenomena aneh yang dialaminya terhadap seorang perempuan. Untuk menerima kenyataan bahwa Ani sudah menjadi milik orang lain ternyata membutuhkan waktu panjang. Bukan dari pihaknya saja bahkan untuk keluarga besar Bapak Jonan sendiri masih begitu rentan. Bowo yang sering merasa bersalah sebab ia telah andil begitu besar terhadap akibat-akibat yang ada terhadap Ani, mungkin itu tragedi.
Ani muncul, di mana suaminya berada?
Tak ada yang menjawab, gelagat pergerakan yang terlihat tetap sama dari tahun ke tahun, inilah aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan. Berulang-ulang, menetap dengan bentuk skenario drama, manuver-manuver jebakannya hanya akan membahayakan posisi Bowo di mata masyarakat sekitar. Juga tanpa tujuan yang jelas, tidak ada kalah menang, benar salah, baik buruk dan yang jelas sudah melanggar pidana walaupun tak tersentuh aparat hukum.
Hanya kronologinya selalu dicatat Bowo menjadi serangkaian kejadian menarik. Sulit membahasnya dari sudut-sudut ilmiah, terjadi begitu wajarnya sampai masyarakat sekitar tidak tahu menahu bahwa telah terjadi konflik diantara tetangga dekatnya. Bowo sendiri membahasnya secara subyektif, yang dijabarkannya ini adalah sudut pandang hidupnya terhadap fenomena kejadian yang terus dialaminya entah sampai kapan.
Perempuan Ani, Oktober 2015 menikah dengan seorang pemuda dari Bali. Kabarnya seorang mahasiswa S2 dari keluarga pegawai negeri sipil. Saat itu keadaan sangat mendesak karena perempuannya hamil duluan. Ah itu kasus biasa saja di masyarakat, buktinya tak ada warga sekitar yang menyindir kondisi kedua mempelai karena menjadi tanggung jawab keduanya, resmilah suami istri ini sah.
Mungkin hanya satu pihak saja yang terganggu oleh pernikahan Ani, ialah Bowo yang langsung terjungkal sakit hati. Harapannya untuk bisa menyunting gadis pujaannya kandas, jungkir balik sampai remuk redam, patah hati seperti cacing menggelepar karena kena panas matahari. Putuslah segala harapannya selama ini, sekali lagi ini hanya di pihak perorangan, Bowo.
Fuiihh Bowo itu apanya Ani?
Bowo menyatakan Ani memang kekasih hatinya, hanya sampai posisi itu. Soalnya ia tak pernah terhubung langsung dengan anak perawan keluarga terhormat tersebut. Bahkan dengan menikahnya Ani selesailah sudah permasalahan yang membelitnya selama ini. Pokoknya tak ada istilah pacaran diantara mereka berdua, kisahnya bukan drama romantis.
Sayang konflik masih bergulir, mungkin pihak keluarga bapak Jonan masih belum terima atas kesalahan perbuatan Bowo terhadap mereka yang tentu subyektif sekali. Bowo tetap diseret dalam pusaran masalah keluarga tersebut, maka terjadilah berbagai bentrokan diantara pihak-pihak yang bertikai.
Beberapa tindakan dari anggota keluarga bapak Jonan sudah mengarah pada tindak kekerasan. Sulit bagi Bowo memastikan sebagai kebenaran, apalagi kemudian Bowo tahu telah tidak disengaja melibatkan pihak lain yaitu Adi yang ternyata tetangga lain gang di kampung sehingga menambah kesulitan di pihaknya.
Bagi Bowo sungguh sulit untuk meneruskan, “tingkat kesalahannya sangat besar sudah tidak bisa ditoleransi!”
Makanya tahun 2017 ini Bowo pasif, membuat sikap tak melayani lagi apapun tindakan dan pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan. Bahkan dianggapnya berakhir seiring lenyapnya Ani yang konon mengikuti suaminya di Bali.
Bulan Juli 2017 inilah perempuan Ani muncul, Bowo pun mewaspadainya kembali....
Dari sejak awal 2017 tetap ada pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan memancing masalah terhadap Bowo. Setiap bulan ada nomor masuk HP nya kemudian diiringi dengan aksi-aksi manuver keluarga tersebut di depan kios usahanya di eks kampus Stiekers.
Ada kesan masalah sengaja dibuat rumit agar Bowo terus berusaha memecahkannya dengan berbagai bentuk semacam uji coba. Itu karena keluarga ini adalah berlatar belakang pengajar. Bapak Jonan dan ibunya adalah seorang guru, ustad dan tokoh masyarakat untuk lingkungan sekitarnya. Makanya itu semacam hak mereka menguji mental Bowo yang diaduk-aduk sampai dasarnya hingga mengacaukan kegiatan kesehariannya.
Pertengahan Juli 2017,
Bowo baru datang dari tempatnya menyeting desain klise stempel. Sudah siang tinggal menanti kedatangan pemesan untuk pengambilannya. Duduk di belakang etalase kios kaki lima, di sinilah keluarga Bapak Jonan selalu mengincar dirinya dalam berbagai aksi manuver dalam bentuk skenario dramatis.
Lalu lintas jalan Parangtritis ramai kendaraan, merupakan jalur cepat menuju dalam dan luar kota. Riwayat eks kampus Stiekers sudah tamat, tanah seluas lima hektar itu tak lebih dari taman parkir bus-bus pariwisata yang sepi, jarang disinggahi bus wisata karena berfungsi sebagai cadangan belaka.
Dari mulut gang yang sempit muncul sepeda motor Mio. Bowo segera mengetahuinya dikendarai Jodi anak ganteng Bapak Jonan. Itu sudah biasa, ah tidak kakak Ani selalu muncul dengan aksi yang memiliki makna tertentu sudah sejak bergulir masalah dari tahun 2009.
Kali ini istimewa, siapa lagi kalau bukan perempuan yang diboncengkannya. Itu Ani yang bersembunyi menghindari bentrok mata dengan Bowo tetapi memperlihatkan segala profil identitas dirinya untuk ditujukan pada lelaki yang sudah bermasalah sejak lama.
Semuanya aksi sepihak.....
Cukup sulit menyeberang jalan ramai, Bowo leluasa memandang aksi kakak beradik tersebut. Jelas tujuannya, perlahan menyeberang melintasi depan kios Bowo. Ani sempat melirik tajam Bowo yang duduk membelakangi etalase kios berisi peralatan stempel. Segera ada sensasi terasa bagi lelaki yang sampai hampir setengah abad ini membujang. Dilirik perempuan cantik siapa yang tak geer?
Apalagi semua pergerakan yang berada di depannya memang ditujukan kepada dirinya. Semuanya merupakan kelanjutan masalah yang lama bergulir, seharusnya sudah selesai tapi....
Ini yang membuat Bowo gregetan, sebab sesungguhnya selama tahun 2017 ini ia telah mencoba menghindari segala potensi benturan antara dirinya dengan anggota keluarga Bapak Jonan.
Itu karena atas saran dari Bapak ketua RT tempat Bowo mengontrak. Jadi bukan hanya dirinya saja yang pernah mendapat kasus serupa dari pihak keluarga Bapak Jonan. Beberapa tetangganya juga tahu keras kepalanya watak anggota keluarga tersebut.
Sedangkan Ani sampai saat ini perempuan tersebut adalah istri dari seorang lelaki yang telah menikahinya karena berhasil merenggut keperawanannya sekaligus menanamkan benih di rahimnya.
“Bila saja Ani memiliki kesibukan mengurus rumah tangga dan anaknya mungkin kasus sudah selesai, aku bebas dari cengkeraman ancaman keluarga Bapak Jonan walaupun tersingkir sebagai pihak yang kalah,” Bowo berujar sendiri.
Kasus bergulir liar, Ani keguguran. Bowo pun dikeroyok kembali dengan kasus-kasus lama, itu terjadi tahun 2016. Baru berakhir dengan desas-desus Ani mengikuti suaminya yang meneruskan studi S2 ke luar negeri, Inggris.
Bowo tak begitu saja mempercayai kabar tersebut. Kemampuan keluarga Bapak Jonan dan keluarga menantunya tak mencapai setinggi itu. Sekarang inilah buktinya, kakak beradik dengan Ani sebagai inti masalah telah melintas. Manuver sepihak terjadi sebagai berlanjutnya masalah lama.
Di mana suami Ani?
Pertanyaan itu selalu datang pada diri Bowo tanpa pernah ada jawaban. Lebih baik juga selamanya Bowo tak tahu apa-apa tentang orang-orang yang mempermasalahkannya ini. Bowo dalam keadaan hidup paling minuspun sekarang tetap bisa melanjutkan kegiatan sehari-harinya. Itulah dasar kenapa Bowo tetap bertahan hidup di Yogya.
Oh melintasnya Jodi dan Ani sebenarnya sudah didahului pemantauan Udin beberapa jam yang lalu. Jadi antara satu aksi dengan aksi lain saling berkaitan, selalu ada kelanjutannya.
Tapi bagi Bowo semua itu sudah tidak penting. Aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan sudah menetap bertahun-tahun, tiddak ada yang baru dan hanya pengulangan masalah. Sebenarnya keluarga ini tak mendapatkan tujuan terbaik dalam hidupnya, selalu berujung kekecewaan.
Kegagalan dalam semua bidang, Bowo tak perlu menyebutkannya.
Buktinya setahun saja, tak ada perubahan signifikan semua anggota keluarga tersebut. Misalnya dari segi fisik bangunan rumah maupun reputasi di masyarakat sekitar. Semua itu menjadi rahasia yang ditutup-tutupi dengan berbagai cara. Paling mudahnya adalah dengan berdusta dari fakta yang ada.
Penilaian Bowo yang paling mudahnya, “Pada punya pekerjaan apa sih kok sempat-sempatnya punya waktu mengeroyok diriku bertahun-tahun?”
He He He Bowo yang pekerjaannya bentuk wiraswasta PKL saja sudah mati-matian mempertahankannya. Ia sampai rela kehilangan pacar dan sampai sakit hati karena diputus Ani begitu saja. Semuanya agar kegiatannya lancar dan perutnya tidak mengamuk kelaparan.
Esoknya Bowo melihat sesuatu di kamar kontrakannya. Sekeping pecahan kaca jendela belakang kamar kontrakannya tergeletak di lantai. Sesuatu telah terjadi tapi tidak mengejutkannya. Maunya pihak di sana membuat teror yang membangkitkan ketegangan jiwa Bowo naik tinggi, semacam kepanikan karena memiliki masalah yang berbelit terus menerus.
Bowo menimang-nimang pecahan kaca yang tergeletak di lantai, hanya satu keping tidak ada yang terhambur berserakan. Diperhatikannya sekitar lantai kalau-kalau ada benda keras lain, nihil. Berarti telah ada seorang melemparkan benda keras hingga memecahkan kaca jendela tapi benda keras tersebut tak masuk ke dalam kamar, mungkin terpental keluar dengan sendirinya.
Oalah nasib nasib....
Kaca jendela kok jadi sasaran kemarahan. Bowo cuma meleletkan lidahnya saat melihat sisa kaca yang masih terpasang di kisi jendela. Lobang pecahannya makin melebar karena ini sudah peristiwa yang kedua kalinya dilempar benda keras. Yang pertama akhir 2014, bukti-buktinya disimpan Bowo rapih. Berupa kepingan kaca dan benda keras berupa bekas kran air minum dari logam. Sekarang ada lagi, tapi Bowo sebal hingga membuangnya saja masuk tong sampah.
Pelakunya?
Gak bakalan ketahuan, jelas si pelempar batu mencari waktu yang tepat saat Bowo beraktifitas di luar kamar. Tujuannya masih berkaitan dengan kemunculan Ani bermanuver hari sebelumnya.
Yang diserang adalah mental Bowo, bila terpancing tentu bakalan membalas. Maunya Bowo dibuat kebingungan dan kemudian membuat tindakan konyol yang menyenangkan hati pihak yang memusuhinya. Mungkin agenda tersembunyi keluarga ini adalah menjatuhkan nama baik Bowo di masyarakat umum karena bertindak kurangajar bahkan mencapai kriminal.
 Maunya masalah lama terus memacu ketegangan jiwanya dan terus terpancing memperebutkan Ani sebagai piala kemenangan kejuaraan. Padahal kemenangan bulat total poin adalah menantunya yang sekarang lenyap, bahkan bila dihitung sudah sangat lama satu dua bulan setelah menikah di bulan Oktober 2015.
Entah kenapa bersembunyi seperti itu, sama sekali tidak memperkenalkan diri kepada tetangga sekitar rumah mertuanya. Sekali lagi isu-isu yang konon kabarnya sangat dibesar-besarkan, kuliah S2 di negaranya Ratu Elizabeth karena reputasinya sudah internasional.
Sesuatu yang lucu bagi Bowo, Ani sendiri kuliah di UGM. Itu sudah termasuk unversitas terkemuka di Indonesia, masuk fakultas Farmasi lagi yang nyata jurusan favorit. Coba pikir bila berprestasi tinggi saja anak ini bisa menggapai beasiswa ke luar negeri. Kan tidak perlu berdarah-darah hamil duluan untuk mendapatkan mahasiswa lain yang dianggapnya bonafid (mungkin). Akhirnya dia sendiri yang kena batunya, tahun 2017 ini bila tak lanjut kuliah berarti Ani sudah drop out.
Tapi berita yang beredar baru-baru ini, Ani selesai kuliahnya di UGM  kemudian melanjutkan S2 bersama suaminya di Bali. Berita itu dari mulut Ibu Jonan kepada tetangga-tetangga kanan kirinya.
Hebat!
Yang sial Bowo, biarpun bukan apa-apa tapi terus diseret dalam masalah keluarga Bapak Jonan. Bila dilanjutkan sampai tingkat apapun statusnya tak lebih dari seorang pecundang.
Di sinilah Bowo bertahan mati-matian agar tindakannya tidak keluar dari jalur. Dirinya terancam terlibat banyak kasus, urusannya SARU, sukses tidak sukses terancam pidana dan pelanggaran etika masyarakat.
Itu sudah terjadi akhir tahun 2016, Bowo mencoba konsultasi dengan Ketua RT dan tetangganya. Kemudian benturan dengan Adi yang ternyata bukan suami perempuan Ani. Itu adalah blunder di pihaknya. Semuanya menyalahkan pihaknya sebagai terlalu mengada-ada, “kere munggah bale!” ujar Kepala Dukuh menuduhnya.
Makanya tahun 2017 ini ia mundur total menghindari segala benturan dengan keluarga Bapak Jonan. Tampaknya cukup efektif, paling tidak untuk kejiwaannya yang tegang sudah menurun. Begitu juga perasaannya pada sosok perempuan Ani, sudah boleh dibilang bukan urusan hati lagi.
Soal cantik yah artis-artis sinetron itu cantik semua, apa Bowo harus jatuh cinta pada figur-figur yang hanya bisa dilihat dalam layar televisi doang?
Kalau perempuan Ani sih sosoknya jelas ada di sekitar tempat tinggalnya, cuma juga tidak pernah tersentuh atau teraba badannya. Kencan pacaran pun tidak pernah, itu yang membuat argumentasinya lemah saat mencoba melaporkan kasus-kasus yang menimpanya pada beberapa sesepuh kampung.
Sekarang Ani sudah muncul memperlihatkan diri di depan Bowo, jelas tak sampai itu saja aksinya. Pasti berlanjut hingga mencapai tujuan tertentu, cuma seperti yang sudah-sudah tak akan agresif.
Hari-hari selanjutnya yang muncul hanya Bapak Jonan, Udin dan Jodi yang terus menerus memantau Bowo di kios stempel. Bentuk-bentuknya selingan kegiatan inti mereka saja, sambil menyelam minum air.
Bowo hanya mewaspadai ketika Ibu Jonan muncul memphoto copy di kios seberang jalan. Itu berarti pihak keluarga tersebut serius menyatakan aksi sebagai masalah untuk diajukan kepada Bowo. Perempuan paruh baya ini menjadikan dirinya sebagai wakil tak resmi agar masalah diantara Bowo dengan pihak keluarganya, biasanya harus diterjemahkan sebagai awal pergerakan.
Tapi ini bukan puncak masalah, tak lama lagi mungkin ada aksi semacam penentuan. Semuanya akan diperlihatkan kepada Bowo sebagai masalah serius. Bowo menyatakan bobotnya tinggi. Soalnya kalau percintaan romantis yang bahkan seperti kisah Romeo dan Juliet itu hanya terjadi diantara sepasang kekasih. Yang dialami Bowo itu sudah bentuk pengeroyokan, seluruh anggota keluarga sudah terlibat.
Hal itulah yang menyimpulkannya pada penilaian, bentuk aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan adalah kamuflase, sangat disengaja untuk mempengaruhi kejiwaan dan mentalnya. Dan itu sangat memuaskan jiwa-jiwa yang bersemayam dalam dada mereka.
Bowo cuma mencari rujukannya di google, itu kemungkinan adalah psikopat tanpa bisa memvonisnya. Gejala-gejala anggota keluarga memiliki kecenderungan psikopat tinggi inilah yang sekarang diamati Bowo terus.
Hari jumat.
Nah jam 8 sudah muncul Ani diboncengkan Jodi, tampil sangat menawan. Yang dipakai motor Beat yang merupakan sepeda motor tunggangan Ani semasa SMA dan kuliahnya. Sangat terbaca Bowo diberi sajian memori saat Ani masih lajang. Di balik punggung kakaknya Ani memandang tajam Bowo. Sinar matanya tak pernah bisa menipu, itu aura perhatian terhadapnya.
Juga aksinya memang ditujukan untuk Bowo, ini kelanjutannya. Menyeberang jalan melintas depan kios Bowo paling dekatnya. Ani melirik Bowo, itu sudah jelas. Kalau Bowo ya apa adanya membelakan mata menangkap obyek perempuan seksi dalam balutan gaun resmi biru hitam.
Sudah berlalu, ternyata tidak.
Lima belas menit kemudian dari arah berlawanan Ani mengendarai motor Beatnya sendirian menyeberang jalan depan kios Bowo. Jadilah Bowo mulai bertanya-tanya, “ada apa?”
Ternyata muncul lagi di mulut gang, memboncengkan Ibunya yang juga berdandan resmi, oh mungkin ada acara. Bowonya yang sadar keluarga itu sedang menghadiri acara pernikahan di kampung setempat. Mereka jelas diundang sebagai tamu, di gapura menuju kampung terdapat hiasan janur kuning sederhana.
Berarti pikiran Bowo salah?
Makanya Bowo pasif dari dulu, serba salah dalam bertindak. Ditelitinya terus aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Inti dari masalah tetap berada pada kehadiran perempuan Ani yang beberapa bulan lalu lenyap. Konon mengikuti suaminya di Bali yang kuliah menggapai gelar Magister. Ah ternyata berturut-turut setelah memboncengkan ibunya, kembali lagi menjemput bapaknya. Lengkaplah sudah....
Malam sabtunya tepat tengah malam pukul 00.12 WIB Bowo terbangun dari tidur lelapnya karena gedoran keras dinding kamar kosnya. Lagi-lagi peristiwa tahun 2013 kembali terjadi. Orang yang menggedor dinding kamarnya pasti melakukannya untuk membuat perhitungan adu kekerasan. Pelakunya tetap anggota keluarga Bapak Jonan, dalam hal ini terpusat pada Udin sebagai masalah pribadi.
Melayaninya?....Percuma!
Hal itu akan membuat pelakunya yang diduga Bowo sebagai psikopat makin terangsang mencapai sensasi menyenangkan jiwa sakitnya. Psikopat akan mempermainkan obyek penderita sampai tersiksa. Justru tidak terbersit pikiran untuk menyelessaikan akar masalah. Bukti-bukti ini sudah ditangani Bowo terutama terhadap Udin yang ketahuan berdarah dingin alias sadis.
Maunya pelaku penggedor dinding kamar kosnya adalah mendramatisir situasi. Bila Bowo tegang dan khawatir apa lagi sampai keluar untuk melayaninya....oh tidak, untuk seorang psikopat Bowo tak lebih adalah obyek, korban yang harus menderita hidupnya.
Bowo keluar juga dari kamar tapi tidak mengejar pelakunya. Cukup memperkirakan bagaimana ketukan pada dinding kamar kosnya sampai membuatnya terbangun dari buaian mimpi indahnya. Memang tak mungkin bila itu tetangganya yang iseng belaka, suara gedoran pada dinding kamar jelas memakai batu agar terdengar jelas membuatnya terganggu.
“He He He bagaimana aku bisa berkomunikasi dengan mereka kalau begini?”
Hari sabtunya yang ada juga peristiwa yang berulang-ulang terjadi. Udin, Jodi dan Bapak Jonan memantaunya dalam waktu berlainan. Coba berkomunikasi melalui HP kan gampang....
Ada sih setiap bulan keluarga tersebut memberinya nomor telepon. Tetapi semuanya sudah dihapus, lagi pula itu juga trik-trik dari keluarga tersebut untuk mempermainkan Bowo agar makin menyenangkan kejiwaan abnormal mereka.
Takdir saja yang bicara lain, Bowo kena giliran masalah. Ada anggota keluarganya sakit sampai harus berobat. Satu-satunya jalan masuk rumah sakit, pemberitahuan melalui telepon ia harus mudik ke Purwokerto untuk ikut merawat anggota keluarganya.
Hari minggu Bowo meluncur ke Purwokerto. Tuhan punya rencana ternyata Bowo harus ikut merawat anggota keluarganya sampai setengah bulan lebih. Pertikaian pun terputus begitu saja.
Itulah yang terjadi.