BAB
1
Apa yang terjadi?
Sebuah
pernyataan muncul di dada Bowo. Bulan Juli 2017 di pagi yang dingin menggigit
dan kekeringan yang sedang melanda kawasan Yogya selatan. Bowo membuka kios
stempelnya dan dari seberang jalan mendapat sapaan senyum manis seorang
perempuan istri tetangganya.
Mendung
berkabut terkadang jatuh gerimis tak sampai membasahai aspal jalan yang terus
berdebu sepanjang hari. Sebuah keramaian etalase Yogya, Malioboro ah itu dekat
saja dari tempat usahanya, sudah bukan hal yang mengherankan. Selalu menjadi
jujugan wisatawan karena membuat penasaran pelancong. Bowo tenang-tenang saja,
tujuannya merantau bukan untuk menghambur-hamburkan uang.
Sebaliknya
berbagai kejadian secara pribadi menimpanya dirasa unik, sebuah konflik
mewarnai hidupnya selama beberapa tahun ini. Bagi Bowo pribadi itu sangat
menyita waktunya, bahkan sampai memerah tenaga dan pikiran untuk suatu bentuk
penyelesaiannya.
Bowo
sendirian, di lain pihak?
Sekarang
Bowo tahu ia telah sekian tahun dikeroyok seluruh anggota keluarga di dekat
tempat tinggalnya. Itu berarti di pihak keluarga tersebut Bowo adalah rival
berat, lawan yang tak mudah dikalahkan bahkan dengan berbagai jebakan maut yang
dipasang bertahun-tahun.
Satu
kesimpulan telah didapatnya, kemungkinan dari orang-orang yang telah
menyerangnya adalah psikopat. Bukti-bukti telah dikumpulkannya sekarang tinggal
menerapkan cara mengantisipasinya. Bowo bukan psikiater, ia hanya mendapatkan
gejala kejiwaan orang-orang yang mempermasalahkannya dari mesin pencari google.
Datanya melimpah tapi sulit menjadi pegangan dalam praktek kehidupan
sehari-hari.
Ada
banyak perhitungan saat menghadapi individu, perasaan sangat bermain. Segala
tuduhan subyektif akan luruh dengan sendirinya karena interaksi sosial di
masyarakat. Jadi mesin google itu bukan patokan yang utama, tetap hati nurani
kita yang menjadi acuan pembenaran sebuah tuduhan.
Apalagi
peristiwa-peristiwa terus bergulir, bulan Juli ini adalah catatan puncak dari
fenomena yang dialami Bowo. Ialah munculnya perempuan Ani yang menjadi pokok
dan inti permasalahan konflik dengan keluarga besarnya. Bowo berhadapan dengan
seluruh anggota keluarga besar Bapak Jonan dengan segala intrik-intriknya.
Perempuan
Ani, namanya masih mendebarkan dada Bowo. Perasaan yang selalu dipertentangkan batinnya,
pernah terjalin atau tepatnya salah tafsir telah terjadi. Anggap saja Bowo yang
tergila-gila pada Ani, selalu mengejarnya hingga bertahun-tahun kemudian
tercampak dengan sendirinya karena Ani menikah dengan lelaki lain.
Benarkah
itu berarti Bowo berada di pihak yang kalah?
Iyalah.....
Gelagatnya
saja yang berliku-liku bahkan dahsyat untuk kejiwaan Bowo. Mungkin seumur
hidupnya inilah fenomena aneh yang dialaminya terhadap seorang perempuan. Untuk
menerima kenyataan bahwa Ani sudah menjadi milik orang lain ternyata
membutuhkan waktu panjang. Bukan dari pihaknya saja bahkan untuk keluarga besar
Bapak Jonan sendiri masih begitu rentan. Bowo yang sering merasa bersalah sebab
ia telah andil begitu besar terhadap akibat-akibat yang ada terhadap Ani,
mungkin itu tragedi.
Ani
muncul, di mana suaminya berada?
Tak
ada yang menjawab, gelagat pergerakan yang terlihat tetap sama dari tahun ke
tahun, inilah aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan. Berulang-ulang, menetap
dengan bentuk skenario drama, manuver-manuver jebakannya hanya akan
membahayakan posisi Bowo di mata masyarakat sekitar. Juga tanpa tujuan yang
jelas, tidak ada kalah menang, benar salah, baik buruk dan yang jelas sudah
melanggar pidana walaupun tak tersentuh aparat hukum.
Hanya
kronologinya selalu dicatat Bowo menjadi serangkaian kejadian menarik. Sulit
membahasnya dari sudut-sudut ilmiah, terjadi begitu wajarnya sampai masyarakat
sekitar tidak tahu menahu bahwa telah terjadi konflik diantara tetangga
dekatnya. Bowo sendiri membahasnya secara subyektif, yang dijabarkannya ini
adalah sudut pandang hidupnya terhadap fenomena kejadian yang terus dialaminya
entah sampai kapan.
Perempuan
Ani, Oktober 2015 menikah dengan seorang pemuda dari Bali. Kabarnya seorang
mahasiswa S2 dari keluarga pegawai negeri sipil. Saat itu keadaan sangat
mendesak karena perempuannya hamil duluan. Ah itu kasus biasa saja di
masyarakat, buktinya tak ada warga sekitar yang menyindir kondisi kedua
mempelai karena menjadi tanggung jawab keduanya, resmilah suami istri ini sah.
Mungkin
hanya satu pihak saja yang terganggu oleh pernikahan Ani, ialah Bowo yang
langsung terjungkal sakit hati. Harapannya untuk bisa menyunting gadis
pujaannya kandas, jungkir balik sampai remuk redam, patah hati seperti cacing
menggelepar karena kena panas matahari. Putuslah segala harapannya selama ini,
sekali lagi ini hanya di pihak perorangan, Bowo.
Fuiihh
Bowo itu apanya Ani?
Bowo
menyatakan Ani memang kekasih hatinya, hanya sampai posisi itu. Soalnya ia tak pernah
terhubung langsung dengan anak perawan keluarga terhormat tersebut. Bahkan
dengan menikahnya Ani selesailah sudah permasalahan yang membelitnya selama
ini. Pokoknya tak ada istilah pacaran diantara mereka berdua, kisahnya bukan
drama romantis.
Sayang
konflik masih bergulir, mungkin pihak keluarga bapak Jonan masih belum terima
atas kesalahan perbuatan Bowo terhadap mereka yang tentu subyektif sekali. Bowo
tetap diseret dalam pusaran masalah keluarga tersebut, maka terjadilah berbagai
bentrokan diantara pihak-pihak yang bertikai.
Beberapa
tindakan dari anggota keluarga bapak Jonan sudah mengarah pada tindak
kekerasan. Sulit bagi Bowo memastikan sebagai kebenaran, apalagi kemudian Bowo
tahu telah tidak disengaja melibatkan pihak lain yaitu Adi yang ternyata
tetangga lain gang di kampung sehingga menambah kesulitan di pihaknya.
Bagi
Bowo sungguh sulit untuk meneruskan, “tingkat kesalahannya sangat besar sudah
tidak bisa ditoleransi!”
Makanya
tahun 2017 ini Bowo pasif, membuat sikap tak melayani lagi apapun tindakan dan
pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan. Bahkan dianggapnya berakhir seiring
lenyapnya Ani yang konon mengikuti suaminya di Bali.
Bulan
Juli 2017 inilah perempuan Ani muncul, Bowo pun mewaspadainya kembali....
Dari
sejak awal 2017 tetap ada pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan memancing
masalah terhadap Bowo. Setiap bulan ada nomor masuk HP nya kemudian diiringi
dengan aksi-aksi manuver keluarga tersebut di depan kios usahanya di eks kampus
Stiekers.
Ada
kesan masalah sengaja dibuat rumit agar Bowo terus berusaha memecahkannya
dengan berbagai bentuk semacam uji coba. Itu karena keluarga ini adalah
berlatar belakang pengajar. Bapak Jonan dan ibunya adalah seorang guru, ustad
dan tokoh masyarakat untuk lingkungan sekitarnya. Makanya itu semacam hak
mereka menguji mental Bowo yang diaduk-aduk sampai dasarnya hingga mengacaukan
kegiatan kesehariannya.
Pertengahan
Juli 2017,
Bowo
baru datang dari tempatnya menyeting desain klise stempel. Sudah siang tinggal
menanti kedatangan pemesan untuk pengambilannya. Duduk di belakang etalase kios
kaki lima, di sinilah keluarga Bapak Jonan selalu mengincar dirinya dalam
berbagai aksi manuver dalam bentuk skenario dramatis.
Lalu
lintas jalan Parangtritis ramai kendaraan, merupakan jalur cepat menuju dalam
dan luar kota. Riwayat eks kampus Stiekers sudah tamat, tanah seluas lima
hektar itu tak lebih dari taman parkir bus-bus pariwisata yang sepi, jarang
disinggahi bus wisata karena berfungsi sebagai cadangan belaka.
Dari
mulut gang yang sempit muncul sepeda motor Mio. Bowo segera mengetahuinya
dikendarai Jodi anak ganteng Bapak Jonan. Itu sudah biasa, ah tidak kakak Ani
selalu muncul dengan aksi yang memiliki makna tertentu sudah sejak bergulir
masalah dari tahun 2009.
Kali
ini istimewa, siapa lagi kalau bukan perempuan yang diboncengkannya. Itu Ani
yang bersembunyi menghindari bentrok mata dengan Bowo tetapi memperlihatkan
segala profil identitas dirinya untuk ditujukan pada lelaki yang sudah
bermasalah sejak lama.
Semuanya
aksi sepihak.....
Cukup
sulit menyeberang jalan ramai, Bowo leluasa memandang aksi kakak beradik
tersebut. Jelas tujuannya, perlahan menyeberang melintasi depan kios Bowo. Ani
sempat melirik tajam Bowo yang duduk membelakangi etalase kios berisi peralatan
stempel. Segera ada sensasi terasa bagi lelaki yang sampai hampir setengah abad
ini membujang. Dilirik perempuan cantik siapa yang tak geer?
Apalagi
semua pergerakan yang berada di depannya memang ditujukan kepada dirinya.
Semuanya merupakan kelanjutan masalah yang lama bergulir, seharusnya sudah
selesai tapi....
Ini
yang membuat Bowo gregetan, sebab sesungguhnya selama tahun 2017 ini ia telah
mencoba menghindari segala potensi benturan antara dirinya dengan anggota
keluarga Bapak Jonan.
Itu
karena atas saran dari Bapak ketua RT tempat Bowo mengontrak. Jadi bukan hanya
dirinya saja yang pernah mendapat kasus serupa dari pihak keluarga Bapak Jonan.
Beberapa tetangganya juga tahu keras kepalanya watak anggota keluarga tersebut.
Sedangkan
Ani sampai saat ini perempuan tersebut adalah istri dari seorang lelaki yang
telah menikahinya karena berhasil merenggut keperawanannya sekaligus menanamkan
benih di rahimnya.
“Bila
saja Ani memiliki kesibukan mengurus rumah tangga dan anaknya mungkin kasus
sudah selesai, aku bebas dari cengkeraman ancaman keluarga Bapak Jonan walaupun
tersingkir sebagai pihak yang kalah,” Bowo berujar sendiri.
Kasus
bergulir liar, Ani keguguran. Bowo pun dikeroyok kembali dengan kasus-kasus
lama, itu terjadi tahun 2016. Baru berakhir dengan desas-desus Ani mengikuti
suaminya yang meneruskan studi S2 ke luar negeri, Inggris.
Bowo
tak begitu saja mempercayai kabar tersebut. Kemampuan keluarga Bapak Jonan dan
keluarga menantunya tak mencapai setinggi itu. Sekarang inilah buktinya, kakak
beradik dengan Ani sebagai inti masalah telah melintas. Manuver sepihak terjadi
sebagai berlanjutnya masalah lama.
Di
mana suami Ani?
Pertanyaan
itu selalu datang pada diri Bowo tanpa pernah ada jawaban. Lebih baik juga
selamanya Bowo tak tahu apa-apa tentang orang-orang yang mempermasalahkannya
ini. Bowo dalam keadaan hidup paling minuspun sekarang tetap bisa melanjutkan
kegiatan sehari-harinya. Itulah dasar kenapa Bowo tetap bertahan hidup di
Yogya.
Oh
melintasnya Jodi dan Ani sebenarnya sudah didahului pemantauan Udin beberapa
jam yang lalu. Jadi antara satu aksi dengan aksi lain saling berkaitan, selalu
ada kelanjutannya.
Tapi
bagi Bowo semua itu sudah tidak penting. Aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan
sudah menetap bertahun-tahun, tiddak ada yang baru dan hanya pengulangan
masalah. Sebenarnya keluarga ini tak mendapatkan tujuan terbaik dalam hidupnya,
selalu berujung kekecewaan.
Kegagalan
dalam semua bidang, Bowo tak perlu menyebutkannya.
Buktinya
setahun saja, tak ada perubahan signifikan semua anggota keluarga tersebut.
Misalnya dari segi fisik bangunan rumah maupun reputasi di masyarakat sekitar.
Semua itu menjadi rahasia yang ditutup-tutupi dengan berbagai cara. Paling
mudahnya adalah dengan berdusta dari fakta yang ada.
Penilaian
Bowo yang paling mudahnya, “Pada punya pekerjaan apa sih kok sempat-sempatnya
punya waktu mengeroyok diriku bertahun-tahun?”
He
He He Bowo yang pekerjaannya bentuk wiraswasta PKL saja sudah mati-matian
mempertahankannya. Ia sampai rela kehilangan pacar dan sampai sakit hati karena
diputus Ani begitu saja. Semuanya agar kegiatannya lancar dan perutnya tidak
mengamuk kelaparan.
Esoknya
Bowo melihat sesuatu di kamar kontrakannya. Sekeping pecahan kaca jendela
belakang kamar kontrakannya tergeletak di lantai. Sesuatu telah terjadi tapi
tidak mengejutkannya. Maunya pihak di sana membuat teror yang membangkitkan
ketegangan jiwa Bowo naik tinggi, semacam kepanikan karena memiliki masalah
yang berbelit terus menerus.
Bowo
menimang-nimang pecahan kaca yang tergeletak di lantai, hanya satu keping tidak
ada yang terhambur berserakan. Diperhatikannya sekitar lantai kalau-kalau ada
benda keras lain, nihil. Berarti telah ada seorang melemparkan benda keras
hingga memecahkan kaca jendela tapi benda keras tersebut tak masuk ke dalam
kamar, mungkin terpental keluar dengan sendirinya.
Oalah
nasib nasib....
Kaca
jendela kok jadi sasaran kemarahan. Bowo cuma meleletkan lidahnya saat melihat
sisa kaca yang masih terpasang di kisi jendela. Lobang pecahannya makin melebar
karena ini sudah peristiwa yang kedua kalinya dilempar benda keras. Yang
pertama akhir 2014, bukti-buktinya disimpan Bowo rapih. Berupa kepingan kaca
dan benda keras berupa bekas kran air minum dari logam. Sekarang ada lagi, tapi
Bowo sebal hingga membuangnya saja masuk tong sampah.
Pelakunya?
Gak
bakalan ketahuan, jelas si pelempar batu mencari waktu yang tepat saat Bowo
beraktifitas di luar kamar. Tujuannya masih berkaitan dengan kemunculan Ani
bermanuver hari sebelumnya.
Yang
diserang adalah mental Bowo, bila terpancing tentu bakalan membalas. Maunya
Bowo dibuat kebingungan dan kemudian membuat tindakan konyol yang menyenangkan
hati pihak yang memusuhinya. Mungkin agenda tersembunyi keluarga ini adalah
menjatuhkan nama baik Bowo di masyarakat umum karena bertindak kurangajar
bahkan mencapai kriminal.
Maunya masalah lama terus memacu ketegangan
jiwanya dan terus terpancing memperebutkan Ani sebagai piala kemenangan
kejuaraan. Padahal kemenangan bulat total poin adalah menantunya yang sekarang
lenyap, bahkan bila dihitung sudah sangat lama satu dua bulan setelah menikah
di bulan Oktober 2015.
Entah
kenapa bersembunyi seperti itu, sama sekali tidak memperkenalkan diri kepada
tetangga sekitar rumah mertuanya. Sekali lagi isu-isu yang konon kabarnya
sangat dibesar-besarkan, kuliah S2 di negaranya Ratu Elizabeth karena
reputasinya sudah internasional.
Sesuatu
yang lucu bagi Bowo, Ani sendiri kuliah di UGM. Itu sudah termasuk unversitas
terkemuka di Indonesia, masuk fakultas Farmasi lagi yang nyata jurusan favorit.
Coba pikir bila berprestasi tinggi saja anak ini bisa menggapai beasiswa ke
luar negeri. Kan tidak perlu berdarah-darah hamil duluan untuk mendapatkan
mahasiswa lain yang dianggapnya bonafid (mungkin). Akhirnya dia sendiri yang
kena batunya, tahun 2017 ini bila tak lanjut kuliah berarti Ani sudah drop out.
Tapi
berita yang beredar baru-baru ini, Ani selesai kuliahnya di UGM kemudian melanjutkan S2 bersama suaminya di
Bali. Berita itu dari mulut Ibu Jonan kepada tetangga-tetangga kanan kirinya.
Hebat!
Yang
sial Bowo, biarpun bukan apa-apa tapi terus diseret dalam masalah keluarga
Bapak Jonan. Bila dilanjutkan sampai tingkat apapun statusnya tak lebih dari
seorang pecundang.
Di
sinilah Bowo bertahan mati-matian agar tindakannya tidak keluar dari jalur.
Dirinya terancam terlibat banyak kasus, urusannya SARU, sukses tidak sukses
terancam pidana dan pelanggaran etika masyarakat.
Itu
sudah terjadi akhir tahun 2016, Bowo mencoba konsultasi dengan Ketua RT dan
tetangganya. Kemudian benturan dengan Adi yang ternyata bukan suami perempuan
Ani. Itu adalah blunder di pihaknya. Semuanya menyalahkan pihaknya sebagai
terlalu mengada-ada, “kere munggah bale!” ujar Kepala Dukuh menuduhnya.
Makanya
tahun 2017 ini ia mundur total menghindari segala benturan dengan keluarga
Bapak Jonan. Tampaknya cukup efektif, paling tidak untuk kejiwaannya yang
tegang sudah menurun. Begitu juga perasaannya pada sosok perempuan Ani, sudah
boleh dibilang bukan urusan hati lagi.
Soal
cantik yah artis-artis sinetron itu cantik semua, apa Bowo harus jatuh cinta
pada figur-figur yang hanya bisa dilihat dalam layar televisi doang?
Kalau
perempuan Ani sih sosoknya jelas ada di sekitar tempat tinggalnya, cuma juga
tidak pernah tersentuh atau teraba badannya. Kencan pacaran pun tidak pernah,
itu yang membuat argumentasinya lemah saat mencoba melaporkan kasus-kasus yang
menimpanya pada beberapa sesepuh kampung.
Sekarang
Ani sudah muncul memperlihatkan diri di depan Bowo, jelas tak sampai itu saja
aksinya. Pasti berlanjut hingga mencapai tujuan tertentu, cuma seperti yang
sudah-sudah tak akan agresif.
Hari-hari
selanjutnya yang muncul hanya Bapak Jonan, Udin dan Jodi yang terus menerus
memantau Bowo di kios stempel. Bentuk-bentuknya selingan kegiatan inti mereka
saja, sambil menyelam minum air.
Bowo
hanya mewaspadai ketika Ibu Jonan muncul memphoto copy di kios seberang jalan.
Itu berarti pihak keluarga tersebut serius menyatakan aksi sebagai masalah
untuk diajukan kepada Bowo. Perempuan paruh baya ini menjadikan dirinya sebagai
wakil tak resmi agar masalah diantara Bowo dengan pihak keluarganya, biasanya
harus diterjemahkan sebagai awal pergerakan.
Tapi
ini bukan puncak masalah, tak lama lagi mungkin ada aksi semacam penentuan.
Semuanya akan diperlihatkan kepada Bowo sebagai masalah serius. Bowo menyatakan
bobotnya tinggi. Soalnya kalau percintaan romantis yang bahkan seperti kisah
Romeo dan Juliet itu hanya terjadi diantara sepasang kekasih. Yang dialami Bowo
itu sudah bentuk pengeroyokan, seluruh anggota keluarga sudah terlibat.
Hal
itulah yang menyimpulkannya pada penilaian, bentuk aksi-aksi sepihak keluarga
Bapak Jonan adalah kamuflase, sangat disengaja untuk mempengaruhi kejiwaan dan
mentalnya. Dan itu sangat memuaskan jiwa-jiwa yang bersemayam dalam dada
mereka.
Bowo
cuma mencari rujukannya di google, itu kemungkinan adalah psikopat tanpa bisa
memvonisnya. Gejala-gejala anggota keluarga memiliki kecenderungan psikopat
tinggi inilah yang sekarang diamati Bowo terus.
Hari
jumat.
Nah
jam 8 sudah muncul Ani diboncengkan Jodi, tampil sangat menawan. Yang dipakai
motor Beat yang merupakan sepeda motor tunggangan Ani semasa SMA dan kuliahnya.
Sangat terbaca Bowo diberi sajian memori saat Ani masih lajang. Di balik
punggung kakaknya Ani memandang tajam Bowo. Sinar matanya tak pernah bisa
menipu, itu aura perhatian terhadapnya.
Juga
aksinya memang ditujukan untuk Bowo, ini kelanjutannya. Menyeberang jalan
melintas depan kios Bowo paling dekatnya. Ani melirik Bowo, itu sudah jelas.
Kalau Bowo ya apa adanya membelakan mata menangkap obyek perempuan seksi dalam
balutan gaun resmi biru hitam.
Sudah
berlalu, ternyata tidak.
Lima
belas menit kemudian dari arah berlawanan Ani mengendarai motor Beatnya
sendirian menyeberang jalan depan kios Bowo. Jadilah Bowo mulai bertanya-tanya,
“ada apa?”
Ternyata
muncul lagi di mulut gang, memboncengkan Ibunya yang juga berdandan resmi, oh
mungkin ada acara. Bowonya yang sadar keluarga itu sedang menghadiri acara
pernikahan di kampung setempat. Mereka jelas diundang sebagai tamu, di gapura
menuju kampung terdapat hiasan janur kuning sederhana.
Berarti
pikiran Bowo salah?
Makanya
Bowo pasif dari dulu, serba salah dalam bertindak. Ditelitinya terus aksi-aksi
anggota keluarga Bapak Jonan. Inti dari masalah tetap berada pada kehadiran
perempuan Ani yang beberapa bulan lalu lenyap. Konon mengikuti suaminya di Bali
yang kuliah menggapai gelar Magister. Ah ternyata berturut-turut setelah
memboncengkan ibunya, kembali lagi menjemput bapaknya. Lengkaplah sudah....
Malam
sabtunya tepat tengah malam pukul 00.12 WIB Bowo terbangun dari tidur lelapnya
karena gedoran keras dinding kamar kosnya. Lagi-lagi peristiwa tahun 2013
kembali terjadi. Orang yang menggedor dinding kamarnya pasti melakukannya untuk
membuat perhitungan adu kekerasan. Pelakunya tetap anggota keluarga Bapak
Jonan, dalam hal ini terpusat pada Udin sebagai masalah pribadi.
Melayaninya?....Percuma!
Hal
itu akan membuat pelakunya yang diduga Bowo sebagai psikopat makin terangsang
mencapai sensasi menyenangkan jiwa sakitnya. Psikopat akan mempermainkan obyek
penderita sampai tersiksa. Justru tidak terbersit pikiran untuk menyelessaikan
akar masalah. Bukti-bukti ini sudah ditangani Bowo terutama terhadap Udin yang
ketahuan berdarah dingin alias sadis.
Maunya
pelaku penggedor dinding kamar kosnya adalah mendramatisir situasi. Bila Bowo
tegang dan khawatir apa lagi sampai keluar untuk melayaninya....oh tidak, untuk
seorang psikopat Bowo tak lebih adalah obyek, korban yang harus menderita
hidupnya.
Bowo
keluar juga dari kamar tapi tidak mengejar pelakunya. Cukup memperkirakan
bagaimana ketukan pada dinding kamar kosnya sampai membuatnya terbangun dari
buaian mimpi indahnya. Memang tak mungkin bila itu tetangganya yang iseng
belaka, suara gedoran pada dinding kamar jelas memakai batu agar terdengar
jelas membuatnya terganggu.
“He
He He bagaimana aku bisa berkomunikasi dengan mereka kalau begini?”
Hari
sabtunya yang ada juga peristiwa yang berulang-ulang terjadi. Udin, Jodi dan
Bapak Jonan memantaunya dalam waktu berlainan. Coba berkomunikasi melalui HP
kan gampang....
Ada
sih setiap bulan keluarga tersebut memberinya nomor telepon. Tetapi semuanya
sudah dihapus, lagi pula itu juga trik-trik dari keluarga tersebut untuk
mempermainkan Bowo agar makin menyenangkan kejiwaan abnormal mereka.
Takdir
saja yang bicara lain, Bowo kena giliran masalah. Ada anggota keluarganya sakit
sampai harus berobat. Satu-satunya jalan masuk rumah sakit, pemberitahuan
melalui telepon ia harus mudik ke Purwokerto untuk ikut merawat anggota
keluarganya.
Hari
minggu Bowo meluncur ke Purwokerto. Tuhan punya rencana ternyata Bowo harus
ikut merawat anggota keluarganya sampai setengah bulan lebih. Pertikaian pun
terputus begitu saja.
Itulah
yang terjadi.