Tuesday, June 2, 2020

PERGERAKAN YANG SENYAP

KATA PENGANTAR

Ini bukan karya pertama Penulis, sudah ada beberapa naskah cuma belum pernah terpublikasikan. Sekarang mencoba dalam bentuk blog biar bisa dibaca publik.....gratis kok.

Kalau karya ini didedikasikan biarlah buat ulang tahun pengarang yang sekarang mencapai setengah abad. Motto pengarang adalah seumur hidup harus pernah menulis....menulis....berkarya dalam bentuk literatur.

Soal diakui masyarakat atau tidak pengarang tidak terbebani, apalagi bisa hidup dari tulisan. Oh nggak pengarang cukup mengeluarkan uneg-uneg di otak kemudian menuliskannya, syukur dibaca publik dan diapresiasi.

Mangga bila hendak mengkritik, menambahi, memplagiat tulisan ini, pengarang membebaskannya karena hanya sebuah fiksi. Iya fiksi biarpun berasal dari memoar hidup pengarang.

Pokoknya inilah pengarang sebagai Makhluk Fiksi.

                                                           

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                    Wasalam,

                                                           

                                                                                    Yogyakarta, Mei S0S0

BAB 1

         APA YANG TERJADI?

Sebuah pernyataan muncul di dada Bowo. Bulan Juli 2017 di pagi yang dingin menggigit dan kekeringan yang sedang melanda kawasan Yogya selatan. Bowo membuka kios stempelnya dan dari seberang jalan mendapat sapaan senyum manis seorang perempuan istri tetangganya. Itu tetangga depan kios seorang dosen perguruan swasta di Yogyakarta.

Mendung berkabut terkadang jatuh gerimis tak sampai membasahai aspal jalan yang terus berdebu sepanjang hari. Sebuah keramaian etalase Yogya, Malioboro ah itu dekat saja dari tempat usahanya, sudah bukan hal yang mengherankan. Selalu menjadi jujugan wisatawan karena membuat penasaran pelancong. Bowo tenang-tenang saja, tujuannya merantau bukan untuk menghambur-hamburkan uang.

Sebaliknya berbagai kejadian secara pribadi menimpanya dirasa unik, sebuah konflik mewarnai hidupnya selama beberapa tahun ini. Bagi Bowo pribadi itu sangat menyita waktunya, bahkan sampai memerah tenaga dan pikiran untuk suatu bentuk penyelesaiannya.

Bowo sendirian, di lain pihak?

Sekarang Bowo tahu ia telah sekian tahun dikeroyok seluruh anggota keluarga di dekat tempat tinggalnya. Itu berarti di pihak keluarga tersebut Bowo adalah rival berat, lawan yang tak mudah dikalahkan bahkan dengan berbagai jebakan maut yang dipasang bertahun-tahun.

Satu kesimpulan telah didapatnya, kemungkinan dari orang-orang yang telah menyerangnya adalah psikopat. Bukti-bukti telah dikumpulkannya sekarang tinggal menerapkan cara mengantisipasinya. Bowo bukan psikiater, ia hanya mendapatkan gejala kejiwaan orang-orang yang mempermasalahkannya dari mesin pencari google. Datanya melimpah tapi sulit menjadi pegangan dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Ada banyak perhitungan saat menghadapi individu, perasaan sangat bermain. Segala tuduhan subyektif akan luruh dengan sendirinya karena interaksi sosial di masyarakat. Jadi mesin google itu bukan patokan yang utama, tetap hati nurani kita yang menjadi acuan pembenaran sebuah tuduhan.

Apalagi peristiwa-peristiwa terus bergulir, bulan Juli ini adalah catatan puncak dari fenomena yang dialami Bowo. Ialah munculnya perempuan Ani yang menjadi pokok dan inti permasalahan konflik dengan keluarga besarnya. Bowo berhadapan dengan seluruh anggota keluarga besar Bapak Jonan dengan segala intrik-intriknya.

Perempuan Ani, namanya masih mendebarkan dada Bowo. Perasaan yang selalu dipertentangkan batinnya, pernah terjalin atau tepatnya salah tafsir telah terjadi. Anggap saja Bowo yang tergila-gila pada Ani, selalu mengejarnya hingga bertahun-tahun kemudian tercampak dengan sendirinya karena Ani menikah dengan lelaki lain.

Benarkah itu berarti Bowo berada di pihak yang kalah?

Iyalah.....

Gelagatnya saja yang berliku-liku bahkan dahsyat untuk kejiwaan Bowo. Mungkin seumur hidupnya inilah fenomena aneh yang dialaminya terhadap seorang perempuan. Untuk menerima kenyataan bahwa Ani sudah menjadi milik orang lain ternyata membutuhkan waktu panjang. Bukan dari pihaknya saja bahkan untuk keluarga besar Bapak Jonan sendiri masih begitu rentan. Bowo yang sering merasa bersalah sebab ia telah andil begitu besar terhadap akibat-akibat yang ada terhadap Ani, mungkin itu tragedi.

Ani muncul, di mana suaminya berada?

Tak ada yang menjawab, gelagat pergerakan yang terlihat tetap sama dari tahun ke tahun, inilah aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan. Berulang-ulang, menetap dengan bentuk skenario drama, manuver-manuver jebakannya hanya akan membahayakan posisi Bowo di mata masyarakat sekitar. Juga tanpa tujuan yang jelas, tidak ada kalah menang, benar salah, baik buruk dan yang jelas sudah melanggar pidana walaupun tak tersentuh aparat hukum.

Hanya kronologinya selalu dicatat Bowo menjadi serangkaian kejadian menarik. Sulit membahasnya dari sudut-sudut ilmiah, terjadi begitu wajarnya sampai masyarakat sekitar tidak tahu menahu bahwa telah terjadi konflik diantara tetangga dekatnya. Bowo sendiri membahasnya secara subyektif, yang dijabarkannya ini adalah sudut pandang hidupnya terhadap fenomena kejadian yang terus dialaminya entah sampai kapan.

Perempuan Ani, Oktober 2015 menikah dengan seorang pemuda dari Bali. Kabarnya seorang mahasiswa S2 dari keluarga pegawai negeri sipil. Saat itu keadaan sangat mendesak karena perempuannya hamil duluan. Ah itu kasus biasa saja di masyarakat, buktinya tak ada warga sekitar yang menyindir kondisi kedua mempelai karena menjadi tanggung jawab keduanya, resmilah suami istri ini sah.

Mungkin hanya satu pihak saja yang terganggu oleh pernikahan Ani, ialah Bowo yang langsung terjungkal sakit hati. Harapannya untuk bisa menyunting gadis pujaannya kandas, jungkir balik sampai remuk redam, patah hati seperti cacing menggelepar karena kena panas matahari. Putuslah segala harapannya selama ini, sekali lagi ini hanya di pihak perorangan, Bowo.

Fuiihh Bowo itu apanya Ani?

Bowo menyatakan Ani memang kekasih hatinya, hanya sampai posisi itu. Soalnya ia tak pernah terhubung langsung dengan anak perawan keluarga terhormat tersebut. Bahkan dengan menikahnya Ani selesailah sudah permasalahan yang membelitnya selama ini. Pokoknya tak ada istilah pacaran diantara mereka berdua, kisahnya bukan drama romantis.

Sayang konflik masih bergulir, mungkin pihak keluarga bapak Jonan masih belum terima atas kesalahan perbuatan Bowo terhadap mereka yang tentu subyektif sekali. Bowo tetap diseret dalam pusaran masalah keluarga tersebut, maka terjadilah berbagai bentrokan diantara pihak-pihak yang bertikai.

Beberapa tindakan dari anggota keluarga bapak Jonan sudah mengarah pada tindak kekerasan. Sulit bagi Bowo memastikan sebagai kebenaran, apalagi kemudian Bowo tahu telah tidak disengaja melibatkan pihak lain yaitu Adi yang ternyata tetangga lain gang di kampung sehingga menambah kesulitan di pihaknya.

Bagi Bowo sungguh sulit untuk meneruskan, “tingkat kesalahannya sangat besar sudah tidak bisa ditoleransi!”

Makanya tahun 2017 ini Bowo pasif, membuat sikap tak melayani lagi apapun tindakan dan pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan. Bahkan dianggapnya berakhir seiring lenyapnya Ani yang konon mengikuti suaminya di Bali.

Bulan Juli 2017 inilah perempuan Ani muncul, Bowo pun mewaspadainya kembali....

Dari sejak awal 2017 tetap ada pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan memancing masalah terhadap Bowo. Setiap bulan ada nomor masuk HP nya kemudian diiringi dengan aksi-aksi manuver keluarga tersebut di depan kios usahanya di eks kampus Stiekers.

Ada kesan masalah sengaja dibuat rumit agar Bowo terus berusaha memecahkannya dengan berbagai bentuk semacam uji coba. Itu karena keluarga ini adalah berlatar belakang pengajar. Bapak Jonan dan ibunya adalah seorang guru, ustad dan tokoh masyarakat untuk lingkungan sekitarnya. Makanya itu semacam hak mereka menguji mental Bowo yang diaduk-aduk sampai dasarnya hingga mengacaukan kegiatan kesehariannya.

Pertengahan Juli 2017,

Bowo baru datang dari tempatnya menyeting desain klise stempel. Sudah siang tinggal menanti kedatangan pemesan untuk pengambilannya. Duduk di belakang etalase kios kaki lima, di sinilah keluarga Bapak Jonan selalu mengincar dirinya dalam berbagai aksi manuver dalam bentuk skenario dramatis.

Lalu lintas jalan Parangtritis ramai kendaraan, merupakan jalur cepat menuju dalam dan luar kota. Riwayat eks kampus Stiekers sudah tamat, tanah seluas lima hektar itu tak lebih dari taman parkir bus-bus pariwisata yang sepi, jarang disinggahi bus wisata karena berfungsi sebagai cadangan belaka.

Dari mulut gang yang sempit muncul sepeda motor Mio. Bowo segera mengetahuinya dikendarai Jodi anak ganteng Bapak Jonan. Itu sudah biasa, ah tidak kakak Ani selalu muncul dengan aksi yang memiliki makna tertentu sudah sejak bergulir masalah dari tahun 2009.

Kali ini istimewa, siapa lagi kalau bukan perempuan yang diboncengkannya. Itu Ani yang bersembunyi menghindari bentrok mata dengan Bowo tetapi memperlihatkan segala profil identitas dirinya untuk ditujukan pada lelaki yang sudah bermasalah sejak lama.

Semuanya aksi sepihak.....

Cukup sulit menyeberang jalan ramai, Bowo leluasa memandang aksi kakak beradik tersebut. Jelas tujuannya, perlahan menyeberang melintasi depan kios Bowo. Ani sempat melirik tajam Bowo yang duduk membelakangi etalase kios berisi peralatan stempel. Segera ada sensasi terasa bagi lelaki yang sampai hampir setengah abad ini membujang. Dilirik perempuan cantik siapa yang tak geer?

Apalagi semua pergerakan yang berada di depannya memang ditujukan kepada dirinya. Semuanya merupakan kelanjutan masalah yang lama bergulir, seharusnya sudah selesai tapi....

Ini yang membuat Bowo gregetan, sebab sesungguhnya selama tahun 2017 ini ia telah mencoba menghindari segala potensi benturan antara dirinya dengan anggota keluarga Bapak Jonan.

Itu karena atas saran dari Bapak ketua RT tempat Bowo mengontrak. Jadi bukan hanya dirinya saja yang pernah mendapat kasus serupa dari pihak keluarga Bapak Jonan. Beberapa tetangganya juga tahu keras kepalanya watak anggota keluarga tersebut.

Sedangkan Ani sampai saat ini perempuan tersebut adalah istri dari seorang lelaki yang telah menikahinya karena berhasil merenggut keperawanannya sekaligus menanamkan benih di rahimnya.

“Bila saja Ani memiliki kesibukan mengurus rumah tangga dan anaknya mungkin kasus sudah selesai, aku bebas dari cengkeraman ancaman keluarga Bapak Jonan walaupun tersingkir sebagai pihak yang kalah,” Bowo berujar sendiri.

Kasus bergulir liar, Ani keguguran. Bowo pun dikeroyok kembali dengan kasus-kasus lama, itu terjadi tahun 2016. Baru berakhir dengan desas-desus Ani mengikuti suaminya yang meneruskan studi S2 ke luar negeri, Inggris.

Bowo tak begitu saja mempercayai kabar tersebut. Kemampuan keluarga Bapak Jonan dan keluarga menantunya tak mencapai setinggi itu. Sekarang inilah buktinya, kakak beradik dengan Ani sebagai inti masalah telah melintas. Manuver sepihak terjadi sebagai berlanjutnya masalah lama.

Di mana suami Ani?

Pertanyaan itu selalu datang pada diri Bowo tanpa pernah ada jawaban. Lebih baik juga selamanya Bowo tak tahu apa-apa tentang orang-orang yang mempermasalahkannya ini. Bowo dalam keadaan hidup paling minuspun sekarang tetap bisa melanjutkan kegiatan sehari-harinya. Itulah dasar kenapa Bowo tetap bertahan hidup di Yogya.

Oh melintasnya Jodi dan Ani sebenarnya sudah didahului pemantauan Udin beberapa jam yang lalu. Jadi antara satu aksi dengan aksi lain saling berkaitan, selalu ada kelanjutannya.

Tapi bagi Bowo semua itu sudah tidak penting. Aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan sudah menetap bertahun-tahun, tiddak ada yang baru dan hanya pengulangan masalah. Sebenarnya keluarga ini tak mendapatkan tujuan terbaik dalam hidupnya, selalu berujung kekecewaan.

Kegagalan dalam semua bidang, Bowo tak perlu menyebutkannya.

Buktinya setahun saja, tak ada perubahan signifikan semua anggota keluarga tersebut. Misalnya dari segi fisik bangunan rumah maupun reputasi di masyarakat sekitar. Semua itu menjadi rahasia yang ditutup-tutupi dengan berbagai cara. Paling mudahnya adalah dengan berdusta dari fakta yang ada.

Penilaian Bowo yang paling mudahnya, “Pada punya pekerjaan apa sih kok sempat-sempatnya punya waktu mengeroyok diriku bertahun-tahun?”

He He He Bowo yang pekerjaannya bentuk wiraswasta PKL saja sudah mati-matian mempertahankannya. Ia sampai rela kehilangan pacar dan sampai sakit hati karena diputus Ani begitu saja. Semuanya agar kegiatannya lancar dan perutnya tidak mengamuk kelaparan.

Esoknya Bowo melihat sesuatu di kamar kontrakannya. Sekeping pecahan kaca jendela belakang kamar kontrakannya tergeletak di lantai. Sesuatu telah terjadi tapi tidak mengejutkannya. Maunya pihak di sana membuat teror yang membangkitkan ketegangan jiwa Bowo naik tinggi, semacam kepanikan karena memiliki masalah yang berbelit terus menerus.

Bowo menimang-nimang pecahan kaca yang tergeletak di lantai, hanya satu keping tidak ada yang terhambur berserakan. Diperhatikannya sekitar lantai kalau-kalau ada benda keras lain, nihil. Berarti telah ada seorang melemparkan benda keras hingga memecahkan kaca jendela tapi benda keras tersebut tak masuk ke dalam kamar, mungkin terpental keluar dengan sendirinya.

Oalah nasib nasib....

Kaca jendela kok jadi sasaran kemarahan. Bowo cuma meleletkan lidahnya saat melihat sisa kaca yang masih terpasang di kisi jendela. Lobang pecahannya makin melebar karena ini sudah peristiwa yang kedua kalinya dilempar benda keras. Yang pertama akhir 2014, bukti-buktinya disimpan Bowo rapih. Berupa kepingan kaca dan benda keras berupa bekas kran air minum dari logam. Sekarang ada lagi, tapi Bowo sebal hingga membuangnya saja masuk tong sampah.

Pelakunya?

Gak bakalan ketahuan, jelas si pelempar batu mencari waktu yang tepat saat Bowo beraktifitas di luar kamar. Tujuannya masih berkaitan dengan kemunculan Ani bermanuver hari sebelumnya.

Yang diserang adalah mental Bowo, bila terpancing tentu bakalan membalas. Maunya Bowo dibuat kebingungan dan kemudian membuat tindakan konyol yang menyenangkan hati pihak yang memusuhinya. Mungkin agenda tersembunyi keluarga ini adalah menjatuhkan nama baik Bowo di masyarakat umum karena bertindak kurangajar bahkan mencapai kriminal.

 Maunya masalah lama terus memacu ketegangan jiwanya dan terus terpancing memperebutkan Ani sebagai piala kemenangan kejuaraan. Padahal kemenangan bulat total poin adalah menantunya yang sekarang lenyap, bahkan bila dihitung sudah sangat lama satu dua bulan setelah menikah di bulan Oktober 2015.

Entah kenapa bersembunyi seperti itu, sama sekali tidak memperkenalkan diri kepada tetangga sekitar rumah mertuanya. Sekali lagi isu-isu yang konon kabarnya sangat dibesar-besarkan, kuliah S2 di negaranya Ratu Elizabeth karena reputasinya sudah internasional.

Sesuatu yang lucu bagi Bowo, Ani sendiri kuliah di UGM. Itu sudah termasuk unversitas terkemuka di Indonesia, masuk fakultas Farmasi lagi yang nyata jurusan favorit. Coba pikir bila berprestasi tinggi saja anak ini bisa menggapai beasiswa ke luar negeri. Kan tidak perlu berdarah-darah hamil duluan untuk mendapatkan mahasiswa lain yang dianggapnya bonafid (mungkin). Akhirnya dia sendiri yang kena batunya, tahun 2017 ini bila tak lanjut kuliah berarti Ani sudah drop out.

Tapi berita yang beredar baru-baru ini, Ani selesai kuliahnya di UGM  kemudian melanjutkan S2 bersama suaminya di Bali. Berita itu dari mulut Ibu Jonan kepada tetangga-tetangga kanan kirinya.

Hebat!

Yang sial Bowo, biarpun bukan apa-apa tapi terus diseret dalam masalah keluarga Bapak Jonan. Bila dilanjutkan sampai tingkat apapun statusnya tak lebih dari seorang pecundang.

Di sinilah Bowo bertahan mati-matian agar tindakannya tidak keluar dari jalur. Dirinya terancam terlibat banyak kasus, urusannya SARU, sukses tidak sukses terancam pidana dan pelanggaran etika masyarakat.

Itu sudah terjadi akhir tahun 2016, Bowo mencoba konsultasi dengan Ketua RT dan tetangganya. Kemudian benturan dengan Adi yang ternyata bukan suami perempuan Ani. Itu adalah blunder di pihaknya. Semuanya menyalahkan pihaknya sebagai terlalu mengada-ada, “kere munggah bale!” ujar Kepala Dukuh menuduhnya.

Makanya tahun 2017 ini ia mundur total menghindari segala benturan dengan keluarga Bapak Jonan. Tampaknya cukup efektif, paling tidak untuk kejiwaannya yang tegang sudah menurun. Begitu juga perasaannya pada sosok perempuan Ani, sudah boleh dibilang bukan urusan hati lagi.

Soal cantik yah artis-artis sinetron itu cantik semua, apa Bowo harus jatuh cinta pada figur-figur yang hanya bisa dilihat dalam layar televisi doang?

Kalau perempuan Ani sih sosoknya jelas ada di sekitar tempat tinggalnya, cuma juga tidak pernah tersentuh atau teraba badannya. Kencan pacaran pun tidak pernah, itu yang membuat argumentasinya lemah saat mencoba melaporkan kasus-kasus yang menimpanya pada beberapa sesepuh kampung.

Sekarang Ani sudah muncul memperlihatkan diri di depan Bowo, jelas tak sampai itu saja aksinya. Pasti berlanjut hingga mencapai tujuan tertentu, cuma seperti yang sudah-sudah tak akan agresif.

Hari-hari selanjutnya yang muncul hanya Bapak Jonan, Udin dan Jodi yang terus menerus memantau Bowo di kios stempel. Bentuk-bentuknya selingan kegiatan inti mereka saja, sambil menyelam minum air.

Bowo hanya mewaspadai ketika Ibu Jonan muncul memphoto copy di kios seberang jalan. Itu berarti pihak keluarga tersebut serius menyatakan aksi sebagai masalah untuk diajukan kepada Bowo. Perempuan paruh baya ini menjadikan dirinya sebagai wakil tak resmi agar masalah diantara Bowo dengan pihak keluarganya, biasanya harus diterjemahkan sebagai awal pergerakan.

Tapi ini bukan puncak masalah, tak lama lagi mungkin ada aksi semacam penentuan. Semuanya akan diperlihatkan kepada Bowo sebagai masalah serius. Bowo menyatakan bobotnya tinggi. Soalnya kalau percintaan romantis yang bahkan seperti kisah Romeo dan Juliet itu hanya terjadi diantara sepasang kekasih. Yang dialami Bowo itu sudah bentuk pengeroyokan, seluruh anggota keluarga sudah terlibat.

Hal itulah yang menyimpulkannya pada penilaian, bentuk aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan adalah kamuflase, sangat disengaja untuk mempengaruhi kejiwaan dan mentalnya. Dan itu sangat memuaskan jiwa-jiwa yang bersemayam dalam dada mereka.

Bowo cuma mencari rujukannya di google, itu kemungkinan adalah psikopat tanpa bisa memvonisnya. Gejala-gejala anggota keluarga memiliki kecenderungan psikopat tinggi inilah yang sekarang diamati Bowo terus.

Hari jumat.

Nah jam 8 sudah muncul Ani diboncengkan Jodi, tampil sangat menawan. Yang dipakai motor Beat yang merupakan sepeda motor tunggangan Ani semasa SMA dan kuliahnya. Sangat terbaca Bowo diberi sajian memori saat Ani masih lajang. Di balik punggung kakaknya Ani memandang tajam Bowo. Sinar matanya tak pernah bisa menipu, itu aura perhatian terhadapnya.

Juga aksinya memang ditujukan untuk Bowo, ini kelanjutannya. Menyeberang jalan melintas depan kios Bowo paling dekatnya. Ani melirik Bowo, itu sudah jelas. Kalau Bowo ya apa adanya membelakan mata menangkap obyek perempuan seksi dalam balutan gaun resmi biru hitam.

Sudah berlalu, ternyata tidak.

Lima belas menit kemudian dari arah berlawanan Ani mengendarai motor Beatnya sendirian menyeberang jalan depan kios Bowo. Jadilah Bowo mulai bertanya-tanya, “ada apa?”

Ternyata muncul lagi di mulut gang, memboncengkan Ibunya yang juga berdandan resmi, oh mungkin ada acara. Bowonya yang sadar keluarga itu sedang menghadiri acara pernikahan di kampung setempat. Mereka jelas diundang sebagai tamu, di gapura menuju kampung terdapat hiasan janur kuning sederhana.

Berarti pikiran Bowo salah?

Makanya Bowo pasif dari dulu, serba salah dalam bertindak. Ditelitinya terus aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Inti dari masalah tetap berada pada kehadiran perempuan Ani yang beberapa bulan lalu lenyap. Konon mengikuti suaminya di Bali yang kuliah menggapai gelar Magister. Ah ternyata berturut-turut setelah memboncengkan ibunya, kembali lagi menjemput bapaknya. Lengkaplah sudah....

Malam sabtunya tepat tengah malam pukul 00.12 WIB Bowo terbangun dari tidur lelapnya karena gedoran keras dinding kamar kosnya. Lagi-lagi peristiwa tahun 2013 kembali terjadi. Orang yang menggedor dinding kamarnya pasti melakukannya untuk membuat perhitungan adu kekerasan. Pelakunya tetap anggota keluarga Bapak Jonan, dalam hal ini terpusat pada Udin sebagai masalah pribadi.

Melayaninya?....Percuma!

Hal itu akan membuat pelakunya yang diduga Bowo sebagai psikopat makin terangsang mencapai sensasi menyenangkan jiwa sakitnya. Psikopat akan mempermainkan obyek penderita sampai tersiksa. Justru tidak terbersit pikiran untuk menyelessaikan akar masalah. Bukti-bukti ini sudah ditangani Bowo terutama terhadap Udin yang ketahuan berdarah dingin alias sadis.

Maunya pelaku penggedor dinding kamar kosnya adalah mendramatisir situasi. Bila Bowo tegang dan khawatir apa lagi sampai keluar untuk melayaninya....oh tidak, untuk seorang psikopat Bowo tak lebih adalah obyek, korban yang harus menderita hidupnya.

Bowo keluar juga dari kamar tapi tidak mengejar pelakunya. Cukup memperkirakan bagaimana ketukan pada dinding kamar kosnya sampai membuatnya terbangun dari buaian mimpi indahnya. Memang tak mungkin bila itu tetangganya yang iseng belaka, suara gedoran pada dinding kamar jelas memakai batu agar terdengar jelas membuatnya terganggu.

“He He He bagaimana aku bisa berkomunikasi dengan mereka kalau begini?”

Hari sabtunya yang ada juga peristiwa yang berulang-ulang terjadi. Udin, Jodi dan Bapak Jonan memantaunya dalam waktu berlainan. Coba berkomunikasi melalui HP kan gampang....

Ada sih setiap bulan keluarga tersebut memberinya nomor telepon. Tetapi semuanya sudah dihapus, lagi pula itu juga trik-trik dari keluarga tersebut untuk mempermainkan Bowo agar makin menyenangkan kejiwaan abnormal mereka.

Takdir saja yang bicara lain, Bowo kena giliran masalah. Ada anggota keluarganya sakit sampai harus berobat. Satu-satunya jalan masuk rumah sakit, pemberitahuan melalui telepon ia harus mudik ke Purwokerto untuk ikut merawat anggota keluarganya.

Hari minggu Bowo meluncur ke Purwokerto. Tuhan punya rencana ternyata Bowo harus ikut merawat anggota keluarganya sampai setengah bulan lebih. Pertikaian pun terputus begitu saja.

Itulah yang terjadi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

    BAB 2

        KAMUFLASE

Dari tidak bisa menjadi biasa.

Bowo berlatih di pagi hari, semua itu bukan hal mudah. Bertahun-tahun dijalaninya hanya untuk mencapai semacam kebutuhan hidup. Memang latihannya bila ditontonorang lain cukup mengagumkan, soalnya mencapai bagian akrobat.

Nah akrobat yang dipertontonkan dalam pertunjukan seperti sirkus, sulap, demo tenaga memecahkan benda keras seperti lempeng baja, balok es, genteng tanah liat dan batu bata bersusun sangat menarik penonton. Bahkan banyak acara lain yang mempertunjukan kemampuan di luar nalar. Yah asyik memang!

Menontonnya asyik tapi sebenarnya pertunjukan-pertunjukan tersebut tetap memerlukan jadwal latihan. Inilah dunia di belakang panggung yang bila ditonton sangat disukai masyarakat. Bila tidak menghayatinya semua yang dilakukan hanyalah siksaan belaka.

Latihan yang dilakukan Bowo bukanlah konsumsi publik. Bowo sendiri malu bila pergerakannya diketahui tetangga-tetangga rumah kontrakannya atau anggota paguyuban PKL eks kampus Stiekers. Pencak silat dan Yoga tetap menjadi sisi pribadi milik Bowo.

Kalau jogging itu lumayan, satu dua orang sudah tahu. Begitu juga dengan tetangga sekitarnya baik di rumah kontrakan maupun warga RT. Salah satunya adalah tetangga depan kios stempelnya.

Sepasang suami istri dosen unversitas swasta di Yogya ini karena pernah mencoba menjalani jalan kaki pagi secara rutin di Alun-alun kidul. Bowo jadi akrab dengan keduanya karena bertemu saat jogging keliling lapangan Alun-alun.

Coba lihat kenyataan yang ada, keduanya hanya mampu jalan kaki keliling lapangan Alun-alun sekitar lima putaran. Sedangkan Bowo dengan berlari mampu mencapai sepuluh putaran. Sebuah perbandingan yang sangat mencolok.

Oleh karenanya keduanya walaupun hidup lebih makmur dan karier tinggi tetap menghormati Bowo. Yang sebal karena pintu gerbang rumah tersebut tepat di depan kios Bowo maka setiap hari pergerakan keluar masuk mobil atau motor terpantau jelas olehnya.

Di sinilah kelucuannya, tak terelakan sering terjadi temu pandang. Saling memberi isyarat pun terjadi, tak ada pembicaraan yang ada adalah isyarat dan bahasa tubuh. Tapi tak mencapai konflik dan pertikaian seperti dengan anggota keluarga Bapak Jonan.

Bowo berlatih pencak silat dan yoga, mungkin sedikit saja yang tahu. Beberapa teman dunia maya di facebook mengetahuinya sebatas menyukai dan sedikit berkomentar. Mereka sebenarnya tak tahu apa-apa tentang pencak silat dan yoga.

Ada saja yang lucu tetangga kios Bowo pemilik warung angkringan punya anak kecil.

“Wah anakku kepingin berlatih bela diri, kamu tahu tempatnya Wo?” tetangganya bertanya.

Spontan Bowo menjawab,

“Sini kulatih Pencak Silat Aku bisa kok.”

Perempuan tetangga Bowo yang penjual angkringan menyatakan, sangat meremehkan Bowo.

“Aku gak main-main Wo, memangnya kamu bisa apa?”

Ditinjunya muka Bowo sebagai ketidak percayaan. Nadanya marah karena merasa dipermainkan Bowo, sementara keinginan anaknya harus dituruti.

Bowo tidak tega, latihannya selama ini juga bukan jaminan ia bisa menjadi pengajar. Untuk dirinya sendiri kemampuan itu hanya menjadi semacam hiburan. Mencapai keilmuan ia tak yakin mungkin lebih tepat hanya sebagai pelaku budaya.

“He He He,” Bowo mengelak tak mau dipukul tetangganya yang dari kepalan tangannya saja sudah salah teknik. “Ya sudah tuh di ruas gang sana ada tempat berlatih Pencak Silat, coba saja mendaftar ke sana.”

Bowo berkata seraya menceritakan berbagai pengetahuannya tentang sebuah sanggar Pencak Silat yang berada di tengah kampung. Baginya sanggar itu termasuk intensif membuat jadwal latihan. Sepengetahuannya itu milik sebuah keluarga dan menerima siswa tetangga sekitarnya. Kiprahnya cukup bagus sering mengikuti kejuaraan dari sebuah perguruan pencak silat yang cukup kuat jaringannya.

“Anakku itu maunya karate,” ibu muda penjual angkringan berkata.

Yah makin menjauh dari bidang bela diri yang dihayati Bowo. Tapi tetap diberitahunya tempat berlatih jenis bela diri tersebut. Lebih mudah menunjukan tempat bela diri seperti karate dan tae kwon do. Bowo saja tahu di beberapa gedung futsal, gedung olah raga untuk bulu tangkis yang terselenggara pelatihan bela diri yang secara terorganisir lebih modern.

Namanya saja anak-anak permintaan itu cepat saja terlupakan. Tetapi kalau soal bergaya sempat saja anak perempuan kecil anak penjual angkringan tersebut memperlihatkannya pada Bowo seolah mengancam padanya, “Jangan main-main denganku, kupukul mati!”

Tangan anak kecil itu sudah teracung tinggi dengan gerak gemulai pencak. Bowonya cuma tertawa melihat tingkah anak kecil yang mengancam dirinya tersebut. Tapi dalam batin ia memuji gaya anak perempuan tersebut,

“Tetap saja pencak terlihat dari alur gerakannya, itu alam bawah sadar berdasarkan tradisi lingkungan nusantara.”

Inilah fenomena yang baginya tetap menjatuhkan pilihan untuk bertahan pada bela diri Pencak Silat sebagai praktisinya.

Bowo bahkan membuat kesimpulan,

“Secara tidak sengaja dari lahirnya anak-anak di nusantara telah diajarai gerak mencapai pencak, sebuah keindahan yang tersembunyi berbentuk bela diri.”

Seni sastra, seni tari dan seni rupa adalah universal, semua bangsa di dunia mengenalnya. Sedangklan pencak masuk seni tari yang menjadi unit tersendiri, mengumpul hanya di wilayah-wilayah yang dihuni suku-suku di nusantara.

Bukti arkeologis tentang bela diri sangat melekat pada senjata tradisional. Begitu manusia purba mengenal senjata, maka bentuk bela diri mulai berkembang. Bela dirinya non benda tapi sejarahnya seiring dengan asal-usul senjata tradisi berkembang di sebuah wilayah.

Begitulah berbagai imaginasi tentang pencak silat keluar masuk di otak Bowo. Mendarah daging melebur dalam journal latihannya. Salah atau benar pendapat-pendapatnya itu ia tak risau, pokoknya bisa mengemukakannya saja melalui media maya itu sudah baik.

                                                                        ***

Minatnya yang lain adalah yoga. Dulu saat masih menjadi siswa perguruan pencak silat yoga ini hanya tambahan materi belaka. Dalam perguruan tersebut posenya sangat sederhana walaupun tingkat kesulitannya tinggi. Bowo sempat melatihnya, rasanya manfaat yang diharapkan adalah mencapai meditasi. Gerakannya murni yoga, kemudian diperkuat dengan mantra wirid doa Asma ulhusna,  menjadi semacam akulturasi budaya. Ada diselipi manfaat setiap gerakan mencapai pengobatan dengan resep jamu tradisional.

Coba saja bila dikembangkan, Bowo akan menjadi ahli meditasi, yoga asana, berakhlak Islam tradisi tasawuf, dan ahli ramuan jamu tradisional.

Latihan yang dilakukan Bowo hanya mencapai asana yoga. Tradisi amalan tasawuf dan ilmu pengobatan tersingkir. Bowo kemudian lebih banyak mencari rujukan yoga dari berbagai buku bacaan murah yang banyak beredar di Indonesia.

Materi-materi dari buku yoga yang dibacanya sempat membuat Bowo menambah pose-pose yoga. Latihannya berkembang mencapai kelenturan tubuh, itu di usia tiga puluh tahunan. Sekarang diusia mendekati kepala lima Bowo baru memasuki era digital medsos. Group-group yoga bertebaran di Indonesia, Bowo merasa kecil hati. Apalagi ternyata metode latihannya sebenarnya termasuk salah.

Oh tidak bukan salah caranya tapi tidak efektif dan tidak praktis. Dalam lembaga-lembaga kursus yoga metode latihannya sudah sangat aman bagi praktisi dari pemula hingga tingkat lanjutan sampai masuk tradisi atau aliran-aliran yoga yang baik. Adanya pelatih yang membimbing bisa dipertanggungjawabkan hasilnya.

Bowo berlatih sembarangan, amburadul kacau balau. Walaupun mendapatkan manfaatnya tetapi tidak aman dilatih orang lain. Jadi Bowo sendiri yang harus hati-hati karena jenis latihan yang dipraktekan tidak aman, salah-salah pemahamannya melenceng jauh....

Dalam berlatih Yoga akhirnya bowo kembali ke sistem yang pernah diikutinya yaitu berlatih jurus di bekas perguruan pencak silat. Notabene di perguruan pencak silat tersebut Bowo hanya mengikuti pelatihan sampai tingkat instruktur.

Jadi umur sudah setengah abad sejatinya Bowo ini masih tataran yunior karena metoda-metoda latihannya tetap hanya sebagai tingkat pemula, serba tanggung.

Kenyataannya Bowo hingga sekarang gagal berumah tangga. Artinya dalam kehidupan  bermasyarakat Bowo belum mencapai kedewasaan. Untung saja hobinya keluyuran menyusuri jalan-jalan kota Yogyakarta sudah menurun, profesinya mengasong koran di perempatan Ringroad selatan sudah tamat. Biarpun masih hidup surat kabar harian sekarang sudah menyusut pembacanya.

Sekarang Bowo tinggal mempertahankan kios di eks kampus Stiekers sebagai penopang biaya hidupnya. Bowo bukan pengusaha sukses, pendapatannya dari usaha stempel tidak menentu. Kondisinya tergantung kios yang mati-matian dipertahankannya. Urusan pekerjaan sudah menjadi komitmennya, selama belum kena PHK atau tergusur sebagai PKL ia tetap mencoba bertahan. Komitmennya ini lebih kuat dari pada mempertahankan hubungan dengan seorang perempuan.

“Cinta boleh putus tapi tidak boleh mengganggu pekerjaanku!” itu pendapat pribadinya.

Beberapa kali kios usahanya mengalami masa kritis, awal tahun 2015 seperti pertaruhan nasibnya di Yogya. Ini adalah urusan lahan eks kampus Stiekers. Lahan terlantar ini tiba-tiba diklaim sekelompok orang dari kampung mendapat hak pengelolaan dari yayasan.

Segera ketahuan keberadaannya ilegal, juga jelas-jelas itu oknum kelompok atau group preman. Segala daya upaya dilakukan kelompok preman ini agar bisa mengelola mendapat keuntungan.

Pedagang-pedagang kaki lima di eks kampus langsung dibuat tak berdaya menghadapi group preman ini. Diketahui group-group seperti ini banyak beredar di seluruh Yogyakarta. Menghindari hukum, bila bentrok selalu mengandalkan kekerasan. Penguasanya berlapis-lapis dibekingi oknum pejabat tertentu, dan berafiliasi dengan parpol yang cukup berpengaruh.

Pendekatannya cukup lunak tapi dengan ancaman pembubaran seluruh pedagang PKL karena sudah mendapat ijin dari yayasan. Kekuasaannya tidak transparan, mungkin merupakan tentakel atau kepanjangan tangan oknum-oknum pejabat tinggi di ring satu Yogyakarta.

Konon kabarnya salah satu ketua yayasan masih berkaitan dengan sultan yang bertahta. Biarpun kubunya kalah perkara di pengadilan tetap mencoba menguasai aset apapun yang berkaitan dengan bekas kampus ini.

Sekarang inilah buktinya, setelah beberapa bulan ada pejabat tinggi Yogyakarta menyinggung eks kampus yang memang berpotensi menjadi lahan parkir di pinggir kota Yogyakarta.

Salah satu PKL yang modalnya cekak itu Bowo. Ia merasakan beban berat untuk mempertahankan kiosnya. Rencana yang ada adalah jatah mendapatkan kios dengan pembuatan atap berdasarkan aturan pengelola baru. Aturannya subyektif bila dipraktekan tetap saja preman karena tambahan ancaman-ancaman tindak kekerasan dan pengusiran.

Bowo menyerah dengan uang hutang mencoba mendapatkan jatah kios. Ia tak sendirian, semua mengalami hal yang sama. Cuma teman-teman di kanan kirinya lebih beruntung, mereka telah memiliki modal dari keuntungan berusaha sekian tahun. Juga soal usaha mereka lebih optimis, toh pasar sudah jadi tinggal mengelolanya saja.

Sekarang tahun 2017, Bowo bisa melalui semuanya. Usahanya tetap bertahan walaupun dari pendapatan tetap minim. Persaingan tetap dimenangkan oleh teman sesama pengusaha stempel. Tapi untuk ukuran Bowo selama ia masih membujang biaya hidupnya tidak banyak.

Sebuah kios ukuran 2,5 x 5 m, beratap seng berangka besi las-lasan menjadi deretan kios terbuka. Sedikit demi sedikit Bowo mencengkeramkan kukunya di pinggiran Yogyakarta. Ancaman penggusuran tetap terbuka karena sengketa lahan eks kampus bisa berpindah tangan dan dibangun proyek besar. Berbagai desas-desus proyek besar beredar tapi belum satupun terlaksana baik itu dari pemda Bantul, yayasan maupun provinsi. Jadi untuk sementara ini aman.

Nah yang masih menjadi ganjalan hanya urusan dengan keluarga Bapak Jonan. Bowo masih melihat pergerakan-pergerakan aksi dari anggota keluarga tersebut tertuju pada dirinya.

“Seluruh aksi-aksi yang terjadi sepihak dari keluarga tersebut, sebab tahun 2017 ini aku sama sekali tidak merespon apapun yang mereka lakukan,” Bowo tegas menyatakannya.

Semua ada buktinya menjadikannya sebagai kronologi kelanjutan peristiwa dari bulan Juli 2017 yang lalu. Berarti ini adalah kejadian kesekian kalinya yang berulang-ulang setelah kepulangannya dari Purwokerto selama setengah bulan.

Agustus 2017,

Peringatan HUT kemerdekaan RI telah tiba, kesibukan warga gang di mana rumah kontrakan Bowo sedang berlangsung. Bowo cuma pengontrak kamar kos, sebenarnya tidak terikat untuk ikut kerja bakti. Namun kehadirannya di sekitar RT tersebut sudah berlangsung lama, sudah sampai bilangan tahun ke-13.

Berbagai kegiatan seperti mengikat Bowo berpartisipasi agar tidak terkesan menyendiri.  Berbaur di tengah warga ikut bekerja bakti, melayat tetangga bila ada yang meninggal, sekali dua kali ikut pengajian tahlilan dan lain-lain.

Bowo bersyukur sampai sekarang dirinya bisa diterima masyarakat sekitar tanpa gejolak. Beberapa peristiwa pertikaiannya dengan keluarga Bapak Jonan hanya terdengar samar-samar. Tidak semua orang tahu dan tidak membuat pandangan mata tetangga sekitarnya menjadi negatif.

He He He bukti-bukti menunjukan perseteruan antara Bowo dengan keluarga Bapak Jonan juga disimpan rapat-rapat oleh keluarga tersebut. Mereka tidak menyiarkan kejadian-kejadian yang selama ini bergulir terekspos keluar. Perhitungannya itu juga bisa merusak citra mereka sebagai keluarga priyayi yang terhormat.

Tapi juga belum selesai?

Buktinya adalah hari jumat ini, sudah kewajiban umat muslim laki-laki menjalankan sholat jumat. Bowo tak terkecuali, jatahnya pada masjid terdekat dengan kios stempelnya.

Nah saat datang ke masjid sudah diumumkan khotibnya, hari itu adalah giliran Bapak Jonan. Yah bapak sepuh bertubuh subur ini adalah ustad, pencapaiannya karena sudah lama menjadi pendakwah berupa pengajian majelis RT, takmir masjid dan mungkin sebagai anggota penting anak cabang ormas keagamaan.

Gelar akademisnya sendiri cukup bergengsi sarjana agama, juga sudah menunaikan ibadah haji hingga sebutannya ustad haji Bapak Jonan, S.Ag. Dari keluarga terhormat trah turun temurun dihormati warga sekitar. Rata-rata anggota keluarganya hanya sebelah menyebelah rumahnya menjadi semacam trah yang berkecimpung dalam ajaran agama.

Bagi Bowo pribadi, “Penampilannya modern tetapi dalam pengembangan pemikiran tetap kolot.”

Soalnya keluarga tersebut begitu kuat berpegang pada prinsip ajaran seorang ulama besar yang mendirikan ormas di Yogya, makamnya ada di Karangkajen terpaut beberapa ruas jalan besar di pinggiran selatan kodya Yogyakarta.

Setelah sholat tahyatul masjid Bowo duduk di barisan shaf belakang di luar masjid bersama jamaah lainnya yang terus berdatangan. Tempatnya duduk dari dulu selalu di halaman masjid yang dianungi atap asbes, dekat pintu pagar masjid.

Bapak Jonan berkhotbah formal, lebih mirip membaca teks. Belum pernah Bowo mendapati semacam pendapat pribadi dalam khotbahnya, jadi pengajiannya sangat umum tidak pernah dipersoalkan siapapun.

Formal dan normatif, sesekali Udin menggantikan beliau menjadi khotib jumat. Hari itu yang menggelisahkan Bowo kemudian, putra tertua Bapak Jonan ini datang ke masjid. Begitu tahu Bowo sudah hadir lebih dulu segera mengambil tempat duduk di shaf depannya, ah memang disengaja kok.

Dari dulu juga begitu, semuanya merupakan aksi-aksi mengawasi Bowo. Semua kejadian bergulir sewajarnya. Jamaah-jamaah yang lain walaupun saling kenal tak ada yang tahu pertikaian antara Bowo dengan keluarga Bapak Jonan.

Akibat bagi Bowo itu cuma satu, waspada!

Posisi Bowo semakin terjepit, ada Jodi ternyata berada di shaf belakangnya. Semuanya tidak kebetulan....untuk Bowo semua itu adalah bentuk kesengajaan. Lagipula aksi-aksi seperti ini dari dulu sudah terjadi, bukan manuver baru.

Saat komat berkumandang yah Bowo dijejeri Jodi sholat berjamaah. Pemuda ganteng itu masuk ke barisan shaf Bowo berada saat ada orang lain bergeser pindah. Jadilah Jodi berdiri di samping kiri Bowo dan melakukan takbir bersama mengikuti imam sholat dari ayah kandung pemuda ini.

Memang tidak lama, sholat jumat hanya terdiri dari dua rokaat, paling lama sepuluh menit ditambah dua menit berdoa. Jodi yang lebih cepat berdiri meninggalkan shaf sholat. Pergerakannya itu seperti meminta Bowo untuk mengajaknya keluar bersama. Suatu sinyal yang sulit diterjemahkan, dan Bowo bertahan dengan kebiasaannya seperti yang sudah-sudah, kembali ke kios stempel yang lebih memungkinkan dirinya mendapat kepastian menghasilkan pendapatan.

Bowo menyadari cara-cara seperti itu sudah sangat rutin dilakukan keluarga Bapak Jonan. Tujuannya jelas untuk memancing dirinya membuat penjelasan masalah. Yang jadi pokok masalah adalah status perempuan Ani. Melanjutkan hubungan asmara yang telah terputus karena Ani sudah menikah. Jangan-jangan Bowo harus menggugat pernikahan Ani yang terjadi bulan oktober 2015?

Bowo geleng-geleng kepala,

“Belum ada di dunia ini hanya seorang mantan pacar sampai menggugat cerai suami istri yang menikah resmi,” itu pendapat Bowo.

Kalau cuma PIL/WIL, selingkuh, menjadi orang ketiga yang akhirnya mengganggu rumah tangga orang itu banyak faktanya. Tapi pelaku-pelakunya biasanya bermain api hanya untuk mencari kenikmatan sesaat karena ada celah dan kesempatan.

Jalan lainnya adalah melarikan perempuan Ani, menikahinya di luar daerah.....owww pengecut sekali!

Cara itu setali tiga uang dengan suami Ani, hamili dulu nikahi kemudian, nyaman sekali. Bowo tahu itu semacam adat turunan pernikahan di daerah asal suami Ani, kawin lari dengan cara mencurinya dari rumah keluarga pacarnya.

Kalau berhasil menggugat hingga Bowo mendapatkan Ani?

He He He tak ada yang gratis, konsesinya sangat mahal.

Bowo tidak mampu membuat aksi balasan terhadap aksi kakak beradik keluarga Bapak Jonan ini. Akhirnya menjaga kiosnya sambil berharap ketiban rejeki milyaran rupiah sebagai khayalannya.

Yang ada muncul Bapak Jonan dari mulut gang sebagai kelanjutan aksi-aksi kedua putranya di masjid. Memantau dan menyatakan bahwa beliau mengawasi seluruh peristiwa yang terjadi.

Kalau sudah ada aksi sepihak dari keluarga Bapak Jonan tinggal menanti kelanjutannya. Yang ditunggu adalah kemunculan perempuan Ani, itu inti masalah problematika selama ini.

Yang dipikirkan Bowo bukan masalah berlanjutnya hubungan antara dirinya dengan Ani. Ia merasakan sekarang semangat untuk meneruskan konflik yang mengambang ini sudah sangat menurun. Misalnya secara alamiah hasrat seksnya terhadap Ani yang dulu menggebu-gebu sudah menurun, bahkan mengingat wajah dan pantatnya yang seksi itu sudah menurun.

Bowo membandingkannya langsung dengan cewek seksi terutama remaja putri tetangganya. Sering memperlihatkan bagian sensitifnya tak sengaja, nah reaksi Bowo ternyata pasif. Artinya inilah masa yang harus disongsongnya sebagai masa depannya. Jadi kalau sekarang Bowo disuruh menyambar cewek untuk menjadi pacarnya....ia pun angkat tangan.

Situasi yang terjadi secara alamiah ini berbanding terbalik dengan pihak anggota keluarga Bapak Jonan. Udin, Jodi, dan Ani mungkin juga dengan suaminya. Semuanya masih aktif mencari jati diri. Aktifitas mereka selalu dibarengi dengan rasa penasaran jiwa berpetualang.

Yang tidak wajar adalah sasarannya tak berubah-ubah, tertuju pada Bowo. Tinggal dikumpulkan saja bukti-buktinya. Selang sehari setelah Bowo dipepet dua putra Bapak Jonan di masjid sepi, tak ada pergerakan anggota keluarga tersebut. Apa lagi hari minggu Bowo lebih berminat pada kegiatan pribadinya berupa jadwal latihan.

Senin,

Pagi saat membuka kios Ani melintas, tidak kentara karena pergerakannya sekedar lewat kemudian masuk gang. Berarti itu sebuah permulaan. Inilah kelanjutan aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan setelah gagal di bulan Juli karena Bowo meninggalkan arena pertempuran. Saat itu Bowo harus pulang karena sanak familinya menjalani perawatan cukup lama di rumah sakit.

Bowo berpikir, inilah kodratnya sebagai manusia.

Kenapa keluarga Bapak Jonan tetap mempermasalahkan dirinya hingga sekarang?

Pertanyaan ini bergulir jauh sebelum Ani menikah tahun 2015, Bowo menyatakan segala jalan telah buntu. Status pacaran sulit, saat itu bila Ani pacaran dengan siapapun anggapannya pasti itulah jodohnya, dan itu benar-benar terjadi. Ani dihamili pacarnya, sudah selesai jadinya. Sayang....

“Bila berlanjut terus, jelas aku harus bertindak!”

Selama ini Bowo bersikap diam sebagai penyelesaian masalah. Artinya seluruh masalah dianggapnya selesai dari pihaknya, bahkan walaupun dari awal 2017 hingga saat ini selalu ada pergerakan yang tertuju kepadanya.

Bowo baru mulai serius  setelah Ani muncul dan langsung membuat aksi memancing dirinya. Sekarang ia harus mendapat bukti paling kuatnya dulu. Bukti-bukti tersebut makin menguat, Udin memantaunya walaupun dengan cara memandangnya sekilas saat muncul di gang, berlalu menjauhi Bowo. Kemudian menjelang dzuhur kembali masuk gang seolah dari sebuah acara. Ya anggap saja itu bekerja sesuai ketrampilannya yang kabarnya adalah pemborong bangunan.

Sayang hari selasa kosong, semua anggota keluarga Bapak Jonan menghilang. Entah hari selanjutnya, Bowo yang pasif tak bisa menduga. Tapi tetap tahu bakalan susul menyusul. Hal yang tidak bisa diduga datang hari rabu, pagi.

Jam 9 Udin muncul dari mulut gang. Hanya jalan kaki, pergerakannya sudah mencurigakan. Pemuda tinggi besar yang wajahnya paling mirip dengan bapaknya itu berjalan perlahan di depan kios Bowo. Ada bawaannya berupa HP dan beberapa kertas dokumen. Ini hanya kamuflase, soalnya di seberang jalan pemuda ini menoleh menatap Bowo membuat isyarat biarpun hanya dari kerling bola matanya saja.

Jelas isyarat tersebut tertuju pada Bowo, apakah ia meminta Bowo untuk mengikutinya pergi?

Tak mungkin Bowo mematuhi keinginan Udin, secara pribadi pemuda ini memusuhinya, yang diinginkan hanya pertengkaran mencapai tindak kekerasan. Bowo adalah orang yang harus dihajar sampai babak belur.

Semua keinginan tersebut sudah gagal, lagi pula pemuda ini selalu dalam posisi mendapat instruksi kedua orang tuanya. Bowo tetap berkomitmen menghadapi situasi ini dengan cara pasif.

Coba kalau yang dihadapi cuma Udin, langsung saja ketahuan tujuannya. Baku hantam langsung hingga tercapai kalah menang, mudah sekali. Buktinya itu terjadi di tahun 2013, hanya maju tindak kekerasan menjatuhkan Bowo di suatu malam, tak pernah ada kata kompromi dari pemuda ini hingga sekarang.

Udin sendiri terus berlalu, perjalanannya seolah-olah jauh walaupun bagi Bowo menduga nanti pasti berbelok menuju gang lain mencapai tempat tinggalnya. Hmmmm bila Bowo mendapat order stempel segera saja bakalan ditinggalkannya kios. Tak mungkin melayani bentuk-bentuk pancingan dari anggota keluarga Bapak Jonan, ia kini menyatakan, “mana manfaatnya?”

Tapi rejekinya memang seret, peristiwa selanjutnya yang muncul. Ani muncul dengan sepeda motor Beat lamanya dari mulut gang. Bajunya longgar berpola polkadot sopan saja, tapi lekuk tubuhnya tampak padat seksi. Jilbab dan masker menutup area wajahnya, itu untuk menyembunyikan raut perasaannya agar tidak terbaca oleh Bowo.

Sebuah perawakan yang menggambarkan kesuburan, bertipe keibuan, mungkin terselip sandi bahwa ia adalah perempuan pemomong, sosok ibu idaman keluarga. Biarpun wajahnya menghadap Bowo tetapi bola matanya menjauhi bentrokan langsung. Sulit mengetahui emosi perempuan ini, Bowo mengakui kebodohannya.

Apa lagi kemudian pergerakan Ani melintas cukup cepat. Segera melajukan motor menjauhi Bowo yang memang lambat merespon. Posisinya di kios tak pernah bisa memperkarakan Ani dengan segala aksinya memancing Bowo.

Bayangan tubuh Ani membekas di hati Bowo tapi sudah tidak seperti di awal 2009 yang membuat degup jantungnya meningkat. Jelas perasaan yang berkaitan dengan cinta sudah menurun, menjadi kenangan manis yang lucunya terus bergulir tanpa penyelesaian.

Sudahlah Bowo memaklumi semua keadaaan yang terjadi.

Lagi-lagi Bowo menunggu kios tanpa hasil, sepertinya memang akan diberi tontonan aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan. Satu jam kemudian muncul Udin berkendaraan suzuki Shogun. Ini menjadi rangkaian terakhir aksi keluarga tersebut.

Udin memarkir motornya di kios photo copy samping gang. Tujuannya jelas memantau Bowo dengan segala keadaannya sebagai obyek sesuai berbagai manuver selama ini. Gerak-geriknya di kios photo copy beberapa kali mengawasi Bowo, kemudian menghubungi seseorang dan mungkin mengirim SMS. Yang menjadi pertanyaan Bowo adalah, “berkas apa yang diperbanyak tampaknya sibuk banget?”

Yah semua itu kamuflase, tertuju pada Bowo sebagai obyek permainan yang memuaskan kejiwaan anggota keluarga Bapak Jonan. Terlihat juga aksi Udin benar-benar diperlihatkan pada Bowo untuk menantang, berkehendak agar dipermasalahkan dan terus mengikat Bowo dalam jebakan lingkaran permainan mereka.

Setelah beraksi Udin meninggalkan kios photo copy menampakan diri dalam sebuah aktifitas yang bakalan dinilai orang-orang sekitar penuh kesibukan. Jadi aksi-aksinya terhadap Bowo seolah-olah hanya tambahan belaka.

Bowo mentertawai dirinya sendiri mengalami fenomena aksi keluarga Bapak Jonan,

“Nasibmu Wo Wo, apa tindakan selanjutnya bila seperti ini terus?”

Itulah yang terus dipikirkannya sampai kembali ke kamar kontrakannya yang termasuk kelas bawah. Yang jelas bila aksi-aksi itu sangat keterlaluan....oh itulah batasannya, ia terusik dan sebagai manusia akan membuat reaksi penyelesaian. Kemungkinan itu alan terjadi dalam waktu dekat.

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 3

      SELALU ADA PROVOKASI

Bowo manusia biasa, ia pun mulai tertekan jiwanya. Berbagai perkiraan muncul silih berganti, yang terbaca dari pergerakan Ani dan Udin di depan kiosnya tak terbantahkan. Sebuah bukti untuk dirinya membuat penyelesaian walaupun beresiko bentrok baik fisik maupun kejiwaan.

Jangan anggap bahwa sebuah benturan konflik seperti yang dialami Bowo itu mudah. Secara psikis pasti menghantam mental sampai tak berdaya. Membutuhkan waktu cukup lama untuk pulih seperti sedia kala.

Coba saja bila Anda marah pada seseorang. Hitung berapa jam hawa amarah tersebut bertahan sampai bisa menurun. Bila hanya dalam hitungan sepuluh menit Anda bisa mengendalikannya, wah....Hebat!

Bowo menghadapai situasi ketidakpastian. Berbagai kemungkinan atas perhatian dari anggota keluarga Bapak Jonan sering bernilai negatif. Tidak terselesaikan karena tidak ada tindak lanjut kemana masalah ini akan dibawa.

“Tolok ukurnya adalah sebuah kesepakatan dalam bentuk perundingan,” inilah yang tidak tercapai selama ini.

Statusnya terus mengambang, membingungkan pihak Bowo untuk memulai tindak penyelesaian. Tahun 2016 ketika ia konsultasi dengan beberapa warga dan ketua RT setempat malah terjadi keributan yang baginya sulit ditoleransi. Peristiwa-peristiwa itu membuatnya malu sebab tak pernah lepas ddari posisinya di masyarakat dengan tuduhan, SARU.

Dituduh memfitnah, mengada-ada, tak mungkin Bapak Jonan mau berurusan secara pribadi dengannya, Ani jelas tak akan memilihnya sebagai kandidat suaminya karena terpelajar dan lain-lain. Paling mudahnya ia dijuluki, “kere munggah bale!”

Apa benar begitu?

Seluruh tuduhan tersebut mental dengan sendirinya. Tak ada yang berani melanjutkan pernyataan-pernyataan seperti itu karena hanya berdasarkan emosi belaka. Orang-orang yang menuduhnya sekarang tetap bergaul seperti biasa di sekitar tempat tinggalnya.

Tinggallah sekarang anggota keluarga Bapak Jonan yang masih menggulirkan masalah berulang-ulang dari sejak sebelum Ani menikah. Sekarang pun masih sama, berlanjut meminta Bowo maju menyelesaikannya lagi.

“Apa bila aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan sudah keterlaluan akupun harus bertindak!” Ini keputusan Bowo.

Tampaknya hal tersebut memang akan berlangsung. Bowo menunggu Senin, berlanjut Selasa kosong. Semua anggota keluarga Bapak Jonan lenyap. Bowo sempat memantau rumah Bapak Jonan, kesannya sepi. Halaman rumah yang luas tersebut sudah ditambah konblok di depan terasnya. Mobil pick up bak terbuka carry yang mangkrak milik Udin sudah lenyap.

Kemajuan hanya pada jumlah motor yang seolah-olah setiap tahun ada saja yang baru. Itu yang terkadang membingungkan Bowo bila ada aksi sepihak anggota keluarga tersebut, benar-benar harus memastikan siapa pengendaranya.

Hari Rabu sore,

Bapak Ibu Jonan muncul bersepeda motor dari mulut gang. Berboncengan motor berpakaian resmi ke sebuah acara. Mudahnya memang menduga-duga saja, itu karena dalam tradisi Jawa berbagai acara seperti pernikahan selalu berdasarkan kalender Jawa. Misalnya acara paling sepinya untuk pernikahan adalah di bulan Suro, soalnya banyak berpantang.

Bapak Ibu Jonan berbasis ormas keagamaan yang termasuk anti tradisi lokal, tetapi tetap saja untuk bermasyarakat beliau-beliau menyesuaikan diri atau tak sadar menjalaninya. Tak mungkin menerapkan syariat kaku di masyarakat berbudaya nusantara.

Sempat berhenti sebentar di mulut gang untuk menyeberang jalan karena lalu lintas yang ramai. Bowo sendiri duduk di kursi plastik menjauhi etalase agak ke dalam kios karena sinar matahari sore itu menyilaukan matanya. Posisinya memang tepat menghadap matahari tenggelam bila senja menjelang.

Akhirnya suami istri yang sudah sepuh ini menyeberang jalan melewati depan kios Bowo. Tercatat sudah ratusan kali aksi manuver tertuju pada Bowo terlaksana. Tentu saja saat lewat depan kios kedua orang tua tersebut acuh tak acuh, biarpun sempat bentrok mata tapi sinar matanya jelas menyembunyikan segala isi hatinya. Seolah-olah bukan berurusan dengan orang jelek yang sedang menunggu pengunjung membawakan order stempel.

Yang terbaca oleh Bowo adalah tingkatan masalah yang dihadapinya sekarang. Bila Minggu sebelumnya aksi-aksi dari perempuan Ani dan Udin ia maklum. Berarti tingkatannya sederajat, bertindak kepada mereka tak akan dipermasalahkan siapapun.

Tapi sekarang apa yang disaksikannya jadi level berat, coba bertindak apa terhadap kedua orang tua ini. Selama ini Bowo berat menghadapi masalah yang bergulir karena selalu dikeroyok.

He He He bila Bowo kalah.....wajar saja.

Ada positifnya bila kedua orang tua ini hadir, itu seperti mendinginkan suasana hati Bowo. Dibalik pertikaian yang terjadi tetap saja itu bentuk perhatian yang besar terhadapnya. Perasaan itu datang dengan sendirinya, itulah manusia sebagai makhluk sosial.

“Satu-satunya jalan berkomunikasi hanya melalui surat.”

Bowo berhitung dengan cara-cara yang sudah pernah dilakukan selama ini. Soalnya masalah yang bergulir bukan hal yang baru. Semuanya masih pengulangan-pengulangan yang tak ada penyelesaiannya sama sekali. Bowo pun terus memantau perkembangan situasi, patokannya pada perasaan, bila nanti tertekan lebih baik dilampiaskan melalui media yang bisa diterima masyarakat.

Ternyata seperti yang sudah-sudah aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan makin menjadi-jadi. Bowo pun anggap bukan hal yang wajar lagi. Terakhir hari Sabtu Udin terus berupaya memancing Bowo agar perhatiannya tertuju padanya. Tercatat sampai empat kali memantau, yang pasti dengan mengendarai jenis motor Mio milik keluarga tersebut. Terbaca oleh Bowo motor tersebut pernah dipakai perempuan Ani saat melintas depan kiosnya, sayang Bowo saat itu tidak mengenalinya.

Menulis surat itu gampang-gampang susah, untuk mengirimkannya pada keluarga Bapak Jonan harus mendasarkan pada masalah yang bergulir selama ini. Isi-isi suratnya justru bukan kalimat sastra, lebih berdasarkan fakta yang ada.

Juga membuatnya ternyata butuh waktu setengah harian, di malam hari ditambah dengan kondisi mengantuk hingga terkadang tertidur sesaat. Boleh dikata Bowo harus memeras pikiran untuk mendapatkan tulisan yang memadai.

Notabene orang-orang yang dikiriminya surat adalah kaum terpelajar semua. Bahkan sudah terbiasa menyusun naskah khotbah ibadah jumat. Kalau perempuan Ani itu orangnya cerdas secara akademis, tapi kiprahnya sebagai ibu rumah tangga atau kreatifitasnya di masyarakat belum terbukti.

Yang terbukti menunjukan sebagian besar masalah dalam keluarga tersebut ditutup-tutupi, menunjukan beberapa kelemahan yang tidak mau terkuak di masyarakat walaupun itu hanya tetangga-tetangga sekitarnya saja.

Akhirnya selesai juga, isinya sebagai berikut.

Kepada Yth,....

Bapak Jonan

Di tempat

Asalamu alaikum wr wb

Surat ini mungkin salah ditujukan kepada alamatnya. Pada dasarnya saya tak tahu latar belakang dari perempuan yang menjadi inti pembahasan surat ini. Bila mengetahui hal yang sebenarnya itu hanya akan melibatkan perasaan sangat sensitif.

Apapun situasi putri sampean itu tak berpengaruh apa-apa lagi terhadap saya!

Tapi keadaan yang terjadi beberapa bulan membuat pandangan berubah, penampilan putri sampean begitu menyenangkan dilihat.

“Andaikan aku meminangnya untuk menjadi pendamping hidup dalam rumah tangga....”

Pernyataan ini jujur saya kemukakan.

Yah itu harapan yang besar untuk saya hal tersebut optimis saja, tak lupa saya beritahu sampean sekeluarga. Betapa usia makin bertambah hingga kemampuan tubuh ini makin menurun saja. Harap dimaklumi....

Cukup

Beberapa poin penting merupakan inti masalah yang terjadi selama ini, Bowo menyatakannya sebagai kejujuran.

Untuk mengirim surat tersebut adalah jam lelap tidur manusia. Itu malam Minggu awal Oktober 2017. Halaman rumah Bapak Jonan sudah berubin conblok, tetapi seperti apapun banyak menyisakan lahan kosong yang berisi rumpun pisang. Keluarga ini bukan tipe penyuka seni interior.

Kisi-kisi udara di garasi menjadi tempat Bowo meletakan suratnya. Ada terdengar dengkur lelaki tidur, mungkin itu di ruang tengah keluarga. Rumah megah yang begitu terkucil, banyak mengndarai kendaraan roda dua. Pernah punya mobil bak terbuka tapi untuk aksesnya sampai bertengkar dengan keluarganya agar mendapatkan sedikit celah jalan, caranya membeli lahan sempit agar bisa menjadi pintu keluar masuk kendaraan roda empat.

Bowo pun sukses melempar surat yang tak perlu dilem, toh semua penghuni rumah ini berhak membacanya. Bowo tidak terancam apapun karena begitu sepinya lingkungan gang rumah perempuan Ani.

Mulai besok Bowo tinggal menanti dan membaca situasi akibat dari surat yang dikirimkannya dini hari tersebut. Fenomena surat sebagai jalan menyelesaikan masalah dengan keluarga Bapak Jonan cukup mendominasi. Lebih efektif dari pada melalui SMS ke nomor-nomor milik keluarga tersebut.

Hanya sayang tak pernah ada balasan, Bowo gagal membaca watak anggota keluarga tersebut misalnya dari hasil tulisan mereka. Sebab masalah bergulir selama ini terhadap Bowo berupa bahasa tubuh, sinyal, simbol dan isyarat. Kenyataan yang terjadi bentuk seperti ini menjadikan tingkat kesalahannya sangat besar sehingga Bowolah yang mencoba menghentikan masalah ini dengan anggapan selesai dari pihaknya.

Apalagi sebenarnya perasaannya terhadap perempuan Ani sudah pudar. Diandaikan bila sekarang Ani mendapat pacar atau suami atau mempertahankan yang sudah ada, itu semua sudah tidak berdampak apa-apa terhadap Bowo.

Hari Senin Bowo membuka kiosnya, seharian tak ada aksi-aksi lagi dari anggota keluarga Bapak Jonan. Seperti biasa bila mendapat surat dari Bowo lenyaplah aksi-aksi tertuju padanya itu.

Harapan Bowo pun kandas, memang tak ada balasan apapun.

“Tolok ukurnya adalah aksi-aksi yang bisa mencapai perundingan hingga menghasilkan kesepakatan bersama.”

Bowo terus menunggu dan menunggu.

Hari Selasa pun demikian, anggota keluarga Bapak Jonan lenyap semua. Peristiwa-peristiwa yang sudah-sudah berulang lagi, sering hanya menyulitkan posisi Bowo. Soalnya jika seperti ini Bowo pasti beranggapan masalah telah selesai, siapa sih yang kepengin repot menambah kegaduhan seperti tahun-tahun yang lalu, hanya mengecewakan ujung-ujungnya.

Kalau sudah selesai Bowo kepengin semua anggota keluarga Bapak Jonan keluar dari rumah untuk berbagai keperluan yang sewajarnya hidup bermasyarakat. Jadi bila keluar sesuai kepentingan saja tentu tidak akan menimbulkan kecurigaan atau perasaan aneh terhadap Bowo. Notabene tetangga-tetangganya yang lain melakukan hal demikian.

“Sewajarnya saja,” Bowo membatin.

Hari Rabu,

Pagi jam 8 Bapak Jonan sudah muncul di mulut gang. Berhenti di mulut gang, membuka kaca mata dan kemudian membersihkannya. Aksi yang sangat disengaja agar Bowo memperhatikannya.

Inilah orang tua yang selalu bermain, mengajukan masalah-masalah rumit terhadap Bowo. Biarpun bukan pelaku utama tapi Bapak Jonan adalah penentu atau pengambil keputusan. Anehnya beliau yang sangat dihormati warga lingkungan sekitarnya mengajukan masalah....

Jatuhnya bagi Bowo Bapak Jonan termasuk anggota keluarga yang memiliki perilaku cenderung psikopat. Sebabnya?

Bowo menyatakan betapa anehnya,  selama masalah bergulir belum pernah orang tua ini membuat kebijaksanaan yang adil bagi semua pihak.

Yang sekarang ada di hadapannya adalah seorang Bapak yang memiliki kaitan dengan masalahnya yang sedang bergulir melakukan aksi memprovokasi Bowo agar terus berperkara dengan anggota keluarganya.

Berpura-pura mencopot kaca mata dan membersihkannya itulah petunjuk bahwa Bapak Jonan terbukti tidak berniat menyelesaikan masalah. Malah terus memanas-masnasi situasi.

Pasif, itu posisi Bowo.

Bapak Jonan sendiri kemudian meninggalkan mulut gang tanpa ekspresi. Ini bukan inti tujuannya beraksi di depan Bowo, masih ada aktor lainnya, tunggu saja.

Oh ternyata setengah jam kemudian muncul Ani, tapi sepeda motor yang dipakainya adalah motor Beat terbaru keluaran tahun 2017 ck ck ck. Tujuannya menuju kios konter HP, tak jauh dari mulut gang. Konter HP ini termasuk baru, menyewa kios belum sampai dua tahun. Di trotoar sempit yang masih menjadi hak milik pemilik tanah, Ani memarkir motor Beatnya di depan kios HP.

Wajah caantiknya...oh sudah tidak menggetarkan relung-relung hatinya.

Sempat melirik, Bowo tetap mengakui perempuan ini memiliki daya tarik yang besar. Sekarang berkaca mata minus, itu lebih menonjol dari pada wajah putih dan lehernya yang menarik karena seksi.

Perempuan ini statusnya istri orang, pernah keguguran di Bali. Perawakannya masih kurus, memperlihatkan bokong besar yang dari dulu membuat Bowo terobsesi, yang jelas terbukti sebagai jalan peranakan yang begitu subur. Menyenangkan memang melihatnya, profil perempuan yang tubuhnya bisa dilumat sampai tingkatan imaginasi persetubuhan liar sekalipun.

Ani memarkir motor Beatnya, entah milik siapa itu. Kemudian masuk konter, sebelumnya sempat melirik Bowo. Bulatan mata hitamnya itu dikenal Bowo dari sejak remajanya. Membelak tajam, dulunya bagian ini yang sering menghunjam jantung hati Bowo. Namun itu diiringi histeria kewanitaan yang akhirnya menimbulkan ketakutan yang sangat reflektif....berjingkat lari.

Ah ternyata tidak begitu, Ani masuk konter hanya sebentar. Keluar menuju motornya dengan tangan menggenggam kartu perdana, semacam isyarat untuk Bowo?

Yah biasanya memang begitu.

Kartu perdananya itu jelas diperlihatkan pada Bowo walaupun jauh jaraknya sekitar dua puluh meter. Coba saja tafsirkan apa kemauan perempuan ini...

Cukuplah, Ani meninggalkan konter melalui jalan lain ke gang rumahnya yang menjadi tetangga gang rumah kontrakan Bowo. Apakah Bowo yakin itu sudah mencukupi untuk melanjutkan hubungan diantara mereka berdua?

Bowo melihat kondisinya sendiri, seberapa besar minatnya terhadap urusan pribadi dengan Ani ini. Perasaannya hambar, berbagai cara menghindar dari awal tahun 2017 hingga sekarang sudah menetapkan pada jiwa Bowo bahwa apa-apa yang dialaminya sudah sangat menurun.

Bowo menganggap bahwa Ani setelah beraksi terakhir kali di depan dirinya awal November 2016 sudah final. Ani jelas mengambil konsekuensi hidup berumahtangga mengikuti suaminya, itu adalah pilihan hidupnya.

Semua itu dianggap Bowo, “wajar.”

Anggapan ini masih berlaku hingga sekarang walaupun aksi-aksi sepihak anggota keluarga Bapak Jonan terus berlangsung. Surat yang dikirimnya awal oktober 2017 adalah beberapa insiden yang terjadi pasca lenyapnya Ani dari Yogyakarta. Terutama benturannya dengan Adi dan orang tuanya yang ternyata menjadi kesalahan fatal di pihaknya.

Satu keadaan yang tidak bisa dilanjutkan adalah karena tingkat kesalahannya sangat tinggi...sampai salah menuduh orang!!

Sayang hari-hari selanjutnya aksi-aksi sepihak anggota keluarga Bapak Jonan terus bergulir. Sementara Bowo pasif menganggap bahwa hubungannya dengan perempuan Ani sudah berakhir.

Yang dipikirkan Bowo justru apa sebenarnya kegiatan-kegiatan anggota keluarga Bapak Jonan.

“Satu-satunya yang memungkinkan adalah bekerja, Jodi terlihat paling menonjol.”

Dugaannya tersebut karena adanya aksi yang ditujukan pada Bowo sejak awal 2017. Aksi-aksi itu dengan berkunjung ke kios koran di sebelahnya atau berjalan kaki ke sebuah tempat yang ternyata itu adalah ceweknya yang datang menjemput, semacam janjian.

Pakaiannya selalu bentuk seragam hem bermotif batik. Jodi mungkin menjadi karyawan kantor atau perusahaan. Selama ini Jodi beraksi paling dekatnya karena tidak terjadi pertentangan sampai benturan fisik. Jodi terlihat sudah berpasangan walau belum berumahtangga.

Nah tinggal Aninya, jelas perempuan ini masih menganggur atau sedang mencari pekerjaan. Lulus tidak lulus dari UGM perempuan ini muncul tidak terjadwal, berbeda dengan tetangga-tetangganya yang lain karena sudah terikat dengan dunia kerja.

Apalagi beberapa kali Ani muncul di depan kios Bowo justtru dalam penyamaran. Hanya bersepeda kayuh, ada sekali melewati kios Bowo paling dekatnya. Atau muncul dari mulut gang kemudian menyeberang jalan. Di sinilah Bowo baru menyadari kehadirannya, sayang sering Bowo yang kurang tanggap.

Memperlihatkan diri tapi samar-ssamar, untuk apa?

Bowo sendiri merasa aneh, penyamaran yang dilakukan Ani begitu rapat tersembunyi. Bowo hanya bisa menduga itu Ani dari perawakannya yang segera dirasa cukup mengenalnya. Hanya bila sudah berlalu melewatinya barulah sadar bahwa Ani telah memantaunya. Bagaimana Bowo bisa mengetahui atau menduganya dengan cepat, Ani lewat bersepeda federal hanya menyisakan dua bola matanya saja, itupun menghindari bentrok mata dengan Bowo.

Berjilbab, bermasker, biarpun berpakaian resmi tetapi juga tertutupi jaket. Melenggang di depan Bowo yang mengerutkan kening serasa diperhatikan tanpa bisa bertindak apapun. Semua hanya bisa dirasakan Bowo sendirian. Tetangga kiosnya di kanan kiri tak tahu menahu permasalahan yang terus bergulir tertuju padanya.

Di deretan kios PKL Bowo bukan tokoh sentral di eks kampus Stiekers. Soalnya dari jenis usahanya Bowo bukan pengusaha sukses, kiosnya tidak strategis sulit dikunjungi pemesan stempel. Termasuk sepi, tetapi tidak sampai mati usaha.

Bowo sampai terpaksa berhitung mingguan. Bila tercapai jumlah tertentu sesuai targetnya berarti masih laku. Bila tidak tercapai atau hanya mendapatkan satu dua stempel dalam satu minggu.....hitung rugi. Bila sampai tiga hari berturut-turut tidak ada pengunjung yang memesan stempel, mental Bowo jatuh. Cemas, khawatir dan perasaan pesimis menghampirinya. Pandangan hidupnya terhadap dunia jadi negatif, padahal dunia itu terus berputar dalam keadaan baik-baik saja, ada maupun tidak ada Bowo sebagai makhluk hidup merayap di bumi.

Bowo masih pasif, anggapannya terhadap perempuan Ani biarpun sendirian statusnya adalah istri orang. Bila suaminya tidak muncul lagi mungkin memang bermasalah, tapi itu juga bukan urusan Bowo pribadi. Permasalahan suami istri biarpun sampai bercerai kan Bowo tidak ikut andil apalagi sampai bertanggung jawab.

Kalau sudah bercerai?

Posisi Ani bebas, belum tentu jatuh ke tangan Bowo. Orang lain juga berhak mendekatinya bersaing dengan siapapun. Nah yang sulit adalah ternyata fakta terus berbicara, Bowolah yang terus diseret dalam masalah pribadi perempuan Ani.

Bukti-bukti semakin terkumpul di depan matanya.

Menjelang sore muncul empat perempuan dari mulut gang. Ani, kakak iparnya bersama keponakannya, dan satu perempuan lain entah siapa. Berempat menunggu di tepi jalan di seberang kios Bowo.

Tentu saja Ani menghindari bentrok mata dengan Bowo. Kodratnya sebagai perempuan tetap membuatnya rikuh berhadapan dengan Bowo yang merupakan rival konflik. Bowo memperhatikan tujuan ke empat perempuan ini pergi.

Kalau sampai berempat jelas itu bukan manuver tettuju padanya. Apalagi bersama perempuan lain yang dari bodinya cukup subur biarpun belum obesitas. Tingkah Ani yang tetap blingsatan sangat berbeda bila beraksi sendirian di depan Bowo. Beberapa kali Ani lebih suka masuk gang sempit agar tingkahnya tidak ketahuan Bowo.

Apa yang bisa dilakukan Bowo? Nonton saja....

Rombongan perempuan-perempuan ini jelas ada acara biarpun santai. Dari dandanannya tak ada yang resmi, semuanya hanya mengenakan kaos dan celana jeans bersandal sekedarnya. Cukup lama menunggu, perempuan gemuk yang bukan anggota keluarga Bapak Jonan  tampaknya yang tidak sabaran. Tampaknya menunggu jemputan, itu dari aksinya yang terus menerus menghubungi seseorang dari smart phone nya.

Biarpun bukan manuver tertuju pada Bowo tetapi tampilnya Ani tetap lanjutan atas surat kiriman dari Bowo. Sekarang terjadi perubahan agenda. Sebelum Bowo berkirim surat, aksi-aksi dari anggota keluarga Bapak Jonan bercampur. Udin seolah tetap dengan agendanya, apalagi ternyata sebelum Bowo pulang kampung sempat ada bukti pecahnya kaca jendela kamar kos Bowo. Sebuah usaha perulangan konflik diantara mereka berdua bertujuan tindak kekerasan.

Kalau aksi Bapak Jonan sangat membingungkan, menyulitkan Bowo karena menambah ketegangan semakin tinggi. Setiap kali muncul mengajukan masalah yang menekan mentalnya sangat tinggi, soalnya banyak pertimbangannya.

Coba harus bagaimana menghadapi orang tua ini.....

Salah-salah bila terjadi pertengkaran Bowo cuma disalahkan sebagai biang keributan. Posisi Bapak Jonan dan Udin di sekitar tempat tinggalnya sangat kuat, mudah sekali memojokan Bowo dengan tuduhan mengganggu ketentraman keluarganya. Ini sudah terjadi berulang kali dari sejak tahun 2009 awal.

Tampaknya surat terakhir yang dikirimkannya berakibat cukup efektif. Tekanan dari anggota keluarga Bapak Jonan berkurang, sekarang yang tampak dominan aksi-aksi feminim. Sekarang semua anggota perempuan Bapak Jonan keluar menghadiri sebuah acara. Bowo berkesempatan menyaksikan Ani sebagai pembenaran atas kiriman suratnya awal  Oktober.

Njelimet sekali masalah Bowo ini.

Yah akhirnya sebuah mobil Xenia putih datang menjemput rombongan perempuan anggota keluarga Bapak Jonan. Di bagian ini Bowo mencoba mengamati siapa lelaki penjemput rombongan tersebut. Tak ada ciri sebagai lelaki suami Ani, juga ternyata lelaki sopir tersebut lebih terhubung dengan perempuan gemuk mungkin teman dari kakak ipar Ani.

Tidak hadirnya suami Ani selama tahun 2017 ini menunjukan suatu masalah pelik ada dalam keluarga besar Bapak Jonan. Ah Bowo hanya bisa menduga-duga....

Bowo terus mengumpulkan bukti-bukti lain di hari berikutnya. Sekian tahun bermasalah dengan keluarga Bapak Jonan belum pernah ada penghentian aksi-aksi sepihak yang terus tertuju padanya. Jadi Bowo tinggal menanti dan bertindak mengantisipasinya.

Bowo belum yakin permasalahan yang terjadi akan berhenti begitu saja. Karakter keluarga ini terus menyerang tanpa pernah mengajak kompromi. Aksinya selalu berbahaya sangat menjebak. Terkadang hal tersebut menunjukan bila mereka memang berkecenderungan tinggi psikopat.

Biarpun tersamar terus ada pergerakan Ani di sekitar kiosnya. Beberapa kali melintas, terkadang Bowo menduga Ani memang telah bekerja, sayang jam kemunculannya tak bisa dipastikan.

“Kalau kerja mestinya sangat terikat dengan jadwal kerja kantor atau perusahaan, aksinya ini seperti bermain-main saja?”

Pertemuan tak terhindarkan, sangat sering terjadi di jalan saat Ani berkendaraan motor. Jelas pergerakan Ani hanya memprovokasi saja, terkadang saat Bowo menuju kios seting komputer berselisih jalan hingga terpaksa Bowo berhenti untuk memastikan itu aksi sepihak Ani. Yang jelas Bowo tak mungkin mengejarAni, sepeda kayuhnya tak mampu tancap gas sama sekali.

Sering juga Ani diboncengkan kakaknya si Jodi, bila sudah demikian nampak jelas tujuannya. Benar-benar memancing perhatian Bowo untuk mengambil sikap dan keputusan. Yang menyebalkan Bowo itu adalah pancingan untuknya makin kuat ketika sore menjelang adzan isya. Kedua kakak beradik Jodi dan Ani muncul tepat di gang samping rumah kontrakan Bowo.

Bowo sampai melongo melihat Ani berjalan kaki bersama Jodi entah kemana. Yang jelas saat itu Bowo sedang duduk menghirup segelas teh trubuk di teras kamar kos. Terpaksa Bowo mencoba membuntuti langkah dari orang-orang yang terus mempermasalahkannya.

Suasananya jadi persis sama di tahun 2016 bulan Oktober. Ani berdandan seksi sekali memperlihatkan diri terhadap Bowo di suatu sore hujan gerimis, Ani berpayung melangkah tadinya Bowo mengira hanya lewat belaka, tapi kemudian berbalik kembali menuju arah kedatangannya. Bowo pun akhirnya mengejar....

Akibatnya mau tidak mau Bowo saat itu bertindak dengan konsultasi ke tetangga sekitarnya. Juga tak lupa kepada Bapak Ketua RT agar mengetahui ketidak wajaran kejadianyang dialaminya. Sayang semua orang tidak berpihak kepadanya, apalagi kemudian terjadi blunder di pihak Bowo, bentrok dengan beberapa orang yang dicurigainya yaitu si Adi yang dituduhnya sebagai perebut pacar orang.

Bentrok pun pecah, Adi dan orang tuanya tidak terima dituduh Bowo. Hal tersebut langsung dilaporkan ke Kepala Dukuh hingga semua bertindak menyalahkan Bowo sebagai pihak,

“Terlalu mengada-ada, tidak ada bukti, mimpi di siang bolong.....dll”

Akankah semua peristiwa itu terulang kembali? 

 

 

   BAB 4

    SEMUA BERAKSI

Di depan lap top Bowo membuka akun facebooknya. Dunia maya baginya sudah ketinggalan jaman. Baru September tahun 2013 ia bisa berselancar mengintip dunia maya yang penuh dengan kamuflase.

Untuk facebook ada beberapa kali menulis status. Pertama kali kesulitan karena sering salah menyatakan isi pikiran. Sampai ia yakin dirinya memang gaptek, yah sudah beruban tapi terpaksa mencoba mengikuti kemajuan jaman.

Sekarang ternyata cukup banyak jejak-jejak status yang berkaitan dengan masalah konflik antara dirinya dengan anggota keluarga Bapak Jonan. Bowo sekarang berinisiatif melacaknya. Fokusnya status-status di tahun 2015 dengan inti peristiwa pernikahan Ani yang begitu mendadak. Kemungkinan resepsi nikah tanggal 17 oktober 2015. Tentu sebelum dan sesudah tanggal tersebut banyak tertulis status-status yang mengharu biru karena sangat memukul kejiwaannya.

“Wah perasaanku terbawa kalau seperti ini, semuanya sangat sensitif,” ujar Bowo sendiri merasakan ada yang berdesir di dadanya saat membaca kembali status-status lawasnya.

Ini salah satunya,

“Ketika anak kecil itu bertingkah, ia masih kecil. Pun ketika masih remaja berseragam abu-abu putih dan menjalani kuliah, ia masih kecil.....Akhirnya anak itu kawin, Aku pun terjerembab kalah dewasa. Persepsi salah tentang anak tersebut membuatku terjebak hingga kini.”

Ada juga tahun 2015 pertengahan tahun,

“Jalanku sudah buntu, tapi tetap dipermasalahkan keluarga tersebut. Maka akan datang orang ketiga mengambil kesempatan, ‘ibarat dua anjing berebut tulang, anjing ketigalah yang memperolehnya’.”

Seolah Bowo sudah meramal apa yang akan terjadi ketika konflik demikian sulit diselesaikan semua pihak. Anjing ketiga sudah ada itulah suami perempuan Ani yang mendapatkan pialanya.

Ini tentang Ani setelah mendapat kabar pernikahannya,

“Konflik telah berujung takdir, seseorang di sana telah berhasil menembus titik lemah kewanitaan Ani, walaupun sudah dipertahankan mati-matian dengan berusaha menyingkirkan diriku.”

Di sini Bowo tercengang,

“Benar-benar masalah yang tetap bergulir sekarang ini tujuannya seperti itu?”

Bowo pun menduga-duga tanpa pernah bisa menjawab secara pasti. Dari sejak tahun 2009 saat terjadi benturan dan berhasil memecahkannya terasa suatu kelegaan pada diri Bowo, ia seperti berhasil membebaskan dirinya dari ancaman maut.

Menyingkirkan dirinya, menghancurkan mentalnya, mempermalukan dirinya di masyarakat sekitar sangat terasa. Soal menang kalah ternyata tidak menjadi poin bagi seluruh anggota keluarga tersebut.

Untuk memancing dirinya Anilah umpannya, hal tersebut masih berlangsung walaupun perempuan tersebut telah menikah dengan kasus hamil duluan. Bowo terus membaca ulang berbagai status yang tertulis dalam akun facebooknya. Ini adalah statusnya di akhir tahun 2015, pandangannya terhadap sosok cewek Ani,

“Bila sampai akhir 2015 aku tetap diseret dalam masalah keluarga Bapak Jonan berarti pernikahan putrinya bermasalah. Kemungkinan sekarang bila terus melanjutkan kuliahnya maka itu akan merepotkan suaminya tapi juga merepotkan diriku secara tidak langsung. Kuharapkan Ani konsekuen berumahtangga, cukup menjadi ibu rumahtangga dan mengikuti suaminya serta melahirkan putra-putrinya.”

Ini semacam ramalan tak penting, tapi bila mengacu pada masalah yang bergulir hingga sekarang......Yah rumah tangga Ani memang sarat masalah.

Awal maret 2016 Ani muncul, perutnya kempes sehabiss melahirkan. Bowo mendapatinya di hari gelap remang-remang sore di gang rumahnya...merinding Bowo saat itu.

Dan mulai hari itulah berbagai benturan terjadi antara Bowo dengan Ani, dengan seluruh anggota keluargannya. Anehnya tak pernah muncul suaminya bahkan hingga saat ini di akhir tahun 2017.

Profil suami Ani sangat gelap bagi Bowo. Ia sampai menuduh seorang lain pemuda yang ternyata merupakan tetangga kampung sekitarnya sebagai suaminya. Sempat terjadi benturan di akhir 2016 dengan pemuda tertuduh tersebut bersama orang tuanya. Inilah preseden buruk baginya, soalnya perkara tersebut dilaporkan kepada Kepala Dukuh yang akhirnya menuduh dirinya warga masyarakat yang bermasalah.

Tapi semuanya berhasil dilalui dan dikotakbesikan oleh Bowo.

“Suami Ani tahu benar siapa jati diriku....,” itu kemungkinan paling nalarnya di otak Bowo.

Buktinya,

Akun FB Bowo dimasuki akun abal-abal tepat di hari-hari pernikahan Ani. Sampai dua kali dengan nama samaran cewek dan profil cewek seronok. Itu ditambah berbagai aksi manuver yang melibatkan pemuda suami Ani sebelum pernikahan maupun sesudahnya. Tercatat ada Ani memphoto copy bersama calon suaminya sengaja memancing Bowo seolah-olah menantang aksi dari pihaknya. Setelah resepsi pernikahan tanggal 17 oktober 2015 siang sekitar jam dua Ani muncul berboncengan motor dengan suaminya dari mulut gang, sengaja melewati depan kios Bowo yang sampai harus menganggukan kepala memberi hormat pada kedua mempelai yang resmi bersanding sebagai suami istri baru tersebut.

Ada satu peristiwa setelah pernikahan Ani, di sore hari. Keduanya berboncengan motor menuju warung pecel lele di deretan kios eks kampus Stiekers. Hal tersebut terpantau Bowo yang saat itu hendak menutup kios, ternyata begitu tahu Bowo melihat aksi mereka berdua Ani ketakutan. Itu malah yang memaksa Bowo mendatangi ke kios tetangganya karena penasaran dan panas hati. Sayang Ani sudah berkelebat pergi dan membiarkan suaminya menunggu pesanan, hanya pandangan mata pemuda likuran tahun tersebut tertuju pada Bowo dengan berbagai ekspresi mengawasi. Entahlah bagi suami Ani mungkin itu adalah dilema baginya untuk meneruskan biduk rumah tangganya.

Nah tanggal 22 Oktober 2015 keduanya muncul lagi, kali ini benar-benar bermanuver menantang Bowo. Bolak-balik beraksi di depan kios Bowo dengan berbagai dalih keperluan seperti masuk loundry, memesan atau mempermak jeans dll. Semua dilakukan sengaja untuk menghantam dan merusak mental Bowo, “Serangan psikis!”

“Jadi suami Ani tahu benar diriku dari nama maupun kelakuanku di kios ini,” itulah hasil kesimpulan Bowo, sedangkan dirinya?

Zero statusnya, buta sama sekali.

“Aku manusia biasa, tetap terpengarruh oleh feminitas Ani yang anehnya tetap tertuju padaku. Sayang pergerakannya selalu berkomplot dengan anggota keluarganya yang lain.”

                                                            ***

Pagi Bowo membuka kios stempelnya,

“Ini sasaran aksi-aksi manuver keluarga Bapak Jonan. Bentuknya berupa skenario drama yang tujuannya masih gelap bagiku.”

Baru saja kalimat itu meluncur dalam hati Bowo terlihat Ani melintas. Memang hanya sekedar lewat di seberang jalan, kemudian masuk gang tapi asalnya bisa ditebak itu nanti bisa kedua kalinya berulang, yah manuver kecil.

“Aku sudah tak bisa menafsirkan bahwa masalah dengan keluarga ini tak ada....ini benar-benar nyata.”

Bowo tak bisa berbuat apa-apa, pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan selalu mengusik keberadaannya sebagai seorang bermasalah, sangat banyak tafsirannya karena tak pernah mencapai pembicaraan.

Satu aksi akan diikuti aksi lain, sayang Bowo tak bisa memastikan jadwalnya. Semuanya mendadak dengan berbagai tafsiran yang terkadang menjadi keheranan pada pihaknya.

“Bagaimana ini bisa terjadi, kenapa mereka melakukannya?”

Oh ternyata siangnya muncul Ani bergaun lebar ungu gelap. Tertutup jilbab, berkaca mata minus, dan mulutnya tertutup masker. Bola matanya sempat memandang Bowo, tetapi cepat menghindar total.

Bowo terus memastikan keadaan, masalah bertambah pelik. Oh di tangan Ani menenteng helm, tak lama kemudian ojek online menghampirinya. Ani segera membonceng di jok belakang motor, setelah itu melaju menuju arah kota. Ah tahun 2017 sudah marak ojek online, ini sudah membuat kelabakan bus-bus trayek dalam kota.

Semuanya terpampang di mata Bowo,

“Ini kelanjutan masalah, menetap tanpa pernah berujung penyelesaian.”

Yang Bowo bingung itu, “Aku ini seolah-olah diberi kesempatan membuat pendekatan pada Ani?”

Tidak sampai dua jam Ani kembali dengan diantar ojol, melewati depan kios Bowo, berhenti dalam jarak 30 meter kemudian menyeberang jalan berhenti di gang sempit untuk mencapai rumahnya. Bowo terus memperhatikan dengan seksama, Ani beraksi tapi acuh tak acuh, benar-benar seolah-olah tak ada permasalahan apa-apa diantara mereka berdua. Yah adegan itu berakhir Ani masuk gang membalikan badan memperlihatkan bagian belakang tubuhnya yang berpantat seksi.

Bowo tidak bisa lagi berandai-andai, satu peristiwa dengan peristiwa lain akan berlanjut. Perempuan Ani telah menjadi misteri dalam hidupnya. Yang sulit dibantah adalah ikatan pernikahannya, sudah tidak wajar untuk berlanjutnya hubungan diantara mereka berdua walaupun itu cuma pacaran, pelanggaran etikanya terlalu besar.

Sangat mengganggu kepribadiannya, coba bayangkan ini istri orang sosoknya masuk kembali ke dalam dada Bowo, seorang yang harus diperhitungkannya mencapai rumah tangga. Jelas fakta yang ada pasti bakalan terjadi benturan antar keluarga.

“Aku sih berada di pihak yang paling ringannya karena tak terbebani macam-macam, justru suaminyalah yang sangat keberatan bila sampai terjadi perceraian.”

Paling-paling Bowo tetap dari dulu posisinya, “SARU!”

Pelakunya hanya akan dihujat masyarakat sekitar selamanya.

Seperti yang sudah-sudah esoknya Bapak Jonan muncul dari mulut gang, aksinya pengulangan seperti beberapa hari yang lalu. Bersepeda motor berhenti di mulut gang, pura-pura membuka kaca mata dan membersihkannya. Jelas memperlihatkan pada Bowo bahwa beliau mengawasinya dengan suatu maksud tujuan.

Bowo yang kebat-kebit, persoalannya terlalu tinggi. Jelas bahwa dirinya dikeroyok sedemikian rupa oleh anggota keluarga Bapak Jonan.

“Lima orang lawan satu, sasarannya ketahanan mentalku yang jadi incaran keluarga ini.”

“Untuk apa semua ini dilakukan keluarga tersebut?”

Bowo pusing menduga-duga hal-hal yang tidak-tidak. Dirinya adalah pihak yang diseret dalam masalah internal keluarga tersebut sangat berlebihan. Bowo merasa jerat-jerat yang dipasang keluarga ini sangat mengikat dirinya untuk meneruskan perkara yang sudah dinyatakan dari segi manfaat, “Nihil.”

Bagi Bowo banyak perkara yang aneh-aneh berawal dari keluarga ini, status terhormatnya sih memang diakui warga sekitar.

“Kenapa berperkara denganku mereka tak membuat kebijaksanaan yang bisa kuterima dengan lapang dada?”

Misalnya saja untuk perkara pernikahan Ani, tentu cukuplah keluarga ini mengutus seseorang dengan menyatakan menyudahi masalah diantara dirinya dengan Ani agar bisa saling memahami.

“Yah keluarga ini terlalu memandang rendah diriku.”

“Kenapa bukan suami Ani yang berperkara denganku langsung, bukankah bila terjadi perundingan dengan diriku sebagai sesama lelaki Aku bisa mundur dengan terhormat?”

Fakta yang ada Ani berada di depan Bowo sekarang dengan perkara yang dari dulu sudah bergulir tanpa penyelesaian memuaskan pihak Bowo.

Bowo terus terombang-ambing dengan berbagai pikirannya yang bila diberitahukan kepada orang lain akan menyatakannya sebagai mengada-ada.

Fakta selalu bicara.

Sebelum kemunculan Ani di bulan Juni selalu terdapat aksi-aksi sepihak anggota keluarga Bapak Jonan. Itu terjadi mulai tahun baru 2017, Jodi muncul di depan kiosnya pura-pura membeli koran di kios sebelah. Sempat dibacanya di kios angkringan sebelah yang saat itu belum buka.

Setelah lama membaca koran kemudian dijemput seorang perempuan, saat itu Bowo menduga pacarnya. Nah motor penjemput Jodi adalah Mio yang sekarang menjadi tunggangan Ani bermanuver di depan kiosnya.

Permulaan aksi-aksi itulah yang dihitung Bowo sebagai perkara lanjutan tahun 2016. Walaupun begitu Bowo sendiri lebih suka pasif, lebih suka masalahnya dengan Ani selesai walaupun terus diprovokasi dan dipancing dengan berbagai aksi sepihak.

Sikap-sikap sudah mundur dari perkara ditujukan kepada keluarga Bapak Jonan walaupun terus diprovokasi dan dipancing dengan berbagai aksi-aksi sepihak. Lagi pula dengan lenyapnya Ani juga mengurangi perasaan hati yang sering dibilang orang sebagai cinta. Mana mungkin Bowo bercinta tanpa kehdiran sosok perempuan kan?

Sekarang Ani langsung beraksi di depannya seolah menyambung hubungan yang pernah terjalin. Bowo sendiri tetap coba bisa menerima perempuan lain. Itu sudah dicoba sejak tahun 2016, satu dua perempuan sudah masuk sebagai permulaan. Memang tak mudah, perempuan-perempuan yang dicoba masuki juga punya urusan dengan lelaki lain, itu terjadi sama dengan awal-awal bersama Ani.

Di Ringroad selatan ketika dirinya mengasong koran, itu terjadi begitu saja. Seorang perempuan karyawan toko masih baru cukup cantik menarik perhatiannya. Sudah punya pacar, walau begitu sering bertemu pandang karena Bowo sering hilir mudik membawa koran untuk dijual.

Suatu ketika saat toko belum buka cewek cantik berboncengan dengan pacarnya tampak mengeluarkan air mata. Tampaknya sedang kesal dengan pacarnya, nah perempuan itu memandang lekat simpatik padanya.

Nah dari adegan inilah perempuan ini jadi sering memberi perhatian pada Bowo. Tinggal Bowo yang jadi sangsi karena belum apa-apa sudah sepeti kejatuhan durian runtuh. Semua massih bingung, tak terkecuali perempuan tersebut. Masih menjalin cinta dengan pacar resminya tapi ada Bowo yang juga menarik hatinya. Tarik menarik terjadi sekian bulan sampai akhirnya memang perempuan itu lebih condong memilih pacar yang terus membuntutinya kemana pun pergi.

Tapi Bowo kan sempat mencoba membuat pendekatan dengan pura-pura beli di etalase barang yang dijaganya, atau mencoba meminta nomor telepon, bahkan sering mencobai ketika perempuan cantik ini sedang berada di halaman toko menyapu daun-daun yang berserakan, pokoknya sebisa mungkin menjalin komunikasi.

Itu semacam pelarian dari masalah besar yang dihadapinya sekarang, kenyataan kan tetap ada perempuan lain yang menarik dan bisa berpindah hati nantinya.

Bowo biasa saja mendapati fenomena seperti ini, saat itu dirinya sedang goncang jiwanya karena masih awal pernikahan Ani. Untuk menstabilkan jiwanya saja butuh beberapa bulan, bahkan hingga saat ini masih bingung akan keadaan yang terjadi di depan matanya.

Yang terjadi semacam rebutan pacar tanpa sepengetahuan lelaki pacarnya yang terus membuntutinya kemanapun pergi. Yah akhirnya seperti biasa perempuan ini karena mendapat dessakan dari Bowo akhirnya mencari perlindungan, caranya ya menerima sepenuhnya lelaki pacarnya dengan beraksi di depan Bowo mesra sekali, yaitu cium tangan lelaki pacarnya saat pamitan kerja.

Yah itu semacam konsekuensi bila sang perempuan sudah memilih, cukuplah satu saja. Bowo pun menyingkir seperti biasa tanpa terlalu sakit hati. Hal seperti itu sangat mudah menduga dilihat dari latar belakang keduanya, mereka masih sekampung dan kemungkinan menjalin hubungan dari sejak sesama sekolah di SMK. Yah mereka berdua memang tak lebih dari lulusan SMK setelah itu berjibaku mencari pekerjaan.

Jadi tetap ada cewek lain yang bisa menarik perhatian Bowo, sayang aksi-aksi Ani dan anggota keluarganya sangat menyita waktu dan perhatiannya. Hingga saat ini Bowo sulit beralih atau menggeser masalah tertuju pada perempuan lain, kemampuannya sangat terbatas.

Sepanjang tahun 2016 beberapa kali terjadi benturan dengan anggota keluarga Bapak Jonan karena aksi-aksi yang aneh dari perempuan Ani. Baru berakhir November 2016, karena Ani mengikuti suaminya ke Bali yang dikabarkan kuliah S2 di Inggris.

Bowo antara percaya dan tidak, itu berarti level suami Ani sangat tinggi. Bowo menduga yang tidak-tidak, suami Ani pastilah dari keluarga kaya raya, mungkin pejabat pemerintah di Bali atau terkoneksi dengan pengusaha dan kedutaan asing semacam diplomat di luar negeri.

Bowo tak mau tahu, tetapi tetap saja isu-isu itu terdengar dari anggota keluarga Bapak Jonan. Awal tahun 2017 kabar menyatakan Ani lulus kuliah dan kemudian melanjutkan S2 di Bali bersama suaminya.

Jadi isu mana yang benar?

Sekarang Ani muncul tidak bersama suaminya, teka-teki itu bagi Bowo makin rumit. Padahal seharusnya apapun keadaan Ani hadir tak hadir sudah bukan apa-apanya Bowo lagi.

“Pacar iya tapi mencapai hak milik hmmm.... itu sudah ada yang punya!”

Bila pikiran-pikiran seperti itu yang muncul malah menyakitkan hati Bowo. Berbagai prasangka buruk bermunculan terbawa dari sikap-sikap anggota keluarga Bapak Jonan yang terasa sangat memusuhinya.

Ini yang sangat mengherankan dirinya, “Aku satu-satunya musuh besar keluarga tersebut?”

“Seolah-olah keluarga Bapak Jonan begitu membela dan melindungi menantunya, begitu berharganya hingga sampai harus menyingkirkan diriku dari tempat tinggal mereka.”

Selama ini serangan-serangan psikis berasal dari anggota keluarga Bapak Jonan. Tidak pernah terlihat suami Ani hadir, bahkan kiprahnya di Yogyakarta sangat minim.

Ah lupakan dulu semuanya, sekarang pun Bowo sudah repot harus menafsirkan kehadiran Ani ditambah aksi-aksi sepihak seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Apa-apa yang disaksikannya adalah sangat disengaja, memiliki tujuan walaupun gelap bagi pihak Bowo.

Surat pertama yang terkirim bulan Oktober sudah cukup menjelaskan keadaan yang terjadi belakangan ini. Tapi rupanya itu bukan penyelesaian, masih bakalan berlanjut sampai tujuan keluarga Bapak Jonan berhasil.

Aksi-aksinya kecil-kecil bikin keki Bowo, misalnya Jodi muncul dari mulut gang bersepeda motor, di belakangnya Ani membonceng. Sempat Jodi memandang Bowo sekejap kemudian segera berlalu. Motornya Mio, itu sudah ada sejak awal tahun 2017, itu bila Jodi beraksi di depan kios Bowo dengan pura-pura membeli koran di kios tetangganya untuk menunggu jemputan.

Sekarang motor tersebut yang rutin dipakai Ani sendirian untuk beraksi di depan Bowo.

“Semuanya sangat diatur, itu bentuk skenario drama untuk menjebak diriku, aku merasa sangat terancam!”

Semuanya membentuk rasa permusuhan yang sangat tersembunyi.....

“Aku harus menjelaskan masalah bagaimana lagi, melalui surat rupanya tak digubris keluarga ini?”

Dalam surat ia mencoba mengungkapkan keinginannya agar maslah bisa dirundingkan dalam musyawarah mencapai kompromi, tapi tak ada tanda-tanda hal tersebut menuju ke sana.

Yang terjadi begitu surat terbaca beberapa hari kemudian seluruh anggota keluarga Bapak Jonan lenyap menghindar. Hal-hal tersebut berlangsung lama, barulah beberapa hari kemudian muncul seolah-olah tak terjadi peristiwa apa-apa atau dalam anggapan Bowo masalah bergulir hanya terjadi pada dirinya pribadi dan itu adalah kesalahannya.

Dari dulu menyelesaikan masalah melalui surat tidak efektif, begitu juga melalui nomor HP yang pernah masuk. Tak pernah ditanggapi serius bahkan hanya menjadi ajang permainan anggota keluarga tersebut.

Bowo masih menyimpan satu nomor milik keluarga tersebut, dicobanya SMS dan ngebel. Sia-sia tak dijawab dan tidak pernah diangkat untuk memulai percakapan.

“Ah semua resiko harus kuhadapi, aksi-aksi sepihak anggota keluarga Bapak Jonan terutama Ani yang ssangat intensif, tak mungkin dibiarkan saja.”

“Yah Ani yang sekarang kufokuskan dalam surat, mungkin dari akibat-akibat yang terjadi nanti semuanya akan terjelaskan.”

Yang sebal sebenarnya adalah,

“Aku ini sasaran utama keluarga tersebut, dikorbankan hanya untuk memuaskan kejiwaan mereka!”

Gejala-gejala seperti ini sudah berlangsung sejak melayangnya surat pertama di tahun 2009 ke dalam rumah Bapak Jonan. Isinya adalah pernyataan cinta Bowo terhadap Ani yang saat itu masih berseragam abu-abu putih.

Malam-malam menulis surat tetap ada keraguan mengirimkannya saat itu. Harus ada momentum berdasarkan aksi-aksi sepihak anggota keluarga Bapak Jonan. Itu untuk melanjutkan keyakinan Bowo bahwa pergerakannya adalah berada dalam jalur yang benar.

Pagi ketika sedang duduk di kursi plastik di belakang etalase kios Bowo melihat aksi sepihak dari Bapak Jonan. Inilah yang dinyatakannya sebagai waktu yang tepat.

Bapak Jonan muncul dari mulut gang bersepeda motor Supra X merah model terbaru, berhenti sebentar di mulut gang membuat pergerakan seolah-olah ada kebutuhan mendesak. Yang dilakukannya itu berulang-ulang selama beberapa bulan di akhir 2017. Bertubuh subur berbaju batik dengan logo ormas besar Islam di Indonesia. Mungkin beliau akan menuju suatu pertemuan penting di Ormas tersebut walaupun hanya tingkat cabang di Yogyakarta.

Melepaskan kaca mata kemudian mengusapnya seolah-olah membersihkannya dari debu yang mengganggu pandangannya. Aksinya hany beberapa detik, tapi itu cukup meyakinkan Bowo. Setelah itu segera melaju arah kota Yogyakarta.

Malam itulah Bowo bergerak, sebuah surat melayang menjelaskan masalah yang hingga kini masih membingungkan posisinya. Segala resiko telah berada di hadapannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

      BAB 5

         HANYA SURAT

Dua kemungkinan dari konflik yang sekarang dihadapinya. Sudah sejak lama Bowo memikirkannya. Pertama memang sudah wataknya keluarga Bapak Jonan keras kepala. Bowo sudah menyatakannya dalam kategori psikopat. Berbagai bukti ttelah dikantongi dan itu mencukupi.

“Aku ini adalah korban, bagi mereka apa yang dilakukan itu sudah sepantasnya kudapatkan. Perlakuan kejam sudah sering terjadi beberapa tahun ini.”

Perlakuan-perlakuan keluarga tersebut sangat menyiksa, menyerang jiwa dan mental. Tidak ada habis-habisnya, tidak menurun, dan berulang-ulang. Jebakan-jebakan itu telah terpasang Bowo tinggal dieksekusi dalm kursi listrik menanti kematiannya.

Yang kedua adalah sikap permusuhan karena kebencian dari anggota keluarga Bapak Jonan. Berbagai perilaku anggota keluarga tersebut sudah sering terjadi hingga mencapai tindak kekerasan. Tujuannya adalah sampai Bowo tersingkir dari lingkungan tempat tinggal mereka.

Ternyata sampai Ani mendapat musibah hingga memaksanya menikah keadaan tersebut menetap. Bahkan untuk pihak Bowo bertambah berat karena harus menghadapi musuh yang lain yaitu menantu Bapak Jonan. Bowo asing sekali dengan profil lelaki yang telah berhasil menikahi Ani. Lelaki tersebut menjadi misteri di tahun 2016 karena saat bentrok sebagai harapan tercapai perundingan ternyata dugaannya salah total.

Reputasi Bowo sampai hancur total.

Permusuhan keluarga Bapak Jonan menguat akhir 2017. Munculnya Ani beraksi kembali memancing Bowo, satu dua insiden membuktikan terjadinya perulangan peristiwa seperti di tahun 2014.

Bowo kembali diteror dengan pelemparan benda keras sampai memecahkan kaca jendela belakang kamar kontrakannya. Saat melempar Bowo jelas sedang beraktifitas di luar sehingga hanya mendapat bukti jejaknya berupa pecahan kaca. Makin merana kamar kos Bowo, sekarang bila hujan deras berangin percikan air masuk kamarnya.

Aksi anggota keluarga Bapak Jonan, Bowo menuduh kemungkinan pelakunya adalah Udin berlanjut. Di tengah malam tembok dinding kamar kosnya digedor keras sekali. Bowo terbangun untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. Tapi Bowo menyadari tak perlu melayani pancingan-pancingan adu kekerasan dengan Udin, hanya akan membuat sensasi kejiwaannya meninggi. Memang itulah yang dikehendaki anak tertua Bapak Jonan, menyiksa dirinya dengan segala cara.

“Sampai saat ini aku tetap dikeroyok anggota keluarga Bapak Jonan!” Bowo geleng-geleng kepala sulit menafsirkan fenomena yang dialaminya di Yogyakarta.

Sikap-sikap Bowo yang menunjukan bahwa dari pihaknya masalah sudah selesai tak pernah terbaca oleh anggota keluarga ini sangat mengherankan.

Sepanjang tahun 2017 walaupun aksi-aksi sepihak anggota keluarga Bapak Jonan terus berlangsung Bowo menganggap selesai. Bahkan ia berpikir bila mampu sudah memulai untuk mencari perempuan lain, yah sebagai awal cita-citanya untuk mencapai rumah tangga.

Sekarang akhir 2017 mentalnya kembali rontok, ia harus membuat perhitungan kembali dengan perempuan Ani yang sulit sekali ditafsirkan kehendaknya. Ani adalah perempuan misterius dalam hidupnya, selalu berada dalam nuansa percintaan tanpa pernah menyentuhnya. Sudah menjadi milik lelaki lain, bila diteruskan masuk kategori perselingkuhan.

Tapi....

Huh semuanya serba salah.

Suratpun melayang untuk mencoba menjelaskan masalah. Tinggal menanti reaksi anggota keluarga Bapak Jonan.

Kepada Yth,

Bapak Jonan

Di tempat,

Assalamualaikum wr wb

Saya Bowo mengirim surat ini sebagai bentuk konsultasi. Ini karena sebuah kenyataan yang saya hadapi selama ini. Bapak sekeluarga telah banyak mengajukan masalah untuk menguji kemampuan saya.

Berbagai cara sudah saya lakukan untuk mengatasi masalah ini. Dari segi manfaat.....NIHIL!

Sementara selalu terdapat aksi manuver di depan kios yang harus ditafsirkan dan diterjemahkan karena semua berupa bahasa tubuh, isyarat, dan simbol. Coba pikirkan gara-gara mendapat bentuk masalah seperti ini saya mencoba berkonsultasi dengan beberapa pamong di kampung. Ini hasilnya menghadap Bapak Ketua RT yang diteruskan ke Kepala Dukuh,

“Kamu terlalu mengada-ada, mana mungkin putri Bapak Jonan mau menikah denganmu, mimpi di siang bolong, Kere munggah Bale!”

Rasanya itu sesuai realita dan saya menerima hal tersebut dengan senang hati.

Kemudian ternyata terjadi kesalahan fatal karena salah menuduh seorang yang lain sebagai perebut mantan pacar. Saya sampai salah menuduhnya karena begitu miripnya pemuda ini dengan suami putri sampean.

Kesalahan itu tak mungkin bisa ditoleransi lagi.

Jadi pertanyaan saya, perlukah masalah ini diteruskan Bapak....?

Yah musibah bisa datang sewaktu-waktu saya manusia biasa tidak pernah mampu dan siap menerima akibatnya.

                                                                                    Wasalam

Surat masuk dalam rumah berhalaman luas, bagian depan teras dinding dan kisi jendelanya bercat warna hijau pari enom, sebuah simbol warna ningrat Jawa. Tinggal menanti reaksi anggota keluarga tersebut. Ah biasanya surat tersebut tidak berpengaruh apa-apa, ibaratnya permasalahan Bowo bukanlah urusan keluarga tersebut.

Kandas!

Sambil menanti kelanjutan konflik dengan keluarga Bapak Jonan Bowo meneruskan kegiatan-kegiatannya yang selama ini menjadi bagian hidupnya. Tidak pernah mencapai prestasi, lebih sering untuk mengisi waktu luangnya.

Sudah beberapa tahun ini latihannya efektif di waktu dini hari. Misalnya bila terbangun jam setengah tiga maka justru tak bisa tidur lagi. Makanya itu adalah kesempatan berlatih sampai subuh. Sayangnya untuk jurus semuanya hanya hafalan dari sejak kecil.

“Referensi dan masukan dari orang lain tak ada, makanya tak pernah terpikir untuk menciptakan jurus sesuai dengan karakterku,”  Bowo bicara sendiri sambil bersiap-siap melakukan jurus.

Tidak apa-apa, perguruan Pencak silat yang paling terkenal sekalipun tidak memaksakan anak muridnya mencapai tingkatan pencipta jurus. Ada Merpati Putih, Tapak Suci, Perisai Diri semuanya hanya melatih jurus baku sebagai menu latihannya.

Untuk jurus biasanya selalu bertumpu pada guru besar pendirinya. Begitu juga dengan perguruan yang pernah Bowo bernaung di dalamnya. Hingga saat ini jurus-jurus baku ini yang pernah dikumpulkan guru besarnya yang merantau ke berbagai daerah. Berbagai perguruan, dan dari beberapa guru aliran Pencak silat daerah lainnya.

“Aku punya ide, Jurus mencapai Pencak silat mendasarkan pada jenis pantun. Jadi bisa sesuai dengan umur penghayatnya. Dengan cara demikian jurus tetap lestari dilakukan sedari kecil hingga usia menua.”

Yah ini ide Bowo saja kok.

Bagi Bowo ini jalan keluar yang didapatkan bertahun-tahun berlatih tanpa tujuan. Tingkatan pantun terdiri dari pantun anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Segalanya bisa membentuk semacam metoda, tujuan berlatih, membentuk komunitas seperti perguruan, pesanggrahan atau pedepokan hingga hanya bentuk sanggar seni pencak bisa disejajarkan atau didekatkan dengan sastra pantun.

Begitu juga dengan nomor tarung untuk prestasi pertandingan tentu lebih terasa bernuansa Melayu nusantara karena muncul kelas-kelas dari segi umur mulai anak-anak, remaja, dewasa, dan senior.

Keindahan pantun di berbagai daerah sangat kaya, ada yang berbalas pantun, melagukan pantun dalam berbagai irama daerah, musik hingga mantera upacara bahkan praktek perdukunan.

“Pantun lebih monumental dari pada akademis, dalam Pencak silat bisa sebagai panduan hidup sebagai praktisinya.”

Pencak silat bisa dipadukan dengan pantun karena bisa dilakukan dari anak-anak hingga warga senior. Jadi bisa seumur hidup menjalaninya, walaupun tak statis.

“Latihanku saja pasang surut, bahkan sempat vakum beberapa tahun. Aku menjalani latihan kembali karena tubuhku menuntut bergerak. Olah raga lain tak ada, hanya memori tentang Pencak silat yang nempel di tubuh ini hingga hari ini.”

Tak apa-apa, ide ini menjadikan Bowo menemukan jalan keluar untuk meneruskan latihannya. Berpegang pada pantun sebagai panduan menghayati pencak silat mencukupi hingga pendalaman materi bela diri Pencak silat.

Isi atau tema pantun sesuai dengan teknik-teknik jurus Pencak silat. Bowo belum bisa mencontohkannya tapi metoda tersebut telah mampu dirabanya. Dalam praktek di masyarakat pantun sangat fleksibel mencapai seni sastra yang indah. Bahkan di beberapa tempat sampai dilagukan dengan irringan kecapi dan gamelan.

Inilah yang mempertemukan ajaran Islam dengan adat setempat. Misalnya dengan rebana atau kecapi gambus bernyanyi melantunkan pantun. Keduanya melebar saling isi mengisi dalam tujuan dakwah mengagungkan ajaran nabi muhammad.

Karena itulah terjadi pertemuan dan peleburan antara sastra pantun dengan bela diri Pencak silat dan media dakwah. Bela diri ini banyak mengadopsi ajaran agama Islam dan berkembang bersamanya, terkadang bahkan sulit dibedakan antara islam dan bela diri Pencak silat karena pengajarnya sekaligus menjadi pendakwah juga. Kemungkinan ini bentuk akulturasi berabad-abad yang lalu, ajaan Islam yang penuh toleransi terwujud. Pencak silat adalah salah satu bentuk akulturasi paling sukses yang berkembang dalam naungan agama Islam sampai sekarang.

Kita menghadapi dua dunia yang memandang lokalitas sebagai keburukan. Pertama orang-orang yang berpandangan apa-apa yang berbau barat sebagai peradaban maju.

Pencak silat didiskreditkan sebagai tradisi primitif, hal tersebut beredar hingga sekarang. Padahal di negara barat bela diri timur merupakan bidang tersendiri yang masuk obyek orientalis. Sayang misi dari orientalisme adalah superioritas Barat.

Sedangkan di sisi lain adalah kaum konservatis dan fundamental Islam yang berpandangan ekstrem kanan dengan jargon pemurnian Islam. Cara pandangnya berupa perbandingan kebudayaan berdasarkan tradisi Timur tengah atau Arab. Mereka selalu mudah mengkafirkan atau membidahkan sesuatu yang tidak sama dengan kelompok atau pandangan mereka. Klaimnya selalu yang paling benar dan murni, yang lain hanya dilihat segi negatifnya saja.

Pengkafiran, penyesatan, bidah, khurafat mudah sekali dituduhkan pada kelompok lain yang tak sepaham. Di Indonesia tuduhan tersebut banyak jatuh pada tradisi lokal yang justru berabad-abad sebelumnya adalah hasil akulturasi lokal dengan Islam.

Kalau dikaji ulang sah-sah saja, tapi tetaplah menghargai jasa-jasa pendahulu yang sudah bersusah payah membuat dakwah toleransi diterima semua kalangan saat itu. Tanpa jasa Wali sanga, ulama-ulama, kaum santri tentulah Islam masih sebatas ajaran di kitab suci saja. Hebatnya pendahulu-pendahulu penyebar Islam telah mencoba memasuki wilayah kekuasaan yang saat itu sudah mengakar kuat Hinduisme dan Budha.

Jelas saat itu sistem kasta sudah sulit ditembus. Tak mungkin misalnya penguasa-penguasa kerajaan Hindu budha yang berasal dari kasta Brahmana dan Ksatria akan memandang kaum pedagang Islam sebagai lebih tinggi derajatnya dari golongan mereka. Pedagang menjadi kasta rendah disamping sudra yang bermakna petani dan budak.

Karenanya untuk menembus sistem tersebut dibuatlah sejenis sistem pendidikan yang mirip pertapaan Hidnu Budha yaitu pesantren. Kemudian ajaran pesantren dikembangkan dengan metode toleransi dan akulturasi perlahan-lahan hampir tanpa ada gesekan kekerasan. Lama-lama kaum kasta tinggi Hindu Budha bisa menerima dan sebagian kemudian beralih menjadi muslim.

Bowo meneruskan latihannya, satu dua jurus berbagai peregangan, shit up, push up, dan scot jump sebagai menu harian latihannya.

“Kesimpulannya untuk pendalaman Pencak silat perbandingannya cukuplah dengan tradisi adat, sastra, dan keilmuan yang ada di sekitar. Terutama dengan tradisi dan budaya Melayu di seluruh nusantara.”

Ada juga fenomena, ini untuk anak-anak. Di manapun berada selalu berimaginasi menjadi pahlawan pembela kebenaran. Sebagai patronnya adalah kisah superhero, pendekar-pendekar silat di film, televisi dan bacaan-bacaan komik serta animasi.

Nah anak-anak itu selalu menirukan adegan-adegan pertarungan yang pernah ditontonnya. Sebenarnya disinilah imaginasi anak bisa disalurkan dalam ajaran-ajaran Pencak silat, itu ajaran yang paling bisa diterima anak-anak di seluruh dunia.

Bowo pun menyudahi latihannya dengan perasaan penuh kepuasan.

                                                              ***

Inilah akibat-akibat dari surat kiriman Bowo terhadap Ani dan keluarganya. Sebenarnya Bowo berharap keluarga Bapak Jonan menyudahi masalah, “manfaatnya NIHIL!” itu inti suratnya.

Kenyataan suratnya tak digubris, tetap saja anggota keluarga Pak Jonan beraksi di kiosnya. Seperti biasanya Bowo menunggu sampai aksi-aksi itu menetap, soalnya berjaga-jaga bila isi suratnya bisa sebagai bentuk penyelesaian.

“Dari surat yang kukirim sebenarnya mereka bisa mempermasalahkan diriku, misalnya dengan tuduhan pidana pencemaran nama baik keluarga.”

Resiko dituntut berdasarkan isi surat membuat Bowo ekstra hati-hati terhadap keluarga tersebut. Misalnya jika kedua orang tua tersebut menghubungi dirinya dengan langsung melarang secara lisan untuk tidak mengirim surat, ia pun harus tunduk. Itu resiko paling ringannya, lah kalau sampai dilaporkan polisi atau seperti tahun 2016 dilaporkan Bapak dari pemuda Adi namanya sudah tercemar sebagai pengganggu ketentraman warga kampung.

Makanya Bowo terus menunggu sampai ia tahu bahwa dirinya adalah obyek penderita karena terganggu. Ya aksi-aksi dari keluarga Bapak Jonan benar-benar tertuju pada dirinya, sama sekali tidak ada pihak lain diikutsertakan.

Yang paling menyulitkan adalah kehadiran Ani di sekitar kiosnya. Perempuan inilah penyebab semua masalah dengan peristiwa yang mengharu biru terjadi, mungkin hingga saat ini. Sedangkan statusnya adalah istri lelaki yang entah tak terlihat di sekitar Yogya.

“Entah nomor yang kusimpan lama di secarik kertas dalam lembaran buku masih bisa dihubungi atau tidak?”

Bowo mendapati nomor-nomor tersebut sejak Maret 2016, masuk HP nya seiring munculnya Ani yang ternyata mengalami musibah keguguran. Ini satu-satunya nomor yang dipertahankan Bowo karena pemiliknya kemungkinan sulit membuangnya, memang cantik dengan kemungkinan dipakai untuk beberapa kepentingan, mungkin selalu dipegang Bapak Jonan.

Untuk memastikan nomor yang beberapa minggu lalu pernah dihubunginya, langsung ditanggapi selalu dengan suara-suara seperti mempermainkannya. Itu yang membuat Bowo kemudian menghapusnya kembali, sekarang itu satu-satunya jalan berkomunikasi.

Tengah malam dimiscallnya nomor tersebut. Ternyata masih aktif tak pernah diangkat ataupun dibalas. Cukup sekali...

Esoknya juga sekedar di SMS, “Coba.”

Masuk, tapi di sinilah misteriusnya anggota keluarga tersebut, jangan harap ada balasan.

Oh rupanya kali ini Bowo salah, esoknya saat Bowo menunggu kios masuk SMS dari nomor tersebut. Resmi saja nadanya,

“Ini dengan siapa ya....?”

Bowo langsung menjawab dengan menyebut nama lengkapnya, hanya itu saja tak ada balasan lagi.

SMS lagi Bowo, “Ini dengan cewek apa cowok?”

Terjawab, “Cowk.”

Tidak serius tapi Bowo tahu tambahan SMS selanjutnya dari pihaknya berupa uraian-uraian penjelasan yang rumit. Sangat beresiko untuk Bowo terancam dan terjebak trik-trik yang dilakukan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan.

“Ah satu lawan enam, tak memalukan bila pun aku sampai kalah,” logika Bowo mencapai itu.

Di samping itu masalah yang bergulir bisa dikelola, soalnya tak sampai mengganggu kegiatannya di kios stempel untuk mendapatkan duit. Begitu juga kegiatan lainnya aman dan lancar.

Yang paling sensitif itu cuma urusan hati, itu selalu terjadi terhadap Ani dengan tetek bengek percintaan yang kandas. Ujung-ujungnya selalu sakit hati, butuh waktu panjang untuk menormalkannya.

Sengaja beberapa hari Bowo tak mengirim SMS, dibiarkannya Udin, Jodi, Bapak Jonan yang terus memantaunya. Memang semuanya hanya sekelebatan bayangan, tetapi dari aura wajah maupun tubuh terasa untuk Bowo sebagai ancaman.

Baru ketika Ani melintas depan kiosnya, entah dari mana yang jelas dugaannya jatuh dari tempatnya bekerja. Kan sudah beberapa bulan Ani melakukannya rutin, dari kemunculannya di bulan Juni yang konon dari Bali di tempat suaminya berada.

Dalam semingggu Ani bisa dihitung kemunculannya. Paling banyak tiga kali dengan durasi hanya setengah menit. Sungguh bila Bowo memberitahu kepada tetangga-tetangganya bahwa ia sedang bermasalah dengan seorang cewek bakalan ditertawakan karena terlalu mengada-ada.

Bowo SMS,

“Coba saya jelaskan keadaan yang terjadi selama ini, siapa tahu ada kebaikannya.”

Mulai Bowo menguraikan,

“Oke, mungkin saya harus membuat pernyataan-pernyataan tentang hubungan yang pernah terjadi dahulu.”

Ditunggunya bila ada jawaban, tapi tak pernah hal tersebut terjadi. SMS pertama yang menyatakan identitasnya itu hanya sebagai pembuka. Itu sudah dari dulu kelakuan atau gelagat dari nomor-nomor milik keluarga Bapak Jonan.

“Sejak dulu kemungkinan hubungan paling kuatnya hanya sampai tingkat pacaran.”

“Dengan tingkat seperti itu sama sekali tidak terikat, jadi bebas saja bergaul.”

“Tentu berbeda dengan lelaki lain yang lebih resmi hingga ada hak dan kewajiban.”

Bowo tak tega menyebut lelaki lain yang telah resmi sebagai suami Ani, juga tak akan disinggungnya karena tak muncul di Yogyakarta. Sulit menduga keadaan rumah tangga Ani, yang jelas statusnya masih resmi.

Jawaban akan didapat dari aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan esok hari. Mungkin nanti Ani lebih terlibat di dalamnya karena SMS yang dikirimkannya menyinggung hubungan pribadi yang terjalin selama ini walaupun untuk pihak Bowo sudah terputus begitu Ani menikah.

Bila saja ia tak diseret terus dalam masalah keluarga tersebut mungkin sekarang Bowo sudah menjalin hubungan dengan perempuan lain walaupun itu dari awal sekalipun.

Bisanya Bowo paling-paling mencoba memantau situasi rumah Ani. Itu dilakukannya sore hari setelah sholat isya. Seperti biasa rumah tersebut sepi, tapi di pojok luar garasi Udin duduk menghadap lap top.

Udin tahu saja Bowo lewat di gang samping rumah. Anak tertua Bapak Jonan ini tidak pernah bersikap ramah terhadap Bowo. Selalu berlawanan sikap, Udin selalu menggiring konflik yang terjadi dengan tingkat permasalahan paling kuatnya.

Memandang lekat Bowo yang berjalan di gang, terdengar suara orang mempermasalahkan kehadiran Bowo. Sepertinya pergerakan Bowo sudah diperkirakan anggota keluarga Bapak Jonan sesuai dengan skenario yang dipasang.

Atau malah mereka mengikuti alur aksi-aksi sepihak Bowo?

Bisa keduanya.

Ah Bowo tidur nyenyak malam itu, untuknya walaupun tak yakin berhasil ia sudah menyusun siasat.

Beberapa dugaan Bowo tentang pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan pasti terulang. Salah satunya adalah memphoto copy di kios samping mulut gang. Di bagian ini aktifitas anggota keluarga Bapak Jonan adalah berlebihan.

Coba pikir seberapa besar kepentingan seorang seperti Udin yang pekerjaannya berkutat di rancang bangun memphoto copy berkas?

Tampaknya untuk seorang arsitekpun tak akan rutin melakukannya seminggu sampai tiga kali. Dan itu terjadi padaa anak tertua Bapak Jonan. Begitu juga pada Ani dan Bapak Jonan sendiri, karenanya tujuannya memantau Bowo adalah sebuah keniscayaan.

Nah hari senin pagi ternyata Ani yang memphoto copy, oh bukan kemungkinan mencetak file dari sebuah flash disk yang dibawanya. Tepat dari mulut gang, berhenti sebentar kemudian memarkirkan motor Mio nya yang menjadi tunggangannya beberapa bulan ini. Masuk kios langsung duduk di meja lap top yang tersedia. Tentu meja lap top tersebut cukup untuk Bowo memastikan keberadaan Ani yang sempat memandangnya dari balik kaca mata minus. Sebalnya masker tetap menutup mulutnya hingga sulit mengintip pergolakan jiwanya dari mimik muka.

Bowo yang akhirnya berusaha memastikan dengan melangkah agar bisa mengamati dengan jelas aksi-aksi Ani di kios photo copy. Nah saat duduk menghadap lap top dengan jemari di key word kepalanya menengok ke arah Bowo.

Benar-benar disengaja untuk memancing Bowo.

Bowo tak bergerak mendatangi kios photo copy, segera kembali ke kios stempelnya. Bowo duduk di balik etalase ternyata Ani keluar dan kemudian mengendarai motornya masuk ke mulut gang kembali ke rumahnya.

Sempat Bowo berpikir untuk mengikutinya dari belakang, toh pasti tujuannya ke rumah,

“Ah yang benar saja, masa aku sampai mengejar Ani yang statusnya istri orang?” Logika Bowo terus bermain.

Lah ternyata Aninya kembali ke kios photo copy.

“Benar-benar undangan untukku?”

Bowo yang refleks bergerak sekarang, dari dulu punya alasan memphoto copy nota untuk order stempel. Ini juga aksi yang dulu pernah dilakukannya saat Ani hendak menikah di Oktober 2015.

Bowo disambut ramah penjaga kios photo copy yang dulu tahun 2016 akhir dicoba untuk ikut memancing suami Ani agar mau diundang berbicara di kios stempelnya, sayang pemuda tersebut ternyata bukan oknum yang dimaksud, malah membuat posisi Bowo salah kaprah. Padahal Bowo sudah terlanjur membuat alasan untuk bisa memperkarakan pemuda ini, “Telah menikahi bekas pacarnya....”

Yah sekarang bekas pacarnya itu benar-benar berada di kios photo copy tapi penjaganya tidak tahu apa-apa karena dulu dalam pemberitahuannya sekilas saja. Bila ingat kejadian itu Bowo tertawa geli dalam hati karenanya. Kelakuannya sangat nakal, sampai-sampai berakibat pelaporan dirinya pada kepala dukuh dan dipukul Bapak orang tua pemuda yang telah dituduh tanpa bukti kuat.

Kalau sekarang Ani yang bekas pacarnya berada di meja komputer memandang dirinya lekat tapi sinar matanya penuh tipu muslihat. Bowo saja yang terpedaya karena masuk perasaan yang mengarah ke cinta buta.

Sambil menunggu nota order stempelnya diphoto copy ternyata Aninya sendiri sedang mencetak sebuah file. Bowo sempat membaca di layar komputer judulnya, “Permata dari Vladikosova.”

Membaca judulnya Bowo mengerutkan keningnya, “Apa anak ini menulis fiksi cerpen?”

Bowo tak percaya, dugaannya malah menguat, itu hanya bentuk kamuflase untuk mepermainkannya saja. Saat itu Ani yang bicara dengan karyawan photo copy,

“Ini sudah langsung bisa diprint Mas?”

Ada jawaban langsung, “bisa Mbak.”

He He He notabene karyawan-karyawan kios photo copy ini sangat mengenal Ani karena termasuk pelanggan dari sejak kecilnya, begitu juga anggota keluarganya yang lain. Jadi konflik yang terjadi benar-benar hanya diantara tetangga RT saja. Boleh dikata karyawan-karyawan kios photo copy ini tak tahu menahu bila seluruh aksi-aksi keluarga Bapak Jonan tertuju pada Bowo seorang diri. Ah yang penting buat mereka tentu pemasukan dari jasa photo copy lebih utama.

Ani selesai mencetak file fiksinya, Bowo pun selesai bersama-sama. Bowo memandang Ani yang sedang repot membayar karena isi tassnya memang berlipat-lipat. Padahal bayarannya cuma seribu rupiah satu cetakan. Keluar juga uang recehan yang langsung Bowo terbelak karena satu tas yang tampaknya begitu berharga tak berisi uang besar sedikitpun. Tingkah Bowo itu yang membuat Ani kikuk, tapi dicobanya sewajar mungkin, malah Bowo yang kaget karena mendadak Ani menyapa,

“Sudah selesai Pak?” Tanyanya seperti memberi perhatian pada Bowo.

Tercengang Bowo, “sudah Mbak!” Jawabnya spontanitas.

Otomatis perasaan yang dari dulu sebagai semacam ikatan diantara mereka berdua timbul. Unttuk Bowo inilah pembenaran dan bukti Ani minta didekati lebih lanjut.

Aninya bergegas mendekati motor kemudian menyalakannya. Bowo pun keluar kios sehingga seperti berbarengan dengan Ani menuju rumahnya. Oh ternyata Ani tak masuk gang malah berinisiatif menyeberang jalan melewati kios Bowo. Keduanya seperti bersama-sama menyeberang, secepatnya Ani melesatkan motor Mio nya meninggalkan Bowo.

Untuk Bowo kesan kebersamaan di kios photo copy sangat kuat.

“Tak salah lagi anak ini menghendaki aku melanjutkan hubungan yang sudah terputus lama.”

Bowo menyimpulkannya walaupun bimbang, itu karena Ani berstatus istri orang. Kejadian-kejadian kecil ini dari dulu terjadi, ternyata itu yang menunjukan bukti bahwa mereka berdua masih terhubung.

“Bukti-buktinya sangat kuat, semenjak kemunculan Ani di bulan Juni.”

Jelas untuk Bowo ia harus melakukan berbagai bentuk penyelesaian untuk yang kesekian kalinya. Yang terasa menyulitkan biarpun seolah terhubung dengan Ani tetapi ancaman-ancaman tindak kekerasan dari anggota keluarganya yang lain juga menguat.

Sepanjang hari itu Udin dan Bapak Jonan bergantian memantau Bowo. Inilah yang membuat Bowo membuat keputusan menulis SMS,

“Saya harus bicara dengan siapa anggota keluarga Bapak?”

“Kios saya mudah sekali dipantau, itu menjadi kesempatan anggota keluarga Bapak melakukan aksi-aksi manuver. Saya harus bagaimana?”

“Jadi penonton!”

Nomor yang masuk sejak Maret 2016 sekarang menjadi andalan Bowo untuk berkomunikasi. Nomor ini yang kemarin menjawab SMS nya dengan bertanya jati diri Bowo sebagai percobaan. Nadanya biarpun mengaku cowok tetapi cara penerimaannya feminim.

Sepanjang dugaan Bowo nomor ini dipegang Bapak Jonan, sangat penting hingga tak mungkin dibuang begitu saja. Ternyata nomor miliknya walaupun sebenarnya selalu mengganggu tak pernah diblokir jadinya Bowo leluasa masuk.

Kemungkinan sekarang aksi-aksi Ani mengikuti SMS-SMS yang dikirimnya. Itu yang mencemaskan Bowo, terasa sekali trik-trik jebakannya. Bowo yang merasa selalu menjadi korban, betapa berbahayanya.

Jebakan-jebakan itu bila sampai Bowo lengah semuanya berupa serangan psikis merusak mental. Sangat menyiksa dan salah-salah Bowo membuat keputusan nekat “gantung diri” karena putus asa.

Di bagian ini terasa benar, berbagai tindakannya membalas aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan bahkan dengan menyerang secara fisik telah berhasil menggagalkan jebakan-jebakan yang terpasang tersebut. Bahkan membuat keluarga Bapak Jonan harus mengakui Bowo lah yang memenangkan perkara.

Hari itu sampai tiga SMS dikeluarkan Bowo, hanya masuk tanpa balasan. Jawaban-jawaban yang ada berdasarkan aksi-aksi dari Ani sebagai inti masalahnya.

Bowo sudah mengakuinya sebagai pacar dengan SMS, tak ada ikatan apapun. Tapi diakuinya staatus Ani adalah seorang istri dari suami yang konon kabarnya sedang menempuh pendidikan S2 di Bali. Faktanya Ani tahun 2017 awal memang diberitakan mengikuti suaminya hidup berumah tangga di Bali. Berarti itu sudah konsekuensi dari pihak Ani yang telah dinikahi resmi.

“Kenapa sekarang muncul dan malah sepertinya terus memancing diriku untuk menjalin hubungan yang dari asumsi orang lain adalah terlarang?”

Bowo mengakui bila berhubungan dengan Ani dalam tingkatan apapun jatuhnya adalah selingkuh. Hati nuraninya menolak hal tersebut. Penolakannya terhadap Ani sudah terjadi sejak tahun 2015 setelah pernikahan Ani. Itu karena tidak ingin menjadi orang ketiga atau pria idaman lain dalam hubungan dengan suami istri baru tersebut. Hingga detik ini Bowo belum terjerumus tindakan menyeleweng.

Keluarga Bapak Jonan hingga detik ini masih mengajukan masalah untuk Bowo. Yang terakhir ini di hadapan Bowo terasa kuat bahwa hubungannya dengan Ani harus kembali seperti semula. Bowo merasakannya karena selalu terselip dalam trik-trik jebakan skenario dramatis.

Tidak terelakan lagi, tumbal yang diinginkan keluarga tersebut adalah dirinya. Bowo bersiap-siap kembali karena besok pasti ada kelanjutan aksi-aksi keluarga tersebut. Ini belum babak klimaks dan keluarga tersebut belum puas terhadap hasilnya.

 

  BAB 6

PENOLAKAN JODOH

Bowo membuat dugaan,

“Alurnya mengikuti keinginanku. Kali ini aksi-aksi keluarga Bapak Jonan dimaksimalkan untuk mencapai klimaks.”

Bowo merasakan ancaman bahaya tapi sulit menghindarinya. Sudah sejak lama keluarga Bapak Jonan menghendaki ia enyah dari lingkungan tempat tinggalnya.

“Pesan yang tersirat sangat kuat, bisakah aku kembali melaluinya?”

Ketegangan jiwa meliputi Bowo, diiringi dengan keheranan atas apa-apa yang dialaminya karena termasuk ganjil dan langka. Yang paling sulit meniadakan permasalahan hati terhadap Ani. Ini inti dari semua perseteruannya dengan keluarga Bapak Jonan.

“Aninya sendiri yang mengumpankan dirinya untuk memperkarakan diriku?”

Ini repotnya Bowo memikirkan hal-hal tersebut.

Untungnya pertikaian yang terjadi tidak mengganggu kegiatannya yang lain. Aksi-aksi keluarga Bapak Jonan sangat terencana dan teratur. Satu peristiwa terangkai dengan semacam jeda, misalnya di hari Sabtu dan Minggu lowong.

Inilah kesempatan Bowo mengurangi tekanan batin dari serangan-serangan psikis dengan kegiatan refreshing. Untuk kegiatannya Bowo membandingkan dengan Bapak Sinta yang seorang dalang wayang kulit. Bekas tetangga kamar kosnya yang telah pindah tahun 2015 awal.

Gara-gara kepindahannya kasus dengan putrinya yaitu Sinta dinyatakan selesai. Sintanya sendiri sudah bekerja di sebuah hotel di Prawirotaman. Masih sendiri dan terkadang muncul di rumah kontrakan mengunjungi sanak familinya.

Tetap ada pernik-pernik kenangan masa lalu, itu bisa dilihat dari cara memandang Sinta terhadapnya bila berjumpa. Bowo selalu menyatakan tak mungkin mendekatinya lagi, konflik yang bergulir dengan Ani sudah sangat banyak menyita waktunya.

Nah Bapaknya adalah dalang wayang kulit tapi sepi order dari tanggapan wayangnya. Setahun bisa dihitung berapa kali tampil di desanya di Wonosari. Yah persamaannya adalah kaitannya pada seni budaya. Bowo di bidang bela diri Pencak silat sedangkan Bapak Sinta di bidang wayang kulit sebagai dalang. Keduanya tetap mempertahankan seni budaya tersebut walaupun tahu sangat sulit mengembangkannya karena kenyataan semuanya sudah tergerus jaman.

Namun biar bagaimanapun bentuk-bentuk seni budaya tersebut tetap dipertahankan. Mencintai dan menghayatinya tidak rugi, latihan-latihannya selalu membuat karakter yang masuk kategori Nasionalisme.

Begitulah Bowo dengan latihan-latihan jurusnya yang menjadi hak milik pribadi. Kenyataan apa yang dilatihnya beriringan dengan konflik yang dihadapinya. Sengaja tidak sengaja latihannya menjadi praktek saat konflik mendera, menjadi jalan keluar saat mengalami kebuntuan.

Kesimpulan Bowo,

“Keduanya berbeda, tidak saling bertemu, keduanya beriringan menjadikan diriku sebagai tokoh yang bagi keluarga Bapak Jonan nyleneh.”

Dini hari Bowo memuaskan diri dengan melatih otot-ototnya melalui jurus dan asana. Sengaja latihannya menjelang pagi hari sekaligus masuk waktu subuh.

Tubuhnya menghangat dan nyaman, itu dirasakan nanti sampai siang hari saat menunggu di kios stempel. Sensasi seperti ini mungkin tak akan diperoleh oleh mereka yang baru pemula. Bowo pun pernah mengalaminya, latihan-latihan di awal-awal dengan badan penuh kesakitan, tubuhnya seperti mogok.

Memang harus hati-hati, terutama latihan yang menyandarkan pada punggung. Untuk seorang pemula bisa berbulan-bulan merasakan sakit, rumusnya memang perlahan-lahan. Bila sakit sudah mendera hentikan beberapa hari sampai normal. Biasanya tubuh otomatis minta agar otot maupun tulang bergerak kembali mengulangi latihan mencapai kelenturan maksimal.

Makanya bagi mereka yang sudah bertahun-tahun berlatih bakalan ketagihan. Hal seperti itu berlaku untuk jenis-jenis latihan yang lain. Nyatanya Bapak Sinta tetap meneruskan latihannya di Keraton Yogya mendalang walaupun sepi order. Itulah keadaan kenapa banyak orang berkutat menjadi penikmat seni budaya.

Alhamdulilah, Bowo bangun langsung menunaikan sholat subuh. Dibiarkannya tubuh beristirahat, ia tak lagi memiliki jadwal mengasong koran. Pekerjaan itu tamat seiring loper koran Urip banyak mengurusi rumah tangganya, masih akrab terkadang bertemu dan ngobrol di kios.

Mengasong koran menjadi kenangan panjang perjalanan merantau di Yogya. Pekerjaan yang bagi orang lain tak menarik dari segi penampilan, juga sekarang karena era digital dan internet sudah menyusut drastis. Mungkin Bowo termasuk orang-orang yang tergusur karena kemajuan dunia teknologi informasi. Nyatanya ia kalah gigih dengan beberapa temannya yang terus mengasong koran di perempatan ring road selatan.

Biarlah.

Uuuts seharian di kios stempel pagi-pagi sudah mendapatkan order. Bowo sibuk mengerjakannya sampai menjelang siang. Ia baru menghentikan saat adzan dhuhur, sudah kebiasaannya istirahat dan mandi siang.

Disempatkannya menuju warung Mbah Ali untuk membeli makanan ringan.

Uuutss...

Sepeda motor Mio terparkir manis di sisi warung Mbah Ali, ini motor tunggangan Ani. Nah sosok cantiknya benar-benar berada di warung sedang memilih jajan pasar.

Begitu disengaja!

Ani menatap tajam Bowo sekilas tapi kemudian pura-pura sibuk memilih jenis penganan. Ini rupanya jawaban SMS Bowo, dengan siapa ia harus bicara, ya Ani yang statusnya adalah pacar walaupun sudah bersuami.

Bowo segera berdiri di samping Ani yang masih memilih penganan. Sebalnya Bowo ya itu walaupun membeli jajanan pasar tapi mukanya tetap tertutup masker. Bowo memperhatikan gerak-gerik Ani yang memang heboh, lebih tepat kerepotan. Isi tasnya itu berisi tas lebih kecil, belum lagi beberapa lipatannya tertutup resleting, jadi Ani harus mengambil tas kecil dalam tas ranselnya setelah itu membuka bagian lipatan yang ternyata berisi dompet kecil. Di dalam dompet kecil tersebut berisi uang tapi jumlahnya juga belum mencukupi sehingga masih merogoh salah satu kantong baju lebarnya.

Tingkahnya seperti blingsatan tapi juga seperti disengaja diperlihatkan pada Bowo. Sementara semerbak aroma parfum mengenai hidung Bowo harum ringan bercampur aroma keringat perempuan yang menimbulkan hasrat kelelakiannya naik otomatis.

Bowo ragu-ragu tapi akhirnya bertanya,

“Kerja di mana Mbak?” Pertanyaan ini sudah lama ada di hati Bowo karena Ani cukup rutin berkeliaran di sekitar kios dan kampung.

“Kerja, nggak Pak, saya masih kuliah,” jawaban Ani menolak tegas pertanyaan Bowo.

Melengak Bowo, “kuliah....!” Merinding bulu kuduk Bowo.

Jawaban itu mementahkan segala dugaannya selama ini, Ani bisa drop out terhambat oleh pernikahannya karena hamil duluan. Tapi bisa saja dia mencapai S1 dan itu terjadi tahun 2016, isu beredar Ani memang sudah lulus dari UGM.

Kalau sekarang kuliah lagi, berarti masuk jenjang S2. Di sini Bowo yang kelimpungan......

Dibiarkannya Ani yang sudah membayar segera menaiki motornya pulang ke rumah. Sempat menyapa Bowo dengan panggilan Pak yang artinya posisinya tidak sedang bermasalah dengannya.

Bowo tak habis pikir, sempat ia bertanya pada Mbah Ali pemilik warung.

“Bukankah bocah ini telah menikah, kok seperti itu keadaannya?”

Mbah Ali yang tubuhnya sudah semakin rapuh dimakan usia itu tak menjawab. Memang beliau tak tahu menahu dengan menggelengkan kepala.

“Benar-benar pacarku....” Bowo heran dengan situasi yang dialaminya.

Sepertinya Bowo berada di pihak yang diuntungkan, Ani memberi harapan dan bahkan sudah mengikuti alur yang dikehendaki Bowo. Berarti tinggal membuat pendekatan terus menerus.

Bowo pun semakin intens memantau rumah Bapak Jonan. Tentu sambil terus membuat SMS keadaan-keadaan yang terjadi karena pertemuan dengan Ani di warung Mbah Ali.

SMS-SMS itu bisa berupa apa saja, termasuk kegiatan kesehariannya di kios stempel. Semuanya untuk mengisi waktu agar tetap terhubung dengan nomor milik keluarga Ani. Kadang pikirannya juga memutuskan agar masalah tersebut terus diperpanjang. Kenyataannya terbukti....biarpun klimaks sudah terjadi tahun 2015 karena Ani menikah.

Tak terasa sekarang sudah masuk tahun baru 2018. Bowo memuaskan dirinya dengan berbagai kegiatan. Berlatih jurus, asana, dan jogging di hari pertama tahun baru 2018. Sempat juga jalan-jalan di Parangtritis dengan rute menapaki Gumuk pasir, pantai Depok, terus berlanjut sampai Goa Langse.

Pokoknya biarpun mengalami tragedi yang paling menderitanya Bowo masih bisa menikmati hidup menyegarkan pikiran dan jiwanya di sekitar Yogyakarta.

“Ani memang pacarku bahkan jauh sebelum menikah. Tapi pacaran kan belum tentu jodoh?’

Pertanyaan ini menggelitik pikiran Bowo.

Apa yang terjadi pada Ani semuanya gelap, beberapa fakta yang didapat sudah tidak terduga. Fakta kuat yang didapatnya sendiri dari mulut Ani ialah ia masih kuliah. Inilah hasil terakhir urusan dengan Ani yang didapatnya di warung Mbah Ali, sementara peristiwa terus bergulir.

Jam 8 pagi Bowo sudah duduk di belakang etalase kios melihat peristiwa kemunculan Ani, cepat sekali tapi merupakan kelanjutan aksi-aksi sepihak keluarga Bapak Jonan. Perempuan cantik ini muncul dari mulut gang sudah mengenakan helm, seperti biasa mulutnya tertutup masker dan kaca mata menghindari bentrok mata dengan Bowo, Oh ada sepeda motor mendekati...

Ojek online mewabah sekarang menjadi alat beraksi Ani. Tentu tak tahu pengendaranya bila dimanfaatkan perempuan ini beraksi di depan Bowo. Ojol langsung menjemput dan Ani segera duduk di boncengan tanpa basa-basi. Ini trik baru permainan Ani untuk disaksikan Bowo.

“Cepatnya....?” Bowo hanya geleng-geleng kepala.

Tak berkesan tapi ia tahu semuanya diajukan kepadanya, akhirnya cuma bisa SMS,

“Wah pacarku disambar Ojol!”

Bukti-bukti sudah sangat kuat untuk Bowo, Ani dan keluarganya memberikan harapan bahkan membuat aksi-aksi yang terbaca menantang dirinya maju untuk melanjutkan hubungan yang dinyatakan Bowo sudah terhalang.

Siangnya Bowo memantau rumah Ani, sepi.....dari dahulu rumah berhalaman luas yang rindang oleh rumpun pisang, buah mangga dan beberapa tegakan jati selalu demikian.

Segera ditulisnya SMS,

“Aku lewat rumahmu, sepi sekali siang ini.”

Paling tidak Ani tahu kehadirannya di sekitar tempat tinggal perempuan yang dari sejak masa kecilnya sudah jadi pacar Bowo.

Beberapa hari kemudian aksi-aksi berasal dari keluarga Bapak Jonan bermunculan. Benar-benar menantang Bowo untuk membalas dengan tindakan.

“Tetap sulit, rasanya justru keluarga ini yang bakalan beraksi untuk suatu tujuan tertentu, baru bila tercapai mereka menghentikannya.”

Bowo tercengang, kemungkinan itu banyak benarnya. Jadi posisinya pasif tinggal menunggu keputusan keluarga tersebut, tapi akibatnya tetap negatif untuk dirinya terutama dari segi kejiwaan.

“Mereka mengikuti alur permasalahan dari SMS-SMS yang kukirim,” Bowo menduga dan kemungkinan tersebut banyak benarnya.

Yang paling menjengkelkan dirinya adalah saat sholat jumat di masjid. Udin dan Jodi mendekati dirinya, posisinya di shaf benar-benar diawasi bahkan tampak benar dijaga oleh anggota keluarga Bapak Jonan. Seolah-olah ia adalah calon mangsa yang siap disantap, atau calon korban penyiksaan pelampiasan kejiwaan psikopat keluarga tersebut.

Biarpun coba mengontrol emosinya tetap saja Bowo merasakan tindakan-tindakan anggota keluarga Bapak Jonan tersebut keterlaluan.

“Coba cara ini......,” gumamnya sambil memencet HP.

Ditulisnya SMS,

“Coba berani memantau diriku di kios, kudatangi lagi rumahmu. Tapi sekedar lewat saja ya he he he.”

Ini pertaruhannya, bila benar mereka melakukannya berarti berlanjut. Yang dipikirkan Bowo adalah resikonya, belum pernah keluarga ini menyatakan pembenaran, selalu menyangkal adanya pertikaian diantara mereka.

“Aku yang harus memposisikan diri konsultasi dan bila perlu menjadikan seorang tua di sini sebagai perantara.”

Bowo sudah mengantongi seseorang yang kemungkinan bisa diterima Bapak Jonan. Beliau seorang pemilik kontrakan yang menjadi teman baik karena selalu sholat berjamaah di masjid. Bowo sudah menimang-nimang Bapak yang sudah berumur dan dikenal lama di sekitar eks kampus Stiekers, orangnya cukup berpengaruh di kampung.

Tapi untuk sementara Bowo mempersiapkan diri bila benar-benar ada aksi dari Ani atau anggota keluarga berkenaan dengan SMS yang dikirimnya. Kemungkinan bisa dalam beberapa hari ini, bagi Bowo itu yang paling sulit diduga.

Bowo benar-benar gelisah, rasa khawatir lebih mendominasi. Itu karena ada rasa tak percaya terhadap aksi-aksi keluarga Bapak Jonan,

“Selama ini semuanya hanya kamuflase, aku yang ditujunya dibantai habis-habisan oleh mereka.”

Soalnya dari dulu itu,

“Lah bentuknya keroyokan semua anggota keluarga, ini sih sejatinya bukan masalah pribadi!”

Sayang menghindarinya malah tidak mungkin. Juga sudah menjadi tekadnya untuk mengambil semua resiko yang terjadi. Satu-satunya jalan menyingkir dari Jogja adalah bila sampai tempat usahanya yang cuma kios PKL tergusur. Hal tersebut hingga saat ini tidak bermasalah, deretan kios PKL di eks Kampus Stiekers tetap bertahan mencoba mencari untung walau tak mudah.

Bowo pun kembali pada rutinitasnya, membuka kios stempel pagi hari di awal tahun baru 2018. Masalah dengan Ani dan keluarganya masih bergulir belum mencapai klimaks.

Lumayan satu pemesan stempel sudah datang memberi order, cukup santai karena pengambilannya nanti siang jam dua. Harapannya akan bertambah sebelum jam sepuluh untuk menuju kios seting komputer.

Nah jam sembilan Ani muncul dari mulut gang bersepeda motor. Tidak bermasker dan berhelm, berarti untuk keperluan jarak dekat.

“Ini mungkin jawaban SMS yang kukirim,” Bowo membatin.

Ternyata menuju kios photo copy tempatnya dulu mencetak undangan pernikahan, jaraknya hanya lima puluh meter dari kios photo copy samping gang. Bowo pun bergerak secara sadar, ini manuver Ani sebagai undangan terhadap dirinya karena mengirim SMS kemarin.

Benar-benar terbukti.

Bowo pun mendekati kios photo copy yang notabene menjadi kenangan menegangkan karena di sinilah Ani mencetak kartu undangan sekaligus sebagai penyelesaian akhir masalah diantara mereka berdua Oktober 2015.

Begitu mendekat tapi masih di seberang jalan terlihat Ani, oh ternyata tidak benar-benar memphoto copy atau membeli sesuatu. Semua aksinya benar-benar memancing Bowo agar terus menyelesaikan masalah, yah itu hanya dugaan sepihak Bowo.

Begitu Bowo terlihat di seberang jalan, Ani yang ternyata hanya duduk di sadel sepeda motor segera menyalakan mesin dan menjauhi kios, justru ke sebelah kios photo copy yang jaraknya hanya dua puluh meter. Ini kios baru tapi kontraknya mahal sulit bersaing dengan yang lain karena masih milik pribadi.

Bowo yang terpaksa bergeser lagi mendekat dalam jarak terdekat dengan Ani walaupun masih di seberang jalan. Kali ini Ani memperhatikan benar pergerakan Bowo sebagai bukti beraksi berdasarkan SMS Bowo beberapa hari yang lalu.

Bowo terpana kaget....ketertarikannya pada Ani tak bisa disembunyikan. Hati nuraninya sudah tertambat pada sosok bidadari yang terlihat berdandan sangat intelektual. Sebagai lelaki jelas posisinya sangat tertantang untuk menghadapi kebinalan perempuan yang beraksi sesuai alur permasalahan yang membuktikan adegan kisah percintaan rumit diantara mereka berdua.

Fakta-fakta peristiwa berjalannya kisah asmara sangat njelimet berinti pada permainan pihak seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Bahkan telah bertambah dengan menantunya yang kini entah berada di mana tak tampil lagi di Yogyakarta.

Konon keluarga menantunya itu sangat kaya, dari keluarga PNS di Bali. Keluarga tersebut juga terpelajar karena menguliahkan anaknya yang telah menikah dengan Ani pendidikan S2 di Inggris, WOW!!!

Bowo yang pusing tujuh keliling karena masih terus diseret dalam masalah keluarga Bapak Jonan, tetap dengan iming-iming hadiah bisa memperistri Ani.

Benarkah demikian?

Informasi dan gosip yang beredar inilah yang membuat kondisi kejiwaan Bowo terpukul dan makin kepanasan. Seharusnya dia sudah menyerah kalah, seharusnya keluarga Bapak Jonan sudah menyingkirkan Bowo dari agenda permasalahan keluarga tersebut toh dari menantunya mereka sudah mendapatkan segalanya......

Itulah yang membuat Bowo meragukan semua gosip dan informasi yang beredar luas di sekitar kampung tempat tinggalnya. Desas-desus yang hanya beberapa orang mengetahuinya, minim bukti, dan hanya merendahkan posisinya di masyarakat sebagai orang rendahan yang pantas dilecehkan orang.

CISS!!

Aksi Ani sama saja hanya berhenti sebentar di kios photo copy baru tersebut. Setelah yakin Bowo bergerak mengejarnya anak perempuan cantik itu segera menggeber motor Mionya menuju jalan masuk ke kampung tempat tinggalnya.

Bowo tergerak SMS kembali, “Mbak ini cantik tapi serius!”

“Rupanya aku terlalu menuntut ya mbak cantik.”

Huuu penampilan Ani bersepeda motor dengan kaca mata minus benar-benar menawan hati Bowo.

Setelah itu Bowo hanya melihat kelebatan-kelebatan sosok Udin yang memantaunya seolah menanti balasan aksi darinya. Yah Bowo yang terpaksa meninggalkan medan laga karena harus mengerjakan order stempel sesuai perjanjian dengan pemesannya. Itu sekitar dua jam, belum tengah hari.

Selesai urusan pengerjaan stempel Bowo segera melangkah menuju rumah Ani. Inilah balasan aksi darinya, walaupun termasuk terlambat mengantisipasinya.

Seluruh SMS Bowo terbukti,

Bapak Jonan sedang duduk di bangku teras rumahnya yang berhalaman luas dan rindang. Bapak Jonan yang bertubuh subur obesitas itu duduk dengan meja rendah menghadap sebuah lap top. Karena kedatangan Bowo Bapak yang terbiasa dihormati warga sekitar itu memandang Bowo dari balik kaca matanya.

Seorang Bapak yang terhormat karena menjadi pemuka agama di sekitar tempat tinggalnya. Juga karena kedudukannya yang terakhir pensiunan PNS dengan jabatan Penilik Sekolah SD di tingkat kabupaten. Semuanya menunjukan tingkatnya sebagai priyayi yang disegani, walaupun Bowo menduga termasuk cenderung berjiwa psikopat karena gila hormat.

Bowo menganggukan kepala tanda hormat pada orang tua tersebut. Tentu saja tak berbalas apa-apa karena beliau jaga image. Tuduhan selalu tertuju pada Bowo bahwa masalah yang bergulir itu adalah kesalahan di pihaknya. Keluarga terhormat itu tidak pernah mau terpercik noda walau setitik saja.

Tidak akan misalnya Bapak Jonan akan memanggilnya untuk kemudian diajak duduk bersama untuk berbicara berbagai masalah. Orang tua ini tidak bertipe demikian, beliau tetap berada dalam posisinya yang harus dianggap berderajat tinggi, orang lain harus tunduk menunggu pernyataannya yang otoriter. Hal tersebut terbaca Bowo telah menurun juga pada putra-putrinya, dialah yang terbentur masalah dengan semua anggota keluarga tersebut sekarang.

Bowo berlalu dengan berpikir keras, lumayan sampai panas kepalanya. Semua hanya karena seorang cewek bernama Ani.

                                                              ***

 Satu keputusan diambil Bowo, menulis SMS di hari sabtu sore. Berapa SMS dikirimnya mengambang karena ragu-ragu tapi pada akhirnya inilah penentuan nasibnya selama ini terhadap Ani.

“Wah jika begini aku meminta keputusan Mbak Cantik saja, sebenarnya hubungan kita ini mencapai jodoh atau tidak. Bila diam berarti diterima, bila muncul di kios.....tolak he he he.”

Sudah setengah tahun lebih aksi-aksi dari Ani sekeluarga tertuju pada dirinya. Semuanya mengarah pada harapan terjalinnya kembali hubungan percintaan sebelum Ani menikah Oktober 2015.

Hubungan yang boleh disebut pacaran walaupun penuh konflik. Bahkan pertengahan 2015 Bowo menyatakannya sudah buntu, akhirnya klimaks terjadi seorang lelaki lain berhasil menembus titik kelemahan Ani hingga memaksanya menikah.

Kini sudah 2018, Ani beraksi memberi harapan besar yang bagi pihak Bowo mendambakan tercapainya sebuah rumah tangga, “Inikah jodohku?” Ribuan kali pertanyaan ini ada di hati Bowo.

Bowo sengaja menulisnya selalu menjelang maghrib. Hari minggu libur ada jeda satu hari untuk pihak Ani membuat keputusan. Semuanya tak pasti, belum tentu Ani melayani pernyataannya melalui SMS tersebut. Sudah berapa tahun masalah bergulir tanpa penyelesaian. Posisi Bowo selalu menjadi korban permainan keluarga tersebut, di sinilah dugaan jatuh selalu lari pada kelainan jiwa psikopat.

Sebagai cara mengurangi beban mental akibat perlakuan Ani sebelumnya, lebih baik Bowo melatih semua jenis praktisi yang kemungkinan telah menjadi benteng pertahanannya dari berbagai gempuran serangan-serangan psikis dari berbagai pihak.

Kemajuan yang diperoleh tidak meningkat, hingga saat ini Bowo masih bertahan dengan cara atau trik jitu, “lalui semuanya.” Setelah itu cepat-cepat beradaptasi agar jiwanya stabil.

Malam minggu Bowo tidur nyenyak, paginya benar-benar diperuntukan berlatih jurus dan asana. Kekecawaan hidupnya dilampiaskan pada gerak tubuh yang bagi Bowo dirasakan lentur. Bukan kekuatan, kekerasan, ketrampilan akrobat, justru kelenturan dan kekenyalan otot yang berimbas pada stamina. Itu menjadi bukti dirinya dalam hidup terus berkembang dengan olah pikiran berdasarkan latihan fisik.

Strategi merupakan inti jurus, dalam kesehariannya menghadapi masalah yang bergulir tak ada pukulan, tendangan, elakan, kelit dll. Tapi bila menafsirkannya masalah yang dihadapinya mengandung bagian-bagian dari jurus telah terjadi. Memang lebih banyak aksi-aksi di masyarakat mengarah pada serangan psikis. Fakta itulah yang berada di hadapan Bowo sebagai praktisi bela diri Pencak Silat.

Sekitar satu jam berlatih di ruko Perwita regency. Setelah itu jogging dengan rute ke selatan menuju kampus ISI Yogyakarta. Sebuah kampusyang menjadi tonggak seni rujukan nasional. Bowo sendiri selalu iri dengki karena jurusannya taak masuk fakultas manapun di gedung-gedung kampus bonafid tersebut.

Sampai di kampus ISI Bowo menyelinap masuk ke dalam, ada sebuah tempat favorit berlatih. Itu berupa panggung pertunjukan melingkar di tengah-tengahnya memusat padma. Desain tempat berlatih tersebut sengaja tidak sengaja sesuai dengan latihannya yang berolah asana.

Diputuskannya sekali lagi berlatih jurus dan asana, tempatnya yang begitu sepi karena hari minggu tak pernah Bowo berjumpa dengan mahasiswa-mahasiswa yang berkutat dengan diktat kuliah.

Sepi, hanya Bowo yang bersimbah peluh.

Mungkin lebih tepatnya apa yang telah dilatih masuk kategori asketik.

Selesai berlatih Bowo pulang jalan kaki. Dia pun kembali ke dunia nyata yang berbeda konsep dan kekuasaannya. Saat berlatih Bowo adalah rajanya, saat hidup bermasyarakat ternyata ia adalah rakyat kecil, lebih tepat dinyatakan sebagai “Akar rumput.”

Senin 15 Januari 2018,

Bangun pagi, oh badannya masih hangat pengaruh latihan fisiknya di hari minggu. Efeknya itu membuat badan nyaman, kalau buruknya ada saja biasanya di bagian kaki terasa ngilu seperti cedera karena untuk Jogging Bowo tak beralas kaki alias nyeker. Ada saja akibat lainnnya, yaitu saat malam lagi enak-enaknya tidur kaki sampai kram, otot di kakinya terus berusaha menyesuaikan diri. Tapi gejala-gejala tersebut masih terkontrol karena efek dari latihannya.

Ngilu-ngilu enak.....

Kesibukannya pagi itu membuka kios, menyapu biar bersih dan enak dipandang. Menyeret etalase dari bekas boks kiosnya yang bercat suram. He He He bukannya Bowo malas mengecat, yang sebal itu bila dicat baru banyak tangan-tangan usil, itu ulah anak-anak geng yang mempilok untuk menyatakan eksistensi mereka.

Boks kios tetangga-tetangganya sama saja, biarkan apa adanya yang penting cukup untuk gudang penyimpanan dan peralatan kerja. Bowo pun duduk manis di bangku membelakangi etalase, bersiap-siap menyambut pengunjung pemesan stempel. Itu yang tak pasti, rejeki selalu datang tak terduga.

Dua orang berboncengan motor berhenti di depan kios Bowo. Bowo terdiam, sebuah perasaan sakit menghampiri dadanya. Jodi berboncengan dengan Ani, keduanya beraksi sesuai dengan pernyataan melalui SMS Bowo yang terkirim 13 Januari 2018,

“.....bila diam berarti diterima, bila muncul di kios......Tolak he he he”

Penolakan jodoh benar-benar terjadi!

Jodi yang turun dari sepeda motor, pemuda ganteng berbadan tinggi yang sekarang sedikit memiliki tanda kebotakan di rambut dahinya itu menuju kios koran. Sedangkan Ani yang berjilbab hitam berkaos putih berdiri menanti tepat di depan kios Bowo.

Ani acuh tak mau bentrok mata, mulutnya bersenandung lagu tapi lirih. Bowo yang tiba-tiba merasakan dadanya bergetar keras, semuanya telah terjawab dalam momen kali ini, dirinya telah ditolak mentah-mentah oleh Ani.

Ada rasa tidak terima, rasanya inilah watak anggota keluarga tersebut. Keras, tidak ada jalan kompromi, sepihak, dan untuk Bowo sendiri terasa kejam dan sadis.

Ibarat Bowo seperti kambing di pejagalan, disembelih.....

Eksekusi telah berjalan sempurna, inilah dugaannya yang paling valid tentang latar belakang keluarga Ani, cenderung Psikopat.

Oh rupanya Jodi kebingunngan, pemilik kios koran entah sedang pergi ke mana. Setahu Bowo tadi menuju WC di belakang deretan kios PKL eks kampus.

“Yang jual mana Mas?”

Jodi bertanya sambil mengacungkan koran KR dan Kompas.

“Orangnya lagi ke belakang, biar sama saya saja. Oh semua tujuh ribu lima ratus Mas.”

Bowo segera menyatakan jumlah harga yang harus dibayar. Eiitt menyebalkan sekali ternyata uangnya pada Ani yang masih berdiri di depan etalase Bowo mengacungkan uang dua puluh ribuan.

Bowo menerima uang dari tangan Ani, perempuan cantik itu tetap saja bersenandung lirih menghindari pandangan mata Bowo yang sedang memastikan taktik permainan yang tertuju padanya.

“Ada yang pas nggak Mbak?” Bowo bertanya.

Ani cuma menggelengkan kepalanya. Bowo yang sibuk harus merogoh saku celananya memberikan uang kembalian ke tangan Ani.

Ketika sudah selesai segera kedua kakak beradik itu meninggalkan Bowo yang merasakan ada luka di hatinya. Masih sempat Bowo mengucapkan kata,

“Matur nuwun.”

Motor Mio itu melaju pelan, kemudian belok ke kiri tidak menuju rumah tempat tinggal keluarga tersebut, tapi tentu itu hanya muslihat untuk Bowo.

Biarpun dunia itu berputar biasa, itu tidak untuk Bowo. Terjungkal sakit hati tak terperi. Sampai-sampai ia sulit menyatakannya dengan kata-kata. Ada lima belas menit ia berpikir keras, memang juga kepalanya terasa panas dengan denyut nadi yang meningkat. Debur jantungnya tak terkontrol tak mungkin langsung bisa diredamnya hanya satu dua jam, mungkin perlu waktu satu dua bulan mendatang.

Perasaan seperti itu sama dengan Oktober 2015, saat Ani menikah. Bowo tahu seperti itulah resiko terbesar bila mendapatkan penolakan cinta dari seorang perempuan, mungkin itu juga dirasakan semua lelaki di seluruh dunia ini.

Masih dicobanya menghubungi nomor milik keluarga tersebut,

“Nah sekarang benar-benar telah terbukti, penolakan jodoh telah terjadi. Terima kasih atas segala perhatian sampean sekeluarga.”

Ada juga egoisme dalam dirinya, keras kepala bersikap tak mau kalah. Itu yang akhirnya ia menulis SMS,

“Setelah penolakan jodoh terbukti nomor ini akan saya hapus, kecuali bila ada kejanggalan, nwn.”

Setelah itu benar-benar nomor tersebut diblokirnya.

Duduk serba salah, berbagai pikiran silih berganti dengan berbagai kemungkinan buruk. Tapi rasa kehilangan sangat mendominasi, ia tak mungkin menyangkal bahwa hati dan jiwanya hancur berkeping-keping sakit hati, butuh waktu lama untuk menyembuhkannya.

Setengah tahun ia sudah kebingungan dengan segala pergerakan Ani, berbagai aksi Ani seperti meminta dirinya kembali berhubungan kasih seperti sebelum menikah. Tak ada suaminya itu juga mengherankannya sebab dengan begitu kemungkinan telah terjadi sesuatu dalam rumah tangga Ani. Kalau bercerai jelas tidak ada kabar, tapi kalau pisah ranjang itu mungkin sekali, jadinya itu sebagai peluang Bowo mendekatinya.

Tapi.....

Bowo benar-benar gregetan dengan peristiwa yang dialaminya. Ini nyata bukan mimpi, sekarang hanya dalam beberapa menit dunianya hancur berantakan harus memulai dari awal, atau ini hari kebebasannya?

Setengah jam berlalu, terbelak matanya saat di seberang jalan Ani mengendarai motor Mio muncul dari mulut gang. Dadanya segera berdesir tak karuan, apa yang hendak dilakukan perempuan yang telah sekian tahun mempermainkan dirinya tersebut?

Apakah tindakan penolakan jodoh tadi pagi masih kurang?

Bowo memandang raut wajah Ani yang berkaca mata minus, profil seriusnya tak bisa mencegah menyembunyikan rona mukanya, sama seperti dirinya saat ini, terpukul!

Kejiwaan perempuan ini sama-sama terguncang, itu berarti akibat dari aksinya sendiri juga sangat memukul kejiwaannya. Bila benar-benar Ani menolaknya pastilah ia bersorak gembira karena telah berhasil mempermainkannya.

Semua itu terbaca, tak mungkin menipu pandangan mata Bowo sebagai lelaki biarpun yang paling bodoh sedunia sekalipun.....

Bowo trenyuh.

Ani memphoto copy berkas di kios samping gang, ah itu kamuflase. Tujuannya tetap tertuju pada Bowo, selesai memphoto copy ia segera menyambar motor Mio birunya. Raut wajahnya tetap tak bisa menyembunyikan kegalauan hatinya, cemas bercampur aduk dengan tindakan serba salah.

Yang dilakukannya seperti yang sudah-sudah, menyeberang jalan mendekati kios Bowo sebagai aksi kelanjutan. Ah tidak.....Bowo menduga inilah jungkir baliknya seorang perempuan yang menolak lawan jenis.

Sudah takdir, bila seorang perempuan sudah menolak jodoh terhadap seorang lelaki maka masalah sudah selesai selamanya. Rupanya di bagian ini Ani terpukul, berarti selesailah sudah permainan selama beberapa tahun ini.

Bowo bebas, “Merdeka!”

Mungkin hati kecil Ani tak terima.....

Semua itu adalah permainan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Mungkin ini klimaks yang menyenangkan bagi semua anggota keluarga tersebut. Berhasillah mereka menjatuhkan mental Bowo dengan trik-trik jebakan yang dramatis, sangat berbahaya menyerang bagian mental kejiwaan.

Salah-salah akibatnya adalah Bowo sebagai korban menjadi, GILA!

Bowo yang pasif di kiosnya juga kebingungan, situasi cepat sekali berbalik. Hanya dalam hitungan setengah jam semua sudah berubah. Bowo hendak berkeras kepala, sayang perhitungannya menyatakan,

“Lebih baik ambil resiko buruknya, toh setelah dilalui beberapa bulan semua bakalan stabil posisinya baik untuk diriku maupun untuk keluarga Ani.”

Bolak-balik Bowo berpikir, akhirnya kembali membuka nomor yang sempat diblokirnya dalam HP, ditulisnya SMS,

“Baiklah, apapun kondisinya tetaplah saling menjaga komunikasi. Aku tetap akan menghubungi nomor ini untuk berbagai penyelesaian.”

Seperti biasa tak mungkin ada jawaban.

Hari semakin siang sudah tengah hari, pergolakan jiwa masih liar sudah sulit dikuassai. Situasinya sudah sama dengan saat pernikahan Ani di tahun 2015, Bowo hancur lebur hanya menyaksikan kekasih hatinya direbut orang. Janur kuning saat itu telah terpasang di mulut gang, dirinya adalah lelaki yang tersingkir selamanya.

Uuups seorang lelaki karyawan perusahaan distributor BBM yang cukup dikenalnya datang ke kiosnya.

“Hei dari pada melamun nih kukasih tiga stempel!”

Lelaki muda itu datang jalan kaki saja memberikan tiga konsep stempel.

“Oke kuhitung semuanya ya,” Bowo antusias karena ada harapan rejeki.

Setelah dihitung lumayan juga karena menjadi satu stempel warna dan dua stempel biasa dengan ukuran besar. Bowo membuatkan nota pembayaran hingga sampai lelaki tersebut kembali ke kantornya sebagai office boy.

Bowo bergegas mengerjakannya dengan menjanjikan setengah hari selesai. Tak ada keberatan dari lelaki karyawan Hiswana Migas tersebut.

Bowo menulis SMS,

“Alhamdulillah ada order stempel kutinggal dulu ya....”

Hari itu walaupun hatinya bergejolak tapi ada pelarian karena mendapat stempel. Biarpun sudah selesai dikerjakan Bowo tak beranjak pergi dari kiosnya. Sampai-sampai tak sempat pulang untuk mandi. Hal tersebut ditulisnya melalui SMS untuk tetap menjalin komunikasi dengan anggota keluarga Bapak Jonan.

“Huuuu....gak mandi seharian ini!”

Hanya malamnya Bowo ambruk, sulit tidur karena jiwanya bergolak. Pikirannya terus berputar-putar memikirkan keadaannya sekarang. Bebas, merdeka, kehilangan kekasih, sakit hati, dan tidak terima dengan perlakuan tak adil sepihak dari seluruh anggota keluarga Bapak Jonan.

Bowo mengeluh, sangat nestapa.

 

 

 

 

   BAB 7

  HASIL KONSULTASI

Apa yang dialami Bowo mungkin adalah takdir bagi kaum perempuan. Bukan hal yang mutlak tapi bisa dilogikakan. Misalnya begini, seorang perempuan didatangi seorang lelaki menyatakan lamaran, bisa ditolak. Datang lagi ditolak pula, datang lagi lelaki ketiga....wajib diterima. Bila perempuan tersebut menolak, alamat ia bakalan jadi perawan seumur hidup.

Fakta yang berada di depan Bowo, Ani telah menolak perjodohan yang ditawarkannya, sebuah klimaks?

Berarti bubar.

Untuk Bowo biarpun itu episode yang menyakitkan tapi merupakan awal kebebasannya. Bowo lepas dari semua masalah yang membelitnya selama bertahun-tahun ini.

Di sinilah pihak Ani yang tidak terima. Jiwanya terpukul mendapat kenyataan bahwa setelah masalah selesai begitu saja karena penolakan jodoh, padahal semua itu trik jebakan yang dipasang berdasarkan skenario seluruh anggota keluarganya.

Ani sebagai pribadi tahu resiko tersebut, gejalanya sendiri bagi Bowo terbaca bila bentuk penolakannya terhadap Bowo malah menyakitkan, sangat memukul jiwanya.

Tamatlah segala bentrok menegangkan yang penuh intrik dengan Bowo, selesai hanya dengan pernyataan, TOLAK!

Permainan tetap permainan, Ani tak mau permainan selesai begitu saja. Permainan yang menegangkan jiwa pelaku-pelakunya karena begitu banyak pertaruhannya, permainan yang sudah sangat memuaskan jiwa-jiwa seluruh anggota keluarga Bapak Jonan, berakhir begitu saja?

Tidak.

Permainannya tetap berlanjut.

“Dari dulu anak perempuan ini memang berpembawaan cerdas, terbukti hingga detik ini,” Bowo membatin.

Dikirimkannya sebuah SMS,

“Aku ingin semua selesai baik-baik bagi semua pihak, aku akan berkonsultasi pada beberapa orang tua di kampung sekitar.”

Ini sih sebenarnya taktik Bowo sejak lama, tahun 2016 juga sudah pernah dilakukannya. Hasilnya tak maksimal tapi pihaknya bisa meredam berbagai kejanggalan posisi yang terjadi selama bergulirnya kasus dengan Ani.

Untuk konsultasi ia perlu menemui seseorang, jatuhnya pada seorang warga sepuh yang diketahuinya cukup akrab dengan Bapak Jonan. Setiap hari saat sholat berjamaah selalu bersama-sama di masjid terdekat. Dulu Bowo pernah mencoba untuk mengikuti sholat berjamaah dengan imam Bapak Jonan tersebut. Bergulirnya masalah yang tidak bermanfaat tanpa penyelesaian membuat Bowo akhirnya menghindar.

Tidak mudah menemui orang yang cukup dituakan tersebut, Bowo sendiri kenal akrab dengan beliau karena selain kedekatan tempat tinggal dan usaha juga karena sering ngobrol saat bertemu di warung membeli makanan. Namanya Bapak Sugiarto, tempat tinggalnya dikontrak sebuah Bank swasta menjadikannya cukup makmur tanpa bekerja.

Wah tidak mudah bertemu orang tua tersebut, sore jam setengah tujuh dicobanya bertamu. Sayang pintu terkunci rapat kemungkinan orangnya sedang pergi. Yah itu juga yang jadi bahan tulisan SMS nya pada nomor milik keluarga Bapak Jonan.

“He He He orangnya lagi pergi, gagal bertemu beliau.”

Bowo tak menyebut nama orang yang dimaksud, kan itu tindakan balasan yang akan mengejutkan pihak keluarga Bapak Jonan.

Ketegangan masih menyelimuti jiwa Bowo, tapi mungkin hal tersebut terjadi juga pada anggota keluarga Bapak Jonan terutama si cantik Ani. Buktinya selang sehari setelah klimaks penolakan jodoh ada terlihat Ani berkelebat cepat masuk mulut gang di sore hari. Berjilbab putih berbaju putih, pokoknya serba putih....yah itu semacam isyarat simbol dari Ani, ia menyatakan menyerah kalah pasrah.

Anggota keluarga yang lain nampak terutama Udin masih berkeliaran menebar ancaman. Auranya sudah menyeramkan. Tak ada kompromi dan bila Bowo mengganggu akan dilabrak habis-habisan.

Untuk Bowo sendiri jiwanya berantakan. Tegang tapi menantang mentalnya untuk terus menghadapi segala resiko. Itu yang menyulitkannya, sebab harus dilampiaskan dalam berbagai cara yang nyleneh. Sering keluar malam, jalan-jalan di tengah malam sendirian untuk melelahkan fisik dan batinnya yang berontak lara.

Kalau jadwal latihannya huuuu berantakan. Butuh waktu cukup lama sampai menurun ketegangan jiwanya. Ia butuh waktu agar melalui saat-saat tegang tersebut tetap terkontrol. Minatnya dalam bidang tertentu misalnya membaca koran anjlok, sulit sekali berkonsentrasi. Yang ada cuma keinginan cepat menyelesaikan masalah, itu hak dan kewajibannya walaupun sebagian besar masalah sebenarnya tidak berasal dari dirinya.

“Keluarga ini memang sengaja mempertaruhkan diriku dalam ujian mental yang sangat menyiksa....sangat berbahaya!”

Coba bila saat dieksekusi begitu kejam dan sadis jiwanya terguncang maka resikonya ia hanya akan menjadi gelandangan karena jiwanya terganggu, wong edan alias kenthir!

“Satu-satunya cara memukul balik ya dengan mengajukan orang tua mewakili diriku, menjadi utusan tercapainya semacam perundingan.”

Maka langkah yang dilakukan harus menemui Pak Sugiharto. Pagi hari sebelum membuka kios disempatkannya bertamu. Rumahnya persis di tepi jalan, hanya sebuah pintu kecil untuk masuk ke dalamnya. Soalnya bagian depan rumah sebagian besar sudah dijadikan toko semua, persis di sampingnya sebuah Bank syariah berdiri.

Kebetulan pintu rumah terbuka, berbanding terbalik saat sore hari sebelumnya yang terkunci rapat. Padahal penghuninya Bowo tahu cukup banyak, bahkan ruang-ruang dalam rumah tersebut juga dijadikan tempat kos.

Nah orang tua yang dicari-cari Bowo ternyata baru selesai mandi, masih memegang handuk bercelana pendek telanjang dada. Orangnya sudah sepuh mungkin kisaran usia tujuh puluhan tahun masih fit, Bowo beberapa kali bertemu saat jogging walaupun jarak larinya tidak sejauh Bowo.

Bowo mengucapkan salam, Bapak Sugiharto tercengang biarpun kenal Bowo tak pernah berkunjung ke rumahnya. Cepat Bowo mengajukan permasalahan yang membelitnya agar perhatian orang tua tersebut fokus.

“Maksud saya ke sini untuk konsultasi, mohon kesediaan waktu Bapak untuk berbicara.”

Kata konsultasi itu ampuh, berarti Bowo menghargai tinggi posisi Bapak Sugiharto.

“Oh konsultasi apa, ayo duduk di teras rumah,” orang tua ini mengajak Bowo duduk walaupun hanya di pojok teras. Bowo bukan tamu penting, lebih tepatnya hanya tetangga yang dipandang sebagai masyarakat marginal.

“Begini Pak, saya memiliki masalah dengan putri Bapak Jonan.”

Langsung Pak Sugiharto terheran-heran, disebutnya nama Bapak Jonan. Cepat Bowo masuk,

“Putri Bapak Jonan beberapa bulan ini selalu mencoba mendatangi kiosku, padahal saya sudah tidak berhubungan lagi dengannya semenjak menikah.”

Bapak Sugiharto tambah heran,

“Kamu punya hubungan dengan putri Bapak Jonan, sekarang malah sering mengganggumu?”

Tak percaya kata-kata itu keluar dari mulut orang tua ini.

“Tak mungkin Wo, Ani itu hendak melanjutkan pendidikan di Inggris menyusul suaminya yang lebih dulu berangkat.”

Lagi-lagi informasi ini masuk, membuat hati Bowo terpukul sakit sekali. Benarkah.....

Bila Ani hendak ke luar negeri kuliah S2 itu adalah fakta, tak mungkin seorang Bapak Sugiharto dikibuli keluarga Bapak Jonan.

Malah Bowo yang dicecar Pak Sugiharto karena ketidakpercayaannya dengan pemberitahuan tentang hubungan pribadinya dengan Ani. Yah fakta hubungan Bowo pacaran dengan Ani bukan konsumsi publik, keluarga Bapak Jonan sendiri merahasiakannya begitu rapat. Bila ketahuan hanya akan membuat nama baik mereka tercemar karena Bowo hanya berderajat rendahan.

Selalu bagian ini yang menjadi kelemahan Bowo di masyarakat, siapa sih yang percaya bahwa selama ini Ani adalah pacarnya?

“Aku punya hubungan dengan Ani Pak, tapi tak direstui orang tuanya. Urusannya sekarang bukan pacar lagi, tapi aku gak nyaman soalnya Ani selalu memperlihatkan diri di sekitar kiosku.”

Bowo sebisa-bisanya menjelaskan, tahu Bapak Sugiharto tak percaya tentang hubungan pribadi dengan Ani sudah sangat lama bahkan masih berlangsung hingga kini. Alasan yang dinyatakannya adalah bukan pacar lagi tapi tampilnya Ani di sekitar kiosnya hingga menjadi kendala baginya.

Yang menyebalkan muncul juga,

“Biarkan saja, kamu yang harus kuat mental menghadapinya!”

Kata-kata ini adalah saran semua orang, Bowo saja yang gagal selama ini. Yah di sinilah Bowo mengakui orang lain selalu lebih baik dari dirinya. Biarkan, cuek, tak peduli, saran-saran itu mudah terucap dari orang-orang yang tidak terlibat. Apa yang sedang dihadapi Bowo mudah diduga dan mudah diselesaikan.

Coba Bowo menceritakan detail kejadian, tetap saja ada istilah-istilah yang sulit diterima Bapak Sugiharto, yah dari sudut orang tua ini Bowo dikenal orang lugu bukan terpelajar....memang gitu kok!

“Hubungan pribadi hmmm....gak usah, gak usah. Yang penting tujuan kamu apa datang ke sini?” Pak Sugiharto membuat keputusan.

“Masalahmu sudah selesai begitu Ani menikah, bahkan bila kamu mengganggu itu hanya akan merusak pagar ayu!”

Malah banyak teguran dikeluarkan orang tua ini karena merasakan gelagat rusaknya etika-etika di masyarakat Jawa.

Susah memang......

“Begini Pak saya minta Bapak mewakili saya menemui Pak Jonan. Tujuannya ya agar semua masalah sudah selesai tak perlu ada gugatan apa-apa lagi.”

Bowo benar-benar memohon, “Bisakah urusan saya diselesaikan oleh Bapak yang sama-sama sebagai orang tua?”

Ternyata Bapak Sugiharto tidak keberatan,

“Ya nanti aku langsung menemui Pak Jonan, pokoknya masalah diantara kalian harus dianggap selesai,” tegasnya sebagai janji kepada Bowo.

Bowo lega, ternyata cepat saja urusannya kelar dengan orang tua ini, ia segera mohon pamit untuk memulai membuka kios.

“Eh kemarin hari sabtu kamu masuk rumahku ini tidak?” Tiba-tiba Pak Sugiharto bertanya.

“Nggak kemarin sore saja datang tapi pintu terkunci, jadi hari ini baru bisa menemui Bapak.”

Ada kelegaan di wajah Bapak Sugiharto.

“Hari sabtu ada penyewa kamar di sini yang kehilangan HP, kalau kamu tidak masuk hari sabtu berarti ya benar dicuri maling!” Katanya penuh amarah.

Bowo terhenyak, hal-hal tersebut bisa terjadi kebetulan. Untungnya alibinya tepat jadi ia terbebas dari tuduhan mencuri HP penyewa kamar.

“Saya baru kali ini datang ke rumah Bapak, kalau dulu pernah tidur di depan ruko saat gempa tahun 2006,” Bowo memberitahu fakta keadaan dirinya.

“Ya,” singkat jawaban Pak Sugiharto.

Maka Bowo pun tinggal menanti hasilnya.

Biarpun memperlihatkan diri tidak terpengaruh apapun tapi hati Bowo mengakui dirinya tegang dan bingung. Bercampur aduk, fakta yang ada tentang Ani yang hendak berangkat ke Inggris memukul kejiwaanya lagi, sangat menyakitkan. Itu yang mendorongnya menulis SMS.

“Menjelang musim semi adalah waktu terbaik untuk perjalanan ke Eropa.”

Bowo tak menyebut Inggris, acuannya saat ini adalah mendekati imlek kalender China.

“Oh aku baca novel Andrea Hirata sajalah, judulnya Pelangi di Edensor.”

Bowo tahu SMS-SMS ini kegalauannya menghadapi kenyataan. Ia stres, telah dipermainkan sedemikian rupa oleh seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Ternyata semua itu dilakukan hanya untuk menghancurkan mental sekaligus merayakan kemenangan berhasil mengirim Ani mengikuti suaminya kuliah S2 di Inggris.

“Saya mendukung Ani kuliah S2 di manapun berada, bila saya dikorbankan untuk menggapai pendidikan tinggi itu malah membebaskan diriku.”

“Putus hubungan karena menempuh pendidikan tinggi, itu biasa sebagai pengorbanan.”

Begitulah Bowo menyatakan perasaan lewat SMS pada sebuah nomor yang diketahuinya adalah milik Bapak Jonan. Nomor-nomor ini pernah dijadikan bukti Bowo dipermasalahkan keluarga Bapak Jonan kepada Bapak Sugiharto, tapi beliau meremehkan karena tak percaya dengan keterangan Bowo yang memiliki hubungan dengan Ani yang terpelajar.

“Kamu itu cuma bermimpi,” kira-kira seperti itulah tanggapan Bapak Sugiharto.

Ketegangan masih menyelimuti jiwa Bowo. Saat-saat seperti itu muncul perempuan berjilbab dan bermasker memakai sepeda onthel. Diketahuinya sepeda onthel itu pernah dipakai dalam penyamaran oleh Ani beraksi di depan kiosnya.

Refleks Bowo mengikuti ke arah mana sepeda itu menuju, itu ke sebuah kios photo copy lima puluh meter dari mulut gang. Bowo mengawasi perempuan yang saat itu dikiranya mungkin adalah Ani. Tapi ia ragu-ragu mendekati, diawasinya dari seberang jalan.

Yah seperti inilah konyolnya Bowo, itu berulang-ulang sama dengan tahun sebelumnya yang berimbas bentrok dengan beberapa pihak warga sekampung di tahun 2016.

“Bila ingin bicara, aku di seberang jalan!” SMS meluncur untuk mendapat reaksi perempuan yang diperkirakannya Ani.

Oh ternyata salah besar, perempuan itu tak bereaksi apa-apa cepat Bowo meralat.

“Tidak jadi, yah seperti inilah sulitnya mengidentifikasi orang-orang yang terlibat bila berada di jalan.”

Bowo pun kembali duduk di bangku belakang etalase kiosnya. Kali ini ia tak berminat mengirim SMS, ia memperkirakan Pak Giarrto telah berhasil menemui Bapak Jonan, tinggal menanti hasilnya saja. Baginya bila berakhir sudah harus bersyukur, soal hasil baik buruk tak peduli.

Galaunya Bowo ini.....

Nah akhirnya Bapak Jonan muncul di mulut gang. Orang tua bertubuh subur ini memandang Bowo sekilas, tak ada ekspresi apa-apa. Setelah itu memphoto copy sebentar, kemudian kembali ke tempat tinggalnya.

Itulah isyarat, Bapak Jonan mengakui segala permasalahan yang terjadi. Dan apa yang dilakukan Bowo sangat mengejutkannya, bahkan mungkin telah memukul posisi mereka. Keluarga Bapak Jonan tak mengira Bowo mampu memberikan perlawanan yang mengharuskan mereka sebagai pihak yang tertekan.

Berarti berakhir.

                                                                ***

Ani lenyap begitu juga anggota keluarganya yang lain. Hanya Udin yang masih berkeliaran mengawasi Bowo. Jelas posisi keluarga ini berat akibat penolakan jodoh yang terjadi. Tapi untuk Bowo sendiri ia terombang-ambing tak karuan, posisinya serba salah. Kemungkinan besar adalah Ani memang berangkat ke Inggris seperti yang digembar-gemborkan selama ini.

“Hebat sekali suaminya, ia menjadi pemenang tanpa perlu berhadapan denganku,” Bowo berpikir.

Berarti lelaki suami Ani memang sangat hebat, keluarga Ani sampai berjibaku mengeroyok Bowo hanya agar Ani tetap bisa melanjutkan rumah tangganya dan kemudian menggapai cita-citanya kuliah di Inggris.

Tinggal beberapa tahap, bila berangkat sukses!

Penghalangnya adalah Bowo, ia pecundang, orang yang selalu diposisikan kalah. Namun semua upaya tersebut telah gagal, Bowo tetap berkeliaran dan malah terus menebar ancaman.

Bowo sendiri yang mentalnya sedang runtuh tambah penasaran,

“Mbok sekalian saja, kuganggu mereka agar Ani cepat berangkat. Kan beres!!”

Begitulah pemikiran Bowo yang cupet, ia malah tak sabar menanti keberangkatan Ani, lebih cepat lebih baik, itu baginya adalah hari kebebasan.

Ia juga melihat beberapa kejanggalan, Udin dan Jodi sering berseliweran di depan kiosnya. Terkadang masuk kios photo copy mencetak lembaran berkas.....oh mungkin itu semacam sketsa bangunan karena sekarang depan halaman rumah mereka pohon-pohonnya ditebangi untuk membangun rumah.

Bowo merasa tetap dikepung anggota keluarga Bapak Jonan, sulit sekali mempercayai fakta ini. Bukti-bukti itu terus dikumpulkannya beberapa hari agar pergerakannya beraksi memang kuat argumentasinya.

“Yang penting Ani lenyap, kuanggap ia sedang dalam perjalanan menyusul suaminya ke Inggris.”

Tentu sebelum beraksi ada Pak Giarto yang beracara membeli pulsa memberi isyarat pada Bowo. Dari seberang jalan saja, beliau bertepuk tangan pada Bowo yang mencoba menganggukan kepala tanda mengerti.

Hasil isyarat dengan tangan dan jari dari Pak Giarto, percuma. Semuanya membantah ada hubungan pribadi antara Bowo dengan Ani. Seluruh masalah dikembalikan kepada Bowo sebagai seorang yang dinilai terlalu mengada-ada.

Itu sesuatu yang berulang-ulang dari tahun ke tahun, berarti tak selesai-selesai.

“Psikopat!” Ini kesimpulan Bowo.

Bowo sudah mencurigainya sejak akhir 2016, salah satu indikasinya adalah masalah terus bergulir tanpa penyelesaian. Benturan-benturan yang terjadi justru dikehendaki anggota keluarga tersebut untuk mencapai kepuasan dan kesenangan jiwa. Caranya adalah menjadikan konflik untuk menyiksa obyek korbannya, dalam hal ini tertuju pada Bowo.

Bowo tak bisa berbuat apa-apa, melalui isyarat dari kejauhan tentang kegagalannya menyelesaikan masalah justru membuktikan bahwa nilai Bowo di mata warga sekitar memang rendahan. Bapak Sugiharto selaku tokoh masyarakat jelas memandang sebelah mata terhadapnya juga tak penting untuk pihaknya sebagai orang yang dituakan.

Tapi upaya Bapak Sugiharto itu juga sudah cukup memukul pihak keluarga Bapak Jonan. Buktinya Ani lenyap, perkara ini begitu melibatkannya. Ibaratnya Ani sudah terpukul jiwanya sekarang malah makin tertekan karena aksi Bowo yang berhasil menghunjamkan serangan tepat di dalam tulang rusuknya.

Bowo memperkirakan,

“Antara penyangkalan terhadap Bapak Sugiharto dengan aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan sangat bertolak belakang, keluarga ini tetap mengakui keunggulanku, alias gagal menghancurkan mental batinku.”

Makanya,

“Selesai saja aku beraksi menyerang Ani, agar anak itu segera menyusul suaminya yang sudah berangkat lebih dulu ke Inggris.”

Sampai pada kata negara Inggris Bowo antara yakin dan tidak. Soalnya ada isu keluarga ini akan membangun rumah di depan halaman yang masih luas untuk salah satu anak lelakinya, itu berarti Udin atau Jodi. Jelas itu membutuhkan biaya sangat besar.

Dari aksi tahun 2016 kabar tentang kepergian Ani ke luar negeri untuk kuliah S2 tidak hanya dari satu sumber. Dari ketua RT, kepala dukuh dan kini dari Bapak Sugiharto dengan berbagai tambahan-tambahan seperti Ani sudah selesai kuliahnya dari UGM tinggal menyusul suaminya ke Inggris, hebat....Bowo sampai berdecak kagum.

“Jelas opini ini membuatku terus menyinggungnya di depan keluarga Bapak Jonan melalui nomor-nomor yang dari dulu sudah masuk HP ku.”

Bukan cuma mempengaruhi jiwa dan mental, Bowo juga mengagumi kecerdasan Ani dan kekuatan finansial suaminya yang ternyata tak pernah tampil di Yogyakarta.

“Dari dulu tidak munculnya suami Ani di sekitaran tempat tinggal Bapak Jonan adalah sebuah kejanggalan,” Bowo berkomentar sendiri.

Saking hebatnya atau saking kuat pengaruhnya suami Ani hingga seluruh anggota keluarga Bapak Jonan rela membela mati-matian dengan berusaha menyingkirkan dan memusuhi Bowo, ajaib!

Ini yang sekarang hendak dibuktikan Bowo.

Waktu luangnya adalah hari minggu sore, Bowo menanti keberangkatan Bapak Jonan menuju masjid menjelang sholat maghrib.

Bowo duduk di bangku sebuah bengkel tambal ban yang sudah tutup. Dari tempat itu bisa memantau Bapak Jonan dan Bapak Sugiharto menuju masjid. Tentu sambil melamun, soalnya nuansa romantis Bowo masih terbawa pengaruh hubungan dengan Ani, jadinya malah merasa gerah kepanasan, ada perasaan semriwing, silir di dadanya seperti diiris-iris sebilah pisau, sakit sembilu hati.

Yang pertama lewat adalah Bapak Sugiharto, beliau tak tahu keberadaan Bowo memantau. Lain halnya dengan Bapak Jonan yang muncul dari mulut jalan tepat depan kios bengkel tambal ban seberang jalan.

Bapak Jonan yang mengendarai motor supra X merah terbarunya sudah mengerutkan kening melihat Bowo duduk di bangku kosong bengkel tambal ban. Tidak sekali ini saja Bowo melakukannya, itu terbaca dari pihak Bowo adalah sebuah aksi balasan dari Bowo. Bagi pihak Bapak Jonan itu berarti Bowo siap memberi perlawanan.

Bapak Jonan benar-benar memperhatikan Bowo, posisinya dan sikapnya yang benar-benar menantang walau hanya duduk di bangku bengkel. Dari cara yang dilakukan Bowo itu sudah lama menjadi bukti akan beraksinya lelaki musuh keluarga tersebut untuk maju ke ronde atau periode benturan permasalahan yang bergulir.

Tetap seperti biasa Bapak Jonan lewat ke tujuannya masjid tempat biasanya menjadi imam sholat maghrib. Bagi Bowo aksi itu sudah cukup, besok saja kelanjutannya, pokoknya tujuannya adalah mencapai kebenaran tentang berangkatnya Ani menyusul suaminya karena seolah lenyap beberapa hari ini.

Sebenarnya aksi-aksi Bowo ini dilandasi keadaan jiwanya yang sedang runtuh. Terkadang saat seperti itu timbul berbagai ide bertindak yang bila dinalar sudah bukan hal yang sewajarnya. Batinnya terlanjur luka, modalnya hanya nekat!

Ini hari-hari kejatuhan Bowo dalam hidup, tak cuma sekali. Menjelang usianya mendekati separoh abad ia masih seperti anak-anak remaja. Jatuh cinta berkali-kali dan sering patah hati entah sudah yang kesekian kalinya.

Bila hatinya sedang luka minatnya pada beberapa bidang rusak. Sekarang pun saat duduk di bangku kiosnya tak ada sama sekali keinginannya membac koran. Padahal itu kegiatan yang paling mudahnya.

Membaca koran saja tak berminat apa lagi segala aktifitas latihannya. Berantakan, paling-paling jadwalnya saja dipenuhi dengan jalan-jalan satu dua jam. Melelahkan fisik dan mengganti suasana hati yang bilang anak jaman now, galau.

“Bodoh!” Sering Bowo menyumpahi dirinya sendiri.

Bowo mengakui tingkatan jiwanya hanya manusia biasa. Bila sampai luka hatinya tak sembuh alamat ia akan menjadi gila (mungkin itu tujuan keluarga besar Bapak Jonan). Untuk menurunkan ketegangan jiwa ia butuh waktu, dihitung-hitung seperti tahun 2015 saat menghadapi peristiwa pernikahan Ani, yah tiga empat bulan barulah normal. Yang dihadapinya sekarang adalah klimaks dari drama tragedi “penolakan jodoh”.

Jam setengah sembilan Bowo menyaksikan aksi beberapa anggota keluarga Bapak Jonan. Udin putra tertua Bapak Jonan bermanuver di depan kios Bowo. Pertama pemuda tinggi besar bersepeda motor tersebut hanya melewati depan kios Bowo. Itu sudah biasa, kakak Ani ini sudah sering memantau bahkan berperan penting dalam aksi-aksi kekerasan.

Sepuluh menit kemudian muncul kembali dari mulut gang, langsung memarkirkan sepeda motor di depan kios photo copy samping gang. Jelas perannya krusial dan harus diterjemahkan.

Bowo menduga disamping mencetak berkas kehadirannya adalah sebagai tameng pertahanan seluruh anggota keluarganya. Jadi ini peringatan bagi Bowo, “Jangan coba-coba mengganggu kami!”

Resikonya bagi Bowo bila nekad, tindak kekerasan tanpa kompromi.

Bagi Bowo pergerakan Udin ini yang paling mudah terbaca dari dulu. Cuma karena selalu beresiko tindak kekerasan jadinya paling mengerikan dan sadis. Itulah kenapa selalu dihindarinya. Sebab inti masalahnya selalu jatuh pada Ani sebagai sebuah pertikaian.

Akhirnya Udin keluar dari kios photo copy dan menggeber sepeda motornya dengan melewati kios Bowo. Biarpun pemuda ini berbelok ke lain kampung tapi itu kamuflase saja. Kemungkinan pulang ke rumah sudah seabrek pekerjaan mengawasi pembangunan rumah yang mengherankan Bowo, “dari mana dananya ya?”

Bowo menghitung, “ck ck ck keluarga ini ternyata modalnya banyak, kuperkirakan untuk membangun rumah permanen dibutuhkan biaya paling sedikit 300-400 juta.” Itu hitungan kasar saja.

Aksi-aksi selanjutnya tinggal menanti, setengah jam kemudian muncul Bapak Jonan dari mulut gang. Berbagai gelagat yang dilakukannya saat berhenti di mulut gang sudah berulang-ulang dua bulan belakangan ini.

Terbaca semua itu resmi sebagai sikap keluarga terhadap konflik yang terjadi dengan Bowo. Semuanya tidak mengakui bahwa permainan yang bergulir selama ini adalah tindakan untuk menguji mental Bowo.

Sikap yang masih membingungkan Bowo,

“Seharusnya keluarga ini bangga dengan Ani yang berhasil mendapatkan suami yang berani membiayai kuliahnya ke luar negeri.”

Semua masih teka-teki bagi Bowo.

Sementara Bapak Jonan kemudian melaju meninggalkan mulut gang menuju arah kota. Tidak berselang lama kembali lagi melalui gang samping kios photo copy sebagai sikap serius dan resmi keluarga tersebut.

Bowo pusing jadinya,

“Sama saja aku ini tetap dikepung anggota keluarga Bapak Jonan, tetap tidak bebas.....”

Itulah keheranannya sejak Ani menikah Oktober 2015. Tetap diseret dalam masalah Ani yang jelas-jelas berumah tangga. Sebuah keputusan yang harus diambil Ani dengan segala konsekuensinya. Sayang masalah bergulir hingga saat ini dengan pihak Bowo sebagai ajang uji coba, selalu jadi kelinci percobaan.

Pihak Bowolah yang bergolak jiwanya, berbagai pertentangan batin terjadi. Membaca situasi yang dihadapinya penuh lika-liku dengan pertaruhan jiwa. Perang batin terjadi, kenyataan yang ada konflik tidak menurun.

Lebih sulit lagi sorenya, Ibu Jonan muncul dari mulut gang kemudian memphoto copy. Sempat memandang tajam Bowo, coba saja baca apa sikapnya kali ini.

“Tetap saja aku harus menghormati orang-orang tua ini walaupun bersebarangan jalan.”

Ibu Jonan ini dari segala postur maupun wajah adalah duplikatnya Ani. Paling garis ketuaan yang membedakan, jelas Ani nantinya dimasa tuanya persis seperti ibunya ini.

Terbaca pihak Bowo,

“Ibu Ani ini seperti mengakui bahwa semua pergerakan anggota keluarganya berada di bawah kendalinya, beliaulah pengatur strategi selama ini.”

Bowo geleng-geleng kepala.

Makin rumit Bowo menterjemahkan apa maksud tujuan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Cuma minus Ani dan Jodi, dan tetap misteriusnya keberadaan suami Ani yang tak tampak batang hidungnya di Yogyakarta.

“Semoga saja ini berakhir, klimaks antara diriku dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan.”

Bowo membuat keputusan membatalkan pergerakannya....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  BAB 8

SAMBUNG KEMBALI

Tetap sulit mempertahankan posisinya bila diam saja. Rasa penasarannya tinggi, juga belum ada bukti yang memperkuat kebenaran tentang kepergian Ani ke luar negeri menyusul suaminya.

“Peganganku hanya kabar dari Pak Sugiharto, beliau seorang tokoh yang dituakan. Tidak mungkin berbohong.....”

Bowo tercengang sendiri, yang pasti akibat dari kabar tersebut ketegangan jiwanya meningkat. Berarti pergerakan keluarga Bapak Jonan dengan aksi dramatis penolakan jodoh benar-benar ssangat sadis. Bowo dikorbankan agar Ani leluasa mengikuti suaminya yang sudah lebih dulu berangkat ke Inggris.

“Harus kutegaskan bahwa penolakan jodoh itu sebagai akhir hubunganku dengan Ani!”

Bowo nekad.

Hanya melalui SMS saja bentuknya selama ini, nomor yang sejak muncul 2016 mencapai enam nomor di HP jadulnya sebagai media komunikasi yang peristiwanya sesuai alur musibah yang dialami Bowo. Ia mencoba SMS sebagai sikap resmi dirinya berhadapan dengan Ani.

Bukankah ia telah kehilangan Ani?

Untuk menyusun kata-kata saja ternyata sulit, diketiknya di rumah kontrakan sehabis sholat maghrib.

“Untuk Ani binti Jonan, sikap penolakan jodoh telah terjadi. Dengan demikian hal yang berhubungan dengan segala pribadi diantara kita telah berakhir, Amin.”

Bowo duduk tepekur cukup lama, sampai-sampai ditemui tetangganya ngobrol sekedar mengisi waktu. Tempat duduknya di teras rumah kos mudah orang luar melihatnya. Tapi yang diobrolkan masalah-masalah lain tak berhubungan dengan konflik yang dihadapinya.

Setelah ditinggal tetangganya kembali Bowo mengirim SMS,

“Penolakan jodoh tersebut telah menggugurkan surat, pernyataan-pernyataan, aksi-aksi yang ditujukan kepada Anda selaku pihak perempuan. Dengan demikian tidak terjadi pelanggaran etika di masyarakat, Alhamdulillah.”

Untuk menulis SMS seperti ini Bowo cukup lama memikirkan kata-kata. Sebab itu berkaitan dengan semacam pendalaman materi dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya langsung. Ada beban mental cukup berat menulis SMS seperti ini.

Entah di pihak keluarga Bapak Jonan.....

Terakhir sebelum tidur Bowo kembali SMS sebagai akhir permasalahan.

“Bila seluruh pernyataan di atas saya Bowo tetap diperkarakan masuknya adalah sengketa, siapapun berhadapan adalah sejajar, nwn.”

Cukuplah sudah, semoga semua berakhir tanpa ganjalan di semua pihak, itu harapan Bowo.

Kenyataan adalah menyakitkan, tapi Bowo sadar tak hanya sekali saja hal-hal yang menyakitkan datang dari permasalahan dengan anggota keluarga Bapak Jonan. Ani telah menjadi bagian hidupnya yang paling menyedihkan, penuh tragedi, dramatis, diiringi intrik-intrik penuh kamuflase.

Bukti terakhir telah terjadi, Bowo dikeroyok seluruh anggota keluarga Bapak Jonan dalam skenario jebakan drama penolakan jodoh. Sekarang Bowo berada dalam titik nadir, paling kelam.

Kesehariannya saja yang terlihat wajar, tak bermasalah dengan siapapun, dan sebenarnya itu kenyataan pahit misalnya mencari uang dari usahanya saja ternyata minim pendapatannya. Bowo orang yang boleh dianggap tak beruntung, itulah sebabnya tetangga-tetangga kiosnya tak pernah menyinggung masalah apapun, membiarkan posisi Bowo apa adanya.

Fenomena ini terus dialami Bowo.

Ternyata sudah masuk bulan Februari, Bowo menulis SMS tepat tanggal 1 Februari. Bowo membuat perhitungan-perhitungan sendiri berdasarkan dugaan, seperti datangnya imlek berarti menjelang musim semi di belahan bumi utara. Walaupun begitu ketika membaca koran ternyata seluruh Eropa, Asia utara, dan Amerika utara sedang membeku. Itu mungkin sampai akhir Maret, Bowo menjadikannya pedoman bila benar-benar Ani jadi berangkat ke Inggris.

Tiga hari berlalu sejak tiga SMS nya melayang, Bowo mencoba menghindari segala hubungan karena pernyataan-pernyataannya dianggap sebagai akhir masalah. Seperti yang sudah-sudah untuk menurunkan ketegangan jiwa ia perlu waktu beberapa bulan, hal inilah yang selalu menyiksa.

Ada saja aksi-aksi dari anggota keluarga Bapak Jonan, Udin dan Bapak Jonan selalu bermanuver. Terkadang Udin memakai Honda Beat lawas yang biasa dikendarai Ani, seolah mengingatkan Bowo tentang siapa pemiliknya.

Bowo tetap merasakan dirinya dikepung anggota keluarga Bapak Jonan. Entah untuk apa, keluarga ini tak mau melepaskan Bowo sebagai pihak yang dikorbankan beberapa tahun ini. Ini dugaan Bowo saja, yah betapa sulitnya. Untuk membaca situasi yang dihadapi hanya dengan dugaan, tak pernah ada balasan dari nomor yang dikiriminya SMS mungkin untuk selamanya.

***

Menghindari masalah malah tidak mungkin. Bowo tak memiliki skenario perpindahan kios ke tempat lain yang dianggap aman. Statusnya tak bergengsi, hanya sebagai pedagang kaki lima. Hanya resiko penggusuran yang bisa mendongkel dirinya dari tempat usahanya ini, begitulah pedagang kaki lima di manapun berada.

Usahanya yang berupa jasa stempel memang tak ada matinya. Hanya faktor keberuntungan saja yang baginya tidak berpihak. Letak kiosnya terjepit dan kalah bersaing dengan tetangga-tetangganya. Untuk bertahan Bowo melakukan dengan permainan mental, karenanya mendapat cobaan hidup juga dari ketegaran mentalnya.

Itulah yang kini tak bisa dihindarinya, yaitu konflik dengan anggota keluarga Bapak Jonan. Hanya kios Bowolah yang selalu menjadi ajang permainan. Jadi kios Bowo yang secara peruntungan tidak strategis justu punya nilai pemicu kekacauan paling besar. Tokohnya yaitu Bowo menjadi oknum incaran mudah saat beradu untung rugi dari usahanya.

Bowo sendiri tak bisa menduga kapan serangan-serangan psikis dari anggota keluarga Bapak Jonan terjadi. Saat berada di kios ia selalu berharap mendapat order stempel untuk bertahan hidup. Satu-satunya jalan untuk menghindari dirinya mendapat berbagai serangan psikis adalah dengan menganggap masalah telah usai. Dasarnya adalah tiga SMS urusan pribadinya dengan Ani.

Tapi masalah tak berhenti begitu saja, bergulir tak terduga. Hari Senin saat menjaga kios ada sekelebatan sosok Ani keluar dari mulut gang, membonceng motor Ojol, Ani mengenakan seragam almamater sebuah universitas berwarna biru tua.

Hanya lamat-lamat saja bagi Bowo tiba-tiba dunia berubah. Ketegangan jiwanya langsung anjlok walaupun kehadiran Ani sangat misterius karena sosoknya yang sulit dikenali. Bowo masih ragu-ragu terhadap apa yang dilihatnya dalam hitungan detik itu Ani. Semua prasangka buruk dan perasaan negatif berkurang. Pertanyaan yang muncul segera di benak Bowo adalah,

“Di mana sebenarnya Ani kuliah?”

Sebelum kemunculan Ani di tengah hari, ada Udin melintas saat Bowo baru membuka kios, itu semacam isyarat sebuah pergerakan. Tapi untuk Bowo semua hanya dugaan tak berdasar walau terjawab akhirnya Ani telah lewat menunjukan jati dirinya.

Bowo berpikir keras, bahkan akhirnya membuat SMS dengan pembahasan perkuliahan di Inggris. Sesuatu yang sebenarnya hanya tulisan sumbernya berdasarkan bacaan di media massa semacam Kompas, Jawa pos, Kedaulatan Rakyat dll. Sangat umum dan jauh dari pengetahuan seorang adventur antar negara.

“Saya menghargai setiap WNI yang berani melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri. Sebab itu berarti WNI tersebut bersedia bertahan apa saja demi mencapai cita-cita yang luhur.”

Bowo mencoba menyusun SMS menjadi rangkaian.

“Misalnya negara di Eropa, Inggris. Itu negara maju dengan teknologi tinggi, tapi warganya dituntut mandiri dengan fasilitas publik yang tersedia. Jadi tak ada mahasiswa di sana ke kampus pakai motor....”

“Mungkin mahasiswa WNI di sana juga harus dituntut bekerja untuk kebutuhan kesehariannya. Ada universitas Oxford, Cambridge yang favorite. Bila mahasiswa WNI tersebut mampu memphoto copy riset di perguruan tinggi tersebut untuk dipraktekan di Indonesia, itu cita-cita yang sangat mulia.”

Disinggungnya sedikit dengan urusan yang dihadapinya,

“Jadi putus hubungan karena cita-cita setinggi itu bukan masalah bagi saya. Malah seharusnya putri sampean yang harus berkorban banyak, nwn.”

Cukuplah rankaian SMS terkirim ditujukan pada sebuah nomor yang diduga Bowo adalah milik Bapak Jonan. Apalagi kemudian datang rejekinya tersita mendapat beberapa order stempel.

Semuanya tetap dengan melihat situasi, toh pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan tak bisa diperkirakan. Tetap ada aksi memantau hingga Bowo menyatakan dirinya benar-benar dikepung oleh sebuah keluarga tetangga sebelah gang ini.

Bowo anggap menulis SMS juga untuk menguji sejauh mana kebenaran kehadiran Ani di sekitar rumahnya. Ia masih menduga tentang Ani yang dikabarkan hendak melanjutklan kuliah di Inggris. Tapi sekelebatan sosok perempuan yang muncul di mulut gang telah mulai meruntuhkan spekulasi dan dugaan yang telah sedemikian rupa menekan kejiwaannya sampai  setingkat sebuah keputus asaan.

Lebih tepatnya ia telah kehilangan perempuan yang dikasihinya walaupun telah membuat penolakan berpuluh-puluh kali, dan ini telah menginjak tahun ke sepuluh. Sesuatu yang sangat aneh untuk sebuah hubungan percintaan.

Nyess!!

Rasa dingin itu spontan datang begitu Ani lewat, walaupun Bowo masih meragukan kehadirannya karena sudah hampir setengah bulan lenyap. Sulit sekali ditipu biarpun belum pernah ada kedekatan atau menyentuhnya tapi Ani adalah miliknya, titik!

Perasaan adem yang datang juga menginspirasinya menulis SMS, lebih pada pikiran positf. Tapi untuk merangkai kalimat baru menjelang malam ia mengirimkannya pada nomor milik Bapak Jonan.

“Saya mendukung putri Bapak melanjutkan pendidikan jenjang lebih tinggi di manapun berada. Dukungan ini diberikan agar saya sebagai lelaki tidak menjadi pengganggu kondisi yang sedang dibangunnya.”

Untuk menyusun berbagai SMS Bowo melakukannya dengan jeda cukup panjang, tak mudah membuat tulisan berbobot yang bisa dicerna semua pihak tanpa memikirkannya lebih dahulu. Yang dihadapi Bowo adalah sebuah keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan.

“Saya berprasangka baik pada putri sampean. Sebagai putri yang mendapat perlindungan dari keluarga terhormat. Juga sebagai istri dari suami yang sama-sama terpelajar, nyatanya rumah tangga yang dijalaninya tidak terkendala hingga mampu mencapai keluarga ideal, nwn.”

Dibayangkannya sosok Ani, tahun 2015 menikah karena hamil duluan. Walau bagaimanapun pastilah belum bercerai, itu adalah fakta jadi SMS nya itu adalah memberikan semacam pandangan dari pihaknya walaupun tetap diseret dalam masalah keluarga Bapak Jonan.

Sekali lagi diulanginya SMS terdahulu,

“Jadi putus hubungan karena putri sampean menempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi tidak masalah bagi saya, itu ikhitar yang sangat mulia.”

Bowo menulis SMS di malam itu sambil mendengarkan siaran radio acara Melci (melodi cinta). Lumayan membuat jiwanya sangat melankolis. Itu acara seputar kisah percintaan dan persahabatan mellaui surat elektronik, harus dibuat seperti diary atau fiksi pendek.

Ada optimisme dalam dirinya, semuanya bakalan baik-baik saja. Apapun resikonya bila dihadapi maka kebaikan akan datang dengan sendirinya.

Ditambahinya lagi sebuah SMS,

“Saya percaya kebaikan akan datang pada siapa saja yang mempercayainya. Bila berpikir itu baik itu juga untuk pihak saya akan mendapat balasan kebaikan dalam bentuk lain.”

Legalah Bowo menulisnya.

Esok harinya saat menunggu kios stempel Bowo melihat pemandangan menakjubkan. Itu adalah jawaban dari SMS yang dikirimkannya semalam. Bapak Jonan bersepeda motor muncul dari mulut gang. Di jok belakangnya seorang perempuan muda berjilbab membonceng. Itulah Ani yang menampilakn diri seolah mendukung pernyataan Bowo tentang prasangka baik terhadap dirinya dalam faktor sepihak Bowo.

Rasanya Bowo seperti melayang, begitu ringannya. Kemunculan Ani tak meragukannya lagi memang menyediakan waktu untuknya. Sekaligus jawaban bahwa ia menempuh pendidikan tinggi jenjang S2 tetapi tak sampai ke Inggris.

Sebagaimana dugaannya sejak akhir 2016, Bowo meragukan kemampuan Ani sekeluarga dan suaminya yang telah memberitakan pada beberapa tetangganya tentang idealnya pasangan suami istri teerpelajar tersebut. Semuanya hanya isu untuk menutupi fakta yang terjadi sebenarnya.

Ekspresi wajah Ani saat melintas biasa saja, tapi jelas banyak rahasia tersembunyi di dalam hatinya. Yang jelas tujuannya telah membuktikan aksinya sebagai pembenaran seluruh pernyataan dari Bowo melalui SMS.

Bowo tahu ini baru permulaan, kemungkinan-kemungkinan lainnya masih banyak dan tidak mungkin aksi-aksi dari Ani sekeluarga ini hanya satu kali. Semuanya sudah terjadi beberapa tahun dan ini adalah tahun yang kesepuluh. Seharian itu Bowo mengerjakan stempel dengan hati ringan, esok adalah hari yang lebih cerah.

Ada kejutan di hari Imlek, biarpun tanggal merah Bowo tetap buka karena kesempatannya bisa lebih banyak mendapat stempel karena tetangga sesama usaha libur. Tetap spekulasi tapi harapan besar bisa meraup untung.

Bowo yang  duduk di bangku belakang etalase melihat seorang perempuan bertraining, berjaket kaos hingga menutup kepalanya yang berjilbab abu-abu, berkaca mata minus....berlari pelan melintas di seberang jalan depan kios Bowo.

Bowo tak meragukannya, itu Ani yang sedang mencoba olah raga jogging. Dan memancing reaksinya dalam aksi-aksi tersebut. He He He jangan harap Ani bisa berlari sampai jarak jauh. Tak sampai dua ratus meter ditanggung nafasnya sudah megap-megap. Makanya  berlari melintas di depan kios Bowo, lima puluh meter kemudian berhenti, jalan kaki biasa.

Bowo mentertawakannya dalam hati, setelah tak nampak lagi jejaknya baru berbelok ke jalan kampung barulah bowo kirim SMS,

“Ibarat jogging tak ada yang  instan, ambil rute tertentu larilah pelan sampai dua ratus meter. Cukup....setelahnya jalan kaki mencapai tujuan, rekreasi!”

Nah hari jumat Bowo ternyata dikuntit dua kakak Ani berjmaah bersama di masjid. Udin mendekatinya dalam barisan dua shaf depan Bowo. Sedangkan Jodi melintas memandang tajam Bowo yang sudah duduk di halaman luar masjid. Dari pandangan mata Jodi terkesan semacam pengakuan atas keunggulan Bowo dalam perkara yang menjadi konflik diantara mereka sebagai sebuah keluarga besar yang dihormati warga sekitar. Legalah hati Bowo mendapati fenomena yang ada di depannya.

                                                                        ***

Hari minggu, mood berlatih Pencak Silat dan Yoga melonjak. Sebulan lebih standar semangat hidupnya turun drastis. Tidak hanya mood berlatih hobinya membaca surat kabar menurun, tak ada selera membaca artikel-artikel surat kabar karena mentalnya labil. Untuk anak muda sekarang bilangnya, “Galau”.

 Bagi Bowo sangat menyebalkan, yang dialaminya menginjak umur setengah abad, kasusnya masih tingkat pacaran anak-anak remaja walau level kesulitannya adalah tingkat universitas.

Untuk rute jogging kali ini Bowo mencoba menempuh jarak paling jauhnya yaitu ke kampus UGM di Bulak Sumur. Rute ini dianggap paling istimewa, soalnya untuk program latihannya adalah bila sudah mencapai kampus biru.

Ani sendiri alumni PTN tiga besar di Indonesia ini, bila ia melanjutkan ke jenjang lebih tinggi lagi tebak saja sendiri apa yang diimpikannya. Tak jauh dari kedua orang tuanya yang berprofesi guru, tapi untuk Ani ditingkatkan lebih tinggi, dosen.

Justru di sinilah Bowo berpikir,

“Bila masih tanggung lebih tinggi lagi sekalian jadi peneliti....hmmm lihat saja nanti pencapaiannya.”

Habis sholat subuh Bowo melangkah keluar kamar kos. Tetangga-tetangganya yang biasa sholat berjamaah di masjid mungkin masih menunggu komat dikumandangkan. Masih gelap walau lampu-lampu di  jalan raya masih menyala terang. He He He jangan ditiru kebiasaan Bowo yang mencari praktisnya saja dalam ibadah.

Berlari kecil menatap jauh ke utara, sempat ada klakson mobil angkut jasa berbunyi menandakan sopirnya yang kenal dengan Bowo menyapa. Bowo melambaikan tangan ke arah mobil bak terbuka yang terparkir di gapura  eks kampus Stiekers tetap melanjutkan acaranya.

Satu dua motor dan mobil melintas cepat berkejar-kejaran karena jalanan lengang. Aspal hotmix tak membuat kaki Bowo kesakitan. Ia hanya mewaspadai pecahan-pecahan kaca beling yang terkadang tersentuh begitu saja.

Pasar Prawirotaman sudah sesak, jalanan menyempit terparkir motor-motor pembeli. Bowo terus berlari mencapai Jokteng Wetan menyusuri jalan Brigjen Katamso sampai Gondomanan. Lanjut ke utara sampai taman parkir Abu Bakar Ali, belok kiri menuju Kota Baru hingga bundaran lapangan Mandala Krida. Terus dilanjutkannya mencapai Gramedia hingga bundaran UGM, Finish.

Bowo tahu hanya dirinya sendirian yang menjalani rute tersebut cukup rutin. Bisalah itu nanti menjadi kenangan terbaik selama dirinya merantau di Jogjakarta. Satu sesi jogging telah terlaksana, tinggal jalan kaki menuju teras aula Grha Permana, di sanalah Bowo meneruskan sesi berikutnya berlatih jurus dan asana.

Sekian puluh tahun berlatih Pencak Silat dan Yoga Bowo tak merasa menjadi pendekar. Ia bahkan meragukan latihannya itu akan diikuti atau digemari orang-orang. Tak ada yang mengagumi hasil-hasil latihan jurus, baginya lingkupnya hanya bidang budaya.

Justru lebih enak nonton film atau membaca komik. Efek  audio visualnya sangat dahsyat, gerakan yang dilakukan boleh sama dengan kemampuan Bowo tetapi lebih mencengkeram perasaaan penonton film atau pembaca komik.

Bowo pun tenggelam sendirian dalam dunianya.

Kemampuan Bowo terbatas, tak pernah bisa menjelaskan misalnya teknik kelit yang dilakukannya dalam sebuah pertarungan hidup mati seperti jurus-jurus silat ala komik. Atau menyebut atraksi ajian lampah lumpuh seperti dalam sinetron Mak Lampir.

Juga pendalaman jurus tak pernah sampai filosofinya, fungsi-fungsi teknik, ketrampilan kuncian, bantingan dll dalam jurus yang dilatihnya. Bowo apa adanya, cuma seorang penghafal jurus dari sebuah perguruan Pencak silat lokal di kota kelahirannya Purwokerto.

Karena itulah tak pernah ada penyelesaian konflik yang dihadapinya dengan menerapkan imu pencak silat yang sudah puluhan tahun dilatihnya. Lantas apa gunanya Pencak Silat dan Yoga yang dihayatinya?

Hasil latihannya adalah berupa bangunan mental, kokoh dan tidak terkikis walau dihantam berbagai serangan psikis. Juga tanpa disadari telah membuat pemikiran strategi selalu terarah saat menghadapi orang-orang yang memusuhinya. Sampai saat ini pihak orang-orang yang berkonflik dengannya belum pernah menyatakan atau merayakan sebuah kemenangan.

Biarpun berlatih di tempat umum, Bowo tak melihat orang-orang yang beraktifitas di sekitarnya memperhatikan. Paling-paling ketika datang petugas kebersihan berseragam orange sedikit mengerutkan kening karena kegiatan Bowo termasuk jarang dilihatnya. Hanya seperti itulah yang didapat Bowo dari latihannya berpuluh-puluh tahun. Bowo sendiri tak kecewa, ia bukan selebritis .

Malah lebih sulit bila tak berlatih, kejiwaannya seperti ada yang kurang. Tubuhnya sudah sedemikian rupa ketagihan dengan gerakan fisik, benar-benar candu yang tak pernah bisa diberantas dari muka bumi ini.

Bonusnya Bowo tinggal jalan-jalan nonton pasar Sunmor. Cuma nonton tidak berniat belanja apapun. Pasar sunmor merupakan agenda rutin kampus biru ini. Tak pernah terbayangkan Bowo yang cuma bermodal dengkul bisa betah hidup menikmati dinamika kota Yogyakarta.

Yang paling sebal itu pulangnya menuju eks kampus Stiekers, menunggu bus kota jalur 2 lamanya minta ampun. Sampai akhirnya Bowo menyerah menuju halte bus Trans Jogja. Lagi-lagi menuju jalan Prangtritis busnya juga lama sekali, ketika mencapai tujuan trayek busnya berputar-putar di dalam kota. Tapi seperti itulah dilema kota-kota besar di dunia.

Bowo tertatih-tatih pulang ke kamar kosnya. Kakinya sedikit ngilu walau tidak luka. Cukup letih tapi lebih baik melakukannya, soalnya berunsur hiburan, olah raga, dan menyegarkan tubuh serta pelampiasan jiwa petualangannya. Kalau sudah letih seperti itu seharian penuh Bowo tak keluar rumah, menemani pemilik kos yang statusnya bujangan lapuk tak laku-laku.

Menuju hari esoknya, senin.

Sebuah miscall masuk HP, singkat sekali. Tapi sekian tahun Bowo tahu perilaku pengirim miscall tak terjawab seperti ini, larinya tak jauh-jauh amat pasti dari anggota keluarga Bapak Jonan.

Perasaan Bowo campur aduk, nalurinya menyatakan ini sinyal dari Ani, seorang perempuan yang sejak kecilnya telah bermasalah dengan dirinya dalam hubungan percintaan yang penuh dengan konflik. Tak ada pertengkaran mulut seperti dalam sinetron televisi untuk menunjukan tingkat dramatisnya adegan visual film.

Meninggi harapan Bowo tentang sesuatu romantika, cepat Bowo SMS,

“Sinten nggeh?”

Dari dulu seperti itu Bowo membuka percakapan. Bertanya karena bingung dengan nomor baru yang masuk HP nya. Tapi seperti itulah pergerakan Ani bila memulai berdialog. Sebalnya ketika dibell dinyatakan nomor tidak terdaftar alias diblokir, hanya SMS saja keduanya saling terhubung.

Tak ada balasan, kelakuan seperti ini berlangsung dari dulu karena watak pemiliknya yang feminim.

“Kalau gak balas kuganggu terus loh!”

Sebal tapi penuh harap, yah Bowo selalu terombang-ambing perasaan sendiri. Normal saja bila ada nomor baru dan miscall tentu membuat penasaran siapapun. Selalu saja ada keingintahuan tentang pemiliknya mengharuskan menelepon atau SMS, semua itu otomatis menjadi naluri setiap manusia.

Lima belas menit kemudian semuanya seperti terjawab. Dari mulut gang seberang jalan muncul sosok tubuh yang sangat dikenal Bowo. Ani dalam balutan gaun ketat menunjukan lekuk tubuh seksinya. Bahkan kali ini tanpa jilbab, rambut lurus dan lehernya yang putih tersibak cantik sekali.

Bowo terpana.

Entah ada acara apa si Ani ini, sebuah tas kecil dilambaikannya pada Bowo, seolah menyambut seluruh pertanyaannya dalam SMS beberapa menit yang lalu. Itu seperti kata-kata simbolis,

“Hai aku yang kamu tunggu, aku milikmu.”

Yang jelas Bowo sangat menyukainya.

Tapi adegan itu hanya beberapa detik, Ani segera lenyap kembali masuk mulut gang entah ke mana tujuannya. Seperti itulah Ani, hatinya milik Bowo tapi secara fisik belum pernah tersentuh. Tahun 2009 dalam sebuah suratnya Bowo menyatakan,

“Seujung rambutpun tak akan kusentuh.”

Ternyata pernyataan ini menjadi kenyataan dan merupakan semacam ujian mental untuknya.

Kegembiraan meluap dari hati Bowo, nyaman sekali di tubuh. Sekaligus juga menumpas habis beban mentalnya gara-gara aksi penolakan jodoh Ani dan keluarganya sebulan yang lalu. Segala pemikiran buruknya tentang kondisi Ani terpatahkan. Ani tak bersama suaminya, itu satu poin kuat yang diyakininya. Walaupun juga membingungkan karena tak ada bentuk perceraian atau pisah ranjang di sekitar kampung tempat tinggal mereka.

Faktanya Ani bertahan di Yogya dan meneruskan kuliahnya lebih tinggi yaitu ke jenjang S2. Dan yang paling penting hubungan percintaan itu telah tersambung kembali.

Bowo tersenyum kecut, hanya dirinya yang mengalami perinstiwa-peristiwa seperti ini. Tetangga kios kanan kirinya lebih berkutat pada usahanya menunggu pemesan stempel atau pembeli koran dan celana kolor.

Seumur hidup baginya peristiwa-peristiwa yang terjadi antara dirinya dengan anggota keluarga Bapak Jonan adalah kejadian langka untuk sebuah percintaan. Belum ada kisah percintaan sampai sepuluh tahun dengan sebuah kesetiaan dari pihaknya sebagai lelaki. Lebih kontroversial karena sesungguhnya Bowo bukanlah aktor pemenang dari perselisihan yang terjadi.

Bayangkan lebih enak menjadi suami Ani yang sempat kencan, merayu hingga kemudian mendapatkan cinta berahi sampai Ani hamil yang memaksanya harus menikah. Itu adalah keberhasilan mutlak seorang lelaki ddan banyak saja orang-orang yang mengalaminya sebagai kejadian yang lumrah di masyarakat.

Apalagi hubungan pranikah itu terjadi antara lelaki dan perempuan  yang sudah dewasa. Dari sudut pandang masyarakat tak terlalu dicela. Lebih berbahaya posisi Bowo saat mengalami benturan konflik dengan Ani mulai saat remajanya. Berbagai tuduhan kelainan jiwa bakalan mampir pada diri Bowo.

Itulah yang dihindarinya bahkan sampai Ani menikah karena itu berarti makin menambah tuduhan bersalah yaitu sebagai penghancur biduk rumah tangga orang.

Kenapa semua itu terjadi?

Seperti itulah pergulatan batin Bowo dan itu mempengaruhi tindakannya pada Ani. Itu berlaku hingga sekarang saat kemunculan Ani yang seperti menyatakan dirinya adalah hak milik Bowo.

Perasaan Bowo meluap, satu-satunya sarana komunikasi hanya melalui nomor yang baru masuk, itu milik Ani.

“Wah rupanya yang barusan muncul itu sampean!”

Bowo tak menyebut nama Ani karena nomor ini hanya miscall tak terjawab.

Maka seharian itu perasaan Bowo meluap penuh kebahagiaan. Ani menyambut dirinya dalam jalinan cinta kasih setelah prahara melanda diantara mereka berdua. Bowo mafhum, sebenarnya banyak sekali kesalah pahaman yang terjadi mungkin tak akan berakhir begitu saja walaupun mereka berdua disatukan dalam bahtera rumah tangga.

Masalah sudah bergulir beberapa tahun dengan penyelesaian yang masih sangat dini. Menyebut Ani sebagai pacarnya pun belum bisa dibuktikannya kepada warga sekitar. Itu berarti telah banyak sekali kesalahan-kesalahan yang terjadi, untuk memakluminya sebenarnya baru bisa dilakukan dalam bentuk pembicaraan.

Suka citanya makin tinggi ketika Bowo mendapat order stempel, langsung ia SMS sebagai bentuk perhatian,

“Selamat beraktifitas, saya harus meninggalkan kios untuk mengerjakan order stempel.”

 SMS-SMS seterusnya sangat romantis, menyesuaikan dengan suasana hatinya yang diliputi kegembiraan. Ternyata Bowo yang sudah berumur hampir setengah abad itu wataknya sentimentil bila jatuh cinta.

Yang jelas masuknya nomor baru ini membuat Bowo langsung mengubunginya terus. Nomor yang sejak tahun 2016 muncul dibiarkan, soalnya ia menganggap sebagai milik Bapak Jonan, seorang tua yang harus dihormatinya. Hatinya tidak enak bila sampai nomor ini menjadi media berhubungan dengan Ani, sangat mengganggu privacy orang tua yang mempertahankannya karena banya berhubungan dengan kolega penting lainnya.

Dalam hatinya sendiri Bowo malu, Ani berstatus istri orang itu fakta yang tak terbantahkan. Ia menegaskan kemudian dengan SMS kepada Ani,

“Status sampean istri dari seorang lelaki yang berhasil menikahi dulu 2015, tetapi sebelumnya sampean itu pacar saya, jadi dari situlah kita berhubungan.”

Tapi SMS itu akhirnya dibantah sendiri karena adanya fakta, suami Ani lenyap tak pernah muncul di Yogya,

“Ah ya soal menikah itu pilihan sampean sebagai pihak perempuan, itu hak asazi manusia.” Banyak kejadian perselingkuhan di sekitar tempat tinggal Bowo sekarang. Tapi biasanya pasangan ini melakukannya sembunyi-sembunyi. Baru setelah kasusnya terbongkar hancurlah rumah tangga masing-masing. Ketidakpercayaan dan akhirnya bercerai diiringi dengan pertengkaran yang ramainya bukan main. Bikin sebal orang-orang yang melihat di sekitarnya.

Bagaimana dengan kasus yang dialami Bowo ini, masuk selingkuh atau bukan?

Untuk Bowo sebagai pribadi, ia mengakuinya sebab Ani belum pernah terdengar bercerai dari suaminya. Hubungan Bowo dengan Ani terjadi justru adalah percintaan yang gagal karena lebih banyak konfliknya. Di sinilah keduanya terhubung satu sama lain tak terputus walaupun penyebabnya adalah faktor anggota keluarga Ani yang selalu penasaran akan keberadaan Bowo di sekitar tempat tinggal mereka. Tujuan anggota keluarga Bapak Jonan adalah kehancuran dan tersingkirnya Bowo agar tidak masuk menjadi anggota keluarga dalam ikatan rumah tangga.

Sayang hingga kini gagal.

Berbagai trik jebakan yang terpasang bertahun-tahun akhirnya digunakan sebagai sarana menyiksa batin Bowo. Ani adalah aset yang sangat berharga bagi keluarga ini, satu-satunya jalan untuk memancing Bowo berbuat sesuatu yang bisa diperkarakan adalah dengan mengumpankan Ani. Taktik tersebut hingga sekarang tetap berlangsung, makanya Bowo tetap waspada walaupun Ani sepertinya begitu mudah untuk diraih sebagai miliknya.

Tapi untuk sementara ini Bowo mencoba mengunci masalah pada hubungannya dengan Ani sebagai pacar. Sebab setingkat itulah yang tertinggi kebersamaan dengan perempuan yang dinyatakan sudah bersuami ini. Caranya adalah dengan SMS,

“Sekarang apapun keadaan walaupun ditolak aku akan tetap hadir di sekitarmu. Biarpun sudah bersuami, baik sebelum maupun sesudah menikah sampean adalah pacarku, titik!!”

Kemudian dilanjutkannya dengan SMS-SMS kenang-kenangan ketika Ani masih di masa remajanya.

“He He He kamu ya anak perempuan kinyis-kinyis yang ketika belanja di warung Mbah Ali, begitu melihatku langsung berjingkat lari ketakutan sampai-sampai jadi pertanyaan para pembeli lainnya?”

Setelah itu bagian inilah yang jadi inti masalah, “Yah aku harus ikut ambil bagian tanggung jawab sekarang karena masa lalumu itu. Gara-gara kehadiranku maka dirimu bermasalah denganku hingga saat ini.” Bowo mengambil waktu santai saja menulisnya. Bisa saat menunggu di kios stempel, bisa juga saat malam menjelang tidur.

Nah setelah SMS-SMS itu, sehari kemudian muncullah Ani memphoto copy di kios samping mulut gang. Biarpun tak menyapa atau memandang Bowo keadaannya adalah pembenaran dari semua SMS-SMS yang dikirimkan Bowo sekaligus sebagai pernyataan mereka adalah sepasang kekasih.

Cukuplah Bowo mengunci masalah sampai pada tahap ini. Tinggal memasuki tahap pendekatan mencapai pacaran atau bila sudah siap menuju pernikahan.

Bowo sangat berbahagia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 9

        FAKTA adalah FAKTA

Mei 2018,

Letusan freatik gunung Merapi menimbulkan hujan abu tipis di sekitaran eks kampus Stiekers, kemungkinan gunung penanda batas wilayah dan sumbu filosofis Yogya itu kembali aktif.

Yogyakarta tak pernah kehabisan cerita tentang legenda gunung berapi paling aktif di dunia ini. Sejak keberadaan Bowo merantau di Yogya gunung ini sudah berulah dengan berbagai intrik-intrik tokoh manusianya.

Cikal bakal sejarah Jawa banyak terkubur di dalamnya. Sebuah peradaban besar yang hancur ditelan letusannya, melenyapkan seluruh kebudayaan yang hingga kini menjadi kekayaan arkeologis.

Dunia pun berdecak kagum, Borobudur, Prambanan dan ribuan candi yang hingga kini masih terkubur menunjukan kebudayaan nenek moyang yang maju saat itu. Hingga kerajaaan Mataram Islam berdiri semuanya merujuk gunung Merapi sebagai sumbu sentralnya.

Sekarang sang raja masih duduk di singgasananya, melengkapi segi spiritual dan kebudayaan Jawa modern. Seorang raja dan gubernur yang netral dari anasir-anasir politik. Seolah tetap menjaga, walaupun gunung Merapi mengamuk wilayah ini tetap sejahtera.

Sementara jalan depan eks kampus Stiekers tetap ramai, deretan kios PKL masih bertahan hidup terutama untuk anggota eks paguyuban, semua usaha beresiko bangkrut dan merugi.

Tokoh kita si Bowo adalah satu pelakunya.

Hidupnya serba tanggung, dari usahanya berupa jasa stempel tidak ada kemajuan berarti. Hanya pas untuk bertahan hidup di Yogya. Ah yang benar?

Ada sih kemajuan, itu badan Bowo sudah semakin subur. Berat badannya naik terus karena perutnya membuncit. Hal-hal yang alamiah itu terus dijalaninya. Tumpukan lemak makin bertambah walaupun sudah berolah raga segala macam rupa. Sudah takdir karena usianya yang hampir mencapai lima puluh tahun. Bowo sering mentertawakan dirinya sendiri.

Bagaimana dengan konflik yang terus menderanya?

Yah ini lanjutannya.

“Hubungan yang sulit,” Bowo mengeluh.

Ini kesimpulan Bowo menjelang datangnya bulan puasa. Fenomena yang dihadapinya selalau dalam diam seribu basa. Selalu ada pergerakan, sangat berbahaya karena menyerang mental. Jangan tanya akibatnya, apa yang dialami Bowo bila gagal mengantisipasinya ia bakalan menjadi gila, segila-gilanya orang berpenyakit jiwa.

Kini Bowo menyatakan apa yang dialaminya adalah, “Sebuah Pergerakan yang Senyap.”

Bowo terinspirasi dari pergerakan anggota TNI pada operasi pembebasan sandera di Papua akhir 2017. Sebuah pergerakan penyelamatan dan pembebasan sandera dengan masuk lapangan ke tempat kejadian.

Tentara-tentara itu diam-diam menyebar ke seluruh kawasan operasional. Dan tiba-tiba sudah menyerang anggota gerombolan bersenjata. Tunggang langganglah gerombolan pengacau keamanan melarikan diri.

Pembebasan sandera berhasil tanpa ada korban jiwa.

Bowokah pelaku pergerakan senyap tersebut?

Bukan, situasi yang dihadapi Bowolah yang senyap, begitu sunyi karena berdasarkan bukti kemenangan atau kekalahan tidak ada. Inilah akibat-akibat dari pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan. Fakta-fakta yang ada semakin kabur, hanya satu pembenaran untuk keadaan keluarga terhormat tersebut.

“Kecenderungan psikopatnya sangat tinggi!”

 Inilah fakta-fakta yang didapat Bowo mulai bulan Februari hingga menjelang bulan puasa Mei 2018. Bulan Februari menjadi bulan paling sukacitanya karena harapannya bertahun-tahun menjadi kenyataan.

Ani benar-benar menjadi kekasihnya, pacar yang tak pernah terputus dari sejak remajanya. Bowo sangat memanfaatkan momen memori semenjak gempa bumi melanda Yogya 2006. Seorang cewek ABG yang bila berjumpa dengannya di jalan akan membelakakan mata dengan raut senang, tapi kemudian diiringi rasa curiga dan waspada. Karena perasaan yang sulit dikendalikan, cewek kecil tersebut jadi ketakutan, akhirnya berjingkat lari menjauhi Bowo.

Dititik inilah hubungan terjalin melahirkan konflik dan tragedi yang tak berkesudahan. Di bagian Ani masih remaja adalah momen paling indah dan manisnya hubungan mereka berdua sekaligus menjadi ancaman karena ibunya tahu gelagat bahaya yang menimpa putri semata wayangnya.

Bowo menjadikannya pondasi, menyatakannya dalam SMS untuk nomor Ani. Bowo mengolok-olok Ani,

“Kita ini pacaran tapi dilarang kencan!”

Kenyataan terjadi bila dihitung tingkat pacaran semenjak tahun 2006 Ani adalah pacarnya. Tapi belum sekalipun diantara mereka pernah berduaan melewatkan sebuah acara bersama.

Ada jurus Bowo yang lain agar percakapan menyambung terus, itu menyinggung kuliahnya Ani,

“Aku sangat mengagumimu, dengan adanya suami dan diriku yang menjadi penghalang, kamu tetap melaju melanjutkan pendidikan tinggi.”

Uuups di bagian ini Ani muncul merespon. Ani memperlihatkan diri dalam balutan jaket almamater mahasiswa, masuk kios photo copy menghadap layar komputer yang ada kemudian mencetak lembaran berkas tugas kuliah.

“Cantik dan serius,” Bowo memuji Ani.

Balutan kaca mata minus di wajah serta kulit pipi putih semburat merah sangat serasi dengan jilbab berwarna sama dengan gaun panjang dikenakannya. Intelektual banget, Bowo berkomentar melalui SMS.

“Mbak Ani ini bila mengenakan jaket almamater begitu intelektualnya, pakai gaun bisa modis sekali, bila bertraining boys tapi seksi......soalnya bokongnya kegedean, xixixi. Ajaib sekali makhluk perempuan itu....temanya bisa berubah-ubah.”

Balasan dari Ani setelah dari kios photo copy kemudian menaiki motor menyeberangi jalan dalam jarak paling dekatnya dengan kios Bowo, huuuu bikin Bowo yang lelaki ini makin terperangah dan terpesona.

Demikianlah hari-hari Bowo sekarang punya pacar bernama Ani. Bowo sendiri mencatat beberapa kali bila disinggung civitas akademisnya Ani antusias, mungkin di sinilah poinnya keberlanjutan hubungan mereka.

“Aku saja yang kadang menulis diary harian bingung, apalagi Mbaknya yang kuliah harus mencapai disertasi!”

Ani pun membalas dengan berbagai aksi. Bisa tiba-tiba muncul dari arah mana saja, waktunya bisa jam sepuluhan. Mungkin perempuan pacar Bowo ini menyesuaikan dengan jadwal kuliahnya. Sungguh Bowo tak tahu anak perempuan ini sebenarnya kuliah di universitas mana. Jadi tak mungkin misalnya Bowo bisa mendatangi kampusnya, nonsen!!

Bowo saja yang mengakui dalam hatinya, sangat menyukai perhatian yang dilakukan Ani terhadapnya. Terkadang Bowo SMS menggoda,

“Ayo sana bikin journal ilmiah yang terindeks SCOPUS itu tuntutan mahasiswa sekarang loh, ditanggung makin tebal kaca mata minusmu he he he.”

Bowo menyinggung urusan ini dengan kemungkinan prestasi Ani dari bangku SMA nya dulu sudah cemerlang. Indeks SCOPUS adalah Journal Ilmiah Internasional yang jadi rujukan para pakar dunia.

Tentu saja sulit menembus indeks SCOPUS ini, di Indonesia saat ini menteri pendidikan tinggi menjadikan juornal ini sebagai acuan syarat seorang dosen, guru besar, profesor untuk terus mendapatkan tunjangan profesional. Pokoknya dalam tiga tahun seorang guru besar dan profesor tak menghasilkan journal ilmiah yang mampu menembus indeks ini digugurkan tunjangan hidupnya.

Untuk Ani mungkin tak mencapai, tapi berpotensi menuju ke sana, selanjutnya Bowo SMS,

“Syukur-syukur kamu sudah terlibat riset di bawah panduan seorang guru besar di kampus, tentu sangat membanggakan.”

Bila benar-benar Ani kuliah mengambil S2 maka dalam keluarga besarnya itu sudah pencapaian tertinggi. Dilihat dari kekerabatannya hampir seluruh keluarga Ani berprofesi pendidik. Mulai dari guru agama, guru TK, guru SD, dan ibunya sendiri guru SMP.

Sedangkan keberadaannya di kampung membuat rumah-rumah keluarga besar ini menghasilkan pendapatan dengan membuka rumah kontrakan dan jasa katering. Bayangkan kemungkinan ini adalah keluarga besar turun temurun, sedikit sekali anggotanya yang sampai merantau keluar daerah. Menurut dugaan Bowo incaran Ani adalah mencapai dosen, status lebih penting dari karier. Bowo tak melihat Ani dan keluarganya memiliki kreatifitas yang tinggi. Kepintaran Ani menjadi taruhan mencapai kehormatan keluarganya.

Bowo membandingkan dengan dirinya sendiri, berlatih jurus dan asana biarpun bukan kreatifitas tinggi nyatanya telah menghadapkannya berseberangan dengan keluarga Bapak Jonan. Tingkatannya dalam konflik sebanding walaupun dari status di masyarakat ia dianggap rendah.

“Tak ada yang percaya aku memiliki hubungan dengan Ani yang kabarnya telah menikah dengan seorang lelaki flamboyan berpendidikan S2 di Inggris...ck ck ck!”

Yang membuat pusing Bowo adalah aksi-aksi dari Ani dalam penyamaran. Sebelum penolakan jodoh Januari ada Ani memakai sepeda onthel dalam balutan pakaian ketat berjilbab dan bermasker. Hanya terlihat kedua matanya yang cukup tajam memandang Bowo. Dari sinar mata itulah postur tubuhnya Bowo tahu itu Ani.

Apa maksudnya?

Bowo tak tahu tujuannya, yang pasti itu membuat Bowo tak berkutik dan ragu-ragu memikirkan profil Ani yang tersembunyi. Bowo tak bisa berbuat apa-apa.

“Itu malah membuat jalinan cinta makin menguat di hatiku....atau hal seperti itu terjadi juga pada Ani?”

Sekarang hal tersebut terjadi lagi walaupun Bowo sudah menyatakan melalui SMS bahwa mereka berdua adalah pasangan pacaran. Banyak misteriusnya sosok perempuan ini, inilah fakta yang dipegang Bowo, bahwa perempuan ini tetap melanjutkan permainannya. Sebuah sensasi yang luar biasa baginya dan seluruh anggota keluarganya.

Fakta lainnya adalah semua SMS berupa pernyataan tak berbalas. Jadi Bowo bermain sendirian dari pihaknya, rumit sekali. Misalnya,

“Yang berkendara Vario putih itu siapakah?”

Ah...sosok misteri itu terus beraksi, memarkirkan motor di kios photo copy di seberang jalan. Bowo memperhatikannya terutama perilakunya. Tak salah itu Ani, sayang penyamarannya itu menyulitkannya mendatangi dan mendekatinya. Ani hanya boleh dilihat, ditonton aksinya bermanuver dengan tujuan pribadi perempuan yang tak terjangkau oleh Bowo. Bowo memastikan itu Ani sebagai pembenaran karena saat meninggalkan kios photo copy sempat menengok ke tempat Bowo berada. Satu pergerakan yang tak mungkin dilakukan perempuan lain yang tidak bermasalah dengannya.

Kandas!

Fakta ini terus berlangsung dari tahun ke tahun. Biarpun ada sebentuk perhatian dari seluruh anggota keluarga Bapak Jonan, tapi seluruh SMS dengan alat komunikasi HP tak berbalas.

Taruhannya adalah kejiwaan Bowo. Beberapa kali Bowo mengungkapkan masalah ini melalui SMS sebagai kelemahannya. Layaknya sedang pacaran jarak jauhpun tetap terjalin bila ada komunikasi.Yang terjadi pada Bowo sebaliknya, Bowo pacaran dengan dirinya sendiri dalam bentuk angan-angan. Pelepasan cinta berahi yang bergelayut di seluruh anggota tubuhnya menggerogoti kejiwaannya.

Lampu merah!

Akhir bulan Maret Bowo membuat keputusan.

“Sebenarnya hubungan antara pria dan wanita memerlukan kebersamaan, saya tidak mendapatkannya saat berhubungan dengan Mbak Ani. Bila diteruskan kejiwaan saya yang guncang, saya yang harus mengontrolnya.”

“Saya memutuskan hubungan hanya pertemanan saja, saya harus melihat sikon dari tak berbalasnya SMS dan tak ada kebersamaan komunikasi.”

Pacaran tanpa saling bersentuhan, hubungan yang samar-samar, pergerakan yang senyap......semua terjadi.

Bowo mengakui ia telah dikorbankan, dirinya adalah pelampiasan segala gejala kejiwaan nyleneh anggota keluarga Bapak Jonan. Ia tetap bertahan di sekitar lingkungan tempat tinggal keluarga tesebut. Tidak seperti korban-korban lainnya yang kemungkinan mudah meninggalkan kota Yogyakarta. Contohnya tentu suami Ani dan mantan pacar-pacarnya, coba di mana lelaki tersebut sekarang?

Poin inilah lanjutan SMS Bowo,

“Saya tetap berkomintmen menghormati Mbak Ani sebagai istri dari seorang lelaki yang telah berhasil menikahi Oktober 2015.”

Begitulah Bowo, berputar-putarr menyinggung berbagai urusaan yang sebagian besar baginya gelap. Semuanya hanya berdasarkan dugaan, fakta-fakta yang didapatinya minim karena itu adalah rahasia Ani dan keluarganya.

Kalau warga sekitar, biar tahupun tak akan mempedulikannya karena tak berhubungan dengan kepentingan masing-masing. Buktinya yang pergaulannya dengan Bapak Jonan rapat sebagai teman sehari-hari seperti Bapak Giarto tahunya Ani menikah, selesai kuliah, dan akan mengikuti suaminya menempuh pendidikan S2 di Inggris.

Fakta itu sebenarnya sudah usang, Bowo tahu gara-gara benturannya dengan Adi si suami palsu Ani. Bowo konsultasi dengan Ketua RT, dari situlah sumber berita tersebut beredar. Ah itu 2016 akhir, ternyata 2018 awal berita itu tetap dipegang teguh seorang sesepuh masyarakat yaitu Bapak Giarto.

Ani sekarang adalah pacar Bowo, itu hanya berdasarkan pengakuan di SMS. Semuanya berdasarkan pergerakan Ani, dan seolah didukung semua anggota keluargannya. Makanya Bowo menyebut fenomena ini sebagai,

“Pergerakan yang senyap.”

Bowo menghitungnya itu dimulai dari awal tahun 2017, kakak-kakak Ani yaitu Jodi dan Udin selalu memperlihatkan diri di depan Bowo saat menjaga kios dalam berbagai aksi skenario. Hanya membeli koran, menanti jemputan entah siapa, saat itu Bowo mengira Jodi dijemput pacarnya. Kemudian semua itu berangkai dengan pemantauan Udin, diiringi pergerakan Ibu Jonan yang meminta perhatian Bowo secara diam-diam....dan akhirnya sebuah miscall masuk HP dengan nomor baru.

Semua itu berulang-ulang setiap bulan dan Bowo terus menerus menghapus nomor-nomor yang masuk karena dugaannya itu ulah anggota keluarga Bapak Jonan yang cari gara-gara untuk mempermalukannya.

Saat itu Ani lenyap, berita beredar perempuan tersebut di Bali mengikuti suaminya. Itulah pegangan Bowo untuk tetap tak menghiraukan ulah kakak-kakak Ani terhadapnya.

Benturan baru terjadi pertengahan 2017, mulai ada gelagat saat kemunculan Ani Juni 2017. Aksi-aksi Ani walaupun tak pernah berdiri sendiri akhirnya memancing Bowo untuk bergerak membuat penyelesaian masalah lama. Bukan untuk merebut Ani dari suaminya tetapi lebih banyak mempertahankan diri agar tidak berbuat senonoh pada Ani yang sudah berstatus istri orang.

Perjuangan itu berlanjut sampai kini.

“Wong cuma pacar, tetap saja kalah dengan posisinya yang menikah, mereka berstatus hukum kuat.”

Itu keyakinan Bowo.

Jadi Bowo pacaran dengan Ani boleh saja, tapi tak akan bisa merubah status hukum yang telah berlaku kuat diakui masyarakat dan negara. Makanya sebagai penyelesaian Bowo menawarkan status hubungan dengan Ani cukup sebagai pertemanan.

                                                                        ***

Fakta terus bergulir.

Ani sendiri semakin aktif pergerakannya memancing Bowo. Tapi bagi Bowo itu juga karena pengaruh dari isi-isi SMS nya.

Bowo menyinggung peran Ibu Jonan misalnya,

“Saat lewat simpang rumah aku mendapati dirimu di teras, begitu melihatku langsung lari ketakutan masuk rumah dengan membanting pintu keras-keras. Seorang perempuan paruh baya bertanya-tanya, ‘Siapa yang mengganggumu?’. Nah sejak itu seorang Ibu telah tahu putrinya dalam mara bahaya hingga selalu mengawasiku sejak itu, itu tahun 2008.”

“Dan ibumu itulah yang berada di belakang layar saat Mbak Ani bermanuver menjebak diriku.”

Satu tuduhan keluar dari pihak Bowo.

Selang sehari setelah SMS ini ada miscall dengan nomor baru. Nomor ini muncul diiringi dengan pergerakan Udin yang dari jarak jauh menantang dan mengancam tindak kekerasan. Tak habis-habisnya Udin begitu penasaran,wataknya penuh dendam karena selalu gagal menyingkirkan Bowo.

Lagi-lagi itu dugaan, dasarnya adalah dari aura wajah Udin yang melintas di depannya, keras dan tak mengenal kompromi. Bowo yang akhirnya memberondong nomor yang masuk ke HP nya dengan berabagai pernyataan kasar,

“Apa masnya tak tahu, kalau hanya urusan kekerasan saya tinggal datang ke tempat sampean. Silakan pukul dan hajar.....beres sudah selesai!”

“Bagi saya lebih sulit menghadapi Mbak Ani karena pihak perempuan. Selain harus disanjung dan menyesuikan persepsi juga harus bermanis muka di depannya.”

“Malah nyaman buatku cepat tersingkir dari masalah ini, silakan beri kabar dan tempat bertemu. Pasti akan saya datangi sampean di manapun berada!”

Ketika dibel hanya ada kata “halo” berulang-ulang. Kejadian-kejadian seperti ini sudah berulang-ulang terjadi selama beberapa tahun. Pelakunya selalu tak mau diketahui identitasnya walaupun terduga kuat dilakukan Udin.

Memang untuk membuat Bowo emosi dan tidak terkontrol. Itu semua adalah ciri permainan keluaarga Bapak Jonan, menyerang bagian mental hingga ketakutan, serba salah, malu dan kalah dengan cara keroyokan.

Herannya yang dimusuhi dan dihadapi adalah Bowo, hingga sekarang Bowo belum melihat perseteruan Udin dengan orang lain. Kelompok pertemanan Udin hanya dengan orang-orang sekitarnya. Ada saja berkeliaran di sekitar eks kampus menyewa mobil jasa angkut untuk keperluan order bangunan. Pekerjaannya sebagai pemborong bangunan tak signifikan sebagai penghasilan utama, terlihat lebih banyak menganggur di rumah.

Saat ini Udin memiliki proyek membangun rumah, tapi itu calon rumahnya sendiri. Mungkin sampai perencanaan bangunan setingkat arsitektur dilakukannya. Jadi calon rumahnya itulah karya arsitektur paling nyatanya. Bowo memperkirakan dana membangun rumah mencapai 300-400 jutaan, tanahnya gratis mengambil petakan halaman depan rumah induk.

Terpikir oleh Bowo dan panas hatinya bukan main,

“Jangan-jangan itu dana dari suami Ani?”

Ah tidak mungkin, Bowo menyangkalnya sendiri.

Gambaran seorang psikopat dengan intrik-intriknya menurut beberapa artikel dari Google paling melekat pada anak tertua Bapak Jonan ini. Bowo sudah merasakannya, “Berdarah dingin” sejak tahun 2013 gara-gara tindak kekerasan yang dilakukannya.

Bukti-bukti itulah yang membuat Bowo tak pernah mempercayainya akan berbuat baik. Apalagi terhadap dirinya yang sudah sekian tahun disebutnya sebagai musuh besarnya.

Setelah meluapkan emosinya dengan berbagai SMS Bowo tak pernah lagi menghiraukannya. Nomor tersebut tetap disimpannya agar bila dimiscall lagi tetap ketahuan itu nomor Udin.

Bowo sendiri memikirkan langkah-langkah selanjutnya.

Pertemanan dan pacaran hampir tak ada bedanya, terutama terhadap Ani. Bowo mengakuinya, itu terus berlangsung saat SMS dari pagi hingga malam hari.

“Sekarang aku jadi melankolis, suka mendengarkan siaran radio acara-acara melodi cinta (melci) dll, padahal sebelumnya tak pernah terpengaruh.....”

Dari sinilah Bowo menemukan ide membuat semacam tindakan memanfaatkan alat komunikasi,

“Harus diserang di bagian kewanitaannya, terutama perasaannya.”

Ani seorang perempuan, sebagian besar pergerakannya itu adalah naluri kewanitaan. Jadi Bowo harus menyerang dan mempermainkannya di sudut ini. Bowo pun memikirkan bagian sensitif diri Ani, bagian yang menyentuh hingga pribadinya sebagai perempuan akan keluar dalam bentuk naluri seorang wanita.

Hanya kira-kira Bowo ini, sulit mencari celah sensitif milik perempuan. Mungkin seorang suami biarpun sudah puluhan tahun hidup bersama tak pernah tahu atau memahaminya. Berpikir keras ia hanya ingat ibunya yang sudah meninggal. Dari berbagai perilaku ibunya ia mencoba menyamakannya dengan diri Ani.

Bila anaknya sakit, seorang ibu.....

Nah Bowo punya akal, itu adalah kerabatnya yang hingga kini masih dalam perawatan. Di bab satu dirinya yang harus pulang kampung ikut merawatnya. Kerabatnya ini mengalami gagal ginjal, bisa hidup normal tapi harus menjalani cuci darah dan tranfusi setiap bulan. Hidupnya hanya tergantung pada mesin cuci darah, sampai ajalnya nanti. Harus transplantasi tetapi biayanya sangat tinggi, biarpun ada BPJS itu cuma meringankan sedikit. Tak ada perintah cangkok ginjal dari dokter, sampai sekarang merana hanya perawatan saja. Yang jelas semua anggota keluarga termasuk Bowo siap-siap bangkrut karena kehabisan dana.

Hanya keajaiban medis saja yang bisa menyelamatkannya.

 Kenyataan bahwa Bowo memiliki masalah walau kejadiannya di kampung halamannya membuatnya jadi semacam perkara lanjutan terhadap Ani. Bila pun gagal itu malah lebih baik, berarti sejatinya mereka berdua tidak terhubung satu sama lain.

Maka Bowo mulai mencari perhatian Ani melalui SMS, itu semacam taruhan terkait masalah pribadinya, berikut pandangan-pandangan darinya terhadap masalah yang terus bergulir tanpa penyelesaian akhir.

“Kalau boleh saya menyatakan menyerah, saya pasrah bila dituntut dalam bentuk apapun dari pihak sampean sekeluarga.”

“Posisi saya mengganggu ketentraman keluarga Mbak Ani, sebenarnya ada jalan mudahnya yaitu menyingkirkan diriku selamanya.”

“Saya belum pernah menyingkir dari satu tempat bila itu hanya berurusan dengan perempuan, bahkan biarpun patah hati sekalipun. Biarkan saja perempuan tersebut menyakiti hatiku, itu bukan masalah untuk tetap melanjutkan sebuah profesi.”

“Saya akan menyingkir dari Yogya bila kios tergusur atau ganti pekerjaan. Nah bila keluarga sampean ingin menyingkirkan saya kan mudah, tinggal membuat kondisi saya seperti kena PHK misalnya. Tentu karena PHK saya minta kompensasi uang sangu, misalnya dari stempel saya bisa mendapatkan tiga puluh juta pertahun kan tinggal dilipatgandakan itu sudah cukup buatku mendirikan usaha di tempat lain.”

Beberapa SMS melayang ditunggunya sampai satu jam, tak ada jawaban.

“Yah uang segitu memang tak sedikit, tapi kan masih lebih mahal biaya resepsi nikah, biaya kuliah Mbak Ani di perguruan tinggi apalagi biaya membangun rumah baru.”

Bowo menyatakan demikian berdasarkan fakta. Ani menikah dan resepsinya dirayakan cukup besar mungkin biayanya paling sedikit seratus juta. Hasilnya sampai saat ini rumah tangganya meragukan. Kalau biaya kuliah jelas tinggi, tahun 2011 saat Bowo bertemu dengan bapaknya sudah disinggung tentang masuknya Ani di UGM melalui jalur undangan di fakultas Farmasi sebesar empat puluh juta.

Bila sekarang lanjut ke jenjang S2 sudah tercapai biaya ratusan juta. Sedangkan si Udin mendirikan rumah di halaman depan saat ini taksiran kasarnya paling sedikit tiga empat ratus juta.

Jadi bila keluarga tersebut memberi pesangon barang tiga sampai enam puluh juta, itu sudah sangat berhemat untuk mencapai tujuannya menguisr Bowo dari Yogyakarta.

Hasilnya mengecewakan, beberapa hari hanya Udin saja yang berkeliaran di sekitar kiosnya. Tak apa mungkin lebih baik Ani menghilangkan jejak, maka dilanjutkannya perkara ini sebagai pancingan atau memperpanjang masalah.

Beberapa hari kemudian Bowo melanjutkannya,

“Karena tidak ada respon yang cukup dari Mbak Ani, biarlah gantian saya yang akan memberi kompensasi. Betapapun sedikitnya pendapatan tapi hingga detik ini saya masih bekerja, nwn.”

Tetap Aninya ngumpet, berarti tak peduli di bagian cara penyelesaian masalah menurut versi Bowo. Cara seperti ini dilakukan untuk mengulur waktu, barulah setelah seminggu lebih disampaikannya inti masalah.

“Coba bayangkan ini resiko berhubungan dengan Mbak Ani. Bila sampai Mbak Ani memilih kembali pada suaminya saya remuk redam hati dan berantakan hidupnya, sangat menyakitkan. Bila sampai Mbak Ani memilih lelaki lain sebagai pasangan, saya patah hati kembali dan harapan hidup sulit dibangun kembali. Bilapun Mbak Ani akhirnya menyatakan hubungan diantara kita hanya pertemanan, saya tak berdaya hanya tinggal menurut karena itu soal hak pribadi.”

Soal waktu mengirim SMS berselang satu hari. Bowo menghemat kata-kata juga karena keterbatasan kemampuan. Soalnya satu SMS kadang memikirkannya cukup lama, ini semacam masalah ketinggian intelektual. Untuk Bowo yang kutu buku memiliki perbendaharaan kata cukup banyak makanya keluarga Bapak Jonan seperti menghadapi seorang yang sama-sama terpelajar.

Semua aksi bergulir di sekitar kios Bowo di eks kampus Stiekers. Bowo sudah menghindari rumah Ani, semuanya agar terbaca oleh keluarga tersebut bahwa ia sudah pasif, seluruh masalah terselesaikan sepihak darinya. Sayang anggota keluarga tersebut tetap mengusiknya di tempat yang relatif aman, yaitu kios stempel.

Esoknya setelah SMS seperti di atas Ani beraksi dengan pura-pura memphoto copy. Ah tidak, Ani memang bermanuver sekaligus mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di kios photo copy. Ia mencetak beberapa lembar hasil tugas kuliahnya, melalui sebuah flash disk.

Bowo tentu saja memantau pergerakannya di kios photo copy samping gang. Dari seberang jalan sebentar saja diawasinya Ani, yang terkadang menoleh ke belakang. Tentu memastikan Bowo memantaunya, soal ekspresi wajah tak terbaca karena tertutup masker, hanya matanya saja yang terlihat mengerling tajam menantang lawan jenis.

Bowo SMS,

“Wah muncul juga dirimu, tapi aku sendiri ada order, ini hendak berangkat juga.”

Bowo menunggu sebentar sebelum meninggalkan kios sampai aktifitas Ani selesai di kios photo copy. Benar juga Aninya setelah selesai dengan keperluannya segera keluar dan mengendarai motornya hendak menyeberang jalan.

Kesempatan Bowo mengikuti arah tujuan Ani yang rupanya juga kesulitan menyeberang. Bowo segera mengendarai sepeda onthelnya terus membayangi Ani di seberang jalan. Ada saja ia memanggil nama perempuan tersebut setengah berteriak, sesuatu yang tidak diperdulikan Ani.

Bowo terus membayangi Ani, pergerakan perempuan ini menjadi poin kebenaran SMS nya seharian yang lalu. Bowo diacuhkan itu sudah gayanya dari beberapa tahun yang lalu, hanya alur peristiwanya selalu sesuai dengan surat, pernyataan di SMS yang dikirim Bowo.

Akhirnya Ani berhasil menyeberang jalan, meninggalkan Bowo yang mencoba memanggilnya. Biarpun Bowo mengayuh sepeda anginnya tetap saja kalah cepat dengan Ani yang sengaja memperlihatkan diri untuk mendapatkan perhatian Bowo sebagai kelanjutan masalah diantara mereka berdua.

Bowo cuma meleletkan lidahnya setelah kehilangan jejak Ani. Ia sendiri harus menomorsatukan order stempel sebagai caranya bertahan hidup di Yogya yang cuma seorang pedagang kaki lima.

Seberapa besar pengaruh SMS dari Bowo bagi Ani?

Bowo membuat semacam pertaruhan. Respon-respon dari Ani adalah bentuk pribadi sebagai seorang perempuan. Inilah yang harus dimanfaatkan oleh Bowo sepenuhnya.

Malamnya Bowo SMS,

“Sebenarnya aku punya beban di dalam keluarga, mulai bulan agustus saat setengah bulan lebih menutup kios saya pulang ke Purwokerto, mendapati saudara kandung divonis gagal ginjal.”

Seperti biasa satu SMS dibiarkannya dulu, bisa setengah jam lebih. Jeda waktu ini merupakan siasat Bowo agar penerima SMS penasaran. Yang dikirim nomor yang diduga dipegang Ani, tetapi jelas juga terbaca seluruh anggota keluarga tersebut. Hal seperti itu mudah saja dengan koneksi ke group berdasarkan aplikasi yang terpasang di smart phone.

“Untuk berobat setiap kali cuci darah diperlukan biaya, biarpun porsinya kecil tetap saja aku ikut kena beban.”

Lagi diberinya jeda setengah jam.

“Dari tanggungan ini saja saya sudah tak berkutik. Bisa menabung di bagian apalagi? Jangan harap menjadi kaya, menyimpan berapapun bakalan tersedot ke biaya berobat saudara kandung saya.”

Urusan memelas seperti ini mungkin banyak menjadi senjata setiap pria untuk menaklukan hati perempuan. Mau tak mau pasti ditambah-tambahkan fakta agar si penerima SMS terpengaruh. Bowo tinggal melihat reaksinya besok atau lusa terutama terhadap perempuan yang hingga kini masih menjadi misteri baginya.

Ani memiliki jadwal kuliah, kemungkinan pagi sebelum berangkat ke kampus bakalan beraksi. Manuvernya kali ini sendirian, lebih berkaitan dengan nuansa hatinya yang terpengaruh SMS dari Bowo.

 Biarpun sulit pergerakannya kali ini dugaan Bowo tak meleset jauh. Ani muncul mengulangi aksinya yang kemarin. Lebih tepat berpura-pura? Soalnya langsung masuk kios photo copy samping gang. Motor Mio biru diparkir, sengaja melepas jaket dan diletakkan di setang sepeda motor. Serba biru, jilbab coklat, bermasker dan berkaca minus.

Bowo tak bisa menggambarkan karakter Ani dalam balutan gaun biru seperti itu. Hanya cetakan bodinya tak pernah bisa menipu mata Bowo. Pengamatan seperti itu sudah terjadi bertahun-tahun, ini sudah masuk tahun ke sepuluh.

Kebetulan Bowo juga hendak ke kios setting komputer. Ada order saat baru buka kios dan ia menjanjikan tengah hari bisa diambil. Tinggal mempersiapkan saja sepeda onthelnya untuk meluncur mengikuti arah tujuan Ani. Seperti hari kemarin kali ini pergerakannya manuver di depan Ani.

Tak lama Ani keluar, sebelum naik motor Mionya sempat merapikan gaun panjangnya, tak lupa kembali mengenakan jaket, pasang helm, tas ranselpun diletakkan di depan dadanya untuk mengurangi terpaan angin saat melajukan kendaraan roda duanya.

Saat itu Bowo juga perlahan menggenjot sepeda anginnya, tak berpura-pura karena tujuannya adalah ke kios seting stempel. Pergerakan yang wajar dan tak mencurigakan siapapun, tak tahunya ia sedang kejar-kejaran dengan wanita pujaan hatinya.

Tentu saja beberapa kali Bowo menengok ke belakang memastikan Ani melaju searah dengannya. Harapannya Ani bisa dipanggil dan kemudian berhenti untuk berbicara. Bila perlu ia bersedia saja mentraktir perempuan yang diketahuinya bergaya hidup kelas menengah ini.

Ani melaju tidak pelan, tak mempedulikan Bowo yang berusaha memancing perhatiannya. Bowo begitu saja ditinggalkan jauh di belakangnya, walaupun begitu tetap saja cukup berarti baginya. Bukankah perempuan ini melewatinya dalam jarak paling dekatnya?

Biarlah tertinggal toh Bowo punya tujuan tersendiri. Ia kini menyusuri Ringroad ke Timur menuju Kotagede ke kios seting stempel langganannya. Kejar-kejaran itu berakhir dengan kesan pembenaran atas pengaruh isi SMS-SMS nya selama ini.

Oh rupanya Bowo salah duga, ia tercengang ketika Ani melewatinya sekali lagi walaupun kecepatannya sangat tinggi karena motor yang lain hilir mudik saling dahulu mendahului. Berarti dari tadi sebenarnya dirinya dibuntuti oleh Ani di belakangnya.

“Ck Ck Ck.....sulit dihubungi tetapi tetap nyambung, nyebelin banget!” Bowo membatin sambil meneruskan perjalanannya.

Ini adalah fakta tentang Ani yang memberi perhatian karena misalnya sebagai lelaki yang memiliki tanggungan pengobatan saudara kandungnya. Sisi kewanitaannya muncul walaupun aksinya tetap dalam bentuk permainan yang cukup menguras pikiran dan mental.

Setelahnya seperti biasa Bowo bertubi-tubi mengirim SMS, pokoknya isinya romantis banget.

“Saya berterimakasih pada Mbak Ani yang telah banyak memberi perhatian padaku, tapi bagaimana saya membalasnya?”

Bowo coba menerapkan trik-trik jitunya.

Tapi itu semua anggapan Bowo saja benar tidaknya hanya berdasarkan dugaan. Rupanya hari-hari selanjutnya Ani yang benar-benar kena diakalinya. Buktinya berturut-turut muncul di sekitar eks kampus Stiekers mulai hanya sekedar lewat, membeli pulsa HP dan membeli makanan walaupun lokasinya agak jauh dari kios milik Bowo.

Setiap kali muncul beraksi selalu dikomentari Bowo melalui SMS. Tentu saja membahasnya dengan tema yang berbeda-beda. Di sinilah kemahiran Bowo yang sesungguhnya, perbendaharaan kata dan kalimat yang selama ini didapat dari bacaan-bacaan umum seperti koran, tak ada habis-habisnya menilai perilaku Ani. Sampai-sampai akhirnya Bowo mengirim SMS,

“Awas kalau kudatangi jangan lari seperti ketika kamu masih kecil ya!”

 Sekali ada Ani muncul melewati rumah kontrakan Bowo, cepat-cepat Bowo SMS,

“Bilapun Mbak Ani muncul di depanku, tetap sulit memastikan. Soalnya sering penampilan sampean dalam penyamaran.”

Fakta yang ada Ani muncul dalam jarak paling dekatnya dengan Bowo di sekitar rumah kontrakannya bersepeda motor jenis lain dari yang biasa dipakainya juga seluruh wajahnya tertutup rapat. Hanya sinar matanya dan cetak bodinya yang masih kuat dalam memori yang sudah melekat bertahun-tahun di otak Bowo.

Tapi Bowonya mungkin teledor juga mengirim SMS di awal bulan Mei,

“Sekarang Mbak Aninya tahu ya kalau Aku yang ngambek, nih ada nomor gak tahu pemiliknya siapa kujadikan pelampiasan, xixixi.”

Esoknya Ani lenyap tak hanya satu hari, bahkan seminggu.

Bowo yang merasakan sebuah kesalahan langkah telah terjadi, tapi sudah terlanjur. Raibnya Ani mencurigakan, firasat buruk bagi Bowo. Ini tidak biasa sehingga dugaan selalu mencapai kemungkinan buruk.

“Lenyapnya Ani seperti tahun 2017 seperti berkaitan dengan keadaan rumah tangganya yang tak jelas statusnya.”

Kemungkinan buruk seperti ini mengkhawatirkan Bowo setiap kali berurusan dengan Ani. Sangat sensitif karena posisinya adalah sebagai orang ketiga yang bahkan sudah masuk merebut hak milik orang lain. Posisi yang tidak wajar karena melanggar sekian banyak etika masyarakat, bagi Bowo semua itu ‘Saru’, dalam tanda tanya besar.

Bagi Bowo seolah Ani yang dihadapinya bersama seluruh anggota keluarganya sangat membela suaminya yang hingga kini tak pernah hadir di sekitar rumah keluarga Bapak Jonan. Menantu Bapak Jonan ini begitu dibanggakan, diberitakan berlebihan, dan Bowo merasakan sebagai musuh yang tak terlihat.....di belakang layar walaupun meragukan.

Soalnya bila benar-benar muncul, kemudian menuntut Bowo, langsung ia berada dalam posisi salah. Status hukumnya sangat kuat berada di tangan lelaki suami Ani. Resiko-resiko seperti ini tetap diperhitungkan Bowo karena fakta, Ani tak pernah diberitakan bercerai dari suaminya.

Bowo memutuskan mengirim SMS yang berhubungan dengan status Ani yang masih menjadi istri seorang pemuda dari Bali.

“Saya anggap Mbak Ani telah memilih, kembali pada suami atau telah punya pacar lelaki lain. Silakan bila hendak memperlihatkannya di depan saya, nwn.”

“Siapapun lelaki pilihan Mbak Ani adalah sama dengan saya, bakalan sakit hati bila kekasihnya direbut orang lain. Dalam hal ini saya mencoba berdiri sebagai seorang yang tetap menghormati rumah tangga sampean.”

Sampai di SMS beberapa masalah yang terkait pacar dan suami Ani tetap lenyap tak memperlihatkan diri. Bowo jengah sendiri, akhirnya membahas masalah lain. Itu berkaitan dengan Ani dan anggota keluarganya.

“Hubungan diantara kita sangat sulit, saya menyatakannya kandas, seluruh SMS hanya sepihak dari saya saja. Sebenarnya memang semua itu permainan sampean sekeluarga dan sangat menyenangkan untuk beberapa anggota keluarga sampean.”

“Saya menduga anggota keluarga Mbak Ani psikopat, saya mencurigainya sejak tahun 2016 dari berbagai aksi-aksi manuver keluarga Mbak Ani yang sangat menyenangkan dan memuaskan kejiwaan mereka. Dalam hal ini saya berada di posisi sebagai korban, saya baru menyadarinya satu tahunan ini.”

Selang sehari Bowo mengirim SMS,

“Saya akan tetap terpengaruh dengan aksi-aksi manuver dari Mbak Ani sekeluarga. Itu jelas mempu merusak mental seseorang, saya termasuk di dalamnya.”

“Kenapa tidak mencoba mempraktekan pada orang lain? Misalnya kepada pejabat, ulama, tokoh masyarakat untuk mendapatkan tujuan lebih besar. Bukankah itu semua bisa untuk menunjukan keluarga sampean mencapai kejayaan.”

Ada fakta yang didapat Bowo selama bertahun-tahun menghadapi keluarga Bapak Jonan.

“Melihat strategi permainan yang dikembangkan Mbak Ani sekeluarga saya tahu itu semua bertujuan mencapai sensasi menyenangkan yang akan memuaskan anggota keluarga yang psikopat.”

“Jadi apapun aksi-aksi dari diri saya untuk menyelesaikan masalah justru diproyeksikan ‘Gagal’. Jadi percuma saya meneruskan masalah ini!”

“Saya diam, pasif, pasrah, menyerah semua itu tak berlaku bagi sampean sekeluarga. Semuanya tak terbaca sebagai bentuk penyelesaian dari pihak saya. Hal tersebut terbukti hingga sekarang.”

“Untuk itu saya tak akan menghubungi nomor-nomor ini lagi kecuali hanya seperlunya saja, nwn.”

Bowo melaksanakannya beberapa hari. Ani tetap tidak memperlihatkan diri, paling Bapak Jonan dan Udin yang sekedar lewat depan kios Bowo acuh tak acuh.

“Justru ini bahayanya, keluarga ini sangat pendendam. Mereka bisa membuat skenario aksi dramatikal yang bertujuan menghancurkan mentalku kembali.”

Ini menjadi firasat di hati Bowo, inilah fenomena “Pergerakan yang senyap.”

Bowo tentu tak tahu skenario aksi keluarga Bapak Jonan membalas dendam, pasti ada. Cepat-cepat Bowo membuat keputusan, harus memutuskan hubungan.

“Keadaan tak bisa saya kontrol lagi, saya yang harus mundur dari masalah ini. Saya akan menghubungi nomor-nomor ini sekedarnya saja.”

Momentumnya tepat bagi Bowo, menjelang masuk bulan ramadhan. Bakalan sebulan penuh berpuasa, sekaligus juga mengurangi ketegangan dengan keluarga Bapak Jonan gara-gara masalah dengan Ani. Konflik yang tak terselesaikan, bukan sebuah prestasi baginya.

Esoknya Ani muncul berkendaraan Mio biru terbaca sikapnya seolah menyatakan tidak terima cara-cara penyelesaian dari pihak Bowo. Tapi Bowo sendiri sudah bertekad bulat mengakhiri.

“Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga kita semua mendapatkan ridhonya, Amin!”

Malam ramadhan pertama Bowo menyambut ibadah puasanya dengan sholat tarawih di masjid.

 

 

 

 

 

 

 

 

  BAB 10

       SEMAKIN SARU

Senyap.

Bowo diam, Ani ikut diam. Semuanya berhenti di bulan puasa.

Mungkin ini momentum untuk mengevaluasi diri sekalian beribadah di bulan penuh berkah. Berbagai peristiwa ganjil yang sering membuat Bowo berkerut kening juga lenyap.

Hal-hal ganjil itu misalnya adalah aksi-aksi Ani dalam penyamaran. Semuanya terhenti, seolah sudah selesai semua konflik baik itu dari pihak Bowo maupun pihak anggota keluarga Bapak Jonan.

Paling-paling hanya Udin saja yang lewat memantau.

“Semakin berbahaya!”

Firasat itu terbaca dari pergerakan Udin, walaupun memantau tapi di belakangnya anggota-anggota keluarga termasuk Ani yang raib tetap mencurigakan. Belum pernah keluarga ini melepaskan Bowo dari aksi-aksi menyerang mental.

“Tipe mereka menyerang, tak kenal idiom kalah, walaupun bila dibalas mereka juga tidak berdaya.”

Rujukan untuk keluarga ini psikopat, beraksi kamuflase menyerang mental. Dalam pengertian nyata orang-orang pelaku psikopat adalah pribadi yang sering menyiksa orang lain untuk memuaskan kejiwaannya. Yang diperoleh adalah sensasi-sensasi ketegangan jiwa dari akibat-akibat aksi yang mereka lakukan hingga korbannya menderita. Makin menderita makin puaslah mereka hingga menjadi adiktif atau ketagihan.

Aksi-aksi kamuflase itu terus dikembangkan mendasarkan pada pengalaman yang berulang-ulang. Sensasi menyenangkan yang diperoleh akan menagih untuk mendapatkannya berulang terus menerus.

Buktinya addalah Bowo sebagai korban terus diincar sebagai pelampiasan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Hanya untuk Bowo hal tersebut tidak terlalu mengherankan lagi sehingga menanggapinya tidak serius seperti tahun-tahun terdahulu.

Begitu lepas dari trik-trik jebakan yang dipasang keluarga Bapak Jonan maka rasa penasaran di pihak mereka sangat tinggi. Itu yang kemudian untuk pihak keluarga Bapak Jonan sepertinya hanya memiliki seorang musuh bessar, itulah Bowo yang mengidentifikasi dirinya sebagai Pendekar Saru.

Soalnya dilihat dari kaca mata manapun kedua pihak sudah saling melanggar aturan masyarakat. Bowo sendiri menyatakan dirinya bukan pihak yang benar atau baik. Tidak selesainya masalah hingga berlarut-larut itu berarti bukti kegagalan di pihaknya. Artinya melawan siapapun dari anggota keluarga Bapak Jonan masuk kategori aib, dan kata yang tepatnya istilah itu adalah SARU.

Untunglah biarpun ada konflik dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan hal tersebut tidak mengganggu kegiatan sehari-harinya. Tampaknya hal tersebut juga disengaja oleh keluarga Bapak Jonan. Mereka keluarga terpelajar hanya menyerang Bowo di bagian inti masalah, seputar hubungan dengan Ani.

Jadi tidak ada perusakan misalnya aset Bowo seperti kios stempel di eks Kampus Stiekers. Atau walaupun pernah diteror Udin tahun 2014 dengan pelemparan batu di kamar kontrakannya, hingga saat ini Bowo tidak terusik. Kamar kontrakan Bowo yang milik Mukijo ini begitu amannya, anggota keluarga Bapak Jonan tak pernah beraksi terang-terangan di sekitar tempat tinggal yang sudah dihuninya sampai lima belas tahunan.

Coba kalau sampai Bowo diganggu di rumah kontrakannya, bakalan ketahuan konflik yang terjadi selama ini. Jelas itu menjadi pertanyaan warga sekitar dan jatuhlah nama baik keluarga terhormat ini.

Senyap.

Bulan puasa ini Bowo tetap melakukan latihan rutinnya. Gara-gara Bowo berlatih Pencak Silat dan yoga maka untuk konflik yang dialaminya ia menyatakan dirinya sebagai Pendekar. Cuma mencatut komik-komik seperti Pendekar Bodoh, Pendekar budiman, Pendekar Mata keranjang karya-karya Asmaraman S. Kho Ping Ho.

Membaca fiksi seperti itu rasanya sangat seru, dibumbui pertarungan pendekar pembela kebenaran melawan penjahat-penjahat dunia hitam. Sedangkan yang dialami Bowo nyata, benar dan salah tipis sekali perbedaannya. Karenanya Bowo melakukan trik penyelesaian mengulur-ulur waktu. Semuanya hanya bisa dilalui hingga semuanya terhenti secara alamiah.

Sayang hingga tahun ke sepuluh ini konflik masih berlangsung, Bowo pun harus menyatakannya sebagai episode kegagalan yang pernah dialaminya seumur hidup. Ternyata bagi Bowo yang sukses itu adalah latihannya. Sekian puluh tahun di Yogya berlangsung terus, mungkin untuk fisik sudah mentok tapi kedisiplinannya menjadi poin kemenangan.

Kedisiplinan tidak berkorelasi dengan kesuksesan. Urusan cari duit nyatanya tergantung pada peruntungan berdasarkan posisi dan strategi. Posisi kios Bowo yang terjepit diantara dua kios lainnya sulit berkembang. Bowo bertahan mati-matian dalam persaingan yang sudah dimenangkan teman-teman lainnya sesama usaha jasa stempel.

Dunianya yang menyendiri adalah Pencak Silat dan Yoga, itu tak mungkin lagi dimiliki orang lain, termasuk pesaing-pesaingnya. Mereka tak paham bahkan mentertawakan latihan rutin yang dilakukan Bowo.

“Sia-sia, tak ada manfaatnya,” kira-kira seperti itu tanggapan mereka.

Biarlah.

 Bulan puasa ternyata tidak menyurutkan jadwal latihan Bowo. Kalau tetangga rumah kontrakan tahunya hanya kegiatan jogging yang kasat mata, soalnya beberapa kali berjumpa dengan Bowo saat jogging di beberapa rute yang sering dilakukannya.

Tanggapannya positif, tak ada yang bisa menyamainya. Tapi tetangga-tetangga Bowo ini juga aktif di olah raga lain, mereka umumnya berlatih rutin bulu tangkis. Tentu saja lebih baik untuk pergaulan dibandingkan kegiatan Bowo yang seorang diri.

Hari-hari tetap latihan, rutinitas berdasarkan jurus. Satu sesi dua jurus hingga genaplah sepuluh jurus wajib yang diperoleh Bowo saat masa kecilnya di kota Purwokerto.

Puncaknya adalah hari minggu, bulan Mei minggu kedua. Bowo menjajal rute jogging terjauhnya, Bundaran UGM. Jam tiga dinihari sahur sampai ibadah subuh. Minum kopi pahit sehingga menjadi doping saat jogging dimulai. Warga sekitar masih banyak yang sholat subuh berjamaah di masjid, atau kalau yang tak pernah sholat langsung tidur, nyaman sekali pokoknya.

Bercelana training, nyeker saja Bowo jogging. Mulai dari sepan eks kampus Stiekers menuju kampus UGM. Oh banyak saja orang-orang berkeliaran, terutama anak-anak. Mereka jalan-jalan setelah dari masjid dengan bawaan mercon kecil-kecil.

Di sini sebelnya Bowo, anak-anak itu menyalakan mercon kecil itu di tetngah jalan bila melewati kerumunan anak-anak. Bagaimanapun jantung Bowo tetap berdebar-debar ketika melewati mercon yang belum meldak. Dan saat meledak tetap kaget, tetap takut resiko sakitnya bila terkena ledakan mercon ke tubuh.

He He He jangan kira enak jogging setelah sahur. Perut tidak enak, sebentar-sebentar Bowo berhenti untuk mengurangi tekanan di perut agar stabil. Jadi selama jogging sebenarnya tidak sempurna. Tidak apalah, tak ada target waktu tempuh, Bowo melakukannya dengan senang hati saja.

Senangnya saat jogging, wah imaginasi Bowo bisa melayang-layang. Misalnya menyanyikan lagu barat pun bisa menghayati karena hormon endorphin timbul. Sensasi menyenangkan itu hanya bisa diperoleh oleh mereka yang rutin joging, bikin ketagihan.

Kalau dalam jurus jogging itu modal paling hebatnya melarikan diri, namanya jurus langkah seribu. Pokoknya bila saat terjadi perang, bencana alam tsunami maka Bowo bisa paling kuatnya lari jarak jauh.

Seru banget kan.....

Jalan Parangtritis, Jokteng wetan, Jalan Brigjend Katamso. Perempatan Gondomanan mencapai Taman Parkir Abu bakar, belok kanan jembatan kleringan menuju Kota baru, sampai Mandala Krida menuju Gramedia terus lurus sampailah di Bundaran UGM, finish.

Cuma itu saja?

No way, Bowo menuju Auditorium UGM di terasnya yang berlantai licin. He He He bak pendekar silat ia pun berlatih campuran jurus dan asana.

Eitt ternyata ada pasangan pacaran berlatih juga, senam aerobik mencapai kebugarran. Langsung terasa perbedaan jenis latihan antara Bowo dengan latihan pasangan lelaki perempuan yang anggaplah pacaran ini. Soal profil tak usah diceritakan, tak penting untuk isi novel ini.

Latihan pasangan pacaran ini lebih terstruktur. Gerakannya mulai dari yang ringan sampai berat terukur, menyesuaikan porsi tubuh. Pilihan gerakan bisa dirangkaikan menjadi senam dengan iringan lagu. Mungkin metodanya sudah ditentukan sesuai program yang didapat dari  dengan menggerakan otot seluruh tubuh ddan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Kalau Bowo berlatih?

Berlatih satu jurus seperempatnya saja sudah megap-megap nafasnya. Hentakan tangan dan kaki melakukan teknik jurus sebenarnya sangat menguras tenaganya dan itu artinya membutuhkan oksigen yang sangat banyak volumenya. Akibatnya satu jurus selesai Bowo harus berhenti sebentar jongkok untuk menstabilkan tubuh dan peredaran darah yang sangat dipaksakan.

Untungnya kemampuan Bowo diiringi dengan kelenturan tubuh hingga nafasnya tak tersengal-sengal seperti seorang pemula. Tampaknya seperti itulah bela diri, contoh yang jelas ada pada seorang petinju. Misalnya satu ronde tiga menit beradu pukul dan strategi harus istirahat.  

Sedangkan pesenam aerobik satu dua jam sambung menyambung tak perlu berhenti. Pembakaran kalorinya lebih utama, itulah perbedaan antara pesenam dan bela diri.

Kemudian untuk penempaan fisik, ini istilah Bowo sendiri untuk teknik-teknik pemanasan seperti sit up, push up, scot jump, berbagai peregangan yang membuat perut berkontraksi atau membentangkan kedua kaki selebar-lebarnya seperti dalam senam gymnastik.

Kalau untuk push up, sit up, scot jump coba saja lakukan sendiri-sendiri, bila pembaca langsung mampu melakukan 50 kali atau bahkan 100 kali.....Hebat!!!

Penambahan bentuk-bentuk peregangan itu membutuhkan waktu panjang bertahun-tahun hingga bisa berulang-ulang dari puluhan hingga ratusan menjadi pengalaman tersendiri yang bisa dibanggakan.

Dalam hal ini Bowo tidak mendapatinya dalam senam aerobik pasangan pacaran ini. Gerakan-gerakan yang dilakukan Bowo itu masuk gerakan beresiko tinggi cedera. Senam aerobik didesain sangat aman dan pengulangan gerak anggota badan sesuai ritme anatomi tubuh. Mungkin masuk estetika dengan istilah body language.

Makanya Bowo tak menyarankan orang lain mengikuti pergerakan yang dilatihnya. Sangat beresiko cedera dan berbahaya, bisa-bisa bila sekedar latah hanya menyakitkan tubuh. Berdasarkan pengalaman yang dialami Bowo memang demikian.

Untuk berbagai gerakan jurus dan asana yang melatih tulang punggung seperti sikap cobra, sikap onta, sikap belalang, sikap busur awal-awal melakukannya merasakan sangat sakit di seluruh tulang punggungnya. Bila sudah demikian Bowo terpaksa menghentikannya tak hanya satu dua hari bisa sampai seminggu.

Hanya karena latihan-latihan tersebut akhirnya membuat penasaran dan tertantang mencapai kemampuan maksimal maka diulanginya lagi. Apalagi untuk latihan asana ada janji dari berbagai buku literatur yang tujuannya ke arah spiritual.

Untuk Yoga Bowo menyarankan kepada orang lain untuk langsung masuk kursus kebugaran yoga. Dijamin lebih aman dan tingkatan kemampuan sudah terprogram. Cara Bowo ini hanya untuk diri pribadi, juga karena tidak ada yang mengakuinya sebagai seorang Yogi, pendekar atau atlet senam jenis apapun. Pergerakan Bowo senyap......

Ternyata walaupun setiap satu dua gerakan, satu dua jurus, satu dua asana berhenti karena tubuh harus menyesuaikan diri. Tetap saja Bowo lebih cepat menyelesaikan semua sesi latihannya. Jadi dari segi pembakaran kalori apa-apa yang dilatih Bowo lebih sedikit timbunan lemak juga susut. Karena itu jangan heran biarpun berlatih sehebat apapun seorang petinju misalnya di bagian perutnya tetap beresiko membuncit.

Di Jepang ada sumo, pegulatnya tak ada yang kurus kering. Bobot tubuh mereka selalu di atas normal itu sudah jadi syaratnya. Sumo tetap hidup lestari di Jepang karena petarungnya adalah bagian dari keagamaan Sinto. Makanya jangan heran pegulat sumo bukan Cuma cari menang di arena gulat tapi juga penuh dengan ritual-ritual tradisi yang harus dipatuhi.

Bela diri memang bukan untuk melangsingkan tubuh, tujuannya adalah menghadapi tindak kekerasan dari pihak musuh atau lawan. Soal dijadikan ajang prestasi olah raga itu sudah sangat diatur.

Pencak silat sendiri dalam perkembangannya kemudian memasukan unsur seni. Menjadi sarana hiburan dan pertunjukan yang kemudian menjadi nomor tersendiri. Hiburan itu ada di seni tradisional, pelengkap pesta pernikahan, pertunjukan atraksi seni debus dan lain-lain. Hampir semua daerah mengenal Pencak silat sebagai media seni. Sedangkan bentuk lain adalah menjadikannya sebagai tujuan spiritual dengan berbagai penghayatan kepercayaan.

Kalau Bowo berlatih.....senyap.

Sampai kinipun masih berlaku biarpun didera konflik berlarut-larut. Yah inilah Bowo dalam fenomena “Pergerakan yang senyap.”

Setelah selesai sesi jogging untuk menggenjot stamina, latihan campuran jurus dan asana di teras auditorium UGM, tinggal sesi selanjutnya, jalan-jalan.

Kalau dalam literatur kesehatan, jalan-jalan dalam jarak atau waktu tempuh lebih setengah jam mampu membakar kalori cukup banyak. Jalan-jalan ini mau dijadikan istilah apa Bowo tak peduli, menjalaninya sudah lama lebih tepat disebut keluyuran tanpa tujuan.

Hobi jalan-jalan dilakoninya karena keterbatasan finansial. Bowo menyatakannya sudah jadi bagian hidupnya sejak kecil. Keluyuran ini sulit ditinggalkannya, intensitasnya sudah berkurang apa lagi semenjak ia tidak mengasong koran di Ringroad selatan.

Sama dengan jogging manfaat yang diperoleh saat jalan-jalan adalah khayalannya melambung tinggi dengan gambaran demikian hidupnya. Mungkin hormon endorphin meningkat sehingga apa yang dikhayalkannya seolah-olah nyata. Selalu menyenangkan karena Bowo berimaginasi menjadi pribadi-pribadi super walaupun sangat fiktif.

Justru terkadang dari observasinya terhadap rute-rute yang ditempuh saat jalan kaki banyak menimbulkan logika kesadaran dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Misalnya saat di lembah UGM, ada mata air yang menjadi telaga untuk memenuhi kebutuhan kampus. Maka yang tergambar adalah logika tentang penyerapan air dari berbagai rembesan titik-titik air di sekitarnya yang semuanya berasal dari air hujan.

Jadi adanya telaga di UGM bukanlah kebetulan belaka, dan kampus ini mengusahakan perawatannya mati-matian agar tetap lestari hingga beberapa generasi mendatang. Lingkungan sekitaran telaga diusahakan steril dari bangunan dengan memberikan banyak tegakan-tegakan kayu keras penyimpan air.

Kalau keramaian hari minggu di UGM itu adalah Sunmor, semacam pasaran tiap hari minggu. Agenda kampus ini sudah puluhan tahun diikuti masyarakat sekitar. Jalan-jalan di areal luar kampus menjadi semacam pasar untuk menjual berbagai kuliner, asesoaris, beragam produk kerajinan dan lain-lain. Arealnya sampai melebar ke kampus tetangganya UNY.

Bowo Cuma nonton menghabiskan waktu tak pernah belanja apa-apa. Acara intinya memang Cuma jalan-jalan doang melelahkan kakinya. Dari lembah UGM menyusuri jalan lingkar mencapai UNY. Memutari selokan Mataram sampai di fakultas Peternakan. Kemudian menuju Jalan Kaliurang menyeberang mencapai fakultas Teknik hingga tiba di Rumah sakit dr Sarjito dan fakultas Kedokteran. Terus menerobos jalan kampung Sekip yang banyak asrama dan kos-kosan mahasiswa.

Hari itu sengaja jalan kaki mencapai Tugu Pal Putih. Nekat jalan terus karena tak mungkin mendapatkan bus kota menuju Jalan Parangtritis. Sampai di jalan Mangkubumi dan stasiun Tugu, di depannya sekarang jalan Malioboro sudah jam sepuluh.

Bowo berwisata?

Ha Ha Ha keramaian Malioboro sudah tidak mengherankannya lagi. Lebih tepat Bowo menjuluki dirinya sendiri sebagai penakluk Yogyakarta dalam segala acara yang telah diprogramkannya puluhan tahun ini.

Akankah Bowo juga berhasil menaklukan konflik yang kini masih membayangi dirinya terus?

Mungkin selamanya tidak berhasil, tapi dengan program latihannya ini seluruh tubuh menyesuaikan. Kemampuannya hanya sebatas mendekati agar konflik tidak merusak tubuh dan jiwanya karena banyak berupa serangan psikis.

Masih dipaksakannya jalan terus sampai Alun-alun Utara, jalan Ibu Ruswo, Plengkung Wijilan menuju Jokteng Wetan. Yah akhirnya sampai di Panggung Krapyak hingga mencapai rumah kontrakannya. Jam menunjukan sebelas siang, sudah kelelahan dan tegang badannnya walau dari segi kejiwaan malah segar.

Istirahat total walau ditanya tetangga-tetangga sekitar yang keheranan. Memang nyleneh urusan Bowo ini. Itulah keadaannya saat berpuasa di tahun 2018, dalam sebuah pergerakan yang senyap sebagai prestasi pribadi.

Hari senin seperti biasa Bowo memulai harinya dengan membuka kios stempel. Masuk minggu kedua bulan puasa, Bowo mengamati sekelilingnya......

Biar bagaimanapun kecurigaan dan kewaspadaan tetap tinggi, bila sewaktu-waktu Ani muncul.

Ah senyap.

Oh ternyata ada Udin memantau sekedar lewat, muncul dari mulut gang. Sebentar menatap Bowo sinis, setelah itu berkelebat cepat entah menuju kemana. Rasanya Bowo seperti diteror terus kegiatannya. Sulit kehadiran Udin diperkirakan. Bowo sendiri tak menjadikannya sebagai inti masalah semuanya bertumpu pada pribadi Ani yang lenyap begitu saja, sangat misterius.

Tapi sepertinya disengaja, seolah menjadikan bulan puasa ini momentum meningkatkan iman dan ketekunan beribadah karena menjadi bulan penuh berkah.

“Semoga benar-benar selesai.....”

Bowo rasanya lega bila mengucapkan harapan ini.

Bowo segera lupa semuanya ketika datang pengunjung memberi order stempel. Langsung dikerjakannya dari pada menganggur, toh siang nanti bisa istirahat dengan tidur siang. Ah nyamannya tidur siang disaat perut kosong karena berpuasa, dapat pahala pula.

Wah ternyata setelah satu stempel selesai sudah menunggu lagi stempel yang lain. Seseorang meletakannya begitu saja di etalase kios dengan sebuah nomor HP agar dihubungi bila sudah selesai.

Sampai tiga kali Bowo bolak-balik dari eks kampus Stiekers menuju Kotagede. Dengan modal sepeda kayuh tenaganya terperas hari itu. Lumayan pendapatannya tapi juga sangat kelelahan.

Jiwa Bowo bisa keras, sanggup mengatasi semuanya. Tapi fisiknya terbatas, sorenya setelah berbuka puasa ia berebah di tikar kosnya merasakan pergolakan badan yang tidak enak, terutama di area tenggorokan. Tanda-tanda flu muncul, setelahnya disertai demam tinggi.

Bowo pun ambruk hari berikutnya, walau bisa dipaksakan bekerja tapi gejala flu sangat menyiksanya. Dihantam obat pun virus-virus itu tetap tak tertandingi, pasrah sudah. Itulah perbedaan jiwa dan fisik, jiwa boleh keras fisik yang tak mampu mengimbangi. Sakit adalah adanya kesimbangan unsur-unsur jiwa dan fisik yang saling mempengaruhi. Bowo hanya manusia biasa.

                                                                        ***

Hari jumat sore Ani muncul dalam penyamaran. Profilnya teridentifikasi, berkelebat cepat mengendarai motor yang biasa dipakai Udin. Dari mulut gang langsung seolah-olah menuju kios Photo copy tempatnya dulu mencetak surat undangan pernikahan tahun 2015. Tapi hanya berhenti di depan kios, malah sedikit memperlihatkan bagian wajahnya agar terlihat jelas oleh Bowo dalam jarak tujuhpuluhan meter.

Coba saja pikir, bilakah Bowo mampu mengejar perempuan ini untuk mempertanyakan aksinya?

Terjawab, belum setengah menit saja Ani segera menggeber sepeda motornya menuju jalan lain kembali ke rumahnya.

Sudah seperti itu saja aksinya. Tapi inilah penampilan pertama selama dua minggu bulan puasa. Bowo sendiri puasa mengirim SMS untuk menyatakan sebagai penyelesaian sepihak darinya.

Ah  selama dua minggu puasa ada saja Bowo bertemu Ibu Jonan bersama-sama berbelanja di warung Mbah Ali. Boleh dikata berkeliarannya anggota keluarga Bapak Jonan di sekitar lokasi Bowo beraktifitas adalah bentuk manuver. Makanya apapun kehadirannya Bowo mengamati tingkah lakunya walaupun bakalan tampak wajar di mata orang lain.

Bila berbelanja di warung hmmm....cuma berbelanja sayur mayur di warung, apanya yang mencurigakan?

Bagi Bowo meniadakan masalah dengan Ani adalah mustahil. Berbagai cara sudah dilakukan, sampai detik inipun misalnya Bowo sudah tak pernah melewati gang sekitar rumah Bapak Jonan. Mestinya dengan caranya ini saja keluarga tersebut harusnya sudah membaca bahwa penyelesaian masalah selesai sepihak darinya.

Nyatanya anggota keluarga tersebut tetap berkasi, tak ada kata kalah saat berurusan dengan Bowo terutama hubungannya dengan Ani.

Menyerang, menyerang, dan terus menyerang.....bentuknya trik-trik skenario.

Salah satu trik tersebut berada di depannya saat Ibu Jonan berbelanja di warung Mbah Ali. Menawar sayur, menjauhi Bowo, tak tahu menahu urusan walau sebenarnya sudah puluhan kali bentrok perkara terjadi. Pura-puranya ngobrol dengan pengunjung warung yang lain padahal yang diajak ngobrol itu malah tetangga kamar kos Bowo.

Selama dua minggu puasa ada dua kali Ibu Jonan bermanuver pura-pura berbelanja di warung Mbah Ali. Perasaan Bowo,

“Mbok ya aku dilepaskan dari perkara, kalau dilepas aku yang berkomitmen tidak mengganggu mereka lagi,” itu pikiran Bowo saja.

Lagi-lagi dugaan Bowo aksi-aksi Ibu Jonan ini adalah memantaunya. Biasanya bakalan dilanjutkan dengan manuver aksi drama berdasarkan skenario tertentu. Bowo yang tidak bisa menduga kemana aksi-aksi seperti itu terjadi waktunya.

Bowo sendiri repot karena timbul pikiran-pikiran aneh gara-gara aksi Ibu Jonan di warung Mbah Ali. Keanehan tersebut bertambah dengan munculnya Ani dalam penyamaran di hari Jumat sore.

“Ini kemunculannya yang pertama setelah aku menghentikan pengiriman SMS sebagai penyelesaian perkara tepat sehari masuk bulan puasa.”

Bowo berharap-harap cemas, ini merupakan gejala adanya trik jebakan berbahaya. Selama ini Bowo menduga masalah berdasarkan gejala-gejala pergerakan aneh perempuan ini, begitu senyap penuh misteri.

Sulit menduga apa yang diinginkan Ani dan anggota keluarganya hanya berdasarkan mimik wajah datar perempuan yang muncul dalam penyamaran saat ini. Penasarannya itu yang akhirnya Bowo mengirim SMS walaupun hanya menulis kalimat salam.

Sabtu.

Pergerakan senyap terjadi, sebuah manuver dramatis teatrikal.

Ani mengendarai motor Mio biru yang menjadi ciri khasnya sejak tahun 2017. Awal tahun 2017 motor Mio ini seolah diperkenalkan pada Bowo dengan seringnya dikendarai Udin dan Jodi berkali-kali.

Bowo memandang lekat pada pergerakan Ani. Bergaun biru senada dengan cat motornya, berhelm, bermasker, berjilbab, dan berkaca minus. Ani memarkirkan motor di depan kios foto copy samping gang. Cara tersebut jelas sangat mengundang perhatian Bowo, refleks ia pun beranjak memantau Ani di seberang jalan.

Ani di dalam kios sama sekali tidak melirik Bowo yang berada di seberang jalan. Duduk sebentar di kursi menghadap layar komputer. Setelah itu mungkin sudah tercetak sebuah lembaran file dan cepat berdiri membayarnya.

Bowo pun cepat kembali ke kiosnya, menjaga Ani bila lewat menyeberang depan kiosnya. Oh sayang Ani biarpun mengendarai motor Mio nya rupanya berbelok masuk gang kembali ke rumahnya.

Bowo cepat-cepat mengirim SMS,

“Bila memang sudah waktunya silahkan beraktifitas di sekitar eks kampus Stiekers, saya menganggapnya sebagai hal normal berbagai keperluan sehari-hari.”

Gara-gara konflik yang terjadi seluruh anggota keluarga Bapak Jonan juga menampakan diri di sekitar kios Bowo. Padahal ini bulan puasa, tetangga lainnya yang tak bermasalah apa-apa sudah berkeliaran dari pagi hingga sore. Contohnya mencari takjil umumnya menjadi naluir kaum hawa. Begitu juga dengan Bowo, pergerakannya tak wajar karena bila normal tentu ia bakalan berbuka bersama di masjid sekitar.

Yang terjadi masing-masing pihak curiga dan mewaspadai.

Ani melakukan manuver tertuju pada Bowo, pergerakannya tak wajar. Tergesa-gesa dan cepat kembali menuju rumahnya. Bowo tak bisa menduga maksud dan tujuannya, yang jelas itu berarti masalah diantara mereka bergulir kembali dalam konflik adu mental.

“Mungkin minggu depan akan ada lagi aksi-aksi seperti ini,” Bowo menduga.

Makanya Bowo tak terlalu memikirkannya lagi.

Namun satu jam kemudian ia menyaksikan sesuatu yang sangat menyaktikan. Batinnya terpukul keras menggetarkan seluruh syaraf-syaraf tubuhnya. Bowo sadar emosinya meluap seperti air bah menjebol bendungan.

“Serangan mental!”

Di seberang jalan di mulut gang, sepeda motor Beat muncul dengan pengendaranya seorang pemuda berbaju putih berhelm rapat bermasker. Di belakangnya Ani dibonceng dalam balutan kaos ketat memperlihatkan keseksian tubuhnya. Tentu tetap tertutup jilbab dan helm serta bermasker.

Ani tidak memandang Bowo, sedangkan pemuda pengendara motor Beat sempat melirik tajam pada Bowo. Segalanya persis seperti kenangan lama Bowo di Oktober 2015 setelah paginya resepsi pernikahan Ani. Ah peristiwa tersebut terulang lagi....pemuda itu adalah suami Ani.

Posisi Bowo serasa sulit sekali, darahnya menggelegak dadanya berdebar keras. Luka di hatinya menganga lagi, ibaratnya peristiwa yang terjadi di depan matanya kali ini langsung menyobek pertahanan mentalnya, mengaduk-aduk seluruh perasaannya sebagai lelaki.

Inilah senjata ampuh seorang perempuan, seolah berlindung pada bahu lelaki dan kemudian membuatnya bersama menyerang orang lain yang tidak dikehendakinya. Pasti langsung membuat hancur hati lelaki yang menjadi tujuan serangannya.

Bowo tidak pernah siap menghadapinya, inilah kekhawatirannya selama ini.

“Berarti suami Ani sudah sebulanan ini berada di Yogya dan memantau diriku?”

Tak terjawab.

Kalau suami Ani berada di Yogya berarti dirinya tinggal menanti waktu diperkarakan lelaki yang memang lebih berhak memiliki Ani. Tapi juga semua itu menjawab pertanyaan yang terus membingungkan hati Bowo, “Kenapa tak selesai-selesai konflik ini?”

Jelas sekarang posisinya, dirinya adalah korban permainan dari orang-orang terhormat dan terpelajar karena untuk sebuah kebutuhan mendapat sensasi kepuasan jiwa anggota keluarga tersebut.

Sepuluh menit Bowo terkesima serba salah, akhirnya mengirim SMS,

“Lelaki yang memboncengkan mbaknya tadi suami sampeankah? Alhamdulillah berarti beliau datang sebagai bentuk penyelesaian semua masalah yang bergulir selama ini.”

Biarpun kalimat yang ditulisnya bagus tetapi hatinya tercabik-cabik. Ia tak bisa menerima begitu saja kalah perkara. Bowo yang bingung karena baru tahu sekarang bila suami Ani sudah hadir lama di Yogyakarta. Timbul berbagai prasangka buruk tentang lelaki suami Ani, itu tak terhindarkan.

Tapi tetap dicobanya menulis SMS lagi sebagai bentuk respon positif darinya,

“Tidak ada rasa benci apapun dari saya terhadap suami mbak Ani, kehadirannya malah baik, silakan bila hendak berbicara mencapai kesepakatan terbaik denganku.”

Bowo membuat semacam tantangan, tapi jelas tak pernah ada jawaban.

Pergolakan batin Bowo terus berlangsung, hari ini seluruh tempat di sekelilingnya adalah bara api. Sulit sekali ia mengontrol agar tenang hatinya. Namun ia butuh waktu untuk menurunkan ketegangan jiwanya.

Prasangka-prasangka buruk terus menggerogoti batin Bowo. Bahkan sore ini satu jam setelah menutup kios ada Ani melintas diboncengkan lelaki suaminya entah dari tujuan mana. Yang jelas motor Beat yang dikendarai suami istri tersebut melintas di seberang jalan sebelum berbelok masuk gang menuju rumah Bapak Jonan.

“Dengan demikian akupun menyatakan kebebasanku mulai hari ini, alhamdulillah....”

Bowo menulis SMS tapi hatinya remuk redam.

Malam minggu di awal Juni 2018 Bowo jatuh terjungkal untuk kesekian kalinya dalam masalah berhadapan dengan perempuan Ani. Itu semua melengkapi penyakit batuk flu yang diakibatkan tenaga terforsir di awal minggu sebelumnya.

                                                                        ***

Banyak hal tak terjelaskan, itu disadari Bowo. Bila terjadi serangan mental dari pihak Ani untuk memulihkannya butuh waktu lama, tak cukup satu dua minggu. Itu ditambah rasa penasaran dan gengsi, hatinya berontak tak mau kalah perkara begitu mudahnya. Ada hal yang membuatnya risih menghadapi perkara dengan Ani dan suaminya, sesuatu yang timbul dengan sendirinya, SARU.

Saru, sesuatu yang terjadi pada seseorang karena melanggar etika masyarakat. Ada yang dirusak yaitu tatanan tradisi kehormatan derajat yang dicapai seseorang. Dalam hal ini suami istri yang dihadapinya karena mereka menikah resmi. Artinya posisi yang sudah kuat hukumnya dicederai oleh Bowo. Terutama sekali berhadapan dengan sensitifitas seorang perempuan.

Sekarang Bowo mau apa, dalam posisinya bila ia memperkarakan Ani apalagi menggugat suaminya atau menggugat status pernikahan mereka.....Bowo tahu itu melanggar, saru sekali. Ini fakta yang terjadi di depannya yang nyata.

Begitu juga bila berperkara dengan kedua orang tuanya yaitu Bapak Ibu Jonan.Masyarakat hanya akan menyalahkannya karena kurangajar alias saru. Itu didapati Bowo ketika Bapak Sugiharto ketika mendapati keluhannya langsung menyatakan agar ia menghentikan semua perkara. “Sekali mengganggu Ani, kamu salah telah merusak pagar ayu,” yah itu pelanggaran adat Jawa yang sangat memalukan untuk dirinya.

Begitu juga Bapak Ketua RT di tahun 2016 sempat memperingatkannya,

“Lupakan Ani, ia telah bersuami dan mereka bakalan menempuh S2 di Inggris, kamu ini bukan siapa-siapa!!”

Dan puncak kehinaan Bowo adalah bentrokannya dengan putra Bapak Umar si Adi karena salah menuduh yang bila dilanjutkan bisa diperkarakan fitnah terhadap lelaki bertitel S3. Perkaranya karena Adi putra Bapak Umar telah mengawasi dan memantau serta beraksi memancing dirinya selama setahunan 2016. Hanya ada tanggapan,

“CUIH!!! SUDI!!!”

Semua menyalahkan karena tak ada bukti yang bisa memperkuat tuduhannya.

Tapi tetap ada aksi-aksi dari semua orang yang berperkara dengannya hingga saat ini. Bukti-bukti menunjukan berbahayanya trik-trik jebakan maut yang dipasang keluarga Bapak Jonan termasuk yang terjadi sekarang ini.

Sekarang posisinya semakin saru tapi tak bisa menghindar. Ada sesuatu yang didapatinya dari permainan yang dikembangkan keluarga Bapak Jonan. Sebuah sensasi pemuasan kejiwaan berupa tantangan untuk terus bertahan dari gempuran serangan psikis. Juga rasa penasaran, toh posisinya sampai saat ini belum kalah.

Nah inilah yang terus membuat Bowo berpikir, timbul berdasarkan naluri mencapai kebaikan semua pihak.

Satu-satunya jalan adalah mengirim SMS pada nomor yang diperkirakannya dipegang Ani walaupun jelas terkoneksi nomor yang lain sehingga bisa dibaca seluruh anggota keluarga Bapak Jonan, bahkan kini ditambah menantunya yang misterius tersebut.

Bowo belum pernah berhadapan langsung dengan pemuda suami Ani, inilah faktanya. Dipikirkannya dalam-dalam, fakta-fakta ini coba dijadikan kekuatan posisi tawar Bowo.

Yang tidak bisa dihindarkan saat berpikir tentang hubungan lelaki dan perempuan dalam posisi cinta segi tiga adalah emosinya yang meledak. Rasanya perseteruan antara dirinya dengan pemuda suami Ani bila mencapai tindak kekerasan bakalan diladeni.

Sayang SMS-SMS di nomor ini tak pernah berbalas, ini anehnya.

“Masa suami Ani begitu kuat mentalnya bertahan, sampai-sampai tak memiliki emosi saat kucerca dalam SMS?”

Bowo pun mencoba terus.

Sepanjang hari minggu setelah berlatih silat dan yoga ditambah jogging ria Bowo mengirim SMS,

“Melihat kondisinya saya memutuskan mengklaim Mbak Ani sebagai hak milik. Itu membedakannya dengan suaminya yang berhasil menikah mendapat selembar surat nikah karena hubungan suka sama suka. Hak milik ini seperti bapak terhadap anak, semuanya dikarenakan dari sejak menikah Oktober 2015 hingga saat ini Ani lebih banyak bermain dengan saya dibandingkan dengan suaminya.”

Pernyataan ini muncul berdasarkan bukti kuat. Tiga tahun berumah tangga Ani dan keluarganya lebih sering memancing keributan dengan Bowo. Coba bagaimana kebersamaan dengan suaminya?

Uh dihitung-hitung tidak sampai setahun mereka berkumpul, hanya genap di tahun 2016 saja itupun untuk pihak Ani menyakitkan karena mengalami keguguran dan terhambatnya pendidikannya di UGM.

“Saya senang bila suami Mbak Ani berperkara dengan saya, sangat terhormat karena sampean terpelajar dan bahkan diberitakan berpendidikan S2 di Inggris dengan prestasi internasional.”

Berbagai SMS dikirimkannya tertuju pada lelaki suami Ani dengan nalar tinggi menantang perseteruan salah satunya,

“Seharusnya suami Mbak Ani ini sudah membuat perhitungan jauh sebelum bermanuver. Sangat pengecut bila hanya bermain di belakang layar bahkan membiarkan istrinya sendirian menghadapiku. Saya tak akan menghormati lelaki semacam ini!”

Menjelang Minggu sore Bowo menulis SMS,

“Saya menilai manuver sampean berdua sebagai bentuk hak milik untuk menyerang mental bertahan saya. Bila perlu bahkan mencapai adegan seks....saya sebagai penontonnya.”

Bowo menyinggung hal sensitif ini, apapun posisinya tetap salah bila sampai merusak rumah tangga orang, tapi semua sudah terlanjur. Biarpun itu adalah skenario jebakan keluarga Bapak Jonan juga.

Bowo mengakhiri SMS jam 10 malam.

“Besok saya tantang Mbak Ani bersama suaminya bersama-sama muncul kembali dalam adegan yang lebih dramatis. Bila perlu sampai adegan hubungan suami istri. Saya ternyata kini mendapatkan sensasi menyenangkan yang sangat dahsyat dari aksi drama sampean berdua!”

Bowo sendiri malam itu sulit tidur, tubuhnya menegang berpikir keras ditambah prasangka-prassangka buruk terhaddap fenoemena yang dialaminya. Lawan yang dihadapinya tangguh apalagi bentuknya keroyokan karena dilakukan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Hingga detik ini posisinya masih dikeroyok dengan serangan-serangan psikis berbentuk drama teatrikal.

Hari Senin Bowo mengamati sekitarnya, sempat dikirimnya SMS ke nomor Ani.

“Coba cara ini mungkin adil untuk semua pihak. Saya mengklaim Ani sebagai hak milik saya karena faktanya lebih banyak waktunya habis bermain dengan pihak saya. Dalam hal ini bisa menjadi kewajiban suaminya untuk bermain lebih banyak dengan Mbak Ani agar perhatiannya tertuju pada sampeaan yang lebih berhak karena sudah berumahtangga. Bila cara ini berhasil saya tidak bersyukur tapi bila gagal apa boleh buat Mbak Ani tetap hak milik saya, nwn.”

Coba saja lelaki mana yang tidak akan beringas ditantang Bowo seperti ini. Kalau Bowo sih harus cari duit dari stempel, apalagi bila didatangi pengunjung. Segera ditinggalkannya kios untuk mengerjakan pesanan siang hari. Ia tak tahu apakah Ani dengan suaminya muncul atau tidak, atau juga anggota keluarga Bapak Jonan yang lain. Yang jelas sampai sore seluruh anggota keluarga Bapak Jonan lenyap tidak beraksi.

Kenapa semua itu terjadi?

Bowo mulai merasakan kejanggalan dalam peristiwa manuver aksi drama teatrikal Ani dengan suaminya. Semuanya sangat disengaja untuk menyerang posisi Bowo. Semua yang dialaminya seperti kisah inteligen walaupun hanya dalam lingkup kecil, persoalan rebutan hak milik perempuan antar tetangga, semuanya skenario menjebak Bowo.

“Saya tidak melihat suami Ani berposisi sendirian. Kedudukannya saat aksi drama teatrikal kemarin bukan pelaku utama. Saya nyatakan kemungkinan lelaki ini palsu, hanya sebagai pemancing meluapnya emosi saya.”

Bila diperhatikan baik-baik selama beberapa minggu di bulan puasa ini tak ada sosok lelaki yang seharusnya mencapai tingkat permusuhan dan pertikaian dengan dirinya. Suatu hal yang mustahil seorang lelaki yang telah beristri kemudian mengetahui istrinya diganggu Bowo bakalan berdiam diri. Bahkan dengan pengecutnya menyetir istrinya memancing emosi Bowo agar menyerang agresif kepada pihak mereka.

“Saya berharap sosok suami Ani berdiri sendiri menghadapi saya, karakternya selama ini hanya mengikuti skenario dari anggota keluarga Bapak Jonan.”

“Seluruh aksi drama teatrikal yang terjadi dari pihak Ani sampai saat ini masih berdasarkan kiriman-kiriman SMS beberapa bulan yang lalu. Saya meragukan seluruh aksi-aksi drama dihadapan saya itu keahlian sampean sekeluarga.”

Hari-hari selanjutnya seluruh anggota keluarga Bapak Jonan lenyap. Mereka menghilang seperti yang sudah-sudah, ketahuan bila skenario jebakan terhadap Bowo gagal.

Hari Jumat, saat Bowo ada keperluan membeli sebotol tinta di kios alat tulis sempat lewat di depan kios sioamay tetangga Bowo. Terlihat Ani sedang menyantap sepiring siomay dan menganggukan kepalanya terhadap Bowo.

 Bowo tidak menyangka ada Ani di warung siomay tersebut, tak mungkin mendatanginya apalagi ngobrol. Semuanya masih dalam perseteruan terselubung, belum terselesaikan. Lagipula ini bulan puasa, kalau untuk Ani mungkin dalam keadaan berhalangan sehingga bisa makan di siang hari.

Ah lebaran Bowo mudik di Purwokerto. Tetap dihubunginya nomor milik Ani walaupun hanya sepihak darinya. Tak lupa mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri minta maaf lahir batin.

BAB 11

     TELEPON GELAP

Kesimpulan Bowo konflik dengan anggota keluarga Bapak Jonan tak sampai mengganggu ketentraman warga sekitar. Hanya satu dua warga yang tahu tapi kemudian meragukan kebenarannya. Tidak ada yang percaya Bowo memiliki hubungan dengan Ani yang diberitakan terpelajar penuh dedikasi.

Bowo sendiri buta profil Ani sampai sekarang, ia malas mencari fakta-fakta tentang keluarga tersebut karena sebenarnya dari pihaknya pertikaiannya dengan keluarga Bapak Jonan telah selesai. Atau katakanlah dari pihaknya ia telah berusaha keras menyelesaikan. Soal hasilnya yah itu spekulatif, kemampuannya terbatas.

Sekarang Bowo kembali ke Yogya setelah mudik lebaran, menempati kembali kamar kontrakan yang sewanya sangat murah. Pemiliknya yang pemabuk Mukijo tak berdaya mengelola aset warisan untuk sekedar bertahan hidup.

Sama-sama bujangan dengan Bowo, menganggur, mabuk-mabukan dan pasif di lingkungan. Masa seumur hidupnya tak pernah mengikuti kegiatan di masyarakat kecuali kerja bakti, partisipasinya yang tertinggi Mukijo hanya terkenal sebagai penggotong jenazah setiap kali ada warga yang meninggal. Orang ini memang paling cepat tanggap membantu bila ada tetangganya yang meninggal, ini segi paling baiknya pemilik kos.

Soalnya pegangan hidup yang diamalkannya berupa tradisi ziarah kubur. Paling rajinnya ziarah ke makam kedua orang tuanya selalu dijalaninya, tak heran setiap hari selasa kliwon atau jumat kliwon lelaki yang hampir berusia setengah abad ini berziarah dengan uba rampe sesaji bunga setaman.

Agama Islam ia tahu materinya walaupun sedikit, misal soal alam kubur dan pendalamannya. Jadi Mukijo sering bertanya tentang bagaimana kondisi seseorang bila di alam kubur. Juga tetap dihafalkannya sepenggal ayat suci Al Quran surat Al Fatihah, “Sirathal mustaqim....”

Itu karena Mukijo tahu bila hendak menuju surga ia harus menyeberangi sebuah jembatan yang sangat tipis, sehelai rambut dibelah tujuh. Bila gagal siapapun bakalan terjerumus ke api neraka.

Untungnya orang-orang yang mengontrak kamar di rumah Mukijo jadi awet-awet. Seperti Bowo ternyata sudah tinggal sampai empat belas tahun, yang lainnya bahkan sudah lebih dari itu, sampai ada yang sudah beranak cucu.

Jadi kalau diperhitungkan Bowo ini sudah hidup paling nyamannya di Yogya. Mungkin inilah episode hidup manisnya sebagai perantau. Murah meriah dengan gaya hidup kelas teri, ini juga gara-gara kampus Stiekers sudah tidak aktif, rumah-rumah yang dikontrakan sekarang hanya menyisakan kaum pedagang dan pekerja kecil formal maupun yang serabutan.

Episode hidup paling rumitnya Cuma dengan cewek, masih terus dicobanya mencapai penyelessaian. Bowo baru satu hari membuka kios stempel setelah sehari istirahat total. Masih santai belum ada target mendapat penghasilan karena suasananya masih lebaran. Tetangga kios sesama stempel juga belum buka, paling-paling yang selalu buka karena tidak pernah libur itu kios koran sebelahnya.

Dan ketika seorang anak remaja keponakan Ani muncul dari mulut gang kemudian memphoto copy Bowo tak tanggap. Biarpun begitu ada pergerakan anak kecil tersebut yang sempat menengok dan mengawasi Bowo dari kios photo copy.

Bowo tak mungkin menjadikan anak perempuan yang masih sekolah SMP ini sebagai mata-mata. Bagi Bowo sungguh mustahil melibatkan anak ini dalam konflik yang terjadi, paling-paling perannya hanya membantu dengan memberi informasi pada keluarga Bapak Jonan.

Tapi tetap saja ini adalah permulaan.

Owww hari itu malah lumayan, biarpun santai ada seorang pengunjung memberi order tujuh stempel. Sangat tidak terduga untuk penghasilan hari pertama buka kios. Bowo mengawali hari dengan penuh optimis.

Sorenya saat pulang ke rumah kontrakan terlihat sepintas Ibu Jonan di gang menuju rumahnya sehabis berbelanja sayur mayur. Bowo tak perlu berpikir lama, peristiwa-peristiwa tersebut saling terhubung.

“Serang lebih dahulu, jangan sampai posisiku pasif. Paling tidak masalah tidak membebani diriku terlalu berat.”

Sebagai langkah pertama untuk mendahului beraksi dengan miscall nomor yang dipegang Bapak Jonan. Sementara ia menutup komunikasi dengan nomor yang kemungkinan dipegang Ani. Jadi strateginya adalah komunikasi dengan pihak orang tuanya.

Nomor milik Bapak Jonan ini sudah lama tak dimasukinya. Begitu nomor Ani masuk Februari pertengahan semua masalah tertuju pada satu nomor tersebut. Ada masuk nomor lain dimungkinkan dipegang Udin, ia tak pernah menggubrisnya karena dari segi manapun tak perlu melibatkan putra tertua Bapak Jonan yang sering membonceng perkara inti.

Udin terlibat dalam perkara tetapi lebih sering sebagai penjaga, pelindung dan pengeksekusi kepentingan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Lagi pula peran Udin sudah tidak siginifikan, masih memantau tetapi tak mencapai adu kekerasan. Terakhir pengawasannya terhadap Bowo saat ibadah jumat di bulan Februari bersama Jodi. Seolah mereka berdua hadir di masjid sebagai pernyataan berakhirnya masalah dari pihak mereka karena kalah perkara, jadi mereka berdua sudah menyampaikan salam perdamaian.

Yah seperti ini Bowo, harus menduga dan menafsirkan semua pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan, karenanya semua itu menjadi fenomena,

“Pergerakan yang Senyap.”

Ada istilah pembunuh senyap, ini sering dikaitkan dengan fenomena penyebab kematian tidak menular yaitu gagal jantung. Karena jumlahnya yang banyak dan sering tak tertolong penderitanya mencapai statistik tertinggi di Indonesia bahkan dunia. Begitu seseorang mengalami gagal jantung dalam hitungan detik tamatlah riwayat penderitanya.

Kalau masalah yang yang dihadapi Bowo versus Ani dan keluarga besarnya Bowo terinspirasi dari operasi pergerakan senyap pembebasan sandera oleh Kelompok kriminal bersenjata di Papua yang terjadi akhir tahun 2017 oleh TNI Angkatan Darat.

Anggota TNI bergerak melakukan operasi pembebasan sandera diam-diam, tak banyak provokasi terjun di kampung tempat penyanderaan berlangsung. Sandera terdiri dari warga kampung dan puluhan karyawan kontrak pekerja kontruksi jalan Trans Papua. Sergapan lebih tertuju pada penyelamatan warga tersandera bukan menyerbu anggota kelompok bersenjata tersebut. Ah silakan membaca artikelnya di surat kabar saja.....

Hari Minggu seperti biasa Bowo berlatih Pencak Silat dan Yoga. Tidak perlu jogging, ini baru permulaan kegiatannya di Yogya, masih penyesuian. Dalam konflik hari Minggu tak ada pergerakan dari siapapun, kemungkinan akan terjadi aksi manuver adalah besok di hari Senin.

Jadi ini waktu yang tepat untuk Bowo menyerang walaupun hanya ddalam bentuk statemen kalimat SMS. Alat komunikasi ini walaupun untuk pihak Bowo tak efektif tetapi ternyata merupakan titik temu berbagai aksi manuver yang terjadi karena banyak kejadian yang bergulir sesuai dengan pernyataan-pernyataan yang ditulis Bowo.

SMS pertama Bowo bagian intinya saja, banyak SMS-SMS yang berupa uneg-uneg Bowo atas masalah yang dihadapinya.

“Saya sudah menghubungi pihak keluarga bila nanti dari keluarga sampean bisa mencapai tahap perundingan.”

Jadi sekarang masalah yang dihadapi Bowo nanti bisa dilakukan antar keluarga besar walau sebenarnya Bowo hanya ngarang belaka. Dijelaskannya melalui SMS misalnya anggota keluarganya menyayangkan telah terjadi hal-hal yang aneh, menurut mereka peristiwa yang bergulir tak memadai untuk menjadi dasar adanya hubungan akrab antara Bowo dengan Ani.

“Sebab bukti-bukti yang ada hanya menunjukan tingkat hubungan ssaya dengan Ani sekedar pacaran, bahkan terlalu panjang waktunya karena tidak ada penyelesaian apapun.”

Terus Bowo menulis SMS yang berkaitan dengan hubungan antara dirinya dengan Ani. Besok ia akan melihat aksi-aksi dari anggota keluarga tersebut, bisa Ani, bisa Udin, dan bisa Bapak Ibu Jonan. Kalau Jodi setahu Bowo telah bekerja jadi tidak pernah terlibat aksi-aksi manuver keluarga tersebut.

“Berbagai SMS pada bulan puasa dari adanya aksi putri sampean banyak berupa pernyataan luapan emosi, saya minta maaf yang sebesar-besarnya.”

“Tidak mungkin menjadikan luapan emosi sebagai dasar pemecahan masalah, bagi saya paling idealnya adalah perundingan. Begitu juga dengan dugaan-dugaan dari pihak saya, sulit menjadi dasar pemecahan masalah.”

Untuk Bowo sendiri malam Senin benar-benar untuk istirahat, soalnya biarpun libur hari Minggu ternyata banyak saja aktifitasnya menguras tenaga, malam itu ia tak bermimpi apa-apa.

Paginya yang muncul adalah Bapak Jonan, tentu seolah-olah pergerakannya tak berhubungan dengan permasalahan yang bergulir. Juga tidak ada orang-orang di sekitar yang mengetahui kemunculannya bersepeda motor adalah bentuk-bentuk aksi dari komunikasi antara Bowo dengan pihak keluarga tersebut.

Yang menyebalkan muncul hanya beberapa detik kemudian langsung pergi entah kemana, semua orang pasti mengira akan menuju ke satu tempat penting karena mengenakan setelan batik resmi.

Satu jam kemudian Bapak Jonan kembali dari kepergiannya, sengaja lewat masuk gang kecil samping kios photo copy. Tak ada apa-apa kan.......

Iya iya.....Bowo mengakui, tapi itu membuktikan SMS nya mengena. Buktinya memang selalu tersamar dalam aksi-aksi drama teatrikal. Terkadang harus ditafsirkan karena berupa pesan-pesan tersirat. Itu susahnya membaca pergerakan diam-diam dari orang tua yang berposisi pengajar ini.

Bowo tak perlu berpikir lama langsung SMS,

“Pihak keluargaku meminta bukti adanya hubungan akrab dengan putri sampean, bisakah ada pertemuan bersama untuk mencapai kesepakatan?”

Setelah itu seharian Bowo SMS menjelaskan duduk perkara berdasarkan SMS di atas.

Hari Selasa Bowo meneruskan acaranya mengirim SMS, cukup banyak yang penting menyesuaikan dengan aksi-aksi balasan di nomor-nomor yang kemungkinan benar-benar dipegang Bapak Jonan.

“Seperti apapun keluarga saya mengidealkan suatu bentuk perundingan, entah bagaimana dengan Bapak sekeluarga?”

Tentu saja tak ada jawaban, Cuma ada aksi sepihak Bapak Jonan. Kali ini bersama istrinya berboncengan keluar dari mulut gang, dilihat dari dandanannya itu Ibu Jonan diantar menuju sekolah untuk mengajar, wuihhhh....Bowo tak tahu menahu tempat beliau bekerja.

Bowo pun ringan saja meneruskan SMS-SMS nya yang terus menyinggung urusan hubungannya dengan Ani. Bukti-bukti menunjukan kedua orang tuanya tidak keberatan, seperti ini tafsiran Bowo dari aksi-aksi Bapak Ibu Jonan.

Paling-paling yang tak ketinggalan ada saja Udin memantau, baik itu pagi hari maupun sore hari seolah-olah baru pulang dari pekerjaannya. Padahal setahu Bowo Udin ini hanya ada pekerjaan bila ada order borongan bangunan sesuai ketrampilannya.

Sampai hari Rabu, HP nya berbunyi. Ada telepon dari seseorang, Bowo langsung tahu itu nomor Bapak Jonan. Hatinya sudah deg-degan dengan dugaan buruk. Ingat Bowo sudah sekian tahun menghadapi aksi-aksi keluarga terhormat ini, ia tahu hampir tak mungkin mendapat sambutan terbuka.

Ini bukan karakter anggota keluarga Bapak Jonan.

“Hallo!”

Uuuts suaranya seorang lelaki muda, sangat tak diharapkan. Tidak ramah langsung mempertanyakan identitas Bowo.

“Sampean siapa, kenapa menelepon saya, ada masalah apa?”

Bowo geleng-geleng kepala, jelas itu bukan orang yang dimaksud sebagai pemilik nomor ini yaitu Bapak Jonan, gantian Bowo bertanya,

“Ini dengan siapa ya?”

Tak menjawab malah terus menekan Bowo,

“Memangnya sampean kenal dengan saya, berani-beraninya mengganggu kami!”

Sempat pemuda itu menyemprot Bowo,

“Sampean itu Cuma tukang stempel berani sekali dengan kami!”

Tapi setelah itu diam, malah terdengar sayup-sayup suara musik dengan lagu yang jelas menyinggung Bowo secara tidak langsung.

Bowo menutup pembicaraan, hal seperti itu sering terjadi. Ia tahu itu bentuk pengelabuan dari pemilik nomor, tapi bukan seorang yang dimaksud Bowo. Itu orang lain yang mengaku-aku pemilik nomor.

Ternyata dibel lagi, Bowo mengangkatnya kali ini terdengar suara perempuan pelan. Seperti suara pemuda yang pertama masuk perempuan ini langsung menekan Bowo,

“Sampean salah menghubungi nomor Mas, salah sambung!”

Bowo mendengarkan tapi tak peduli, semuanya hanya pengalihan masalah belaka.

“Nomor ini milik suami saya.....(tak jelas disebut), silakan langsung bicara dengan suami saya.”

Rupanya seperti terjadi penyerahan HP kepadda seseorang karena kemudian terdengar suara seorang lelaki. Bowo Cuma diam saja, malah meletakan HP di etalase kiosnya.

Biarin......

Akhirnya ditutup sendiri nomor milik Bapak Jonan.

Gantian Bowo yang ngebel,

“Hallo...., mana nih orang-orang? Kok pada diam?”

Berkali-kali Bowo bertanya, rupanya biarpun diangkat percuma penerima telepon tak mau bicara lagi.

Bowo pun membisu walau belum menutup biarpun tak ada suara apapun, padahal tadinya pihak penelepon sepertinya hendak mendakwanya sebagai pihak yang salah. Begitu mudahnya menuduh seseorang hanya dari komunikasi telepon.

Dikirimnya sebuah SMS,

“Siapapun pemilik nomor ini bila pihak saya mengganggu silakan dilaporkan pada pihak yang berwenang, kan bisa diperkarakan pidana!”

Dimiscallnya nomor tersebut, tak diangkat sama sekali. Seperti biasa diulanginya cara tersebut beberapa kali selang satu jam. Begitu seterusnya, terkadang ditambahi SMS untuk memperkuat pernyataannya.

“He He He bel dong Mas, ramai.....!”

Kegiatan Bowo Cuma itu saja seharian ini.

Sorenya dibelnya lagi nomor milik Bapak Jonan ini, diangkat sehingga Bowo mencoba berkomunikasi.

“Halo ini dengan siapa ya?”

Tak ada suara sahutan,

“Kok pada bisu, kemana orang-orang yang pagi tadi pada ribut?”

Tetap tak ada jawaban, Bowo pun menutup telepon dengan sendirinya. Kemudian dikirimnya SMS,

“Sejatinya karakter sampean memang seperti ini, Andalah oknum yang kumaksud.”

Dilanjutkannya SMS dengan tambahan,

“Benar dugaan saya, Anda adalah seorang gila tanpa gangguan mental.”

Setelah itu terus dimiscallnya sampai pagi hari setiap beberapa jam.

Esoknya.....semua anggota keluarga Bapak Jonan lenyap. Bowo terus mengirim SMS dan miscall sebagai tanda dirinya tetap memperkarakan anggota keluarga tersebut.

Jumatnya terlihat Bapak Ibu Jonan menampakan diri dengan berboncengan mengendarai motor, lewat hendak berangkat menuju ttempat bekerja. Tentu Ibu Jonan yang masih menjadi guru di sebuah sekolah, kalau Bapak Jonan hanya mengantar walau berbaju batik.

Hari Sabtu, hanya ada Bapak Jonan hilir mudik di sekitaran kios Bowo dengan berbagai keperluannya yang tak akan nampak mencurigakan bagi warga sekitar.

Sorenya di malam Minggu Bowo kirim SMS,

“Maafkan saya tidak paham dengan segala aksi manuver Bapak sekeluarga. Dengan ini saya mundur dari perkara ini, nwn.”

Berakhirlah aksi Bowo semingguan ini. Sampai seminggu ia tak berkomunikasi dengan nomor-nomor milik keluarga Bapak Jonan. Sedangkan dari pihak keluarga Bapak Jonan hanya ada Udin yang berkeliaran di sekitar eks kampus Stiekers, memantau sekaligus berjaga-jaga bila ada aksi balasan dari Bowo.

                                                            ***

Hari Minggu tentu saja Bowo berlatih, toh kegiatannya sudah lancar biarpun konfliknya dengan anggota keluarga Bapak Jonan tak selesai-selesai.

Ruko Perwita Regency tempatnya berlatih sudah berkembang. Hampir tak ada lagi kios yang kosong. Bowo berlatih mencari tempat pojok sepi, sebuah kios di tepi saluran irigasi. Terkadang tempatnya ini menjadi perlindungan gelandangan, tapi paling satu dua harri. Soalnya Satpam perumahan akan segera bertindak mengusirnya.

Bersusah payah berlatih, bersusah payah menyelesaikan konflik, komitmennya dalam mendalami materi latihan, ternyata seimbang dengan kesulitannya menghadapi benturan dengan anggota keluarga Bapak Jonan. Itu masih ditambah dengan pekerjaannya yang sehari-hari tak menjadikannya sampai kaya raya.

Dari semua kegiatan sehari-harinya akhirnya Bowo mendapatkan semacam kenikmatan. Itu seperti ketagihan alkohol, rokok, atau narkoba. Bila Bowo tak mengulangi aktifitasnya tubuhnya sakaw, menuntut terus untuk dipenuhi.

Modal untuk bisa menikmati latihan itu tubuh harus sehat, juga kejiwaan dalam keadaan stabil. Makanya Bowo menjadikan latihan yang rutin sebagai parameter psikis, sekali ada masalah yang menghantam mentalnya pasti segala latihannya berantakan, artinya jiwanya labil alias galau.

Masa galau terakhir itu di awal tahun 2018, peristiwa penolakan jodoh dari Ani terhadapnya dalam aksi-aksi drama teatrikal menghancurkan sendi-sendi rohaninya. Tadinya Bowo memperkirakan menghadapinya beberapa bulan, tetapi aksi-aksi dari Ani dan keluarganya malah cepat menyembuhkan sakit hatinya.

Nah sekarang biarpun konflik dengan Ani dan keluarganya belum selesai tetapi untuk segi kejiwaan sudah menyusut. Bowo pun menjalani hari-harinya dengan latihan penuh semangat, optimis.

Seminggu sudah Bowo tidak pernah mengusik nomor-nomor milik anggota keluarga Bapak Jonan. Sikap seperti itu sudah berlangsung lama, maksudnya adalah agar pihak keluarga Bapak Jonan tahu bahwa massalah selesai dari pihaknya dan agar hal tersebut terbaca sebagai sebuah keputusan.

Seminggu waktu tanpa ada konflik dijadikannya benar-benar untuk berlatih. Waktunya dipakai menggenjot fisik berlatih jurus ddan asana. Bila ada jeda istirahat sehari saja esoknya tubuhnya seperti menuntut, efeknya benar-benar membuat ketagihan.

Bowo bisa melampiaskan seluruh kekesalannya dengan berlatih. Sayang ada bagian kejiwaannya yang menuntut hal lain. Kodratnya sebagai lelaki selalu berimaginasi tentang perempuan, saat ini biarpun dari pihaknya bersikap mundur tapi itu tidak mengikat pihak Ani dan keluarganya.

Jauh di hati Bowo tetap ada perhitungan dengan Ani, entahlah hal tersebut terjadi jelas karena hubungan mereka sejatinya belum putus walaupun Ani sudah terikat janji pernikahan. Fakta ini tak bisa diusir Bowo dari hati paling dalamnya.

Dan seminggu saat sudah duduk di bangku membelekangi etalase muncul Ibu Jonan dengan seragam PNS nya dari mulut gang. Perempuan paruh baya yang merupakan belah pinang Ani dalam usia yang berbeda. Jelas hal itu seperti mempengaruhi jiwa Bowo, langsung seluruh masalah hubungannya dengan Ani seperti dibuka kembali.

Hati Bowo pun berharap.....sebagaimana latihannya yang telah membuat ketagihan maka hubungan atau konflik dengan perempuan menimbulkan hal yang sama, terkadang sangat menggelora dengan pernik-pernik tragedi.

Sesuatu ironi dibalik seksualitas, Bowo menyadarinya.

Kehadiran Ibu Ani jelas penuh dengan pesan-pesan tersirat. Tak mungkin meniadakan Ani begitu saja, ibunya adalah sosok wakil tersembunyi pemberian petunjuk tentang hubungan antara Bowo dengan putrinya.

Sangat kuat, Bowo diperintahkan tetap merajut kasih dengan Ani putrinya. Naluri keibuan yang diperlihatkan tak mungkin dilawan, bila perempuan sudah mengeluarkan bagian ini siapapun lelaki di dunia bekalan kelabakan, tak terkecuali Bowo.

Kegiatan Ibu Jonan sih biasa saja, wong Cuma menyeberang jalan menuju warung gudeg tetangga kios Bowo. Kegiatan yang tak akan mencurigakan siapapun karena semua orang juga melakukannya.

Bahkan biarpun Bowo mencoba menatap mata perempuan paruh baya yang begitu berwibawa saat itu tak terbaca apa-apa. Cantik, cerdas, penuh percaya diri karena berstatus lumayan di masyarakat. Pemilik waung gudeg yang sama-sama perempuan paruh baya itu juga tetap saja harus takzim tunduk padad beliau, tahu bila yang datang membeli jualannya adalah seorang priyayi putri.

Tinggal Bowo terdiam memikirkan peristiwa berlalu begitu saja. Semua adalah kelanjutan hubungannya dengan Ani yang tarlalu aneh baginya, Bowo tahu itu tak wajar tapi tak bisa menghindarinya.

Sementara Ibu Jonan dengan pergerakan bahasa tubuh priyayinya terus beraksi. Tetap tersenyum ramah, bahkan saat menyeberang dan masuk celah gang sempat bertemu dengan tetangganya ngobrol sebentar.

Beberapa jam kemudian Bowo terus memikirkan perilaku Ibu Jonan beraksi di depan kiosnya terkadang menyangkal sendiri bila pergerakan perrempuan ini sebenarnya tak tertuju padanya.

Ragu-ragu.....

Kalau sudah aksi-aksi seperti itu rasanya kesialan menimpanya. Tak ada pengunjung mendatangi kios sampai siang dan ternyata sekaligus kembali mendapatkan aksi sepihak anggota keluarga Bapak Jonan lainnya.

Di seberang jalan berhenti sebuah ojol. Penumpangnya biarpun begitu rapat tertutup jilbab, masker dan bergaun longgar tetaptak mampu menyembunyikan profilnya, itu Ani dari kampus.

Sama dengan ibunya Ani tak mau bertatap mata dengan Bowo. Terjadi transaksi sebentar dengan tukang ojol Bowo mengira pasti langsung masuk gang. Oh ternyata malah berbalik arah berlawanan, kali ini menuju warung makan padang.

Mungkin untuk bekal makan siang di rumah. Bowo yang terus terdiam menonton Ani beraksi dengan membaca pergerakan tubuh dan penampilannya. Begitu tertutup, tak akan terduga kehendaknya, wew Bowo Cuma garuk-garuk kepala karena memang gatal ketombe.

Setelah dibungkuskan nasi padang Ani melangkah pulang menuju rumahnya. Ketika berbelok di ruas jalan berbeda menuju rumahnya sempat melihat Bowo dari kejauhan. Itulah makhluk aneh yang terus melibatkan Bowo dalam masalah-masalah yang tak terselesaikan. Bagi Bowo bila pun berlanjut hasilnya nihil, membingungkan.

Bingung, ya akhirnya tangan Bowo meraih HP dan memencet tombol-tombolnya. Ia pun segera kirim SMS kepada nomor yang mungkin dipegang Ani. Bila sudah SMS ya ketagihan, berturut-turut SMS karena sudah terlanjur basah.

Hubungannya dengan Ani terulang kembali tapi cuma sepihak dari Bowo. Mencurahkan perasaan sayang terhadap Ani, huuuuuuu....Bowo sungguh gregetan.

SMS-SMS nya belum tentu ditanggapi, kecuali bila isinya berbobot tinggi. Makin puyeng Bowo memutar otak agar isi SMS nya bisa diterima Ani dengan bahasa aksi memberi perhatian. Tiga empat hari belum tentu perempuan pacarnya itu muncul merespon kiriman SMS nya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  BAB 12

      ADU STRATEGI

Memori Bowo tertuju pada peristiwa-peristiwa masa kecil Ani bersamanya. Ani mulai mempengaruhi kejiwaannya di tahun 2006, setelah gempa bumi meluluhlantakan Yogyakarta. Ah rumah Ani tidak hancur total, kuat konstuksi bangunannya hanya mengalami kerusakan di bagian belakangnya hingga menutupi gang samping rumahnya.

Di sekitar gang-ganga kampung tempat tinggal Ani dirinya berjumpa dengan makhluk mungil yang berperilaku aneh. Ani demikian ketakutan bila berjumpa dengannya, ya sangat takut.....takut.....kemudian berjingkat lari menjauhinya. Seolah itu histeria di bagian sensitif paling dalamnya aset genitalnya.

Kemungkinan hal tersebut menimbulkan sensasi aneh pada diri Ani, yang justru kemudian menjadikan hal tersebut sangat menyenangkan. Menjadikan peristiwa-peristiwa kecil itu berulang-ulang dengan menemui Bowo di beberapa tempat tertentu kios stempelnya.

Bowo menganggapnya gadis puber saat itu. Saat anak ini masih berseragam biru putih, berlanjut abu-abu putih, berlanjut jaket mahasiswa perhatian Ani menetap, tertuju pada dirinya walau beberapa kali juga kepergok pacaran dengan pemuda sebayanya.

Sangat menyenangkan mendapat perhatian begitu aneh dari lawan jenis, sensasi menyenangkan itu ada pada Ani. Terus mengulang-ulang pertemuan dengan trik-trik permainan demikian seru hampir mencelakakan Bowo.

“Semuanya tetap bagian genital Ani paling dalam, begitu sensitif hingga untuk mendapatkan kepuasan ia harus melakukan tingkatan-tingkatan pergerakan feminim mencari perhatian diriku.”

Begitulah Bowo merenung-renung, sulit menterjemahkan dalam kata-kata karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuannya. Tapi itu semua ada bukti dan pembenarannya. Kesimpulannya,

“Itu bagian dari perilaku seks, tak perlu mencapai hubungan kelamin sudah terpuaskan dengan menyerangku dalam permainan yang menggairahkan.”

Lucunya Ani mau saja berperan sebagai umpan menjebak Bowo. Bisa sendirian, bersama-sama dengan siapapun lelaki sebagai pacar, bersama bapak ibunya, bersama kakak-kakaknya membuat skenario drama teatrikal untuk disajikan di depan Bowo menghantam mentalnya.

Akibatnya Bowo sering merasakan isyarat bahaya, ancaman tindak kekerasan hingga memicu kewaspadaan tinggi. Mentalnya diaduk-aduk karena mendapatkan lawan tangguh, juga was-was terhadap orang tuanya karena melanggar aturan baik hukum maupun adat.

Ini perilaku seks nyleneh, tak semua perempuan memilikinya. Sadar tak sadar Ani melakukannya, mengulanginya untuk mencapai kepuasan pribadi, kepuasan yang sangat dalam, rahasianya ada di celah bagian genitalnya yang bila tersentuh akan membuatnya terpekik histeris kenikmatan.

Dan sebelum itu tercapai segala yang nampak pada Ani kecantikan, kelembutan, aksi-aksi yang memancing berahi, isyarat, bahasa tubuh yang harus diterjemahkan lelaki yang ditujunya. Permainan pun bergulir hingga sekarang, terkadang sadis penuh tragedi dan sangat menegangkan, Bowo adalah lelaki pelampiasannya.

Beberapa kali ada lelaki lain yang seolah berperan sebagai pacar atau suami Ani beraksi untuk memprovokasi Bowo. Jelas membuatnya bingung mengidentifikasi sampai beranggapan itu Cuma teman atau lelaki gadungan.

Seperti ituah Ani permainannya terus memanfaatkan orang-orang di sekitarnya. Bapak ibunya, saudara-saudara lelakinya, pacar-pacarnya, bahkan yang masih sulit adalah sekarang, status Ani sebagai istri seorang lelaki yang tidadk pernah muncul di Yogyakarta.

Apakah Bowo sendiri normal?

Bowo pernah mengalami dilema, justru dirasakan lebih berat dari pada berkonflik dengan Ani hingga sekaarang. Peristiwanya tahun 2009, saat itu ia menghadapi tiga perempuan di bawah umur sekaligus.

Dampaknya menghantam ke bagian perilaku seks yang nyleneh. Ia beranggapan posisinya adalah predator, kemungkinan ia adalah seorang paedofilia. Nyatanya sasaran obyek seksnya adalah perempuan-perempuan yang masih di bawah umur baik itu Ani, Sinta, maupun Dian.

Mungkin tahun 2009 hanya Dian saja yang cukup umur, baru lulus SMA. Sedangkan Ani menginjak bangku SMA dan yang membuat Bowo mengutuk dirinya adalah kelakuannya terhadap Sinta yang baru menginjak SMP. Terhadap Sinta bahkan ia mengakuinya masih saat anak ini berseragam merah putih.

Bowo sangat tersiksa mendapati dirinya mengalami orientasi seks yang menyimpang seperti itu. Ada gambaran perilakunya menjadi predator, selalu memburu kemana saja perginya Sinta.

Padahal anak perempuan ini sedang masa puber dengan penuh keceriaan. Pacaran dengan teman sebayanya, memberi perhatian pada lawan jenis dalam tingkatan emosi remaja yang sangat tinggi.

Maka terjadilah bentrok diantara Sinta dengan Bowo. Masa-masa seperti itu diiringi benturan dengan pihak Ani yang di masa SMA nya juga menjajagi pacaran dengan teman-teman sekolahnya.

Bowo ambruk di akhir tahun 2009, telah terjadi rebutan perempuan antara pacar Ani dengan dirinya, ditambah dengan aksi-aksi Ani yang dibekingi ibunya untuk menjebak dirinya agar melakukan tindak asusila pada Ani hingga kemungkinan bisa diperkarakan agar tersingkir dari lingkungan kampung tempat tinggal mereka.

Bowo lolos dari jebakan yang dipasang keluarga Bapak Jonan, tapi posisinya mendua dengan Sinta yang bertingkah melecehkan dan mempermainkannya....akibatnya?

Bowo mengalami kejutan karena mendapati dirinya berubah orientasi seksnya, ssangat nyleneh. Penyimpangan jiwa seperti itu makin membuat mentalnya hancur, sekali saja bertindak salah rusak nama baiknya di mata masyarakat.

Gelora seksnya mencari pelampiasan, itu pada Sinta yang paling dekat tempat tinggalnya, hanya bersebelah dua tiga kamar di rumah Mukijo. Sasarannya pada benda-benda sensitif milik perempuan. Paling kuatnya pada celana dalam yang sering dijemur milik Sinta.

Mungkin inilah masa-masa palingkritisnya Bowo pada urusan-urusan dengan lawan jenis. Kelainan seks itu diketahuinya disebut festisisme. Memburu Sinta bila berada di luar kamar, berkeliaran malam-malam di halaman rumah mencari dan mengambil celana dalam milik Sinta untuk dihirupnya agar tercapai sensasi seks yang kemudian dilampiaskannya.

Dahsyat sekali sensasi yang didapatnya.

Semua itu bisa dikontrolnya karrena kegiatannya yang lain. Latihan-latihan jurus dan asana terus dilakukan menyalurkan dan melelahkan otot-otot ditubuhnya hingga mencapai kelenturan maksimal. Tujuan hidup menjadi bervariasi tak hanya melulu urusan seks nyleneh dan perempuan-perempuan di bawah umur yang sedang dihadapinya, oh itu berlangsung hingga kini. Materi latihannya menjadikan Bowo memiliki modal mental menghadapi siapapun.

Sambutan Sinta sendiri juga mempaermalukannya, melecehkannya dengan berhubungan gonta-ganti pacar, justru cara Sinta tersebut menolong Bowo untuk segera menjauhinya. Tekad Bowo bulat, siapapun lelaki yang menjadi pacar Sinta harus dimenangkan, biarkan lelaki-lelaki itu menjadi milik Sinta selamanya, biarpun hatinya tercabik-cabik sakit hati.

Sukses.....

Tahun 2015 Sinta pindah rumah, alhamdulillah tamat sudah urusan memalukan paling sarunya edisi hidup Bowo. Tinggal menghadapi Ani yang terus melakukan trik-trik jebakan diiringi harapan perjodohan diantara keduanya. Sampai sekarang konflik dengan Ani belum selesai, biarpun Ani sudadh memilik suami.

Jika melihat sepintas orang lain hanya akan menyalahkan Bowo. Istri orang kok hendak direbut?

Saru!

Tapi kata saru itulah yang menjadi pengontrol agar hidupnya tetap pada koridor etika yang bisa diterima masyarakat. Di sinilah pegangan Bowo menegakkan norma-norma masyarakat agar tetap normal.

Tak perlu menjadi pendekar pembela kebenaran, cukup menjaga diri agar tidak bertindak senonoh terhadap perempuan itu sudah merupakan perjuangan, jadilah model hidup seperti itu sebagai ritual, “Pendekar Saru.”

                                                                        ***

Ani hanya muncul bila SMS-SMS Bowo memilik bobot tinggi. Bowo pun memeras otak untuk memunculkan kalima-kalimat sesuai kepribaddian Ani. Salah satu yang tak bisa dihindari pasti menuntut Ani dengan permintaan-permintaan yang aneh-aneh, sebenarnya wajar wong posisinya sekarang pacar walau tidak pernah kencan.

Jenis-jenis SMS bertema tertentu, berganti-ganti agar tidak membosankan. Satu yang disorot Bowo tentu kuliahnya Ani walaupun ia tahu samar-samar saja.

“Menarik sekali keadaan Mbak Ani, setelah beraksi dengan suami tetap bebas beraksi di depanku. Apakah kita bisa berbicara empat mata?”

“Bila berbicara dengan saya bisa saja urusan yang sedikit ilmiah, diskusi buku, topik-topik populer di masyarakat dll, semua itu menyesuaikan dengan minat Mbak Ani.”

Sumpah mampus bila pun Bowo ngobrol dengan cewek sampai seperti itu ajaib!!

Seumur hidupnya Bowo introvert tak pernah bicara panjang lebar dengan cewek, apalagi sampai merayu-rayu dalam suasana romantis.

Bowo terus mencoba mengirim SMS tema-tema yang menarik. Biarpun berbohong kan lumayan tidadk kehabisan bahan obrolan. Ia melakukannya berdasarkan imaginasi dan hasil-hasil bacaannya dari berbagai sumber, koran, buku, majalah tabloid dll. Kemudian diterapkannya menyesuaikan lingkungan dan pandangan mata gejala-gejala yang terjadi di masyarakat.

Reaksi Ani?

Seminggu ini Ani hanya muncul di hari Senin mengiringi aksi ibunya. Sampai hari Sabtu nihil, Bowo sampai kebingungan untuk membuat topik pembahasan melalui SMS.

“Sial!” Bowo membatin.

Kalau sudah seperti itu malam minggu sampai malam Senin Bowo menghentikan segala SMS untuk Ani. Waktu ini merupakan kesempatan Bowo melakukan kegiatan pribadinya. Herannya Ani juga seperti stop beraksi begitu hari selanjutnya. Seolah ia memiliki urusan lain yang lebih pribadi.

Bowo terkadang menduga Ani berkomunikasi dengan suaminya karena jauh lokasinya. Itu yang membuat hatinya perih penuh kecemburuan. Sayang untuk membuktikannya sulit sekali, tak pernah ia bisa mengorek keterangan dari mulut pacarnya ini.

Bila sudah beberapa hari tak berjumpa dengan Ani, pudar juga ingatan Bowo terhadapnya. Bahkan Bowo sering meragukan ia punya hubungan khusus dengan mantan pacar yang jelas meragukan statusnya ini, tak mungkin Ani begitu saja bercerai dengan suaminya, itu fakta.

Pacar gelap, itulah hubungan Ani dengan Bowo. Bowo yang merasa kurangajar alias saru karena merasakan hubungan seperti itu bukan hal lazim di masyarakat, bukan pada tempatnya.

Kembali ke hari Senini.

Ah biasa ssaja hari itu Cuma terlihat Udin memantau, hal yang membosankan bagi Bowo. Yang lebih sebal juga order stempel sepi, tetangganya saja yang hilir mudik ke kios seting komputer karena beberapa kali dikunjungi pemesan stempel.

Jam sepuluh, Ani muncul bersepeda motor ternyata langsung singgah di kios foto copy samping gang. Aksi Ani tak terduga bagi Bowo karena SMS nya seminggu ini tak mendapat tanggapan apa-apa.

Kalau Ani beraksi, ya acuh saja terhadap Bowo yang duduk di kursi belakang etalase kiosnya. Bowo yang termangu-mangu, mau menunggu apa membuat tindakan?

Cukup lama berpikir, satukeputusan diambil. Diambilnya sebuah nota kwitansi stempel untuk diperbanyak.Sungguh nota ini juga masih merupakan nota yang sama pada saat aksi di tahun2015, itu saat Ani menikah. Jadi keadaannya sudah lecek, cara ini tetap diulang-ulanginya untuk membalas aksi Ani.

Didapatinya Ani sedang duduk menghadap layar komputer. Ani sempat menoleh dan memandang Bowo sebentar yang datang ke kios. Menganggukan kepala tapi kemudian konsentrasi pada layar komputer. Tentu itu dari sebuah flash disk, sedikit Bowo mengamati, filenya penuh dengan keterangan bagian perbagian, jadi ada bagian 1, bagian 2, dan seterusnya.

Beberapa kali Ani membuka file bagian perbagian tersebut. Bowo sempat melihat adanya Ani bersama seoranglelaki bergandengan tangan, saling menyatu wajah, bersama-sama di sebuah lokasi. Mungkin itu bersama suaminya, tapi entahlah Bowo sulit memahaminya.

Tak bisa meniupu adegan itu memanaskan hatinya walau itu hanya gambar belaka. Tapi Aninya sendiri sepertinya sungkan dengan tindakannya, segera mengalihkan bagian lain berisi foto-foto saat masih SMA berombongan dengan teman dan gurunya.

Kalau Bowo tak lama menggandakan nota kwitansi, paling sepuluh lembar selesai sudah. Langsung bayar dan meninggalkan kios walaupun sempat beradu panddang dengan Ani.

Bowo kembali ke kios dan berharap Ani nanti melewatinya. Ah benar Ani akhirnya keluar dari kios foto copy, mengendarai motornya tapi segera masuk gang kembali ke rumahnya.

Bowo geleng-geleng kepala.

Sampai adzan dhuhur Bowo memutuskan pulang dulu ke rumah kontrakan. Tak ada pengunjung mendatangi kios seolah sudah diatur oleh sebuah skenaio misterius. Belum menyeberang Bowo melongo, Ani muncul kembali dari mulut gang, langsung menuju kios foto copy memarkirkan sepeda motor Mionya.

Bowo kelabakan sendiri jadinya, menunggu Ani atau terus pulang ke rumah kontrakannya. Walaupun kakinya melangkah menyeberang jalan berbagai pikiran melintas mencari sebuah keputusan yang tepat.

Bowo melangkah di dalam gang, terhenti sebentar kembali menuju mulut gang memperhatikan Ani di dalam kios. Aninya tahu saja kelakuan Bowo, acuh tak acuh.

Akhirnya Bowo SMS,

“Bisakah kita bicara empat mata sebentar Mbak?”

Diperlihatkannya tubuh di sekitar jalan agar Ani leluasa melihat dirinya. Ada setengah menit, tak ada respon. Bowo salah tingkah, kembali SMS,

“Kalau gak mau bicara, aku lanjut ke rumah Mbak buat shalat dhuhur.”

Benar-benar tak ada respon malah Ani duduk di sebuah bangku menghadap komputer serius sekali. Memang sih tangannya memegang HP dan jelas membaca kiriman SMS Bowo.

Bowo mundur lagi melangkah meninggalkan kios foto copy, melangkah tapi justru refleks kembali menuju kios foto copy, rasanya tak mungkin meninggalkan medan pertempuran tanpa hasil. Sebenarnya kelakuan aneh dan tidak wajar, tapi seperti itulah dunia. Ini urusan dengan cewek yang pasti membuat jengah setiap orang.

Bowo menengok kembali ke kios foto copy menunggu, berjalan lagi menyusuri gang lain kemudian kembali ke depan kios di mana Ani memphoto copy. Pokoknya aksinya benar-benar mencari perhatian Ani. Ada saja Ani saat dilangkahi Bowo menengok sebentar, mungkin sebagai cewek merasa menang.

Bowo nekat, ditunggunya Ani sampai membuat keputusan dengan mengirim SMS,

“Aku ini introvert Mbak, sebenarnya tak mungkin memulai obrolan langsung dengan sampean. Harap maklum!”

“Saya berada di belakang kios foto copy, di dalam gang. Silakan bila hendak menemui, saya siap menghadapi.”

Terjadi tarik menarik kepentingan, terbaca oleh Bowo Ani seolah meminta ditemui di kios foto copy langsung. Hal yang tak mungkin Bowo lakukan.

Saling menunggu.

Rasanya cukup lama ada lima menit, Bowo dibuat jengah bukan main.

Nah akhirnya Ani bergerak, meninggalkan kios foto copy menuju motornya yang terparkir. Bowo segera memperlihatkan diri agar benar-benar tampak di mata Ani. Berdebar-debar dada Bowo, hendak menuju kemana Ani kali ini.

Oh Ani menganggukan kepala saat sudah di jok motor. Berarti responnya positif, bukan penolakan. Bahkan saat menyalakan mesin dan kemudian bergerak pelan ternyata menuju gang di mana Bowo berada menunggu.

Langsung menyapa, tapi urusannya lari ke arah pembahasan lain.

“Bapak yang jual celana di sana? Bisa saya membeli Pak?” bertanya menunjuk dan tidak terduga alasannya.

“Bisa Mbak, mari kuantar sekalian memilih toh penjualnya sedang pergi ke masjid,” Bowo tangkas menjawab, biarpun yang dimaksud Ani penjualnya bukan dirinya tak mengapa ia yang komunikatif agar tidak mati langkah menghadapi cewek yang aneh sekali kelakuannya ini. Bowo yang memandu Ani untuk menyeberang jalan.

Ah kejadian awal 2018 terjadi lagi, bila dulu Ani beraksi menolak perjodohan kali ini Ani justru setuju berhubungan dengan Bowo.

Terkadang Bowo tak percaya akan hal ini, seperti inilah Ani dengan akal bulusnya selama bertahun-tahun masalah bergulir.

Bowo pun melayani Ani di kios celana kolor, tak ada pemiliknya karena sedang pergi mungkin shalat dhuhur. Sempat saja Bowo bertanya mengajukan keinginannya di SMS,

“Mbak bisa bicara berdua denganku gak?”

Huuuu tak digubris Ani, malah dengan gaya feminimnya menyodorkan uang serta celana pendek pilihannya. Ani pilih celana pendek berwarna merah muda, itu pilihan rata-rata favorit kaum hawa.

“Terimakasih Pak, saya minta maaf sebulanan tidak di sini, saya ada di Jakarta.”

Ani malah memberi semacam pengertian kenapa jarang muncul selama beberapa minggu ini, terutama di bulan Juni saat Idul Fitri.

“Ya Mbak terimakasih kembali,” menjawab Bowo mati kutu dengan cara-cara Ani yang tidak terduga.

Aninya melenggang pergi menjauhi Bowo mengendarai motornya cepat sekali, tak nampak berbelok menuju gang rumahnya. Yah paling ke ruas jalan lain baru berbelok, itu semua untuk mengelabui Bowo.

Kesan seperti itu beberapa hari ada di benak Bowo, dan kiriman SMS nya makin seru dengan berbagai kemungkinan trik-trik skenario yang selalu diwaspadai karena berbahaya dan sangat menjebak. Tapi tampaknya kali ini aman, lega jadinya Bowo.

Seiring SMS kirimannya Ani lenyap, baru hari Jumat muncul kembali. Kali ini di pagi hari, mungkin menyesuaikan dengan jadwal kuliah Ani. Hanya masuk kios foto copy, mencetak sesuatu kemudian menuju ke kampus. Caranya tetap beraksi di depan Bowo dengan melewati kios, tak ada pergerakan lain.

Bowo saja yang makin bertubi-tubi mengirim SMS, bertanya, bertanya dan menduga apa yang terjadi, sambil terkadang membuat keputusan karena merasakan isyarat trik-trik jebakan yang sangat mengancam posisinya.

Minggu selanjutnya Ani hanya melintas setiap pagi. Sulit sekali Bowo menyatakan kebenaran hubungan pribadi dengan perempuan yang tetap muncul dalam hidupnya. Memancing perhatian dan terkadang dengan tampil seksi sangat menggairahkan, benar-benar memicu berahi Bowo untuk segera mencari lubang kenikmatan miliknya.

Satu-satunya jalan untuk mencapai hal tersebut dengan menikah, tapi apa mungkin?

Bowo terus mengirim SMS membahas hal ini, bisa siang bisa malam. Tak pernah digubris, SMS-SMS Bowo tetap dianggap angin lalu.

Ada satu SMS nya merespon kemunculan Ani,

“Bila Mbak Ani muncul sekejap saja apa bisa menjadi dasar hubungan, kasihlah sekedar senyum sapa sehingga saya tahu kita masih berhubungan.”

Oh benar hari Kamis Ani muncul, memphoto copy sebentar saja kemudian melewati Bowo yang berada di kios, tersenyum dan menganggukan kepala. Sebuah aksi bukti tak menolak dari sejak remajanya terhadap Bowo.

Bentuk-bentuk hubungan seperti ini sangat rawan ditunggangi kepentingan-kepentingan keluarganya. Ditunggangi kakaknya si Udin untuk ditantang adu kekerasan, dijebak agar Bowo melakukan aksi tindak pelecehan terhadap Ani hingga kemungkinan bisa diperkarakan sampai tersingkir dari Yogyakarta, diuji kedua orang tua Ani dengan berbagai pembahasan masalah dari etika, moral, pengetahuan akademis, bahkan hingga tingkat keagamaannya.

Kali ini Bowo bingung, di mana suami Ani?

Bagaimana perannya selama tiga tahun berumah tangga, sampai-sampai tak pernah muncul di Yogya. Atau pernah muncul tanpa sepengetahuan Bowo? Juga seberapa banyak pengetahuan suami Ani atas aksi-aksi istrinya selama ini terhadap Bowo.

Apakah Bowo ini dimusuhi suami Ani?

Rasanya pertanyaan ini tak satupun terjawab.

Ah fokus Bowo tetap pada Ani dengan aksi-aksi sepihaknya, Ani adalah pacarnya baik itu sebelum menikah hingga kini sudah berumah tangga.

Salah.....itulah yang disebut saru, Bowo malah mengalami keadaan yang tak nyaman di hati ini.

Bahkan hingga Bowo terus mengirim SMS-SMS menyinggung berbagai topik yang menarik Ani lenyap seminggu kemudian. Bowo kelabakan, jelas ada sesuatu yang terjadi pada Ani, tak mungkin Bowo memantau rumahnya, sangat rawan dan berbahaya.

Bila sudah seperti ini Bowo mengirim SMS-SMS yang isinya adalah kemungkinan sudah berakhirnya hubungan diantara mereka berdua.

“Saya menghormati Mbak Ani apapun statusnya, bahkan lebih baik bila tetap mempertahankan rumah tangga selama ini.”

Atau SMS lainnya,

“Mau dikemanakan hubungan kita, bila bertemu cukuplah. Di mana Mbak Ani beraktifitas misalnya bekerja pasti bertemu jodoh. Untuk kita lama-lama pun bila jarang berjumpa pudar juga hubungan yang terjalin karena sudah takdirnya terputus alamiah.”

Demikian berturut-turut Bowo menyinggung dalam SMS-SMS nya, tak pernah ada balasan.

Hanya hari Sabtu Ani keluar dari mulut gang, bersepeda motor Beat dengan tampilan begitu seksinya. Mengundang berahi Bowo untuk merengkuh dalam kenikmatan hubungan badan mencapai klimaks.

Bowo hanya mengirim SMS,

“Tak apa kita pacaran tanpa kencan, tapi cobalah berkomunikasi walaupun hanya dengan simbol dan isyarat bahasa tubuh.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

    BAB 13

        Bencana Ranjang

Bulan Agustus 2018,

Bowo mulai mencari sesuatu yang ada di rumah Bapak Jonan. Telah berdiri sebuah bangunan rumah cukup besar di halaman depannya. Kabar yang beredar rumah tersebut diperuntukan untuk putra Bapak Jonan. Bowo menduga itu jatah untuk Udin putra pertama Bapak Jonan.

“Dari mana Udin memiliki dana sebesar itu untuk membangun rumah, tak ada kabar sama sekali. Bila Udin mendapat jatah tanah dan kemudian membangun dengan biaya sendiri ia pasti sangat membanggakan kemamapuan tersebut.”

Bowo tak bisa menghilangkan pikiran tersebut dalam hatinya. Rumah sudah jadi, tampak kokoh, tinggal dipasang kaca dan daun pintu rumah serta jendela, juga tinggal menunggu dicat. Bila itu jatah Udin, kemungkinan sudah ditinggali walaupun masih banyak sekali kekurangannya. Bowo memperkirakan untuk membangun rumah permanen seperti ini dana yang digelontorkan paling sedikit empat ratus jutaan.

Sekarang diketahuinya rancang bangun rumah tersebut menjadi proyek Udin. Bukankah tahun 2017 Udin hilir mudik keluar masuk kios foto copy membuat denah sebuah bangunan?

Tampaknya inilah rancangan Udin sebagai arsitek, cukup untuk menyatakan jika itu sebagai hak miliknya, tapi dananya dari mana?

Tahun 2018 tak ada kabar keluarga Bapak Jonan menjual atau berhutang Bank hanya untuk rencana membagi tanah rumah sebagai hak waris dari Bapaknya.

Bowo curiga.....

Bulan Januari 2018 terjadi penolakan jodoh, hubungan antara Bowo dengan Ani putus, harusnya selesai semua masalah diantara mereka berdua.

Saat itulah dimulai membangun proyek rumah ini, tadinya Bowo berpikir itu hanya untuk membuka halaman rumah yang telah dipenuhi pohon besar buah, rumpun pisang, dan beberapa tegakan jati.

Kini jelas sudah, itulah proyek besar keluarga Bapak Jonan. Semuanya demi seseorang yang dibela mati-matian keluarga tersebut. Inilah rumah yang dibangun menantunya untuk mempertahankan rumah tangga putri semata wayangnya.

Untuk semua itu Bowo harus dijatuhkan, dipermalukan, disingkirkan.....

Berbagai pemikiran silih berganti bentuk skenario. Berbagai ancaman bahaya terus dialaminya sepanjang tahun 2018 ini. Tak henti Ani membuat perkara bahkan sampai mengumpankan dirinya memancing hubungan terlarang seksual.

Bila ingat semua itu, panas dingin tubuh Bowo. Begitu berbahaya situasi yang dihadapinya. Semua pelakunya gelap tak terjangkau. Bila dinding tebal tak mungkin ditembus, tapi ini lebih dari itu. Ada oknum-oknum yang memanfaatkan kebuntuan konflik untuk menghancurkan dirinya, padahal Bowo bukan apa-apa di masyarakat.

Ah biar saja semua itu sudah, Bowo masih tergelitik dengan tingkah Ani di depannya. Ani masih menjadi pacarnya hingga sekarang, masih seperti yang dulu jauh sebelum menikah Oktober 2015.

Bowo masih mempertahankan hubungan dengan mengirim SMS pada nomor yang memang identik dengan pergerakan Ani menyambut cintanya. Tapi Bowo juga tak mungkin terus menerus berbalas kasih tanpa ada kepastian, baginya walau pacaran semuanya meragukan.

Makanya SMS nya juga mempertanyakan kelanjutan hubungan diantara mereka berdua.

“Apakah sudah waktunya hubungan kita berlanjut menuju rumah tangga, bila demikian berilah isyarat untuk memberi waktu melamar Mbak Ani.”

Tak ada jawaban juga Ani lenyap, penuh misteri.

“Bila lama Mbak Ani tidak muncul pudar juga bayangan dirimu di hatiku, terima kasih karena hal itu membantu diriku cepat melupakanmu.”

Begitulah Bowo dengan SMS-SMS nya, kebingungan tetap menjalin hubungan dengan Ani dalam kasih sayang sekaligus merasakan semuanya mungkin harus putus sampai disitu saja. Bukankah tidak ada kesepakatan apapun, semuanya hanya sepihak dari Bowo dan itu mustahil untuk mencapai biduk rumah tangga.

Bulan Agustus tentu HUT kemerdekaan Republik Indonesia, suasana sudah penuh acara peringatan dengan berbagai lomba memeriahkan berdirinya negara kita tercinta ini. Bowo masih menunggu hal yang tak pasti terhadap konflik aneh yang dihadapinya.

Awal bulan Agustus 2018,

Hari Senin, Selasa, Rabu nihil. Hanya Udin dan Bapak Jonan yang sesekali muncul, sulit sekali ditafsirkan. Kedua orang tersebut bukan jaminan pembenaran masalah, hanya memantau keberadaan dirinya di kios stempel.

Yang ditunggu Bowo adalah munculnya Ani, ternyata terjadi hari Kamis. Jam sepuluh pagi Ani muncul membawa tas besar bersama istri Udin. Sebuah mobil sedan hitam menanti tepat di depan kios foto copy. Mobil sedan sempat bergeser agar tidak mengganggu pengunjung kios.

Ani sempat memandang Bowo dengan raut muka yang sulit diterka. Kemudian berdua masuk mobil taksi online, mungkin Grab. Mobil melaju entah kemana....

Bowo cuma SMS,

“Mbak Ani, mau dikemanakan hubungan kita ini? Bila memang sulit diselesaikan lebih baik masing-masing mencari jodoh sendiri-sendiri, sampean nanti di tempat beraktiitas pasti bertemu dengan lelaki yang lebih sesuai.”

Beberapa SMS lainnya senada saja untuk menyatakan keinginan Bowo yang kebingungan dengan statusnya sendiri dalam hubungannya dengan Ani.

                                                                        ***

Sampai sore hari Kamis itu tak ada apa-apa. Begitu juga hari Jumat, hanya ada Bapak Jonan dan istrinya berboncengan motor menuju arah kota. Jelas suami istri sepuh ini menuju ke sebuah acara kekeluargaan.

Bowo putus asa, mulai menutup pembicaraan dengan tidak mengirim SMS lagi. Rasanya semua usahanya setengah tahun lebih ini sia-sia, tak mungkin melanjutkan hubungan dengan Ani, semua itu hanya fatamorgana.

 Hari Sabtu tambah sial saja buat Bowo, tak ada stempel mampir Bowo cuma seharian membaca koran milik kios tetangganya.

Eeehh jam dua siang keluar motor Beat Ani dari mulut gang. Penunggangnya lelaki mengenakan jaket mahasiswa. Motor Beat tersebut kemudian lewat depan kios Bowo seperti memantau dirinya. Ah biasa itu, paling itu kakak Ani si Jodi. Dugaan itu kuat tapi juga meragukan, soalnya berarti bila begini kemarin Kamis Ani bersama kakak iparnya menjemput Jodi. Rasanya itu logika yang tetap salah walau dipaksa membenarkannya.

Begitulah prasangka Bowo, tidak mencapai apa-apa bahkan sering salah dari dulu.

                                                               ***

Hari Senin 13Agustus 2018,

Seorang pemuda bermotor Honda Supra X merah keluaran terbaru memarkirkannya di depan kios foto copy samping gang. Ganteng bercambang kumis dan jenggot memenuhi pipinya. Berkaca mata minus membawa map, sangat terpelajar.

Motor yang dipakai itu biasa dikendarai Bapak Jonan. Bowo tidak mau berspekulasi, ia sabar menunggu pergerakan pemuda tersebut. Lebih penting tahu apa yang dikerjakannya dari pada mengira-ira identitas lelaki ganteng tersebut.

Memangnya Bowo bisa apa?

Semua masalah yang dihadapinya tidak ada yang sekejap bisa diselesaikan. Taktik Bowo hingga kini masih tarik ulur, Bowo tahu hampir tak mungkin menjadi pemenang menghadapi seluruh anggota Bapak Jonan.

Sepeda motor Honda Supra X merah itu milik Bapak Jonan dan pasti sangat istimewa pengendaranya karena diperbolehkan mengendarainya, pasti berkaitan sebagai anggota keluarganya.

Pemuda tersebut masuk kios setelah melepaskan helm SNI nya. Tidak bentrok mata dengan Bowo hingga sulit baginya membenarkan identitasnya. Langsung menuju meja komputer dan kemudian sibuk dengan file-file yang untuk Bowo jelas tak tahu karena tidak mendekatinya, juga buat apa karena baru kali ini muncul di sekitaran eks Kampus Stiekers.

Pengamatan Bowo belum membenarkan identitas pemuda ini, ragu-ragu karena sekali salah menduga akan fatal akibatnya. Bukankah ia telah pernah salah menuduh seseorang lain sebagai suami Ani di akhir tahun 2016?

Peristiwa tersebut diingat-ingatnya terus karena menjadi blunder di pihaknya, menjadikan dirinya bulan-bulanan ketololannya di hadapan warga kampung. Bahkan hampir diperkarakan dengan bentuk pengusiran karena berani memperkarakan orang yang bukan ditujunya.

Pokoknya salah.

Ada seperempat jam pemuda tersebut berkutat dengan layar komputer. Sedikit memperlihatkan diri agar sosoknya terlihat oleh Bowo yang sedang duduk di bangku sambil membaca koran, sangat disengaja.

Bowo justru meraba keadaan hatinya, tak sampai mengalami ketegangan. Jadi peristiwa yang terjadi di depannya tak akan bermasalah besar. Bilapun benar dugaannya pemuda ini benar-benar baru muncul beberapa hari saja di Yogyakarta.

Akhirnya selesai, pemuda tersebut keluar dari kios foto copy dan menuju motor milik Bapak Jonan. Memasang helm dan kemudian menggeber motornya entah menuju kemana. Pemuda tersebut menyulitkan Bowo karena tidak mengarahkan kerling mata sebagai tanda berperkara. Tapi pergerakannya itu tertuju pada Bowo karena seluruh tubuhnya secara metafisik memancarkan aura yang terasa bagi Bowo semacam perseteruan. Hal yang masih sulit diduga secara akal fisik karena membantah kurang bukti.

Bowo berharap motor yang melaju akan berbelok ke ruas jalan menuju rumah Bapak Jonan. Sayang menjauh menuju arah kota, gagal Bowo mengidentifikasi pergerakan motor tersebut. Tetapi tetap terjawab, pemuda tersebut masih terhubung dengan keluarga Bapak Jonan.

Seharian di hari Senin itu sepi, tak ada satupun anggota keluarga Bapak Jonan muncul, itu yang akhirnya meragukan bagi Bowo.

Selasa 14 Agustus 2018,

Kali ini Bowo benar-benar mengamati aksi pemuda bercambang lebat tapi ganteng tersebut. Bila muncul lagi sudah pasti itulah orang yang selama ini menjadi misteri diantara mereka bertiga, Bowo dengan Ani, Ani dengan suaminya, dan antara suami Ani dengan Bowo.

Biarpun samar-samar Bowo tahu ia adalah orang ketiga diantara suami istri ini. Samar-samar itu di pihak Bowo, sedangkan di pihak keluarga Bapak Jonan dan menantunya mereka tahu persis identitas Bowo. Itu melalui SMS, surat dan pergerakan Bowo menjadi jejak paling kuatnya.

Sebagian besar pergerakan Ani dalam aksi-aksinya menjadikan SMS-SMS Bowo untuk melakukan serangan mental karena ketahuan posisi dan kelemahannya. Misalnya saja Juni awal, Ani memunculkan lelaki yang kemudian berdua beraksi memancing kemarahan Bowo mungkin agar menyerang brutal agar mudah disalahkan. Sayang kemudian Bowo tahu lelaki tersebut hanya boneka sewa, tak ada pergerakan lelaki tersebut menyerang secara pribadi berperkara, itu artinya aksi palsu.

Oh tepat di jam sama dengan kemarin pemuda bersepeda motor Supra X merah milik Bapak Jonan muncul. Kejadian hari Senin berulang, Bowo tahu suami Ani sekarang turun gunung menyelesaikan masalah. Keberadaannya yang menjadi misteri selama ini terkuak, mau tak mau harus turun tangan agar Bowo tidak mengganggu istrinya, perempuan yang telah dinikahinya Oktober 2015.

Apakah Bow harus menyerangnya sekarang?

Tidak.

“Yang harus menyelesaikan secara pribadi adalah pemuda suami Ani ini, sedangkan secara kekeluargaan harusnya seluruh anggota keluarga Bapak Jonan.”

Bowo tegas membuat sikap.

Tiga tahun konflik bergulir, belum pernah Bowo menghadapi langsung suami Ani. Kenalan saja belum pernah, jadi disitulah Bowo tahan harga.

Maka dibiarkannya saja pemuda tersebut tetap menjalani kegiatannya menghadap layar komputer di kios foto copy. Tetap Bowo membaca isi hatinya sendiri, ternyata tidak menegangkan seperti benturannya dengan Ani dan anggota keluargannya.

Inilah anehnya.....

“Mereka tak mungkin akan membiarkan diriku, pasti bakalan bertindak. Buat apa aku mendatanginya, tunggu saja toh bukan aku penyebab dari semua masalah yang terjadi selama ini.”

Angkuh sudah Bowo dengan pendiriannya.

Berbagai pikiran terus bergulir, semuanya tertuju pada posisinya selama ini, hanya diseret terus dalam masalah Ani yang bukan apa-apanya lagi.

“Ani itu kan haknya pemuda ini, seharusnya lelaki inilah yang berinisiatif sendiri menerangkan masalah pada istrinya, baru stelah itu denganku!”

Pemikiran-pemikiran seperti itu muncul dengan sendirinya, sehebat apapun ia punya hubungan dengan Ani belum mencapai perselingkuhan, jadi Bowo merasa aman. Atau hal ini yang menyulitkan keluarga Bapak Jonan?

Logikanya kan kalau sudah selingkuh dialah yang bisa disalahkan. Dan bila selingkuh yang menyalahkan bukan hanya sumi Ani, keluarga, bahkan seluruh warga masayarakat duniapun bakalan menyalahkan Bowo.

Selingkuh, ketahuan warga ya jelas diberi sanksi. Bowo menolak hubungannya dengan Ani disebut selingkuh, yang tahu hubungannya dengan Ani bisa dihitung dengan jari. Terus argumentasi-argumentasi keluar dari otaknya, biarpun orang lain bisa menyalahkan pendapatnya tapi untuk Bowo pribadi ia membenarkannya agar posisinya tetap kuat karena kini berhadapan langsung dengan suami dari pacarnya selama ini.

Suami Ani sendiri akhirnya seperti kemarin beraksi sampai seperempat jam di dalam kios kemudian melenggang pergi mengendarai motor milik Bapak Jonan, tetap melengos tak mau bentrok mata dengan Bowo.

Oh akhirnya aksinya ketahuan juga, berbelok di ruas jalan yang jelas menuju gang rumah Bapak Jonan. Tentu di sana telah dinanti Ani karena inilah pertempuran yang harus dimenangkan oleh suaminya agar rumah tangga mereka tetap bertahan selamanya.

Bowo.....ia membiarkan semua aksi itu bergulir. Terus berpikir, berpikir mencari pembenaran posisinya selama ini.

Hasil akhirnya tetap, semua itu bukan kesalahannya, titik.

Kalau salah mungkin sejak lahirpun ia sudah minta ampun pada lelaki suami Ani ini atau bahkan minta dikembalikan ke rahim ibunya kembali agar terlahir sebagai lelaki jantan dan gentelman.

Rabu 15 Agustus 2018,

Sebuah mobil bak terbuka sudah dua kali parkir di seberang jalan depan kios Bowo, selalu di samping mulut gang kios foto copy. Pengendaranya Udin mengangkut material dan peralatan pertukangannya. Bowo selal menduga Udin ada order borongan, semacam proyek sesuai keahliannya sebagai tukang batu.

Satu  dua kali masuk gang, tampak wajar dalam situasi bekerja. Bowo tak mencurigainya karena cukup sering Udin melakukan kegiatan tersebut. Tentu itulah waktunya mencari penghasilan sama dengan Bowo yang berharap dikunjungi pemesan stempel.

Bowo baru mafhum itu bagian dari aksi drama teatrikal ketika Ani muncul dari mulut gang setelah Udin masuk gang lebih dahulu. Ani begitu tertutup segala bagian tubuhnya. Mengenakan gaun longgar panjang, berjilbab hitam, tertutup masker menyisakan kedua bola matanya yang tak mempedulikan Bowo. Satu tas punggung cukup besar untuk berbagai diktat kuliah dan tas jinjing kecil berlogo UGM.

Ani sendiri terus bergerak di tepi jalan, HP nya dimainkan yang langsung Bowo tahu pasti menunggu ojek online aplikasi yang biasa digunakan adalah Gojek. Biarpun begitu  tetap saja ada gerakan Ani yang begitu menggairahkan, sengaja tidak sengaja tertuju pada Bowo. Di tepi jalan sambil menjinjing tas kecil ia membuka lebar bagian dadanya.

Jadi bagian tersembunyi payudaranya yang mungkin terpasaang BH justru dibentangkan di depan mata Bowo. Tampak belahan payudaranya yang merangsang sekali. Tak mungkin Bowo melewatkan bagian sensitif yang paling menarik bagi lelaki dimanapun dunia ini.

Setelah ojol datang Ani segera naik diboncengannya, mungkin sesuai dengan tas jinjingnya yang berlogo UGM, pasti ke kampus biru sana.

Barulah Bowo tergerak mengirim SMS,

“Mbak Ani jarang muncul jelas makin pudar bayangan sampean dalam hatiku. Memang mungkin sudah waktunya kita berpisah mencari jalan sendiri-sendiri.”

Tapi kemudian diteruskannya SMS,

“Oh ya pasti Mbaknya ini mau ke kampus, silakan beraktifitas Mbak.....”

Bowo memberikan perhatian pada Ani, memang sulit memastikannya tetapi nomor yang dikiriminya kemungkinan kuat dipegang Ani.

Setelah kepergian Ani Bowo yang termangu sendirian. Ia tak paham dengan kejadian-kejadian yang berada di depannya. Sampaipun mobil bak terbuka berlalu dari samping gang Bowo tak tahu apa-apa. Tak mungkin mencari isyarat dari Udin yang memakai kaca mata penangkis matahari.

Satu jam kemudian barulah Bowo merasa betapa semua itu adalah jebakan!

Seorang lelaki yang dari kemarin rupanya memancing aksi dirinya muncul dari mulut gang memakai motor Mio biru yang biasa dikendarai Ani. Berarti gara-gara Bowo menghentikan SMS beebrapa hari kemarin sampai pemuda suami Ani beraksi tak dipedulikannya maka memaksa Ani muncul sebagai umpan.

Bowo terjebak mendapat tantangan langsung dari suami Ani yang sengaja beraksi di depan kionya langsung. Bowo memandang tajam lelaki suami Ani, kini ia tahu seluruh makud pergerakan keluarga Bapak Jonan.

Sekarang ia diadu langsung dengan menantu Bapak Jonan. Caranya selalu dengan skenario jebakan drama teatrikal, bahkan hanya untuk menyatakan dengan bahasa isyarat,

“........inilah lawanmu, hadapi!”

Bowo berdiri menantang otomatis, sikap perlawanan yang mungkin timbul karena dirinya adalah makhkuk berjenis kelamin jantan.

Lelaki suami Ani dalam pergerakan bermotor Mio milik Ani jelas menyatakan dirinya sebagai musuh. Cuma cepat meninggalkan Bowo yang tak mungkin mengejarnya.

Bowo paling-paling SMS,

“Benar-benar aku telah dijebak dengan Mbak Ani sebagai umpan, sekarang silakan bila hendak memperkarakanku!”

Bowo menanti, tidak ada apa-apa.

Tapi seperti apapun mentalnya runtuh, inilah serangan mental yang bagi jiwanya terkena sangat dahsyat. Benar-benar ia merupakan musuh bebuyutan keluarga besar Bapak Jonan. Ia adalah seorang yang harus dienyahkan dari lingkungan tempat tinggal keluarga terhormat tersebut.

Bowo mengeluh dalam hati,

“Ini episode paling sulitnya diriku seumur hidup, ternyata aku harus mengalaminya di Yogyakarta.”

Apa yang bisa dilakukannya sekarang, ia harus membuat tindakan penyelesaian walaupun posisinya sangat lemah.

Tak sengaja Bowo maju ke depan kios karena ada seorang pengendara motor hendak bertanya tujuan alamat. Saat itulah suami Ani lewat kembali membuat aksi tantangan, sekaligus kembali pulang ke rumah masuk mulut gang.

Bowo memandang tajam lelaki suami Ani, tahu segala profilnya. Berjambang lebat berambut ikal berkaca mata tebal minus sangat intelektual. Penampilannya bersih, priyayi menyatakan dirinya dari keluarga menengah atas.

Bowo merasakan seluruh syarafnya menegang. Kali ini benar-benar nyata kemungkinan adalah klimaks dari semua konflik selama bertahun-tahun yang tengah dihadapinya.

Menghadapi langsung suami Ani.....Hmmmm kenapa baru sekarang terjadi?

Bowo yang sulit mengontrol dirinya, emosinya naik dengan ribuan prasangka buruk. Yang pasti ia pun tahu betapa sakit hatinya makin  kuat. Jadi selama bertahun-tahun ia telah ditipu Ani, yang berpura-pura menerima dirinya menjadi pacar.

Semuanya ternyata adalah jebakan maut untuk terus memperkarakannya. Hanya untuk menghancurkan mentalnya bahkan mungkin tujuannya adalah Bowo mencari jalan pintas bunuh diri atau paling tidak menjadi gila.

Sangat berbahaya.

Bowo benar-benar mengeluh tak berdaya, sulit menerima nasib dirinya sebagai korban permainan, bahkan terpikir ia memang dijadikan tumbal rumah tangga Ani. Tapi ia harus menghadapinya apapun resikonya.

Bowo segera SMS,

“Baiklah saya sudah terlanjur terjebak, santai saja toh keberadaan suami Ani sudah jelas. Saya tinggal menjelaskan dan menyelesaikan perkara semampu saya, nwn.”

Bowo tahu sulit menerima secara ikhlas semua peristiwa yang dialaminya. Tidak hanya sekali ia mengerjapkan mata, air matanya runtuh karena semua tindakan tidak adil dari seluruh anggota keluarga Bapak Jonan.

Kios tempat dirinya mencari rejeki telah menjadi neraka, semuanya panas sangat menyiksa. Bowo sampai tak berani berbicara apapun dengan tetangga-tetangga kiosnya. Mereka tak tahu apa-apa, dan tidak mungkin ikut campur tangan segala permasalahannya.

Biarpun gerah hatinya tetap saja Bowo mencoba membuat semacam penyelesaian, caranya tetap melalui komunikasi HP setelah berpikir cukup keras. Aneh tapi nyata justru seperti ada petunjuk untuk terus menjalani benturan konflik tetap berada dalam kontrolnya.

“Kalau suami Mbak Ani sudah jelas keberadaannya saya siap mundur sebagai jalan penyelesaian. Silahkan menjalani rumah tangga sewajarnya di masyarakat.”

“Saya berharap Mbak Ani berumah tangga di Yogyakarta, itu untuk membuktikan konsekuensi selama ini menjalani pernikahan.”

“Bila hubungan saya dengan Mbak Ani mengganggu rumah tangga kalian saya bersedia membayar kompensasi, toh selama ini hubungan antara saya dengan Mbak Ani bila disebut masyarakat hanya tingkat pacaran, nwn.”

Begitulah Bowo dalam keterbatasannya menyelesaikan masalah melalui SMS. Hanya ini saja tingkat kemampuannya, justru mungkin di pihak Ani dan keluarganya Bowo akan menyerang ganas secara fisik. Itulah kesempatan mereka untuk mengeksekusi dalam tuntutan tindak pidana.

Hal itu sudah menjadi perhitungan Bowo. Justru biarpun emosinya meledak tinggi ia tetap mencoba mengontrol jiwanya, susah payah memang karena mungkin untuk menenangkan kejiwaannya yang bergolak dibuthkan bukan cuma satu dua jam. Mungkin sampai beberapa hari apalagi nanti masalah dengan Ani dan suaminya tetap bergulir entah sampai kapan.

Begitu jam lima sore Bowo cepat-cepat menutup kios. Tempat paling aman di dunia ini sekarang baginya hanya di kamar kontrakan, tempat itu tak mungkin disentuh anggota keluarga Bapak Jonan. Hanya akan membuat aksi-aksi berbahaya keluarga terhormat itu ketahuan warga sekitar.

Tapi untuk Bowo sendiri juga di tempat inilah ia mulai melancarkan serangan-serangan dengan berbagai pernyataan melalui SMS yang dikirimkannya pada nomor-nomor yang kemungkinan dipegang Ani.

Hanya ini satu-satunya jalan, Bowo tak punya pilihan lain. Modalnya kecil tetapi setahunan ini cukup efektif menyelesaikan masalah bahkan keluarga Bapak Jonan tahu Ani menyukai cara-cara seperti ini.

Sengsara sekali Bowo, tetapi tetap harus menyelesaikan perkara sewajarnya. Segala pengetahuan berdasarkan berbagai rujukan dan pengalaman dibuktikannya sekarang. Mulailah ia membuat pembahasan.

                                                               ***

“Salah satu masalah yang harus dipertaruhkan suami Ani adalah rumah yang hampir selesai dibangun di halaman rumah Bapak Jonan.”

Inilah pertaruhan suami Ani mempertahankan rumah tangga. Bowo melongo melihat betapa besar kepentingan menantu Bapak Jonan dalam melakukan spekulasi.

Harta, tahta, dan wanita...inilah pertaruhan menantu Bapak Jonan. Semua telah terjadi di depan mata Bowo, suatu keadaan yang untuk posisi Bowo di masyarakat tidak tercapai. Bowo yang perantau hanya menjadi pedagang keki lima di belantara kota Yogyakarta. Tidak sukses hanya cukup untuk bertahan hidup.

“Ck ck ck bila dihitung nominalnya sudah mencapai milyaran, yang kasat mata adalah bangunan rumah ini, dari materialnya saja sudah menghabiskan 300-400 juta.”

Itu belum perjalanan rumah tangga Ani selama tiga tahun ini. Biaya hidup, resepsi nikah, biaya kuliah baik untuk Ani dan suaminya, tiket pulang pergi Bali Yogyakarta dll. Hitung saja sendiri paling minimnya, tetap saja fantastis.

Sebuah pertaruhan tingkat tinggi bagi suami Ani dan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Tapi Bowo tidak peduli, tidak ada beban materi dalam konflik yang dihadapinya. Hanya sampai pada hubungan antara lelaki dan perempuan, cinta segitiga.

Bowo adalah pria idaman lain bagi Ani, itu saja.

16 Agustus 2018,

Tidak ada yang beraksi, Bowo bingung.

“Dari mana aku mulai membahas masalah?”

Sebenarnya Bowo berharap Ani dan suaminya langsung beraksi menyerang mental seperti yang pernah terjadi awal pernikahan mereka. Memang sangat menyakitkan jiwanya tapi itu lebih baik dari pada tidak ada penyelesaian.

Bukankah dengan tampil bersama suami istri menyatakan konsekuensi berumah tangga, dari bagian ini Bowo bisa lega. Berarti ia telah bebas dari segala konflik dengan Ani. Walaupun menyakitkan hati itu hanya akan berlangsung paling lama tiga empat bulan.

Setelahnya malah mungkin jodohnya terbuka, bisa mulai mencari perempuan lain dengan permasalahan yang berbeda. Syukur-syukur dapat jodoh dengan bobot, bibit, dan bebet lebih ringan.

Coba saja pikir Januari 2018 Ani menolak perjodohan dengannya. Bowo sudah menghitung beberapa perempuan yang mungkin bisa didekatinya akan masuk menjadi pengganti Ani.

Kan ditolak perempuan, selesai, ia bebas.

Ani yang bermain terus dengannya tahu keadaan itu. Sebagai pihak perempuan begitu menolak seorang lelaki bubarlah permainan yang dikembangkannya selama ini. Ani tak mau, kembali dari awal bermain api dengan Bowo hingga terus berlanjut sampai pacaran, hubungan yang sebenarnya sangat terlarang.

Setengah tahun pacaran Bowo merassakan ketidakwajaran, hubungan sulit dipertahankan. Dari sejak sebelum menikah Bowo selalu merasa hubungannya dengan Ani kandas. Beberapa kali diutarakannya melalui SMS, bila sudah demikian Ani akan muncul beraksi seolah-olah membuat komitmen.

Sekarang Bowo mengerti, suaminya sudah datang dan inilah puncaknya. Ia diadu langsung dengan lelaki yang telah menikahi Ani. Benturan sedang terjadi, dan Bowo menunggu kelanjutan perkaranya.

Hanya ada honda Beat muncul dari mulut gang, itu milik Ani. Sayang pengendaranya adalah istri Udin berboncengan dengan perempuan lain walau mirip Ani. Beberapa nasi boks ditenteng mungkin hendak dikirim kepada sanak familinya.

Berarti di rumah Ani sedang ada acara, Bowo maklum jadinya. Apa-apa yang dikendarai Ani sangat mempengaruhi jiwa Bowo. Di sinilah Bowo tergerak  mengirim SMS membuat pembahasan masalah. Bowo membuat kalimat pernyataan.

“Karena Mbak Ani sudah konsekuen berumah tangga maka dengan ini saya membuat pernyataan untuk mundur dari masalah, itu membuktikan bahwa sampean sebagai suami istri serius menjalani bahtera.”

Faktanya hanya Ani dan keluarganya yang selalu memperkarakan Bowo 2018, ini sudah tahun ketiga. Makanya Bowo mengarahkan pada relasi mereka sebagai suami istri.

“Saya menuntut apa-apa yang dikendarai Mbak Ani yaitu motor Beat dan Mio agar tak dipergunakan siapapun di hadapan saya lagi. Motor-motor tersebut selama ini digunakan mempengaruhi jiwa saya untuk berperkara dengan Ani. Hal tersebut bahkan telah digunakan suami Mbak Ani untuk menyerang mental saya.”

Lanjutnya,

“Motor-motor tersebut jual, uangnya gunakan beli motor baru menyesuaikan kebutuhan suami. Motor tersebut menjadi larangan sebagai konsekuensi Mbak Ani bila hendak mempertahankan rumah tangga.”

“Sebenarnya Mbak Ani bersama suami tinggal berumah tangga kemudian aktif memperkenalkan diri dengan warga sekitar. Bila sudah mendapat pengakuan warga tentu saya tersingkir dengan sendirinya, tak perlu bentrok dengan saya secara langsung.”

Beberapa kemungkinan dikemukakan Bowo melalui SMS, padahal untuk Bowo sendiri jiwanya kritis. Ia mengukur kemampuan mentalnya, seberapa kuat bila mendapat serangan mental terus menerus. Terkadang Bowo sendiri heran bila menulis pembahasan sedemikian rupa. Selalu ada petunjuk entah dari siapa untuk menuntunnya, sesuatu yang tak mampu dijangkau kemampuan manusia.

Inilah ajaibnya seorang manusia saat menghadapi masa-masa kritis, tiba-tiba selalu membuat tindakan penyelesian secara spontan. Padahal bagaimana reaksi dari pihak keluarga Bapak Jonan dan menantunya semua berdasarkan dugaan belaka.

Sejatinya inilah masa-masa berduka Bowo, kenyataan telah berada di depannya Ani sebenarnya telah mempermalukan dirinya tiga tahun ini dengan menjebaknya terus membuat hubungan terlarang. Padahal sebenarnya di lain pihak Ani tetap mempertahankan rumah tangganya dengan komunikasi yang intensif. Tak ada tanda-tanda keretakan hubungan suami istri ini, berarti dugaan Bowo selama ini salah total.

Ani....Ani, ya harus dibahas segala kelakuannya yang tertuju pada dirinya.

Sibuklah Bowo mengirim SMS, dari satu pembahasan ke pembahasan lain.

“Penampilan Mbak Ani sejak menikah adalah mutlak milik suami, karena itu saya menuntut sikap-sikap yang tertuju pada saya dihentikan. Ingat semua itu demi konsekuensi pernikahan sampean.”

“Sekarang bila tampil di depan saya harus diubah, penampilan yang kumaksud adalah sebagai ibu rumah tangga, mahasiswi, wanita karier dll.”

Kemudian tambahannya,

“Oh ya jangan lupa bahasa tubuh Mbak Ani, ubahlah semua tertuju pada suami sampean, keutuhan rumah tangga kalian berdua adalah segala-galanya, nwn.”

Memang rumit-rumit pernyataan Bowo, tetapi selama ini masalah bergulir karena bahasa tubuh Ani yang harus selalu diterjemahkan. Nyatanya terbukti ia banyak salah paham.

Reaksi dari SMS-SMS nya terjawab sore hari sebelum menutup kios. Suami istri tersebut muncul dari mulut gang berboncengan menuju arah kota Yogyakarta. Ani bergaun putih biasa saja, dan yang pasti mukanya juga tertutup jilbab melengos hingga matanya tak bentrok dengan Bowo, menghindari pandang karena sinar mata pasti memancarkan aura paling dalamnya yang feminim.

Itu berarti SMS nya cukup efektif membuat penyelesaian masalah. Makanya malam tujuh belasan Bowo menghentikan SMS agar semua pihak bisa menurunkan ketegangan. Lagi pula ada acara tirakatan HUT Kemerdekaan RI di setiap wilayah RT.

Bowo menghindari acara ini, kemungkinan bakalan dihadiri beberapa anggota keluarga Bapak Jonan. Terutama Udin yang akan mengawasinya karena dirinya adalah obyek penderita seorang psikopat.

Jumat, 17 Agustus 2018,

Renccana Bowo hanya setelah ibadah jumat baru buka kios stempel. Makanya ia bersantai ria di kamar kontrakannya sampai menjelang waktu sholat jumat.

Bowo tetap memiliki pergerakan, inilah waktunya memantau rumah Ani. Membaca situasinya dan bila mungkin berhadapan dengan suami Ani, apapun resikonya.

“Kenapa aku harus tersingkir dari Yogya, apakah bila tersingkir suami Ani menjadi berhasil mendapatkan Ani sepenuhnya?”

Sekarang Bowo mendapat sebuah inti masalah, semua harus dibuktikannya. Caranya ya hari jumat ini, berangkatlah Bowo menuju masjid melewati rumah Ani.

“Bila suami Ani ini orang Madura maka ia akan maju carok demi kehormatan karena sudah tahu istrinya diganggu olehku.”

Suami Ani adalah orang Bali, pernah diketahuinya berbicara dengan bahasa Jawa. Jadi sangat mudah beradaptasi dengan masyarakat Yogya. Itu saat Bowo memantau Oktober 2015 menjelang pernikahan mereka berdua di halaman rumah Ani ini.

“Kenapa tidak berbaur dengan tetangga sekitar dari sejak menikahnya?”

Bowo makin tercengang dengan fenomena suami Ani. Dilangkahinya gang-gang sempit menuju rumah Ani, sebenarnya dari sudut pandang Bowo rumah Ani demikian terpojok, tidak menarik dari segi komersial.

Tak lama hanya lima menit ia sudah berada di belakang tembok rumah baru yang belum selesai dibangun. Terdengar deru motor dan suara dua orang lelaki berbicara, lamat-lamat terdengar....

“.....cepat cegat Bowo bila lewat gang ini!”

Itu suara Udin kepada suami Ani.

Saat itulah Bowo sudah berada di samping gang rumah Ani berbatasan pagar tembok. Kedua pria bermotor tersebut jadi tahu mereka kepergok Bowo. Keduanya langsung terdiam.....

Hanya suami Ani yang berkendara Beat cepat menggeber motornya melintasi gang sempat melewati samping Bowo.

Lelaki yang ganteng minta ampun itu seperti kelabakan, tak berkutik menghadapi Bowo. Maksud Udin kakak iparnya adalah bila bertemu dengan Bowo di gang segera cari gara-gara mempermasalahkan Bowo. Dengan sendirinya dari belakang Udin segera ikut campur tangan membuat seribu alasan kuat menghajar Bowo. Cepat sekali hal ini terbaca oleh Bowo.

Sekarang langsung suami Ani merasakan, GAGAL!

Seperti itukah?

Bowo tetap meneruskan langkahnya walaupun ada kecemasan menyergap jiwanya. Benar-benar berbahaya insiden saat itu, benar-benar fakta menunjukan kedua lelaki musuhnya itu bersekongkol jahat.

Sampai di masjid masih sempat Bowo melihat suami Ani tergesa-gesa melangkah menuju lantai dua, menundukan muka tak berani bentrok mata. Begitu juga Udin menyusul seperempat jam kemudian.

Fenomena itu terus dipantau Bowo.

Setelah sholat berjamaah jumat segera Bowo membuka kios dan mengirim SMS,

“Kalau yang berkendara Beat dan Mios suami Mbak Ani atau lelaki lain tak berpengaruh apa-apa. Suami Mbak Ani kan lelaki, sama-sama punya kontol....” sedikit saru Bowo mengirim SMS.

 Sorenya Bowo tergerak membuat pembahasan, kali ini sasarannya benar-benar terhadap perempuan Ani. Ingat pembahasan yang dilakukan Bowo benar-benar berdasarkan pergerakan atau observasi jadi sesuai kenyataan. Sebagai pembukaan adalah urusan nomor telepon karena Bowo tak pernah tahu sebenarnya ini dipegang siapa.

“Nomor ini kuanggap milik Mbak Ani, jadi isinya tertuju padanya, nwn.”

“Selama ini penampilan Mbak Ani yang tertuju pada saya hingga saat ini demikian seksi, sangat mengundang berahi. Hal tersebut berlangsung baik sebelum maupun sesudah menikah.”

“Dengan demikian hubungan saya dengan Mbak Ani tidak terputus, membuat saya harus menuntut pelampiasan menyesuaikan dengan aksi-aksi yang Mbak Ani lakukan. Ingat hal tersebut terjadi sejak Mbak Ani masih remaja.”

“Bila suami Mbak Ani ingin mempertahankan rumah tangga, ia harus mengambil alih permainan sehingga Mbak Ani mengalihkan perhatiannya hanya tertuju pada suaminya.”

Terkadang aneh bagi Bowo, SMS-SMS nya tidak pernah terjawab tetapi masalah bergulir justru sering sejalan tujuan isi SMS. Berarti keluarga Bapak Jonan menjadikan SMS-SMS dari Bowo sebagai rujukan bahkan senjata menyerang balik mental Bowo bila isinya adalah celah kelemahan posisinya.

Karena aksi-aksi keluarga Bapak Jonan sering mengikuti pernyataan Bowo akhirnya sebagai penutup dikirimnya kalimat ini,

“Mulai besok silakan Mbak Ani berpakaian resmi tampil untuk menunjukan konsekuensinya mempertahankan rumah tangga.”

Pernyataan ini berupa tantangan, bila benar-benar dilaksanakan Bowo sendiri bisa terjungkal. Dalam permainan yang bergulir selama ini mental menjadi bagian sensitif yang diserang seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Satu keluarga ternyata menyerang satu musuh, Bowo berdecak kagum sendiri.

“Sampai saat ini aku belum tersingkir....”

Bowo tidak tahu reaksi-reaksi dari Ani terhadap isi SMS kali ini. Ia tahu sebenarnya sangat tidak sopan membahas urusan pribadi dengan Ani. Bila diperkarakan sesuai tujuan SMS-SMS Bowo ini membuka seluruh aib perempuan Ani. Bahkan menelanjanginya di hadapan suaminya, sesuatu yang sebenarnya sangat terlarang, melanggar etika.....SARU.

Kondisi Bowo sendiri sedang menggelepar kepanasan. Beberapa hari terus menerus mendapat tantangan terbuka dari menantu Bapak Jonan. Biarpun mencoba menyangkal dengan alasan bahwa suami Ani ini memperlihatkan diri demi rumah tangganya tetap saja Bowo tidak terima begitu saja.

“Yang aneh dan tidak wajar adalah tersingkirnya diriku dari Yogya sebagai harga mati, aku adalah tumbal rumah tangga Ani.....Begitu seterusnya.”

Fenomena ini mengingatkan dirinya pada sesuatu yang tidak wajar tentang perilaku masyarakat di Nusa Tenggara.

“Suami Ani orang Bali, ya benar ini banyak kaitannya dengan pernikahan adat daerah tersebut.”

Dipikirkannya terus urusan satu ini, berbagai bacaan literatur dari berbagai surat kabar pernaha dibacanya sebagai sebuah kasus. Bila menimpa sesama suku, sesama kampung di daerah tersebut adalah gal wajar. Tapi bila ditujukan pada orang lain atau dipraktekan di daerah lain masuknya tindak pidana.

“Aku mencurigai suami Ani sejak dari awal pernikahannya tahun S015. Dan sekarang makin menguat......Suami Ani adalah pelakunya.”

Tapi sulit sekali langsung menuduh lelaki suami Ani sebagai sebuah tindak pidana. Cara yang dilakukan suami Ani termasuk halus, pacar biasa kemudian berhasil menggiring Ani berhubungan seks, sampai akhirnya hamil. Fenomena ini terlihat wajar dan dimaklumi masyarakat.

Tiga tahun masalah bergulir tanpa penyelesaian, Bowo tetap merasakan dirinya sebagai obyek penderita, tumbal rumah tangga Ani. Banyak kamuflase yang dilakukan suami Ani.....

“Benar tetap kuat dugaanku akan hal ini.”

Bowo mantap dengan dugaannya selama tiga tahun ini.

Karena sudah demikian keras berpikir Bowo gagal tidur. Lehernya sangat tegang, otak dan tubuhnya tegang begitu terperas membuat perkiraan. Padahal hasil observasinya negatif, kesimpulannya hubungan suami istri antara Ani dengan suaminya adalah korban dari trik-trik sebuah sindikat.

Bowo jadi penasaran, ini sudah jam 3 dini hari. Bowo memutuskan memantau rumah Ani, sedikit kepanasan mengetahui situasi terakhir sebelum esoknya bakalan mendapat berbagai serangan mental balasan dari isi SMS-SMS nya.

Langkah Bowo terhenti di sebuah rumah yang baru dibangun. Belum selesai tapi sebenarnya sudah bisa ditinggali. Tinggal pasang daun pintu, kaca dan dipoles cat. Ibaratnya rumah Ani bersama suaminya hanya tinggal finishing.

Bowo terhenyak sendiri,

“Setinggi nilai rumah inilah harga diriku sebagai tumbal dan tersingkir dari hadapan mereka. Inilah upaya terakhir suami Ani agar bisa tetap mempertahankan rumah tangganya.”

Logika Bowo tetap, semua itu tidak wajar.

Bowo tertegun sesaat, ada suara tangis bayi dari salah satu kamar rumah Bapak Jonan. Ia pun ingat siang harinya, ada acara semacam syukuran di rumah ini, mungkin aqiqah. Di sinilah sebenarnya Bowo sering jengkel, informasi yang didapatnya selalu hanya dugaan.

“Ini anak Udin atau anak Jodi?”

Ah kemungkinan besar anak Udin, Jodi tak pernah terlihat beberapa bulan ini di sekitar rumahnya mungkin bekerja di luar kota. Semacam isyarat buruk timbul pada diri Bowo, tapi menyatakannya langsun tak mungkin.

Makanya cepat-cepat Bowo kembali ke rumahnya. Makin banyak yang dipikirkannya, makin panas tubuhnya. Tak mungkin tidur, bahkan sampai adzan subuh. Bowo yang gelisah dengan berbagai prasangka buruk terus menghadapi dilema. Ia menyerah tak ada komromi posisitf, hasilnya tetap membuat tuduhan buruk pada Ani, suaminya dan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan.

Ia tahu dirinya dikeroyok sedemikian rupa, menyerupai komplotan dengan konspirasi jahat. Bowo akhirnya mengirim SMS, setelah sholat subuh,

“Mulut bisa menyangkal, tetapi selama ini tak pernah menyalahkan. Inilah fakta yang terlihat di hadapan saya.”

Dilanjutkannya dengan SMS keputusan,

“Jadi dengan ini saya tetap menyatakan Mbak Ani adalah hak milik saya. Siapapun penghalangnya akan saya hadapi!”

Akibatnya pasti.....Konfrontasi.

Sabtu 18 Agustus S018,

Tak mungkin keluarga Bapak Jonan membiarkan Bowo bebas begitu saja. Ibarat permusuhan masalahnya makin melebar menjadi pertaruhan reputasi.

“Aku, Ani atau suaminya yang bakalan terjungkal. Aku sendiri beresiko mundur mengakui kekalahan.”

Kapan keluarga Bapak Jonan menyerangnya?

Bowo tak tahu pasti tapi itu pasti terjadi. SMS-SMS nya diharapkan bisa menjadi pertimbangan Ani dan suaminya untuk membuat sikap lebih baik menata rumah tangga mereka sendiri ketimbang memperkarakan Bowo terus menerus.

Bowo membuat patokan waktu, yaitu jam buka kios foto copy di samping gang. Dua karyawannya yang kakak beradik sempat saja melambaikan tangan pada Bowo saat mulai membuka pintu kios.

Kedua karyawan ini pernah tahu bila kios mereka menjadi tempat mengawasi Bowo, itu tahun S itu bisa tercapai, tanpa perlu melibatkan Bowo sebagai orang ketiga. Inilah herannya Bowo.

“Kenapa aku harus tersingkir dari Yogya sebagai harga mati untuk suami istri ini?”

Ah tak perlu bentrok fisik untuk menyelesaikan masalah. Bowo segera SMS,

“Aku berharap dari perkara yang Mbak Ani ajukan bersama suami. Untuk mempertahankan rumah tangga kalian berdua adalah urusan internal sampean berdua!”

Ditulisnya tergesa-gesa dalam kondisi jiwa yang terguncang. Siapapun yang mengalami masalah seperti yang dihadapi Bowo bila tidak merasakan mentalnya jatuh itu manusia super. Bowo justru lebih suka jiwanya hancur, runtuh, toh setelah peristiwa ini bisa dibangunnya lagi biarpun perlahan-lahan.

Aksi suami istri itu berlanjut. Berdua memasuki kios photo copy, disambut baik dua karyawannya dengan berbagai pertanyaan karena tentu heran dengan bawaannya, jabang bayi berumur beberapa hari. Apa-apa yang pernah dikirim Bowo melalui SMS benar-benar dipraktekan. Sempat Bowo memandang suami Ani, tak ada respon. Pura-pura sibuk dengan dokumen yang dibawanya dan sesekali bergantian menggendong bayi dengan Ani.

Bila melihat aksi kedua pasangan suami istri ini dari kaca mata masyarakat tentulah itu pasangan ideal, suami istri yang sangat berbahagia. Tetapi bagi Bowo terbaca dari pihaknya, semua itu kamuflase!

“Kenapa mereka ini hanya mengikuti SMS-SMS yang kukirimkan melalui HP?”

Bowo malah kecewa tak ada komunikasi dua pihak yang bisa dijadikan diskusi langsung dengan suami Ani. Semuanya hanya mengikuti skenario berupa drama romantis agar ditonton Bowo, ini bukan bentuk penyelesaian masalah.

“Saya menilai baik dan menghargai aksi sampean berdua, dengan demikian apa yang nampak di mata saya adalah keseriusan hubungan rumah tangga Mbak Ani bersama suami, selamat!”

Tetap saja menyebalkan aksi-aksi Ani yang banyak tersirat simbol-simbol tersembunyi dari pihak perempuan. Duduk di sebuah bangku, menimang bayi namun memperlihatkan wajahnya agar tetap terpantau oleh Bowo. Aksi-aksi yang hanya menjadi rahasia hati seorang perempuan.

Ketika kedua suami istri itu beranjak meninggalkan kios masih sempat Bowo mengirim SMS,

“Saya membuat penawaran membuka pintu komunikasi lebar-lebar, silakan hubungi saya dengan cara apa saja!”

Ani dan suaminya ternyata kemudian berdiri di tepi jalan menanti jemputan. Entah hendak menuju kemana tak penting bagi Bowo. Demo kemesraan berdua di hadapan Bowo bukan petunjuk yang sebenarnya sebagai penyelesaian. Terlalu mudah, hanya beraksi seperti itu Bowo dituntut menyingkir begitu saja.

“Saya menunggu opsi perundingan, di sanalah segala masalah bisa selesai. Bila perlu harus ada bukti tertulis perjanjian!”

Tegas sekali Bowo menyatakan masalah.

Akhirnya sebuah mobil sedan taksi online menjemput suami istri bersama jabang bayi mengakhiri demo. Bowo memandang tajam lelaki dan perempuan yang boleh dikata benar-benar menyerang mentalnya untuk dijatuhkan. Bila jatuh maka dirinya bisa tidak terkontrol, marah-marah, menyerang agresif, memaki-maki dengan kata-kata kotor dan lain-lain.

Bila itu terjadi.....di belakang kedua suami istri ini sudah siap beberapa orang menghancurkan Bowo dengan segala cara.

Oh hanya ada kerlingan mata indah Ani tertuju pada Bowo, entah apa maksudnya......

Bowo SMS,

“Semoga saja ini sudah berakhir dan memuaskan pihak kalian sekeluarga. Soal adegan membawa bayi saya tidak terkejut, sudah terpantau sebelumnya, nuwun.”

Mobil taksi online sudah melaju membawa kedua suami istri yang memperagakan adegan romantis kisah-kasih keutuhan rumah tangga mereka berdua.

Nah bagi Bowo sudah selesai, berarti Ani dan suaminya sudah mengambil konsekuensi untuk mempertahankan rumah tangga. Bowo tidak berhak menuntut apa-apa lagi. Bowo cuma merasakan sakit hati, lah sakit hati seperti ini kan sudah terjadi sepanjang tahun S018 ini?

“Aku berpikir positif, mulai sekarang berhadapan dengan suami istri cukup diwakili lelakinya saja. Kan Dia itu kepala rumah tangga, tapi entah bagaimana caranya?”

Semua orang pasti berpikir demikian, seorang perempuan bila sudah menikah ia adalah milik suami. Artinya segala masalah tanggung jawab berada di pundak suami. Jadi sekarang misalnya seperti Bowo bila hendak menyelesaikan masalah yang pernah terjadi beberapa bulan ini kan tinggal berunding dengan suaminya.

Logika seperti ini pasti bisa diterima masyarakat.

Bagaimana caranya?

Harusnya suami Ani menghubunginya langsung bertemu dengannya, atau paling tidak melalui alat komunikasi telepon, atau boleh juga melalui orang ketiga. Semua terserah pihak suami Ani sebagai penentunya.

Begitulah Bowo terus berpikir idealisme penyelesaian konflik.

Nihil!

Bowo berbisik dalam hati,

“Benar dugaanku mereka berdua akan menempati rumah baru yang dibangun. Seharga rumah itulah suami istri ini mempertahankan rumah tangganya, jadi bila aku tersingkir sangat tinggi nilainya.”

Kesimpulan telah didapat Bowo.

Siangnya dari mulut gang muncul suami Ani memakai motor Beat yang biasa dipakai istrinya. Lelaki yang demikian flamboyan ini berhenti cukup lama di mulut gang. Raut mukanya yang tertutup bulu-bulu halus cambang menampakan ketidaksukaannya terhadap Bowo.

Bowo balas memandang, timbul juga perasaan tidak suka kepada lelaki yang menjadi saingannya dalam perebutan hak milik perempuan Ani. Tidak ada dialog langsung, Bowo menyatakan ketidaksukaannya pada suami Ani dengan sistem yang dipraktekannya.

Tapi lebih dari itu aksi suami Ani justru terbaca oleh Bowo, mereka sekeluarga gagal menyingkirkan Bowo karena isi SMS-SMS yang dikirim saat beradegan mesra berdua suami istri bersama bayinya. Tujuan mereka tidak tercapai, Bowo harusnya terjungkal sakit hati, melabrak mereka, mengamuk hingga orang-orang sekitarnya menganggap gila. Hingga akhirnya menyingkir dengan sendirinya. Bahkan dengan adegan yang mereka perlihatkan bila perlu Bowo gantung diri karena patah hati.

Semuanya gagal.

Bowo tak menyukai aksi suami Ani, itu saja sudah. Batal segala pemikiran untuk penyelesaian berdua sebagai sesama lelaki jantan. Tidak didapatinya suami Ani seideal pemikirannya.

Buruk, buruk.....malah curiga.

Sementara suami Ani akhirnya menyeberang menuju warung siomay bersantap siang. Mungkin menunggu didatangi Bowo yang sudah tidak peduli kepada lelaki saingannya ini.

Hari minggu yah awut-awutan segala kegiatan Bowo.

Stres melanda jiwanya, apalagi jelas-jelas ia kehilangan pacarnya. Pokoknya galau,larinya malam gentayangan paginya jalan-jalan melelahkan fisik yang bergelora keras berontak tak karuan.

Hampir-hampir tak terkontrol, tak akan secepat itu reda. Beberapa kali Bowo mengalami patah hati untuk menstabilkan jiwanya butuh beberapa bulan. Tapi Bowo tahu jiwanya, yang dialaminya justru tidak separah tahun S015. Perhitungan untung rugi juga nampak benar, secara materi ia sama sekali tidak dirugikan.

Bandingkan saja dengan suami Ani, pertaruhannya sangat tinggi untuk mempertahankan rumah tangga. Nilainya sudah milyaran, itu dari pernikahannya hingga sekarang sampai berani membangun rumah.

Itulah fakta yang menjadi kekuatan Bowo terus bertahan.

Senin S0 Agustus S018,

“Siap-siap menghadapi serangan psikis lagi,” Bowo menyatakan kemungkinan yang akan terjadi.

Kemungkinan lain hanya dugaan, telah terjadi kericuhan dalam rumah tangga Ani. Itu semua karena aksi dramatis yang diadegankan suami istri itu gagal. Tak mungkin mereka diam saja, pasti terjadi semacam pertengkaran. Bila pun kedua suami istri bersepakat bertahan tetap terjadi pembahasan yang seru. Suami Ani pasti dituntut menyelesaikan masalah.

Oh ternyata pagi ini Bowo mendapat order stempel, jadi terpaksa ditinggalkannya medan laga demi urusan perut, baru tengah hari pulang ke kiosnya.

Baru saja sampai di kios di seberang jalan terlihat suami Ani dari sebuah kios jus buah, hanya selisih tiga empat kios dari kios photo copy. Mendapati musuhnya langsung syaraf-syaraf Bowo tergetar isyarat bahaya. Terduga oleh Bowo aksi suami Ani adalah memantau karena pagi tadi sudah tidak berada di kios.

Membeli jus buah hanya sarana aksi agar tidak dicurigai warga sekitar. Berarti anggota keluarga Bapak Jonan sudah dari pagi tadi memastikan kehadiran Bowo di kios. Sementara walaupun suami Ani memandangnya tampaknya merasa tanggung untuk berperkara dengan Bowo.

“Aku yang harus bersiap-siap, serangan mental selalu datang tiba-tiba.”

Bowo waspada, menghadapi aksi-aksi sepihak dengan berbagai skenario jebakan sangat sulit diterka. Selama ini ia hanya bisa mengikuti alurnya saja. Tidak pernah bisa menghindar. Yah Bowo sendiri masih harus menyelesaikan stempel, tinggal finishingnya saja. Makanya ia konsentrasi setengah jam sampai stempel yang dikerjakannya tinggal diambil pemesan.

Kembali suami Ani muncul, kali ini membawa sebuah map langsung menuju kios photo copy. Bowo tahu ia memang dipancing untuk melakukan aksi balasan. Inilah saingannya dalam hidup, memperebutkan perempuan Ani dan bayi lelaki yang telah merebut pacarnya ini lebih besar lagi pertaruhannya mempertahankan rumah tangganya. Harta benda yang bernilai milyaran, dan juga kejayaan dalam nama baik, kehormatan, dan harga diri.

Terbaca oleh Bowo beban kejiwaan lebih berat di pundak lelaki suami Ani.

Bowo menunggu lebih dulu, seperti biasa di dalam kios photo copy pemuda tersebut seperti menghubungi seseorang melalui smart phone. Mondar-mandir di dalam kios terkadang sedikit ngobrol dengan dua karyawannya.

Benar-benar memperlihatkan diri pada Bowo menantang.

Akhirnya duduk di sebuah kursi sedikit di luar kios agar terpantau Bowo. Nah Bowo yang akhirnya berjalan mendekati kios tapi belum menyeberang. Diperhatikan betul-betul posisi suami Ani dengan maksud dan tujuannya.

Duduk di kursi menunduk memainkan smart phone, begitu serius. Tapi semua adalah trik, Bowo kembali ke kiosnya kali ini ia mengambil sebuah nota lusuh untuk diperbanyak saat ke kios photo copy sebagai alasan.

Nah saat menyeberang rupanya suami Ani juga memutuskan memperbanyak dokumen miliknya. Jadinya saat masuk kios photo copy suami Ani membelakangi dirinya.

Dua karyawan kios photo copy menyapa ramah kedatangan Bowo. Tak mencurigai bahwa telah terjadi perseteruan antara Bowo dengan lelaki yang beberapa hari berturut-turut memphoto copy. Keduanya memperebutkani seorang perempuan dengan kemampuan argumentasi dan keyakinan. Bahkan mungkin di pihak suami Ani juga pertaruhan materi karena telah demikian banyak mengeluarkan dana besar.

“Jangan-jangan sebenarnya suami Ani ini telah meperlihatkan kekuasaannya dengan kehormatan dirinya yang berpendidikan Ss di Inggris, dia kini memperlihatkan kekayaannya dengan membangun rumah agar rumah tangganya bertahan. Semuanya untuk menyingkirkan diriku dari lingkungan rumah Bapak Jonan.”

“Kenapa aku harus tersingkir dari Yogya sebagai harga mati keutuhan rumah tangga Ani?”

Yang terlihat suami Ani membelakangi dirinya memphoto copy beberapa dokumen. Semuanya menggetarkan hati Bowo, itu dokumen penting rumah tangga Ani. Berupa surat nikah dan kartu keluarga sebagai bukti keseriusan berumah tangga mereka. Dan itu isyarat kepada Bowo bahwa suami Ani benar-benar hendak menjaga rumah tangganya dari pihak manapun.

Bowolah sasaran maksud suami Ani memphoto copy dokumen surat nikah dan kartu keluarga tersebut. Ia tahu dirinya sangat terpengaruh, permainan telah berbilang sedemikian rupa dan ia adalah pengganggu rumah tangga Ani, suatu reputasi yang sangat buruk di mata masyarakat.

Suami Ani menengok ke belakang, bentrok mata tetapi cepat berpaling. Bowo segera menjejerinya di samping kanan lelaki flamboyan ini, memang necis dengan harum parfum yang disemprot di tubuhnya.

Sempat saja Bowo mendengar suaranya, “Masing-masing lima lembar Pak.” Sementara Bowo memberikan nota lusuh yang digandakan seharga dua ribu rupiah, sangat jauh perbandingannya dengan suami Ani.

Bowo sudah mendatanginya, masing-masing seperti tak mempedulikan. Sebuah pertarungan yang tidak ideal, bagi Bowo sebisa-bisa harusnya tercapai pembicaraan. Keduanya membisu mungkin sama-sama merasakan baratnya beban jiwa yang terpikul.

Huuuu....kalau buat seorang perempuan Ani tentu ia sangat bangga telah menjadi rebutan diantara dua lelaki yang memiliki kemampuan sendiri-sendiri. Perempuan Ani jelas berada di belakang suaminya, mengetahui telah terjadi benturan, dan berharap akan tahu siapa pemenangnya.

Pertarungannya sendiri sebenarnya sangat disengaja, ini adalah trik keluarga Bapak Jonan menghadapkan Bowo dengan suami Ani. Merekalah penilai dan penentu siapa pemenangnya.

Bowo yang sering heran kenapa tidak ada alternatif dari suami Ani menghubunginya. Skenario yang ada disusun oleh anggota keluarga Bapak Jonan dan suami Ani hanya mengikuti instruksi sebagai pemeran pasif.

Suami Ani selesai memphoto copy dokumen surat nikah dan kartu keluarga yang menjadi pegangan kuat secara halus harus dipertahankan. Hukumnya wajib, berat sekali dari segi hukum agama dan negara.

“Mana mungkin aku menggugat pernikahan mereka,” Bowo membatin.

Suami Ani kemudian berlalu dari kios, saat berada di luar matanya melirik Bowo tajam sekali. Syaraf dan dada Bowo bergetar merasakan aroma pertikaian diantara mereka berdua.

Suami Ani menghilang, jelas menuju rumah mungkin disambut istrinya yang berada di belakang layar. Mereka jelas berdiskusi atas aksi balasan dari Bowo dan membuat langkah-langkah selanjutnya. Mungkin tekad suami istri tersebut adalah berupaya keras mengusir Bowo dari lingkungan sekitar mereka.

Sampai Bowo menutup kios tak ada aksi lagi, Bowo pulang ke rumah kontrakan membuat berbagai pemikiran penyelesaian.

“Andalan keluarga ini adalah serangan mental, tak ada opsi perundingan.”

Bowo terus merenung, hanya sebuah nomor milik Ani yang bisa terhubung dengan kedua suami istri ini. Hanya inilah sarana komunikasi untuk menyelesaikan masalah.

Pikiran Bowo tertuju pada suami Ani, kali ini giliran lelaki inilah yang menjadi sasaran SMS-SMS nya. Bisanya hanya melalui nomor yang dipegang Ani, seharusnya pihak suami Ani menghubunginya, sayang hal tersebut tidak pernah terjadi.

Setelah maghrib Bowo mulai membahas,

“SMS ini didedikasikan pada suami Ani, maaf hanya ini cara yang bisa kulakukan.”

Bowo pun menulis inti masalah pada suami Ani,

“Saya menuduh suami Mbak Ani mengetahui, menyetujui dan terlibat pada aksi-aksi Mbak Ani sekeluarga trik-trik menjebak untuk menyingkirkan saya dari Yogya selama ini.”

“Saya menuduh suami Mbak Ani mengetahui, menyetujui dan terlibat dalam tindakan Mbak Ani yang tertuju pada saya mencapai hubungan seks. Ini adalah jebakan untuk memperkarakan dan mempermalukan saya di masyarakat sekitar.”

“Hingga saat ini tidak ada upaya apapun dari sampean sebagai suami Mbak Ani mencegah dan melarang Mbak Ani sekeluarga melakukan tindakan yang kusebut di atas terhadap istri sampean.”

“Khusus tindakan Mbak Ani yang tertuju pada saya mencapai hubungan seks karena sampean sebagai suami sudah menyetujuinya maka saya berhak memintanya langsung bila nanti berjumpa lagi.”

Di poin ini Bowo sendiri terpukul hatinya. Kurangajar dan saru sekali, sama saja dirinya bakalan melakukan tindak asusila yang dicela masyarakat dan melanggar hukum berat sekali.

Bowo menulis SMS ini karena keheranan yang sangat pada posisi suami Ani. Fakta-fakta menunjukan suami Ani tahu benar segala perbuatan Ani yang membuat trik-trik jebakan mengarah hubungan seksual selama tiga tahun pernikahannya. Ani mengumpankan dirinya untuk menyerahkan diri pada Bowo adalah benar-benar atas kesadarannya sendiri. Fakta ini mustahil dibantah.

Tujuan suami Ani membiarkan istrinya menjebak Bowo mulai tergambar di otaknya, sangat kuat sebagai semacam lelaku tindak pidana. Secara pribadi Bowo menilai suami Ani tidak bermoral.

Lama Bowo tak lagi SMS, rasanya sudah cukup poin-poin yang ditujunya. Tapi kemudian ditulisnya sekali lagi mengirim SMS sebagai finalnya,

“Mulai besok bila Mbak Ani dan suami beraksi lagi saya akan maju memperkarakan. Segala etika dan norma masyarakat bukan urusan saya lagi.”

Bowo menulis ini dengan berbagai pertimbangan dan perhitungangan sekaligus taktik menghadapi suami Ani. Tingkat bahayanya tertinggi dari skenario keluarga Bapak Jonan dan khususnya suami Ani benar-benar berupa serangan psikis.

Sementara menghadapi seluruh aksi-aksi keluarga Bapak Jonan dan menantunya Bowo menyatakan pernyataan berbentuk argumentasi. Memang sangat memeras otak dan perhatiannya, itulah yang selama ini dilakukan baik sebelum maupun sesudah Ani menikah.

Bowo sendiri terkadang jengah, sekali saja ia menuruti kemauan Ani berhubungan seks mereka berdua menjadi bejat moralnya. Kesucian dan kehormatan yang dijaga jatuh walaupun atas nama cinta sekalipun.

Sekali lagi Bowo menduga, bila sampai ia menggauli Ani maka saingannya bakalan menuduh istrinya selingkuh dan membuat jalan lain tujuan yang mengerikan, menjual istrinya pada yang membutuhkan dengan imbalan harta kekayaan.

Bowo mulai paham sejatinya lelaki suami Ani, semuanya pernah dituduhkannya saat Oktober S015 karena suami Ani berasal dari Bali. Dugaan buruk itu muncul lagi karena berbagai sebab yang sekarang dihadapinya langsung.

“Aku sendiri juga harus beraksi menantang!”

Bowo bertekad sendiri.

Langkah-langkah terus disusunnya, pasti juga dengan berbagai resiko. Tapi ia nekad, biarpun misalnya dikeroyok seluruh anggota keluarga Bapak Jonan pun tidak mengapa, bukankah itu sudah terjadi selama ini.

Bowo kalah.....ya tidak apa-apa, tak memalukan untuk pihaknya yang hanya seorang diri bentrok dengan keluarga terhormat ini.

Selasa 1Agustus S018,

Pagi sebelum membuka kios.

Bowo beraksi, mengendarai sepeda onthelnya menyusuri gang menuju rumah Bapak Jonan. Tahun S016 pertengahan aksi seperti ini pernah dijalankannya. Tahun tersebut tujuannya agar anggota keluarga Bapak Jonan menghentikan aksi-aksi yang terus menyeret dalam masalah tujuan Bowo yang penting beraksi keras agar keluarga ini menghentikan masalah dari pihak mereka.

Sekarang aksinya benar-benar tertuju pada suami Ani yang benar-benar tampak kehadirannya di Yogya. Jadi tujuannya benar-benar harus mencapai peneyelesaian masalah agar tidak berlarut-larut.

Sampai di samping rumah Ani tepat di belakang rumah baru calon hunian suami istri yang bermasalah dengannya. Sepi padahal kemungkinan Ibu Jonan sudah berangkat kerja. Kalau Ani dan suaminya paling masih tidur sehabis semalam suntuk bertempur memenuhi kewajiban. Atau malah bertengkar karena salah paham menafsirkan pertikaian yang terjadi diantara mereka bertiga.

Yah cinta segi tiga, Bowo yang geleng-geleng kepala karena sekarang menghadapinya sendiri. Ternyata penuh dengan intrik dan bergulir sampai tahun ketiga belum ada pihak yang mengalah. Terlalu menguras energi dan menyita banyak sekali waktu. Mungkin juga di pihak suami Ani menghitung pertaruhan untung rugi milyaran.

Tak ada orang Bowo membunyikan lonceng sepeda kayuhnya.

KRIING KRING KRING

Puluhan kali, tetap tak ada yang keluar dari rumah bercat hijau pari enom. Pari enom merupakan warna strata ningrat jaman empat keraton bekas Mataram.

Sementara di belakangnya ada sepeda motor hendak melintasi gang, sempit tak mungkin Bowo memberi celah pada motor butut yang ditunggangi perempuan masih tetangga rumah Ani.

 Terpaksa Bowo melaju menyusuri gang sampai belakang masjid. Perempuan tetangga rumah Ani yang juga dikenalnya mengangguk begitu berbelok menuju jalan raya.

Bowo cepat berbalik, menyusuri gang kembali melakukan aksi menantang lelaki suami Ani keluar rumah. Dibunyikannya terus menerus, sayang tak satupun ada sosok muncul dari rumah besar tersebut. Tapi pastilah aksi Bowo itu terpantau penghuni rumah, kehadirannya dengan bunyi bel sepeda kayuh tetap terdengar sampai ke ruang dalam rumah tersebut.

Terpaksa Bowo meninggalkan rumah Ani tanpa hasil. Perhitunganya tak mungkin suami Ani membiarkan dirinya begitu saja, pasti bakalan memperkarakan demi tujuan menyingkirkan dirinya dari Yogya.

Bukankah tujuan tersebut adalah harga mati?

Ditunggunya dari jam ke jam......sunyi, tak satupun anggota keluarga Bapak Jonan muncul. Biasanya mereka bebas beraksi dengan bentuk skenario dramatikal.

Sampai siang hari nihil, Bowo gregetan sendiri.

“Memang harusnya masalah ini selesainya dari pihak mereka sendiri, aku itu tidak mendapatkan Ani gak masalah!”

Coba sekali mereka beraksi, sendiri atau berdua sebagai suami istri Bowo bakalan maju memperkarakan, ia tak peduli resiko di belakang nanti, toh tersingkir dan kalah juga tidak mengubah nasibnya selama ini.

Bowo sudah memblokir nomor-nomor milik keluarga Bapak Jonan. Sudah diberitahunya melalui SMS,

“Nomor-nomor ini saya blokir karena ternyata isi SMS saya justru menjadi senjata menyerang mentalku, nwn.”

Coba saja alur konflik mulai dari awal S018, penolakan jodoh, pacaran dengan Ani, kemunculan Ani dengan aksi-aksinya bersama lelaki berboncengan menyamar suami Ani yang terjadi di bulan Juni. Kemudian berbagai aksi yang sekarang terjadi semuanya mendasarkan pada pernyataan dan tuduhan sepihak Bowo.

Belum pernah ada satupun balasan dari pihak suami Ani berdiri sendiri menyelesaikan masalah. Dan itu juga membuat Bowo curiga suami Ani sebagai pelaku tindak pidana. Perannya jelas tak mau tersingkap identitasnya.

Hari inipun stempel kosong, soalnya besok hari raya Idul Adha. Bowo santai walaupun tetap waspada bila sewaktu-waktu mendapat balasan dari pihak suami Ani. Bukankah secara pribadi suami Ani harus memperkarakannya bila dituntut mempertahankan rumah tangga mereka berdua?

Nah jam dua siang suami Ani entah dari mana mengendarai motor Beat masuk mulut gang pulang ke rumah Bapak Jonan. Tak perlu mengidentifikasi fisik, dari getaran syaraf-syaraf di tubuhnya Bowo tahu itulah musuh bebuyutannya.

Siap-siap.....

Eehhhh....malah tidak ada aksi sama sekali walau berkelebat masuk gang tadi?

Bowo yang gregetan, pakai hitungan apapun harusnya suami Ani berhadapan langsung dengan dirinya. Baku hantampun hal yang lumrah. Bila di Madura posisi suami Ani sudah mengaharuskan carok, demi kehormatan dirinya.

“Harus kutantang lagi ini!”

Bowo membuat keputusan. Ia pun kembali beraksi seperti pagi tadi setelah menutup kios. Kali ini ia menyusuri gang dari belakang rumah Ani.

Begitu masuk mulut gang sudah terlihat Bapak Jonan yang sore itu hendak menuju masjid menjadi imam sholat maghrib. Bowo terpaksa memberi tanda agar diberi kesempatan lewat lebih dulu.

KRIING KRING KRING

Bapak Jonan yang berjas hitam, berpeci, berbadan subur jarang olah raga terpaksa menanti Bowo melintas dengan muka masam. Tak pernah ada sambutan ramah dari orang tua tersebut sejak tahu putrinya bermasalah dengan Bowo.

Bowo juga tidak peduli, selama ini Bapak Jonan penentu tetapi tak pernah tegas membuat keputusan. Biarpun terhormat tetapi sebenarnya kemampuannya tak mencapai setinggi ulama dalam perdebatan pendapat soal agama.

Sampai di samping Bapak Jonan tampak benar keangkuhannya. Orang tua ini selalu jaga image, sudah demikian karakternya dari dulu dan mungkin selamanya. Orang lain harus tunduk dan bila tidak bakalan ditentang dengan dalil-dalil agama, Bowo pernah diberitahu oleh ketua RT tahun S016 akhir saat berkonsultasi.

Oh rupanya teras halaman rumah Bapak Jonan sedang ramai. Seorang perempuan sedang menimang bayi melambaikan tangan menunjuk bayi sebagai cucu Bapak Jonan. Kemudian di sampingnya ada Ibu Jonan dan oh dua orang tetangga perempuan yang rupanya habis bertamu menjenguk kelahiran bayi.

 Bowo tak peduli, beraksi total sendirian. Dibunyikannya keras-keras bel sepedanya.

KRIING KRING KRING

Suaranya terdengar sepanjang gang, semuanya untuk memberi tanda pada suami Ani dan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan bahwa kasus yang dialaminya harus mendapat bentuk penyelesaian.

Jelas seluruh penghuni rumah tersebut merasakan tidak merdu suara bel sepeda milik Bowo. Apalagi untuk Ani dan suaminya, yang aksinya Bowo menuntut tegas konflik harus diselesaikan.

Sampai di situ saja aksi Bowo, hari-hari selanjutnya diam seribu basa. Lagi pula tidak elok berperkara saat hari raya Idul Qurban. Hari yang diperingati umat muslim seluruh dunia dengan ibadah haji dan berkorban hewan berkaki empat.

Berhari-hari setelah normal kembali Bowo membuka kios stempel tak ada aksi apapun dari anggota keluarga Bapak Jonan. Ada saja yang memantau tetapi suasananya sudah aneh, seolah meminta Bowo agar tidak agresif menyerang.

Sebuah proses penting sedang terjadi, Bowo hanya menduga bila suami Ani tak muncul ia telah meninggalkan istrinya sendirian di Yogya.

Itu berarti gagallah suami istri ini menempati rumah barunya. Semuanya gara-gara Bowo sebagai perusak rumah tangga mereka. Rumah tersebut telah menjadi bencana, mangkrak tak bisa ditinggali suami istri tersebut. Paling tepat istilahnya adalah,

Bencana Ranjang.

   BAB 14

   SEBUAH SINDIKAT

Bowo menyatakan keheranannya,

“Ternyata banyak bukti suami Ani sudah hadir di Yogya semenjak awal S018.”

Ini yang sangat menjengkelkan hati Bowo.

Rencana membangun rumah sudah ada sejak S016 akhir, itu dari informasi karyawan kios photo copy ketika Udin kakak Ani menggunakan komputer. Segala denah bangunan rumah adalah dirancang oleh putra Bapak Jonan.

Akhir tahun S016 Bowo mendapat informasi dari ketua RT dan teman karib Bapak Jonan yaitu Bapak Sugiharto, bahwa Ani pergi ke Bali hendak mengikuti suaminya yang sedang menempuh pendidikan S3 di Inggris. Informasi inilah pegangan Bowo sampai awal S018.

“Ah aku tidak melihat suami Ani mencapai pendidikan setinggi itu apalagi sampai bertaraf internasional. Suami Ani hanya produk lokal.”

Bowo membantah sendiri berdasarkan pengamatannya.

Pertengahan S017 Ani muncul di Yogya, kembali bermain api dengan Bowo. Akhirnya Bowo menggiring Ani dalam pertaruhan di awal S018, bahwa mereka berdua itu berjodoh atau tidak.

Di sinilah Bowo mulai merasakan alur kejadian justru lebih sering mendasarkan pada isi-isi SMS nya. Jadi keluarga Bapak Jonan dan menantunya benar-benar mencari segala kelemahan dan posisi Bowo yang mudah diserang mentalnya, SMS-SMS Bowo dijadikan sebuah bumerang alias senjata makan tuan. Sebuah siasat yang sangat handal karena Bowo selalu memberi informasi agar hubungannya dengan Ani terjalin baik.

Bowo yang kalang kabut sendiri jadinya. Dan di awal-awal S018 saat serangan-serangan mental datang bertubi-tubi dari Ani dan anggota keluarganya sebenarnya suami Ani sudah berada di rumah keluarga tersebut.

Di sini Bowo benar-benar jengkel,

“Kenapa suami Ani tidak berperkara denganku awal S018?”

Bahkan hanya menonton istrinya bermain api dengan Bowo. Diingat-ingatnya awal S018, oh ada saja suami Ani diboncengkan Udin dan Bapak Jonan berseliweran di sekitar eks kampus Stiekers.

“Permainan apa ini?”

Fenomenanya makin tidak umum, tidak bisa diselesaikan dengan kasus rumah tangga biasa.

“Benar-benar kasus human traficking!”

Bowo fokus pada pendalaman pembahasan ini.

Begitu menikah suami Ani memanfaatkan perseteruan antara Bowo dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Tinggal membonceng dengan menambah dana, memperkuat kedudukan dengan berbagai tunjangan fasilitas seperti biaya pendidikan iming-iming strata S3 di Inggris. Menambah kewibawaan sebagai keluarga terhormat dengan menjamin kemapanan rumah tangga dalam bentuk rumah tinggal dan lain-lain.

Tawaran-tawaran seperti itu sangat menggiurkan membuat keluarga Bapak Jonan membela mati-matian menantunya. Jelas keuntungan besar sudah dihitung keluarga tersebut, toh semuanya demi Ani putri tunggal Bapak Jonan.

Tapi tetap aneh dan janggal, faktanya Bowo yang mantan pacar Ani harus tersingkir?

Bowo sering membaca modus-modus kasus human traficking di surat kabar. Rasanya logikanya berjalan, ini hukum tidak tertulis sindikat.

“Bila target sudah didapat, mantan pacar harus disingkirkan agar bisa disebut sukses.”

Benar, penghalang setiap sindikat human traficking jatuhnya pada pacar atau kekasih korban sebelumnya. Tiba-tiba seorang perempuan yang dijadikan korban merasakan keterikatan yang dalam dengan pacar-pacar terdahulunya karena mendapati nilai kebaikan pada diri mereka. Ikatan perasaan terhadap mantan pacar itulah yang harus diputus dengan segala cara. Prakteknya tak mungkin hanya dilakukan orang yang menikahinya, itu harus dalam bentuk komplotan.

Bowo terus mendalami frasa-frasa kata sindikat, komplotan, human traficking, mantan pacar dan berbagai kemungkinan tempat korban sebagai ladang keuntungan. Larinya adalah prostitusi terselubung. Dinikahi suami berumah tangga biasa saja sudah untung besar. Suatu ketika bila berkeinginan menambah materi kekayaan atau naik jabatan diberi pilihan menjual kehormatan.

Ani terpelajar dari keluarga terhormat, kecantikannya sangat menonjol....

Ah semua itu belum terjadi, tapi praktek terselubung sindikat human traficking sedang berjalan, inilah pemahaman Bowo sekarang.

“Jika aku sampai menyambar umpan yang dipasang dalam hal ini Ani, maka selain aku akan diperkarakan dengan tindak pidana pelecehan seks juga menjadi pintu bagi suaminya untuk menjual Ani demi materi.”

Bowo membayangkan dengan perasaan ngeri.

Sekarang justru terbukti, sindikat human traficking. Bila dipraktekan maka pasti menjatuhkan korban dengan dramatis. Bila Bowo yang tersingkir suami Ani sukses. Ani hingga sekarang adalah target untuk alat investasi, dalam perspektif pidana adalah korban.

Tapi bila sindikatnya yang gagal?

                                                                 ***

Betapapun menegangkan peristiwa yang dialami Bowo tetap bisa menjalankan hidup sehari-harinya normal. Termasuk juga saat Idul Adha S018, sebisa mungkin mengurusi daging pembagian qurban untuk disantap bersama Mukijo pemilik kos.

Pergerakan yang senyap, tidak ada satupun tetangga kanan kirinya yang tahu bahwa Bowo sedang dalam masa-masa sulit. Benturannya dengan anggota keluarga Bapak Jonan tidak terdeteksi warga sekitar. Benturan keras telah terjadi dengan suami Ani menantu Bapak Jonan.

Semua pihak yang terlibat tutup mulut.

Bowo sendiri setelah libur Idul Adha baru buka kios seperti biasa. Tentu dengan kewaspadaan tinggi karena tak mungkin suami Ani membiarkan dirinya begitu saja. Cuma tekanan dari suami Ani menurut perkiraan Bowo hanya berkisar pada serangan-serangan psikis.

Baik sebelum menikah maupun sesudah Ani menikah, serangan-serangan keluarga Bapak Jonan lebih pada cara-cara menghancurkan mental, menimbulkan rasa takut, tertekan akhirnya menyingkir dari Yogya karena kalah status, dan yang pasti Bowo disiksa kejiwaannya demi kepuasan kelainan psikopat keluarga Bapak Jonan.

Bagi mereka perlakuan yang diterapkan pada Bowo sudah sepantasnya karena adalah korban pemuas kebutuhan jiwa penderita psikopat. Tidak ada belas kasihan agar kepuasan batin mereka makin maksimal.

Bowo hanya melihat istri Udin menunggu ojol menuju tempat kerjanya. Hanya itu saja anggota keluarga Bapak Jonan yang terlihat seharian itu. Bowo menduga dari pakaiannya yang dominan berwarna kuning sebagai alarm situasi masih belum stabil.

Begitu senyap pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan. Perumpamaan terlihat melakukan dengan bahasa tubuh berupa penampilan seperti warna baju, simbol, isyarat yang terkadang sering juga disangkal Bowo sebagai sebuah pernyataan.

Buat Bowo sendiri dirinya sudah tidak mungkin membuat aksi-aksi menyerang terutama di depan rumah Bapak Jonan. Aksi-aksi seperti yang dilakukannya tanggal 1 tersebut bisa mencurigakan warga sekitar, mudah sekali dirinya dituduh pembuat onar.

Ini memang dilema Bowo dari dulu, bahkan sebelum Ani menikah pernah dicobanya langsung menemui kedua orang tuanya. Sayang cara tersebut ditolak mentah-mentah dan dirinya dianggap tidak ada alias percuma, karenanya urusan seperti itu bagi Bowo hanya gagal.

Bowo sendiri masih malas mengirim SMS melalui nomor yang kemungkinan dipegang Ani. Posisinya saat ini bukan penyerang yang agresif, aksi sebelum hari idul Adha juga cukup menguras tenaga dan pikiran. Untuk membahas masalah dengan mengirim SMS ia harus mengolah dari berbagai manuver anggota keluarga Bapak Jonan.

Senyap.....senyap....

Benar-benar tidak ada lagi aksi menyerang dari suami Ani, padahal perseteruan telah terjadi dalam bentuk intrik terselubung kegiatan sehari-hari seperti memphoto copy, berdua bersama Ani menggendong bayi menyatakan keharmonisan rumah tangga, menunjukan keterpelajarannya dengan menggandakan lembaran diktat kuliah dalam file komputer.

Sangat elegan dan tidak mencurigakan orang-orang sekitar. Malah mungkin bila kenal orang-orang akan memberi aplaus menyanjung sebagai pasangan suami istri yang berbahagia.

Hari Jumat pagi pun hanya ada aksi istri Udin, kali ini samar-samar mengenakan pakaian biasa seragam kerjanya. Bowo geleng-geleng kepala karena menduga pergerakan feminim seperti ini dirinya pun terkadang menyatakan kebodohannya, banyak luput tafsirannya.

Untung saja bila ada order stempel bisa menjadi hiburan hatinya yang sebenarnya merana. Yang jelas setelah aksi menyerang sebelum Idul Adha hatinya bergejolak naik tinggi. Untuk menurunkannya perlu waktu tidak cukup satu dua jam, bisa dua tiga hari.

Bowo mengakui dirinya bukan Superman, rentang waktu menurunkan ketegangan setelah benturan dengan siapapun yang bermasalah sangat menyita waktu, baginya bisa lolos dan melaluinya sudah cukup baik.

Bowo menjalani ibadah Jumat seperti biasa, dilaluinya rumah Bapak Jonan, sepi senyap. Sampai selesai ibadah Bowo menunggu kios berharap ada pengunjung memberi order. Bowo memperhatikan kios photo copy, kebiasaan anggota keluarga Bapak Jonan menggunakannya sebagai bentuk manuver. Ia menunggu karena kepanpun hal tersebut bisa terjadi.

Nah muncul dari mulut gang.....

Bapak Jonan berboncengan dengan seorang perempuan. Bowo mengerutkan dahi, tidak ada suami Ani. Terus siapa perempuan yang diboncengkan Bapak Jonan?

Ani, tapi memalingkan muka. Dan dandanannya membuat hati Bowo makin berdebar-debar tak karuan. Dugaan-dugaan buruk bermunculan, perempuan itu mengenakan pakaian sangat longgar.

Ani sudah hamil, perempuan itu sangat menarik hati Bowo. Serangan psikis kembali dilakukan Ani pribadi berlanjut dengan Bapak Jonan. Berarti misinya tersendiri, Bowo segera menduga telah terjadi sesuatu pada suami Ani, menurut perkiraannya kalau sampai tidak melanjutkan perkara berarti  suami Ani ambruk mentalnya. Sekarang mungkin lebih parah, suami Ani pergi meninggalkan kewajibannya menjaga istrinya yang sedang bermasalah dengannya.

Kalau Ani bertengkar dengan suaminya, wah Bowo belum pernah mendapatinya. Itu sangat rahasia, sangat disembunyikan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Padahal di sekitar rumah kontrakannya Bowo sering mendapati keluarga yang sedikit bermasalah sudah adu mulut diantara suami istri.

Berboncengan tidak memalingkan muka langsung menuju ke arah selatan, lekuk tubuh Ani saja yang jadi pegangan, biarpun tetap ragu-ragu. Bowo menyapa lewat SMS sekedar mengucapkan salam.

Seperempat jam kemudian lewat Bapak Jonan dan Ani di depan kiosnya. Ani tetap memalingkan muka menghindari bentrok mata. Benar-benar hamil putri bapak Jonan ini, perutnya menampakan membengkak. Ah tentu itu bisa terjadi, sebenarnya suami istri ini sudah berkumpul dari sejak awal S018, satu hal yang wajar jika mereka rutin berhubungan badan.

Terpaksa Bowo SMS karena manuver yang terjadi di depannya berarti mereka meminta sebuah pendapat atau pernyataan.

“Saya menyatakan keprihatinan yang mendalam atas peristiwa yang terjadi, semuanya semoga bisa mengendalikan masalah hingga tetap berada dalam koridor etika sebuah masyarakat.”

Diperhatikannya kedua orang berkendara motor menuju, ternyata berhenti di sebuah supermarket. Jadi beraksi sekaligus berbelanja kebutuhan rumah. Bowo SMS karena mungkin isinya belum memuaskan mereka.

“Saya menduga suami Ani telah pergi, untuk kembali berkumpul harus dengan syarat tindakan melalui rujuk.”

Semuanya berdasarkan bukti, suami Ani lenyap. Harusnya sekarang adalah waktu untuk membuktikan keperkasaannya sebagai lelaki. Mungkin terus menyerang dengan serangan mental atau konfrontasi fisik atau maju ke meja perundingan dalam perseteruan antar dua lelaki.

Dugaan paling kuatnya, suami Ani melarikan diri.

Seperempat jam kemudian Bapak Jonan dan Ani kembali lewat, tapi langsung masuk gang. Manuver mereka sukses memancing Bowo menyatakan pendapat dan pernyataan.

Seperti itulah komunikasi yang terjadi selama ini.

“Benar-benar Ani atau bukan?”

Makanya Bowo kemudian SMS,

“Huuu paling-paling itu tadi Ibu Jonan yang sedang menyamar....”

Bowo terkadang geli sendiri karena begitulah kesulitannya menghadapi problem dengan Ani sekeluarganya.

Malamnya Bowo SMS puluhan kali, isinya menakut-nakuti Ani yang bakalan menjadi korban keganasannya. Pokoknya ia bakalan menjadi predator, memangsa Ani mentah-mentah untuk memuaskan rasa laparnya.

Sabtunya Bowo yang sebal, disuguhi aksi putri Udin seolah-olah sebagai jawaban ancaman Bowo. Pastilah mereka menantang Bowo membuktikannya, “Kalau kamu predator coba ini, mau diapakan?”

Bowo dituduh paedofil oleh keluarga Bapak Jonan.

Bowo yang menjawab sorenya,

“Mangsaku gak muncul, aku ganti kostum Batman saja nanti malam he he he....”

Malam Senin Bowo mengirim SMS membahas uneg-unegnya selama ini. Sambil berpikir menyusun kata-kata yang tepat agar mudah diterima pembacanya.

“Sudah lama saya menduga Mbak Ani sebagai korban tindak kasus human traficking. Sebuah adat di Bali yang dipraktekan di luar daerah. Bila terjadi antar mereka itu biasa saja, tetapi bila sasarannya orang luar maka menjadi perkara pidana.”

Sedikit panjang lebar Bowo menerangkan.

“Begitu Mbak Ani hamil semua pihak tak berdaya, hanya bisa menuntut cepat menikah. Itu suatu petunjuk adanya praktek sindikat.”

“Kemudian penyelesaian masalah selama berberapa tahun ini, saya melihat fakta begitu berbelit-belit. Mungkin pihak suami telah banyak memberi penawaran berlebihan, terlalu dibuat-buat dan mengada-ada, terkadang alasannya juga tidak masuk akal. Salah satunya adanya pendidikan S3 di Inggris, biarpun masuk akal tapi tak terjangkau.”

“Dalam hal ini Mbak Ani adalah aset bagi suami, dinikahi, berumah tangga biasapun sudah untung besar. Prakteknya halus tak tercium aparat karena semua menghindari hukum.”

“Bila saja orang tua Mbak Ani orang Lombok atau Bali, mereka berbahagia saja putrinya menikah dengan kondisi seperti itu. Toh semuanya adalah bagian dari praktek nikah sebuah daerah.”

“Tentu tak mungkin suami Ani berdiri sendiri mencapai tujuan, untuk mendapatkan target semuanya harus saling membantu sehingga terbentuk sindikat, Bali adalah pusatnya.”

Bowo tak berani menuduh suami Ani pelaku prostitusi terselubung. Tetapi salah satu dugaannya adalah mengarah pada pelaku praktek sindikat yang sering dibacanya di surat kabar terutama untuk daerah-daerah seperti Bali dan Lombok.

“Kriminalitas di Bali rendah, dunia pariwisatanya yang mencurigakan. Mbak Ani bisa menginvestigasi latar belakang pelaku-pelakunya. Suami Mbak Ani bersama keluarga bisa bersih tapi orang-orang di belakangnya meragukan.”

“Silakan Mbak Ani menganalisanya secara akademis, tentu itu tantangan tersendiri dalam hidup sampean.”

Dengan modal SMS-SMS ini Bowo bersiap-siap menghadapi masalah esok harinya.

Biarpun tidak ada pergerakan Bowo tahu dari hatinya sendiri. Semuanya masih sangat menegangkan karena  berbagai kemungkinan bentrok selalu ada dan bagi Bowo pribadi sudah terjadi sejak pernikahan Ani Oktober S015.

Ironisnya hati Bowo masih mengharap Ani menjadi miliknya, dengan segala imaginasi seks yang luar biasa tingginya. Terkadang Bowo kesulitan melampiaskannya, begitu meledak dalam permainan sendirian.

Beginilah sejatinya seorang bujangan, pelampiasannya sering disalahartikan masyarakat walaupun dari segi kebutuhan jasmani itu wajar, dan bukan merupakan kelainan seks.

Hari Selasa Bowo tertegun.

Adegan sinetron drama palsu Ani yang berbaju hamil diboncengkan Bapak Jonan tersaji kembali. Baju hamilnya sama persis seperti minggu kemarin, cuma kali ini mukanya diperlihatkan jelas agar terpantau Bowo. Sebuah wajah dibalik punggung Bapak Jonan dengan pipi dan kulit kemerahan, justru menggairahkan berahi lelaki meningkat.

Sekejap saja lewat, persis depan kios Bowo. Hanya SMS saja Bowo membalas aksi Ani dan Bapak Jonan,

“Masih saja Mbak Ani bermain terus, kapan selesainya?”

“Tentu saja mudah mengelabui saya dengan baju hamil, itu kan koleksi tahun S015 yang lalu.”

Bayangkan saja bagaimana imaginasi seks Bowo mendapati adegan drama yang seksi menggugah syahwat tersebut, jelas habis-habisan Bowo melampiaskannya. Lucunya SMS-SMS Bowo sepertinya sebagai jawaban yang memuaskan pihak Ani dan keluarganya. Jawaban atau pernyataan Bowo dianggap sesuai konteks tujuan keluarga tersebut.

Buktinya adalah hari selanjutnya, siang hari Ibu Jonan mungkin setelah pulang dari mengajar memperlihatkan diri dengan mengunjungi kios Photo copy. Kembaran Ani dalam segala hal kecuali usianya yang separoh abad masih berseragam PNS.

Kecantikannya masih membekas dalam balutan seragam bajunya persis seperti Ani dalam jaket almamater mahasiswanya. Dari dulupun karyawan kios photo copy sudah mengenalnya menjadi langganan tetap. Tak terbersit rasa curiga bila aksinya itu untuk memantau Bowo.

Jelas sekali Ibu Ani memantau Bowo dari dalam ruang kios, tak menghindari pandang dengan Bowo walaupun tak menampakan mimik ramah. Sampai selesai hajatnya dan melangkah meninggalkan kios photo copy pandangannya tertuju pada Bowo, bibirnya saja dikatupkan erat seperti digigit agar tak menampakan senyum lebar.

Bowo saja yang jadi obyek pemantauan  tambah kebingungan. Soalnya cara-cara seperti Ibu Ani tidak menyiratkan penyelesaian masalah, padahal pihak Bowo pasti larinya menuntut satu bentuk penyelesaian berupa keputusan dari orang-orang tua yang seharusnya bijaksana ini.

Bila sudah ada aksi dari salah satu tokoh penting keluarga Bapak Jonan semuanya langsung lenyap, sulit menafsirkannya.

Apalagi selanjutnya?

Yang tidak pernah diduga Bowo malah terjadi. Siang hari begitu panas dan Bowo harap-harap cemas mendapat kunjungan pemesan stempel, sayang tidak beruntung.

Bowo melongo ketika dari tempat duduknya datang makhluk cantik bergaun merah tertutup jaket biru langit mendatangi warung angkringan milik tetangganya. Satu tas besar di punggung dan tas jinjing kecil yang dibawanya menjadi ciri khas perempuan Ani.

Satu smart phone di tangan selalu dimainkan, wakahnya jelas cantik walaupun sedikit berkeringat. Datang ke warung sebelah duduk di bangku meletakan dua tas bawaannya, memandang Bowo....

Ya Bowo terpana begitu takjubnya, menganggukan kepala langsung dibalas Ani. Tampaknya Ani segera memesan minuman dan nasi kucing. Bowo memandang tajam Ani, wah Mbak cantik ini terus memainkan gadgetnya, seolah-olah menerima telepon dari seseorang.

Tapi akhirnya Ani pindah menuju bangku panjang di dalam kios, malah lebih leluasa lagi baginya memantau Bowo.

Sebal sekali Bowo....

Bowo memutuskan mendatangi Ani yang sedang makan siang di dalam kios angkringan. Sedikit jengah ia dengan keadaannya, inilah pacarnya selama ini sekaligus musuh bebuyutannya karena begitu penjangnya pertengkaran diantara mereka berdua ditambah statusnya yang sudah bersuami menjadikan posisi Bowo dilematis.

“Salam Mbak, baru sekali ini ke warung angkringan ya Mbak?” Bowo menyapa duluan.

“Ya Pak ada apa rupanya?” Ani basa-basi sedikit memojokan Bowo yang mendekatinya. “Maaf saya tak pernah muncul selama ini karena ada urusan di Jakarta,” tambahannya mengherankan Bowo.

Wah bohongnya selangit, itu sama dengan bulan Juli saat Bowo menanti keluarnya Ani dari kios photo copy dan merupakan pendekatan paling akrabnya selama ini.

“Maaf Mbak selama ini saya kurang mengenal sampean, sampean ini benar putri Bapak Jonankah?”

Bowo bertanya karena poin ini adalah identitas yang diyakininya. Ani menganggukan kepala membenarkannya.

“Oh silakan Mbak meneruskan makan, sering-seringlah mampir ke warung, sekian tahun kenal Mbaknya ini tak pernah sudi makan di sekitar sini.”

Bowo tak bisa berlama-lama berbincang dengan Ani, rasa rikuh menyergap sesuatu yang sebenarnya adalah kelemahannya setiap kali berhadapan dengan perempuan.

Bowo kembali duduk di kursi plastik kiosnya. Sedang selisih satu kios koran Ani sambil menikmati makan siang terus memandang Bowo lekat-lekat. Tentu sambil ngobrol dengan pemilik warung yang sesama perempuan.

Bowo mati kutu dipantau Ani sedemikian rupa dekatnya. Benar-benar tak berkutik, kapan ya Bowo bisa merayu Ani sampai klepek-klepek menyerahkan diri.....

Akhirnya Ani selesai makan, segera membayar dan menyambar dua tas bawaannya. Berjalan kaki saja meninggalkan warung, sedikit menengok ke belakang memastikan Bowo tidak mengikutinya.

Tapi mungkin juga minta diikuti Bowo, sayang Bowo tak melakukannya. Hanya mengamati kemana Ani melangkah, benar sampai seratus meter kemudian menuju sebuah supermarket. Cukup lama kemudian tampak bodi cantiknya keluar melangkah dengan barang belanjaannya dari supermarket. Hanya lima puluh meter belok kanan jalan kampung menuju rumah tinggalnya.

Hati Bowo pun berbunga-bunga, segera SMS,

“Huuu ngaku dari Sumatera, Batak apa Melayu nih?”

Bowo SMS seperti ini karena sempat bertanya pada pemilik warung yang menerangkan asal daerahnya, jawabnya Sumatera padahal Ani Jawa tulen asli kota gudeg.

“Terima kasih atas atensinya ya Mbak cantik, sering-seringlah tampil di sekitar eks kampus Stiekers agar sampean tetap dalam perlindunganku.”

“Ah sampean ini jelas-jelas lebih berpengalaman dari saya dalam aksi-aksi seperti ini, saya nanti yang harus belajar banyak dari Mbak Ani.”

Terus Bowo SMS menyatakan suka citanya.

                                                               ***

Tapi setelah perjumpaannya dengan Ani di warung tetangga kiosnya, esoknya Ani seperti lenyap ditelan Bumi. Bowo pun gelisah menanyakan kabar Ani melalui SMS. Bowo berpikiran cemas tentang kehadiran suami Ani di Yogya kembali. Hanya kemungkinan inilah yang bissa merubah segala kebahagiaan Ani dalam kebersamaan dengan Bowo selama ini.

Bowo coba SMS tentang tuduhannya,

“Mungkin saya salah menuduh suami Mbak Ani sebagai pelaku sindikat human traficking. Bila sampai muncul kembali di Yogya berarti itulah bantahannya secara pribadi.”

Banyak kemungkinan kehadiran suami Ani, tentu berkaitan dengan hubungan yang terjalin lama diantara dua keluarga. Apalagi sampai suami Ani berani membangun rumah di pekarangan rumah keluarga tersebut. Coba pikir rumah tersebut tak mungkin hanya dari modal sendiri. Jelas di belakangnya adalah keluarga besar menantu Bapak Jonan di Bali berperan besar.

Semuanya sekarang menjadi masalah besar keluarga suami Ani di Bali. Bagaimanakah penyelesaiannya dari keluarga besar tersebut?

Permusuhan antara Bowo dengan lelaki suami Ani tak kentara. Belum pernah ada adu argumentasi, debat, atau pertengkaran langsung berhadapan.

Bagi Bowo sangat aneh, hanya melalui nomor yang dipegang Ani SMS-SMS yang dikirimkannya menjadi dasar penyelesaian masalah sebuah keluarga besar. Padahal bila ada bantahan, sanggahan, sangkalan apalagi sampai adu argumentasi maka Bowo akan mengikutinya dan mungkin tahu kelemahan pernyataan dan pendapat yang ditulisnya.

Maka Bowo jadi bebas menulis SMS, terbawa menuruti emosi hatinya yang sedang galau.

“Aku menyesal telah membuat perpecahan keluarga baru yang dibina antara Mbak Ani dan suami. Bukti-bukti menunjukan kredibilitas suami Mbak Ani sangat tinggi, silakan bila bersatu kembali.....tinggalkan seorang Bowo yang egois ini.”

Yang sebenarnya kejiwaan Bowo sedang labil, sangat sensitif. Pikiran-pikiran buruk terus bermunculan seiring fakta-fakta tentang Ani dan suaminya. Campur aduk, perasaan tidak nyaman seperti itu sulit ditepis. Bowo tahu semua bisa stabil kembali beberapa bulan mendatang.....sayang hal tersebut tidak berlaku, pertikaian masih bergulir tanpa bisa dihindarinya.

Dugaan Bowo bila Ani lenyap itu berarti sedang terjadi perundingan diantara dua keluarga besar tersebut. Jelas perundingan-perundingan itu sangat menentukan masa depan rumah tangga anak-anak mereka.

Dari bagian inilah Bowo membahas dan dikirimkannya SMS,

“Mbak Ani silakan menghubungi suami kembali, binalah kembali rumah tangga sampean berdua. Masa depan rumah tannga sampean lebih penting dari urusan Bowo yang hanya menjadi pengacau rumah tangga kalian.”

Ani benar-benar lenyap, ini sudah masuk minggu pertama bulan September. Bowo terus menunggu perkembangan, menunggu kemunculan Ani dan mengirim SMS-SMS tentang kemungkinan konflik yang terus bergulir.

Otak Bowo yang terus diperas membuat pembahasan masalah melalui alat komunikasi HP. Lagi-lagi Bowo menduga buruk, itu bisa dilihat dari gejala pergerakan keluarga Ani dan terutama makhluk cantik yang terus bermasalah dengannya ini.

Nah hari Kamis Ani muncul bersama istri Udin. Sempat memandang Bowo dengan mimik tak senang. Apalagi kemudian ternyata dijemput sebuah mobil taksi resmi. Bowo segera menduga Ani pasti menjemput suaminya dari Bandara Adi Sucipto, segera Bowo mengirim SMS,

“Mbak Ani harus membuat kebijaksanaan yang bisa diterima semua pihak. Saya menantikan semua itu dari sini, nwn!”

Setelah itu Ani benar-benar lenyap kembali, Bowo makin kehilangan. Bowo hanya bisa coba memantau rumah keluarga Bapak Jonan. Terutama di hari minggu setelah latihan Silat dan Yoga serta Jogging mencapai rute di kampus ISI.

Rumah bercat hijau muda pari enom tersebut dilewati Bowo yang masih terhanyut perasaannya pada perempuan penghuninya. Oh ada Udin yang sedang memandikan burung piaraannya dalam sangkar. Udin memandang tajam kehadiran Bowo di sekitar rumahnya, sangat waspada. Atau malah memang menanti aksi Bowo untuk terus diperkarakan keluarga tersebut?

Bowo sendiri hanya lewat, menghindari tatap mata dengan Udin. Kehadirannya di sekitar rumah ini saja sudah sangat menyulitkan posisi keluarga tersebut. Dialah biang keladi keributan selama puluhan tahun ini walaupun dalam, “Pergerakan yang Senyap.”

Bowo pun aman saja sampai di rumah kontrakannya.

10 September S018,

Bowo tahu firasat buruknya benar, Ani pagi-pagi entah dari mana muncul bersepeda motor Vario merah yang tidak biasanya dipakai. Ah motor matik itu bukan milik keluarga Bapak Jonan.

Apalagi dari gaun yang dipakainya, merah muda. Yang berarti memang menyambut seseorang yang spesial bagi hidupnya.

Betapa panas hati Bowo, ini mungkin adalah tingkat tertinggi rasa cemburunya. Jelas Ani telah beberapa hari berkumpul dengan suaminya, mungkin bahkan berlibur di hari Minggu bersama suaminya yang dijemputnya hari Kamis minggu sebelumnya.

Kehadiran Ani hanya untuk memanas-manasi situasi yang sudah demikian menegangkan untuk pihak Bowo. Ani tidak menatap Bowo, malah menebarkan senyum pada kedua karyawan kios photo copy yang mengagumi penampilannya yang sangat cantik di pagi hari itu.

Ani kemudian menyeberang jalan masuk gang menuju rumahnya. Lenyap tak memperlihatkan diri lagi....

Untung kemudian Bowo bisa meninggalkan kios karena ada order stempel. Jelas bakalan ada kejadian tak terduga nantinya, Bowo menduga sangat buruk.

Pulang dari tempat seting komputer Bowo sudah melihat di seberang jalan di kios Photo copy samping gang, itulah suami Ani yang sebenarnya statusnya bagi Bowo sudah menjadi pelarian.

Tapi bagi Bowo semua itu menjadi neraka yang sangat panas. Penafsirannya adalah Ani memang sudah menyatakan pilihan hidup, berdampingan selamanya dengan lelaki yang sudah dituduh Bowo pelaku sindikat human traficking.

Entah apa yang dilakukan suami Ani Bowo tak peduli. Ia langsung saja mengirim SMS mencoba menjelaskan masalah dan kehancuran mental jiwanya.

“Mbak Ani sudah memilih jalan yang terbaik, silakan melanjutkan rumah tangga tanpa gangguan saya lagi. Dengan pernyataan ini saya Bowo mengundurkan diri dari masalah dengan Bapak Jonan sekeluarga, nwn.”

“Segala tuduhan yang pernah saya tujukan pada suami Mbak Ani, sekarang menjadi bumerang bagiku. Itu bisa diperkarakan kalian sekeluarga bersama menantu dengan kesalahan di pihak saya.”

“Tetapi saya mengucapkan terima kasih, dengan demikian selesailah semua masalah yang membelit selama ini. Dengan perempuan yang lain akan menanti bentuk pertaruhan yang berbeda.”

Terakhir,

“Benar-benar tidak terduga pengalaman yang terjadi di Yogyakarta. Saya tidak mengira bisa mencapai ketinggian derajat berhadapan dengan sebuah keluarga terhormat. Dengan demikian maka malah ikut meningkat derajat saya yang sebenarnya jauh di bawah standar sampean sekeluarga.”

Cukup lama suami Ani di kios, gelagatnya sambil ngobrol dengan karyawan kios photo copy. Bowo tak tahu apakah dirinya harus maju lagi berperkara dengan suami Ani di kios tersebut. Situasinya serba sulit, posisinya sebenarnya adalah pasif, hanya SMS-SMS saja yang bisa dikirim. Ia tak tahu seberapa efektifnya penyelesaian hanya dengan cara melalui alat komunikasi tersebut, selalu menyebalkan untuk pihak Bowo.

Tapi SMS-SMs yang dikirimnya sebagain besar adalah terbukti. Seluruh keluarga Bapak Jonan bahkan menantunya ini menjadikan SMS-SMS Bowo sebagai rujukan. Bahkan kemungkinan besar Ani sangat patuh pada cara-cara Bowo selama ini menghadapi konflik. Sayang yang terbaca oleh Bowo isi SMS-SMS nya juga selalu menjadi senjata pihak keluarga Bapak Jonan dan menantunya menyerang mental dalam bentuk aksi manuver skenario dramatis.

Setelah suami Ani pulang menuju rumah Bapak Jonan, Bowo langsung menutup dan memblokir nomor-nomor milik keluarga Bapak Jonan. Semua peristiwa yang berada di depannya sebenarnya bukan urusannya, itu sangat internal dalam keluarga Bapak Jonan sendiri.

Yang jelas malamnya Bowo berpikir keras, kepalanya sangat panas dan tegang. Tak mungkin tidur malam itu, sementara malam tersebut memang banyak menjadi lelaku prihatin orang Jawa. Di keraton Yogya sedang berlangsung tapa bisu mengelilingi beteng keraton. Tahun Baru Jawa 1 Syuro disambut dengan lelaku prihatin, bukan dengan pesta pora seperti tahun baru Masehi.

Bagi Bowo sendiri bila ini klimaks dari konflik dengan anggota keluarga Bapak Jonan berarti selesai. Malah membuka pintu jodohnya dengan perempuan lain, hukum seperti itu berlaku di dunia sebagai kepastian.

Bila dunia ini hancur lebur seperti yang dialami Bowo, setelahnya dilalui dengan baik justru semua akan dimulai dari awal. Kemungkinan bahkan yang dihadapi Bowo nantinya lebih menantang jiwa petualangannya. Jadi satu masalah selesai maka akan datang masalah yang memiliki kemiripan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi untuk dipecahkan. Bowo siap menanti takdirnya tersebut.

Bowo terkejut malam harinya tepat menuju jam satu malam. Kamar kontrakannya sangat sepi, terkadang ada satu dua orang melintas di gang memperdengarkan alas kaki diseret orang. Tapi kali ini ada yang istimewa, jejak suara langkah orang terdengar senyap dan dinding kamar kos Bowo digedor orang.

Tok Tok Tok, keras sekali.

Bowo terhenyak cepat bangkit dari berebah di tikar kamar kos, memang ia tak bisa tidur gara-gara tertekan jiwanya. Pikirannya melayang-layang mengingat peristiwa siang yang menunjukan dirinya mengalami kekalahan.

Cepat Bowo mencoba keluar kamar, diloncatinya pagar teras yang hanya satu meter tingginya. Dipantaunya tajam areal gang, ada sekelebatan sosok lelaki cepat-cepat berlari menghindari pengejaran Bowo.

Jelas itu pelakunya, Bowo mengejar di gang yang cukup gelap tersebut. Sampai di perempatan gang ia bingung, sosok pelaku penggedor dinding kamarnya lenyap tak berbekas. Ke rumah Bapak Jonan tampaknya mustahil, jelas lari ke gang lain menuju jalan raya.

Kejadian seperti itu terulang kembali, itu pernah terjadi 1013 awal saat Bowo bentrok dengan Udin. Namun kali ini pelakunya berbeda, tujuannya sama yaitu meneror dirinya agar takut, menyingkir, dan mengakui kalah.

Tujuan utamanya adalah mengacaukan jiwanya agar lepas kontrol hingga menambah beban mental dari masalah yang sedang bergulir. Segala cara telah dilakukan jatuhnya biarpun tidak secara langsung tetap dilakukan sebuah komplotan. Bowo tahu walaupun hanya dugaan karena semua masalah sedang mencapai klimaksnya, itulah operasi sebuah sindikat.

Siapapun pelakunya atau atas perintah siapa semua gelap, mereka berada dalam kondisi kritis menuju kehancuran. Sebuah sindikat yang mengalami kegagalan operasi mendapatkan target korban.

Bowo segera SMS,

“Siapapun pelakunya kepada orang yang sudah menggedor dinding kamar bila tidak beridentitas saya tidak menghormatinya, nwn.”

Malam itu demikian tegangnya, Bowo terus terjaga sampai pagi harinya membuka kios pada tahun baru hijriah atau syuro bagi orang Jawa.

Ah dari kaca mata Bowo sisi yang menakutkan hinggap pada dadanya. Ia mengambil kemungkinan resiko paling beratnya, yaitu Ani telah menikah hidup bersama dengan suaminya dan dengan demikian gugurlah segala tuduhan yang dialamatkan pada suami Ani.

Itu berarti ia akan melihat pasangan suami istri ini hidup berdampingan kembali karena telah tercapai kesepakatan dengan Ani mengambil konsekuensi serius menjalani rumah tangga. Lagi pula buat apa, kenyataan membuktikan adanya kehadiran suami Ani mulai awal S018 jadi keduanya sudah berkumpul lama saat Bowo dipermainkan Ani sekeluarga.

Kemungkinan itu besar karena pengorbanan suami Ani. Coba mau diapakan segala upaya suaminya yang sampai berani mempertaruhkan aset milyaran rupiah demi mendapatkan cinta Ani?

Bowo pun tersingkir.

Patokan Bowo adalah penolakan jodoh yang dilakukan Ani Januari S018. Seharusnya masalah mereka berdua sudah selesai, Ani bersama suaminya nyatanya aman-aman saja mendirikan rumah untuk masa depan mereka berdua, karena memang Bowo nyaris tidak mengetahui tujuan aksi-aksi manuver seluruh keluarga besar Bapak Jonan.

Bila sekarang Ani membuat keputusan mempertahankan rumah tangga, Bowo pun harus menghormati. Pihaknya dikorbankan tidak mengapa, kerugiannya dari segala bentuk materi maupun kejiwaan tidak besar, malah sebaliknya itu akan membuka jodohnya dengan perempuan lain.

Sayang....

Jam 10 muncul motor Mio sporty biru dari mulut gang. Pengendaranya Ani juga bergaun biru, berkaca mata minus, berjilbab hitam, berhelm tanpa masker. Bawaannya cermin cukup besar entah hendak diantar kemana.

Seluruh poin yang diperkirakan Bowo berubah. Terbaca olehnya Ani lebih tertuju kepada dirinya untuk kelanjutan hubungan diantara mereka berdua. Berarti aksi suaminya hari selasa adalah sama saja dengan ucapan perpisahan.

Sebuah tragedi telah terjadi di depan Bowo karena kehadirannya di Yogya. Bowo adalah orang ketiga yang telah menghancurkan rumah tangga suami istri yang dibela mati-matian seluruh keluarganya.

Ani diam, itu sudah dari dulu setiap beraksi. Motornya di seberang jalan, sedikit berlama-lama di jok motor mematut-matut penampilannya sebagai naluri perempuan. Ah dari dulupun setiap ada aksi Ani terdiam senyap.

Keduanya adalah lelaki dan perempuan yang memiliki hubungan batin percintaan tapi belum pernah menjadi pasangan resmi apapun, pacaran belum, bergandengan tangan belum, apalagi berciuman....apalagi terikat dalam tali pernikahan, dan bla bla bla....

Ani menyatakan ia tetap mempertahankan hubungan dengan Bowo. Tetap melanjutkan permainan diantara mereka berdua dan menikmatinya.

Setelah beberapa puluh detik Ani pun menyeberang jalan tanpa memberi aplaus apapun kepada Bowo. Tetapi urusan di atas itulah makna pergerakannya yang senyap. Komunikasi yang terjadi selama ini hanya melalui SMS, larinya paling-paling miscall karena tak pernah diangkat. Itulah Ani dengan segala rahasianya.

“Baiklah Mbak Ani kita lanjutkan lagi permainan diantara kita berdua. Sayang isi SMS-SMS ku selama ini sering jadi senjata untuk sampean sekeluarga beraksi, jadi terpaksa sementara ini kuhentikan, nwn.”

Bagi Bowo semua seperti kembali ke semula, mereka berdua tetap melanjutkan hubungan walaupun terhalang status.

Tapi Bowo terkejut karena adanya motor lain muncul dari mulut gang. Motor bernomor polisi Bali, pengendaranya seorang lelaki tak dikenal, nyelonong begitu saja seolah-olah memberi tahu Bowo bahwa mereka sedang memantau keduanya beraksi.

Bowo was-was, pikirannya kembali tertuju pada suami Ani dan sindikatnya, sangat berhubungan. Kemungkinan itu adalah anggota sindikat di balik suami Ani.

Segera Bowo SMS,

“Apapun keadaannya Mbak Ani berada dalam perlindunganku. Terpaksa kulakukan karena adanya aksi-aksi dari orang-orang tak dikenal di sekitar kampung.”

Bowo geleng-geleng kepala dalam hatinya berujar, “Benar-benar sulit membahas rumah tangga Ani hanya dengan kasus rumah tangga biasa. Aku sampai mengeluarkan teori tentang sindikat human traficking, dan sampai sekarang tak terbantahkan.”

Dan hari-hari selanjutnya Bowo terus mengirim SMS pada nomor Ani agar tetap terpantau oleh pihaknya. Hari kamis misalnya ada aksi Ani yang memantau Bowo menguntit keberadaanya di sekitar kios stempel.

Jam 9 Ani lewat depan kios Bowo menggunakan ojol. Terpaksa Bowo mengejar memakai sepeda kayuhnya. Ani jelas berbelanja tapi itu adalah bagian dari aksi tertuju pada Bowo. Sampai di seberang supermarket Bowo miscall tiga kali kemudian kirim SMS.

“Bila keadaan seperti ini terus buat apa aku mundur, kita lanjutkan hubungan yang terjalin selama ini, toh suami Mbak Ani malah menyetujui hubungan kita ini.”

“Bukti-bukti menunjukan suami Mbak Ani sudah hadir sejak awal S018, berarti mengetahui semua peristiwa percintaan yang kita lakukan berdua, ya teruskan saja keadaan seperti ini, nyaman kan.”

Sementara Ani akhrinya keluar dari supermarket dengan tas belanjaan. Memerintahkan tukang ojol melaju ke arah rumah tinggalnya. Sebelum naik ojek motor dan mengenakan helm memberi anggukan kepala dan memberi senyum ramah pada Bowo.

Hari Jumat,

Karena respon Ani yang demikian atraktif Bowo tak kuasa menghentikan kiriman-kiriman SMS. Sebuah perasaan berbahagia otomatis menyelimuti hidupnya.

“Sebenarnya dari aspek hukum saya sudah melanggar etika masyarakat. Keluarga Mbak Ani bisa melaporkan secara hukum pidana, tapi tampaknya dalam permainan ini semua pihak malah menghindari hukum, jadinya aku tetap bebas sampai sekarang.”

Bowo mulai tahu profil sindikat yang mencoba mencengkeram Ani sebagai target korbannya. Setidaknya cara dalam pendekatan terhadap calon korbannya. Dipacari, kencan dan akhirnya dijebak berhubungan badan. Tentu tidak kentara sebagai pelanggaran asusila.

Walaupun kemudian Ani sebagai korban tahu gelagat tak beres dari pacarnya dengan memutus hubungan pacaran seluruh keluarga tersebut kemudian tak berdaya karena dari hubungan seks suka sama suka tersebut mencapai kehamilan.

Itulah yang terjadi Oktober S015. Setelah itu suaminya mulai menerapkan praktek sindikat human traficking yang dalam kasus yang diketahui Bowo mengarah pada komoditas seks. Makanya cara-caranya sangat menyulitkan Bowo, diantaranya adalah membiarkan Ani melakukan selebrasi terhadap Bowo mencapai hubungan kelamin.

“Wah berarti Ani nanti bakalan mendapat hukuman dari suami, soalnya pelanggarannya paling berat....”

“Pelanggaran apa ya xixixi, hukum paling setimpal buat Mbak Ani adalah, suruh suami bikin lima anak. Ditanggung repot seumur hidup wkwkwk.”

Bowo terus mengirim SMS candaan karena aski-aksi yang tertuju padanya jelas disalahkan dari pihak suami. Kalau diteruskan larinya adalah selingkuh, walau begitu tersingkirnya suami Ani dari Yogya berarti peluang Bowo semakin mendekati kenyataan mendapatkan Ani sebagai teman hidup.

Nah sehabis ibadah Jumat Ani muncul dengan motor Mionya sebagai tantangan pada Bowo. Perempuan cantik yang berpenampilan intelektual itu benar-benar menyesuaikan dengan isi-isi SMS nya yang dikirimkan Bowo. Jadi bila hendak bikin anak Ani pun oke saja, mau bikin berapakah setuju....pasti dengan suaminya.

Bowolah yang dituju Ani sebagai lelaki pilihannya untuk memberi anak sebanyak-banyaknya.

Bowo sendiri tidak bisa mengelak hatinya bergetar penuh kebahagiaan. Sayang semua itu masih terhalang karena status Ani belum bercerai dari suaminya yang dari Bali, entah lenyap kemana Bowo tak tahu karena sulit mengorek keterangan dari Ani sekalipun.

Bowo pun mafhum sekarang, biarpun suami Ani membiarkan umpan terus memancing Bowo mengarah jebakan hubungan seks. Semua itu dilakukannya dan di belakangnya sudah ada orang-orang yang bersiap-siap memperkarakan baik itu terhadap Bowo maupun Ani. Keduanya dijebak dalam kasus berlainan dengan inti perzinaan.

Bowo dijebak melakukan tindak pelecehan seksual dan itu mudah diperkarakan seluruh keluarga Bapak Jonan, Bowo hancur dengan sendirinya. Sedangkan untuk Ani bila sampai selingkuh dengan Bowo, itu menjadi pintu bagi suaminya dan pihak sindikat menjual kehormatannya sebagai wanita dengan imbalan materi besar.

Belum terjadi karena gagal, hanya gelagatnya tercium Bowo seperti itu modusnya. Bagi Bowo sendiri rasanya tak terperikan, ngeri sekali. Fakta-fakta menunjukan suami Ani bejat, sengaja membiarkan Ani menjebak Bowo sampai tingkatan hubungan seksual. Jelas sangat menegangkan bagi semua pihak, kemungkinan jenis-jenis bisnis lendir memanfaatkan situasi-situasi seperti ini.

Gagal memperkarakan Bowo bahkan ditantang sampai tingkatan adu jiwa. Di sinilah bisnis lendir sudah kandas, pelakunya lari dengan pengecutnya. Bisnis adalah bisnis, Ani sudah tidak menguntungkan bagi sindikat tersebut, tindak kekerasan apalagi sampai adu jiwa tak berlaku dalam bisnis lendir. Sindikat tersebut sekarang sibuk menghindar agar pertarungan tidak berlanjut.

Kira-kira seperti itulah teori Bowo dalam mengungkapkan kasus yang membelit dirinya dengan Ani dan keluarga Bapak Jonan. Berarti suami Ani sekarang sudah tersingkir, dilihat dari usianya ia masih muda belum terjamah kasus sindikat human traficking. Begitu juga keluarganya yang mungkin tetap terpandang karena berstatus PNS.

Oknum-oknum di belakangnya yang sekarang dihadapi Bowo, menantang Bowo dengan memanfaatkan keluarga Bapak Jonan agar terus berperkara. Mungkin Bapak Jonan terus berkomunikasi dengan pihak-pihak di belakang suami Ani agar Bowo terus berperkara sebagai mantan pacar Ani dengan pihak mereka. Jadi tetap gelap pelaku-pelakunya. Ingat ini sindikat human traficking tingkat elit. Biarpun korban sudah didapat tetap diperistri rumah tangga biasa. Mungkin suatu ketika sang istri membutuhkan materi karena sesuai nalurinya, nah jalannya adalah menawarkan diri menjual kehormatannya pada seseorang yang berduit. Toh dari sudut manapun profil Ani sangat menjual.

Puncaknya hari Sabtu,

Bowo baru saja membuka kios, Ani  sudah beraksi, jelas Ani melakukan aksi-aksi seperti itu atas perintah dari dua pihak, keluarga Bapak Jonan dan oknum-oknum gelap sindikat human traficking.

Bowo tahu saja seorang ojol berhenti di samping mulut gang. Berarti menanti keluarnya Ani yang sedang menuju mulut gang ke jalan raya.

Begitulah tajamnya firasat Bowo dari gelagat yang terjadi di depannya. Kalau tukang ojeknya kebingungan menanti, akhirnya bergeser terus menjauhi gang karena mengira penyisiran lokasinya melalui GPS salah.

Ani muncul tampak tergesa-gesa sangat disengaja. Celingak-celinguk karena tidak mendapati ojek online yang diordernya menjauh. Bowo yang akhirnya bertemu pandang dengan Ani menunjuk pengendara ojol yang menjauh tersebut. Ani menganggukan kepala pada Bowo, aksinya pura-pura merapikan tali sepatu yang lepas jelas disengaja sekali.

Pacar Bowo inipun kabur bersama tukang ojek online menyuruh Bowo membahas fenomena yang terjadi. Bowo sampai berpikir keras, akhirnya menulis SMS beruntun.

“Bila keadaan seperti ini jatuhnya benar-benar kasus human traficking. Saya sebagai mantan pacar Mbak Ani harus disingkirkan agar sukses mendapatkan target korban.”

“Sindikat seperti ini banyak beredar di Bali sebagai pusatnya. Kriminalitas di Bali rendah, dunia pariwisatanya yang mencurigakan. Kemungkinan banyak terjadi prostitusi terselubung.”

“Sindikat seperti ini selalu menghindari aparat, bilapun terbongkar bakalan dicoba dengan penyelesaian kekeluargaan. Semuanya menghindari aparat keamanan dengan dalih adat dan lelaku yang saya tuduhkan jatuh pada suami Mbak Ani.”

“Saya tidak memiliki catatan kriminal, silahkan saja bila diperkarakan sampai tingkat apapun, bisa saja suami Mbak Ani dan keluarganya bersih tapi orang-orang di belakangnya menjadi komplotan jelas meragukan.”

“Operasi sindikat disebut berhasil bila target didapat dan kemudian mantan pacar disingkirkan. Dengan demikian operasi selanjutnya adalah milik sindikat sesuai bidangnya.”

“Operasi sindikat telah gagal, korban harus dikembalikan pada keluarganya. Dan setiap sindikat yang gagal secara hukum tak tertulis mengalami kebangkrutan, semua itu nyata di depan mata saya.”

“Kecuali Mbak Ani memang hendak terjun dalam dunia petualangan tersebut, semua angkat tangan!”

“Demikian yang bisa saya terangkan, nwn.”

Bowo berhenti di bagian ini. Duduk menunggu pemesan stempel berkunjung. Ternyata tak lama dari mulut gang muncul sepeda motor bernomor polisi Bali. Bowo sama sekali tidak mengenal pengendaranya, sempat berhenti untuk mendapatkan peluang menyeberang. Akhirnya benar-benar menyeberang melintas depan kios Bowo.

Setelah itu semua senyap.

 

 

 

 

 

 

 

    BAB 15

     PARADIGMA BARU

Ternyata dalam hidupnya Bowo mendapati kegiatannya terdiri dari beberapa unsur yang akhirnya saling mempengaruhi. Bukan hal yang luar biasa, Bowo tetap manusia biasa, semua orang pun kemungkinan menghadapi hal yang sama.

Pertama Bowo membuat program bidang yang menjadi beberapa kegiatannya sehari-hari. Program kerja tentu semua orang memiliki, nah Bowo bertahun-tahun mati-matian mempertahankan usaha jasa stempel kelas kaki lima.

Pernah juga Bowo mengasong koran, tapi sudah dihentikannya. Surat kabar harian sudah menurun penggemarnya semua beralih pada format digital walupun juga banyak kekurangannya. Sering pembaca artikel melalui internet terpapar berita hoaks, itu sudah menjadi pandemi global.

Program kegiatannya yang lain adalah latihan pencak silat dan yoga. Ini yang menarik bagi Bowo, ternyata berkesinambungan dengan kasus-kasus yang dihadapinya. Lebih mirip ia menjadi tokoh persilatan dalam komik fiksi.

Program Pencak silat dan yoga menjadi bagian laku asketik. Larinya pada ke tujuan naluri terhadap gejala-gejala tak wajar menghadapi konflik dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan.

Pergerakan anggota keluarga tersebut tertuju pada Bowo dalam bentuk simbol, isyarat, bahasa tubuh, penampilan dan aksi-aksi skenario dramatis. Bowo harus bekerja keras menterjemahkannya dan kemudian menyelesaikannya satu persatu. Hal itu terjadi hingga sekarang.

Kalau mau disebut sebagai perseteruan antara Bowo dengan suami Ani adalah berupa adu mental. Puncaknya di bulan Agustus S018, Bowo yang sudah biasa menghadapi manuver-manuver keluarga Bapak Jonan ditantang suami Ani yang identitasnya gelap.

Pertarungan ternyata tidak lebih hanya setengah bulan, suami Ani ambruk mentalnya. Mungkin dengan alasan tertentu, suami Ani pergi meninggalkan rumah Bapak Jonan untuk suatu keperluan. Tapi keluarga Bapak Jonan tidak terima, semuanya harus sebagai sebuah keputusan. Bila pergi ya selamanya alias berpisah dengan istrinya, Ani.

Senjata andalan suami Ani adalah statusnya yang tinggi di masyarakat. Sebagai pelajar dengan gelar sarjana, bahkan dikabarkan sedang menempuh pendidikan SS di Inggris walaupun meragukan.

Yang terlihat di mata Bowo adalah kekurangannya, memang masih atas nama keluarga besarnya karena suami Ani jelas pengangguran. Sudah ada proyek bangunan rumah yang rencananya akan ditempati suami istri ini bila sudah selesai dibangun.

Itu semacam transferan modal dari Bali ke Yogya, sekarang menjadi masalah besar karena aset tersebut mangkrak. Suami Ani pergi setelah bentrok dengan Bowo, bagaimana menyelesaikan harta benda yang ditinggalkan di halaman rumah Bapak Jonan berupa bangunan rumah permanen yang belum selesai?

Ketika menikah Oktober S015 suami Ani dan keluarganya di Bali  tahu telah terjadi pergulatan seru antara Bowo dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Keluarga Bapak Jonan sendiri menggunakan kelanjutan hubungan suami istri atau pihaknya dengan konflik yang masih bergulir dengan Bowo, jadi akhirnya terjadi benturan dengan keluarga besar suami Ani di Bali.

Di sinilah kemungkinan pada akhirnya suami Ani dan keluarga besarnya mempraktekan modus ala sindikat human traficking  atau bahkan menggunakan jasa sebuah komplotan yang beroperasi di Yogya. Salah satu modus yang diterapkan adalah selalu mengulur waktu agar Bowo mendapat semacam musibah.

Benturan tak terhindarkan, Bowo berhasil melayani dan hingga kini menduga isu suami Ani pergi menghilangkan jejak agar tidak diperkarakan kasus pidana. Ah semuanya hanya dugaan Bowo.....

Bidang pencak silat dan yoga menjadi jalan petualangannya memunculkan kasus-kasus sulit dengan oknum-oknum tertentu yang gelap identitasnya. Bowo menduga ia telah berhadapan langsung dengan sebuah komplotan sindikat human traficking.

Hingga akhir S018 tuduhannya terhadap suami Ani sebagai pelaku sindikat human traficking tidak terbantahkan. Pelaku-pelakunya kemungkinan sudah melarikan diri karena korban yang menjadi targetnya tidak menguntungkan bagi bisnis amoral mereka.

Konflik intinya dengan seorang perempuan yaitu Ani hingga sekarang belum selesai. Masih bergulir sangat sensitif karena mencapai prinsip kombinasi pejantan pria menghadapi feminitas perempuan.

Bila saja urusan perempuan dan lelaki yang dihadapi Bowo hanya percintaan atau rumah tangga biasa maka bisa disebut sangat romantis. Tapi karena ditunggangi kasus human traficking yang berunsur pidana lebih mirip kisah komik persilatan, kebaikan pasti menghancurkan kejahatan.

Bowo mencapai predikat pendekar tapi ia malu sendiri, posisinya tak lebih mempertahankan moral mati-matian. Menjaga etika ternyata lebih sulit dari pada melanggarnya. Apalagi semua etika telanjang dengan bagian sensisitf lelaki dan perempuan yaitu alat kelaminnya.

Saru.....Saru....Pendekar Saru.

He He He ia menjuluki dirinya sendiri dengan predikat tersebut.

   ***

Konflik Bowo dengan Ani sebelumnya sendiri sangat njelimet. Faktor penyelesaian masalah sebenarnya adalah dari pihak Ani dan keluarga besarnya. Hingga sekarang tidak tercapai, inilah dugaan Bowo paling kuatnya tentang karakter keluarga tersebut.

Sebuah keluarga dengan kecenderungan sangat tinggi, Psikopat.

Perilaku-perilaku psikisnya ini terus dilakukan keluarga Bapak Jonan.

“Ani psikopat cewek, tetap menarik untuk diperkarakan,” Bowo membatin sendiri.

Bowo tidak menampik dirinya mencintai Ani hingga sekarang, karenanya Ani tetap bisa mempengaruhi Bowo dalam beragam bentuk permainan yang ujung-ujungnya bila dikategorikan semuanya hanya kamuflase.

Inilah peristiwa yang terjadi dari minggu ke minggu pasca kepergian suami Ani dari Yog yakarta. Setelah hari sabtunya menulis dan mengirim SMS-SMS tentang bentuk sindikat human traficking yang beroperasi di Yogyakarta Bowo merasa bimbang sendiri. Belum tentu fenomena yang diduganya melibatkan suami Ani hingga menuduhnya sebagai pelaku kasus human traficking sebagai kebenaran.

Justru Bowo melihat sudut lain, ialah pihak Ani dan keluarga besarnya. Selama ini keluarga Ani juga melakukan berbagai tindakan yang mencurigakan, bila menjadi kasus itu mencapai modus.

Benar, modus yang digunakan keluarga Bapak Jonan bisa terulang kembali. Caranya mengumpankan Ani pada orang lain yang bisa menjadi target penipuan. Sangat mengerikan bila diulangi lagi pada orang lain sebagai korban. Ujung-ujungnya adalah mendapatkan kekayaan berlipat-lipat.

Coba analisa, suami Ani telah mengorbankan ratusan juta membangun rumah. Kini mangkrak karena kalah perkara dengan Bowo. Asetnya kini tertinggal di Yogyakarta dengan kepemilikan hak jatuh pada keluarga Bapak Jonan.

Hanya dalam waktu 3 tahun keluarga ini mendapatkan kekayaan lebih setengah milyar hanya dengan modus memasang Ani berperkara dengan seorang lelaki yang kini menyingkir jauh.

Bila modus yang sama dilakukan kepada target lain.....

 Disinilah Bowo berpikir keras, itu karena semuanya masih berkaitan dengan dirinya yang masih terlibat konflik pribadi dengan Ani maupun seluruh keluarga Bapak Jonan.

Ya itu modus kejahatan yang rapih sekali, caranya memang sedikit hina. Yaitu menjadikan Ani sebagai pelacur, menyerahkan diri pada target kemudian diperkarakan harus bertanggung jawab mencapai ikatan perkawinan. Tentu target harus seorang yang tajir dengan aset banyak pastilah sebagian kekayaannya bakalan beralih pada Ani.

Tinggallah anggota keluarga Ani yang lain berperkara dengan target korban agar semakin bisa diperas kemudian disingkirkan seperti suami Ani.....

Bisa jadi, dan Bowo ngeri sendiri jadinya.

Bila sudah berpikir tentang bentuk-bentuk kejahatan dengan modus yang melibatkan Ani Bowo terbawa perasaan, bimbang sendiri.

Jadinya Bowo mengirim SMS di hari Senin.

“Tadinya saya berposisi menjadi pelindung Mbak Ani dari cengkeraman sindikat kejahatan, tapi sekarang aku lebih mengaguminya karena telah lahir seorang petualang perempuan dengan modus mengumpankan Ani pada target korban untuk melipatgandakan kekayaan.”

“Suami Mbak Ani korban pertama, berkembang lebih taktis lagi misalnya pada pengusaha kaya, pejabat atau tokoh partai politik. Benar-benar salah bila diriku terus melibatkan diri pada kasus-kasus yang akan terjadi nanti.”

“Maka saya berniat mundur saja dari masalah ini, nwn.”

Bowo sengaja mengirim SMS pada hari Senin, jadi tak mungkin hari itu langsung direspon. Isi SMS tersebut jelas sensitif, menuduh Ani dan keluarganya sebagai pelaku kejahatan pemerasan dengan modus mengumpankan perempuan Ani.

Seperti inilah hasil analisa Bowo penuh kecurigaan, buktinya ia tetap sebagai seorang yang berperkara dan sewaktu-waktu bisa digunakan kembali bila sudah ada target korban, caranya dibenturkan kembali dengan Bowo hingga tersingkir.

Modus yang rumit sekali, tetapi sudah ada contoh di depan mata Bowo ialah suami Ani yang sekarang lenyap begitu saja. Bowo menduga melarikan diri.

“Aku terlibat terlalu jauh, kasus ini sulit sekali diurai.”

Bowo sedih hatinya tapi tak bisa menyesal. Sekarang saja dirinya ternyata tidak terputus hubungan kasihnya dengan Ani, malah perginya lelaki suami Ani membuka peluang berumah tangga dengan pacar sejak kecilnya ini.

Tapi Ani psikopat, jejak rumah tangganya ternyata buruk. Kemungkinan itu gara-gara Ani mudah bertingkah dan sulit dikendalikan. Juga memiliki motif tersendiri yang sekarang telah ada di depan mata Bowo sebagai fakta, aset rumah permanen yang ditinggal suaminya. Hak milik siapa kalau bukan keluarga besar Bapak Jonan, itulah tuduhan Bowo sekarang.

Ketegangan terasa esok harinya.

Udin pagi-pagi sudah hilir mudik dua kali di depan kios Bowo. Kemudian Ani muncul tapi dari jalan lain mengantarkan kakak iparnya yang menggendong bayi entah kemana. Itulah efek dari SMS kirimannya yang menuduh Ani dan keluarganya termasuk pelaku pidana penipuan dan pemerasan. Jelas mereka tersinggung dan tidak ingin Bowo meneruskan tuduhan tersebut.

Seharian anggota keluarga Bapak Jonan berseliweran, lebih mirip demo protes terhadap tuduhan Bowo. Berakhir dengan Ibu Jonan mendatangi kios photo copy. Berarti tuduhan Bowo benar-benar menusuk perasaan mereka sekeluarga, keterlaluan!

Malamnya Bowo mengirim SMS,

“Mbak Ani saya bukan polisi tidak akan menginvestigasi sampean sekeluarga sampai jalur hukum. Saya bisa lolos dari jeratan konflik ini saja sudah harus bersyukur.”

Akhirnya Bowo mengalihkan pembahasan masalah.

“Saya tidak menghargai dan menghormati suami Ani, tidak ada bukti beliau akan menyelesaikan perkara.”

“Tersingkirnya mantan pacar itulah yang membuat saya menuduh suami Ani sebagai pelaku sindikat human traficking, mungkin memang belum terlihat tapi prakteknya sedang berlangsung.”

“Bali adalah pusatnya, ada adat yang melatarbelakanginya. Kemudian ada oknum-oknum yang terjun menjadikannya sebagai komoditas dalam bentuk komplotan. Semuanya terjadi sebagai bentuk komersialisasi adat setempat.”

“Orang-orang bilang Bali itu menarik dan mempesona, tapi banyak juga yang tidak suka tinggal di daerah tersebut. Masyarakatnya sangat terikat pada pura, puri, kasta, dan ribet sekali urusan upacara puja bakti. Tentu sangat sulit bagi muslim berbaur dengan mereka.”

“Terutama sekali adalah derajat kaum perempuannya, perhatikan saja bila becak dilegalkan, semua perempuan Bali bakalan lari menjadi tukang becak.”

Banyak Bowo membahas urusan-urusan dibalik gemerlapnya Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia. Dunia pariwisata sering tak jauh dari prostitusi terselubung. Bali berada di urutan pertama urusan bisnis seks ini. Terakhir Bowo SMS,

“Cobalah Mbak Ani membuat analisa, ini tentu tantangan akademis bagi kalangan mahasiswa seperti kalian.”

Ulasan Bowo mungkin dianggap menarik, buktinya sampai seminggu ini Ani selalu memperlihatkan diri dalam penampilan intelektual. Minggu berikutnya ketika SMS-SMS Bowo berkurang bobotnya Ani lenyap. Inilah kecurigaan Bowo terhadap itikad baik Ani.

“Jelas tak mungkin selesai masalah intinya bila seperti ini,” Bowo membatin.

Apalagi beberapa kali ia menemui Ani di jalan bersepeda motor Mio tengah hari. Sepertinya Ani memiliki kegiatan tersendiri, mirislah hati Bowo. Kemungkinan perempuan ini memang bagian dari komplotan kejahatan, berkedok mahasiswa.

Bisa saja Ani mulai mengumpankan dirinya untuk memperdaya lelaki tajir di sekitar Yogya. Modus ini sudah terjadi dan terbukti ampuh mendongkrak kekayaan keluarga Bapak Jonan. Bayangkan hanya dalam waktu 3 tahun aset keluarga ini melonjak tajam.

“Ini momentum tepat bagiku memutuskan hubungan dengan Ani,” inilah tujuan Bowo yang sebenarnya.

Makanya Bowo SMS beberapa hari yang intinya adalah sebagai berikut,

“Semua masalah sudah kubeberkan, rasanya tugas sudah selesai. Saya memutuskan mundur dari hubungan pribadi dengan Mbak Ani, nwn.”

Bagi Bowo Ani boleh jadi pacarnya tetapi tak mungkin menggugat hukum pernikahannya yang sangat kuat. Itu adalah fakta yang tidak terbantahkan. Persoalan suami Ani itu penjahat atau bukan siapa yang tahu.

Bahkan Ani sendiri dengan segala trik-trik di belakangnya belum tentu itu perempuan yang bisa dijadikan ibu rumah tangga. Mungkin memiliki tujuan lain yang tidak jauh-jauh larinya adalah mencari kekayaan. Bisa-bisa bahkan sudah menyerahkan dirinya pada lelaki lain dengan imbalan besar.

“Mulai besok hubungan dengan Mbak Ani sekedar sebagai teman curhat, saya tak berani menjadi orang tanpa status jelas seperti ini.”

Bowo tidak mengada-ada dengan pernyataannya ini, jiwanya terombang-ambing mendapatkan hubungan pacaran yang mengambang tanpa penyelesaian apapun dari perempuan yang tetap menjadi polemik baginya.

Yang jelas Ani belum bercerai, juga tidak putus komunikasi diantara suami istri ini. Apapun keluarganya tetap berkomitmen walaupun itu hanya dugaan belaka.

“Pastilah tuduhanku kalau suami Ani sebagai pelaku sindikat human traficking salah, sudah dibantah sehingga tuduhan dariku kandas.”

Sayang seribu sayang, Ani muncul di pagi hari mendatangi kios photo copy. Wajahnya keras memperlihatkan ketidaksukaannya pada pernyataan-pernyataan Bowo di SMS beberapa hari berturut-turut. Aksinya yang rutin itu terbaca jelas oleh Bowo. Jelas Bowo terpaksa kembali mencoba menghubungi Ani dengan berbagai pernyataan permintaan maaf dan kembali melanjutkan hubungan pacaran mereka melalui SMS-SMS yang tak pernah ada balasan dari perempuan cantik yang statusnya masih istri orang.

Itu terjadi akhir September 2018. Awal Oktober Bowo SMS,

“Wah ini ulang tahun pernikahan Mbak Ani yang ketiga, kenapa tidak dirayakan?”

“Selamat ya.....”

Hubungan Bowo dengan Ani bersambut, setengah bulan ini ada saja aksi Ani yang terbaca pernyataan saling mencintai.

Tentu saja dengan bukti Ani memperlihatkan diri begitu cantik, sampai-sampai Bowo membandingkannya dengan lagu Siti Badriyah, ‘Lagi syantik’. Kemudian sempat juga Ani memperlihatkan diri memakai jaket almamater mahasiswa bersama temannya di kios photo copy.

Satu hari demikian menyenangkan Bowo, seluruh keluarga Bapak Jonan dengan Ani muncul beraksi di depan kios Bowo. Mereka sedang beracara melayat keluarganya yang meninggal dunia. Aksinya diperlihatkan memberi perhatian besar pada Bowo seolah semua anggota keluarga tersebut mendukung penuh hubungan Ani dengan Bowo.

Bowo pun berhamburan mengirim SMS berkaitan dengan dunia intelektualitas, sangat-sangat membahgaikan.....

Tapi minggu ketiga bulan Oktober Ani kembali lenyap. Bowo merasakan ketidakwajaran kembali. Bowo pun susah kembali mencoba menghubungi Ani, dicobanya mengirim SMS seputar akademis, diselingi pengetahuannya tentang beberapa tokoh yang menjadi ilmuwan penerima Nobel tahun 2018.

Ani tetap lenyap, membingungkan.

Sampai-sampai Bowo terpaksa kembali memantau rumah Ani di gang sebelah dari tempat kontrakannya. Hari jumat yang paling tepat momentumnya.

Saat berangkat menuju masjid lewat rumah Ani. Bowo pun tahu ada mobil terparkir di halaman depannya. Bowo tak enak hati, itu jelas mobil tamu entah dari mana. Dugaannya pasti tak jauh, itu suami Ani yang datang.

Kembali dari masjid lewat kembali rumah Ani, ah....terlihat Ani keluar gang dari garasi langsung mengendarai motornya.

Bowo terlanjur lewat depan halaman rumah.

Ani menggeber motor Beatnya melaju melewati beberapa jamaah jumat. Bowo benar-benar tertusuk hatinya, berarti benar-benar yang bertamu adalah suaminya. Mereka tidak benar-benar putus hubungan seperti dugaannya selama ini.

Sempat Bowo memandang curiga perubahan tubuh Ani.

Lagi-lagi sensitif, larinya Ani hamil. Bukankah sudah jelas sebenarnya selama setahun ini Ani bersama suaminya aktif berhubungan seksual. Sesuatu yang wajar sekali, Bowo benar-benar dipermainkan perasaannya sendiri.

Sabtu 20 Otober 2018,

Sehabis subuh ada miscall, masuk nomor baru. Bowo langsung menduga ini nomor suami Ani. Nomor simpati luar Yogya, apalagi kemudian terkoneksi dengan nomor miliksalah satu anggota keluarga Bapak Jonan.

Benar, paginya setelah membuka kios Bowo mendapati dirinya dipantau seorang lelaki yang beberapa kali lewat depan kiosnya. Itu adalah suami Ani, beraksi memancing Bowo atas kehadirannya di Yogya kembali.

Bowo pasrah dan pasif.

“Hmmmm...pemuda ini dari Bali, biarkan saja mereka keluar banyak biaya untuk aksi seperti ini. Silakan menghabiskan dana sebanyak-banyaknya,” pemikiran Bowo sampai seperti ini.

Mungkin harapan pihak keluarga Bapak Jonan Bowo beraksi marah hingga menyerbu tempat tinggal mereka. Dugaan Bowo sepertinya tepat sebab tengah hari kemudian muncul Bapak Jonan memantau Bowo dengan aksi memphoto copy di kios samping gang.

Justru Bowo melarikan SMS ke masalah lain. Ialah dugaan bahwa Ani hamil kembali. Entahlah ini hanya spekulasi karena dengan kehadiran suaminya berarti hal yang penting, Ani bahkan terlihat sudah pasrah untuk kembali menerima suaminya. Apalagi kalau bukan hamil.

Bowo pun menyerang Ani dengan SMS-SMS tentang seputar kehamilannya yang dulu dengan kehamilannya yang sekarang. Bowo menghindari nomor yang baru muncul masuk hari Sabtu dengan lanjutan aksi-aksi suami Ani. Jelas-jelas sudah terjadi hal-hal yang tidak wajar, mungkin semacam kesepakatan jahat terhadapnya.

Bukankah selama bertahun-tahun Bowo dicoba didongkel kehadirannya di Yogya agar tersingkir hingga keluarga Bapak Jonan menang mutlak?

Suami Ani ditarik kembali karena Ani hamil, itulah seputar isi SMS Bowo.

Hasilnya berturut-turut hari Rabu, Kamis dan Jumat di minggu terakhir bulan Oktober Ani beraksi. Terlihat risih dan tidak mengakui SMS-SMS Bowo, artinya ia membantah pernyataan Bowo bahwa dirinya sedang hamil.

Bowo pun berubah haluan, isi SMS-SMS nya kembali seperti semula yaitu mereka berdua masih berstatus pacaran. Tapi kalau urusan pacaran Bowo yang sering mengalami hal-hal sensitif. Itu terjadi di awal November 2018.

“Wah bagaimana ini, jodoh sudah ditolak, lamaran sudah ditolak, nikah tidak mungkin. Aku menuntut bikin anak saja dengan Mbak Ani ya....”

Beberapa SMS isinya nakal urusan kehidupan bila sudah berumahtangga. Karena tertuju pada Ani jelas seolah-olah berharap perempuan ini menjadi istrinya. Tapi kemudian dianulirnya sendiri SMS tersebut,

“Huh bodohnya Aku, urusan beginian Mbak Ani sudah ahlinya. Tak mungkin pengetahuanku mencapai apa yang sudah pernah dilalui Mbak Ani sebagai seorang yang berstatus istri.”

Kembali Bowo menulis SMS urusan pacaran diantara keduanya. Berputar-putar terus Bowo membahas berbagai hal, kenyataan semuanya tetap kandas!

Keadaan Bowo makin konyol urusan pacaran. Hari Minggu sehabis jogging dari kampus ISI ia berjalan pulang di jalan kampung. Nah ada rombongan pengantin beriringan memakai mobil. Paling depannya tentu mobil sedan berhias warna-warni. Di dalamnya adalah sepasang pengantin yanga akan duduk di pelaminan.

Saat mobil pengantin lewat samping, Bowo sempat melihat pengantin perempuannya. Pengantin perempuan tampaknya memandang tajam Bowo, bahkan terus meliriknya sampai menjauh. Bowo paham masalah seperti ini, hanya dirinya seorang yang terlihat nyleneh berjalan tanpa alas kaki sehabis jogging. Selain itu tak ada orang kecuali anggota rombongan pengantin.

Bowo yang terkejut karena di salah satu mobil pengiring pengantin ada Udin menjadi anggotanya. Bowo yang sensitif langsung merasakan hal yang aneh, desiran hati yang tercabik-cabik.

“Jangan-jangan tadi itu pengantin perempuannya Ani!”

Begitulah Bowo yang terombang-ambing perasaannya sendiri. Maka hari Minggu tersebut isi SMS nya adalah urusan pernikahan yang disaksikan Bowo pagi sehabis jogging.

Bowo mengakui betapa sensitifnya seorang lelaki yang berada dalam situasi antara mendapat jodoh dan tidak. Di hadapannya ada seorang perempuan yaitu Ani yang terus memberi harapan, tetapi entah kapan mereka bisa meneruskan ke jenjang tali pernikahan.

Itulah yang membuat Bowo hanyut perasaannya, tidak ada kepastian walaupun ia berharap penuh terhadap Ani.

Esoknya Ani muncul memakai jasa ojol sebagai bantahan tentang dirinya yang menikah hari Minggu sebagaimana disaksikan Bowo. Yah hanya melalui SMS saja Bowo bisa berkomunikasi dengan perempuan ini, itupun tanpa pernah ada balasan satu kalipun.

“Coba aku berstatus penjahat, merebut pengantin perempuannya. Tentulah aku bakalan dihajar habis-habisan oleh tetangga Mbak Ani, malah bisa Mas Udin jadi pendekar karena berhasil menggagalkan kejahatan yang dilakukan olehku wkwkwkwk....”

Bowo bercanda terus mencoba tetap bersuka cita walaupun tetap bingung karena tak ada jawaban memuaskan untuk pihaknya.

Bowo kembali membuat pembahasan seputar dunia akademis agar tetap bisa berhubungan dengan Ani. Bagian ini sering membuat perempuan yang disukainya muncul merespon karena sesuai dengan bidangnya.

Ternyata pancingannya berhasil, Ani muncul hari kamis bahkan saat masih pagi Bowo sedang membuka kios stempel. Ani berkendara Mio sporty, muncul dari mulut gang tidak bermasker. Wajahnya begitu cantik dalam balutan gaun biru sepadan dengan warna motornya.

Ketika bentrok mata dengan Bowo, langsung perempuan cantik ini tersenyum penuh bahagia. Bowo pun balas mengangguk dan jelas hatinya sangat bersuka cita.

“Oh baru kali ini saya tahu jadwal Mbak Ani kuliah, selamat beraktifitas.....”

Bowo mengirim SMS, begitu juga kelanjutannya saat jam dua Ani melewati kiosnya kemungkinan pulang dari kampus.

“Ah biar deh nanti kukirm SMS seputar kuliah Mbak Ani, siapa tahu besok dikasih senyum manis sekali.”

Herannya minggu ketiga November Ani lenyap kembali. Bowo mengira memang seperti itulah Ani, sulit sekali dipegang kecuali mengirim SMS-SMS yang bermutu saja.

Ah tidak hari Selasa ada keponakannya itu anak Udin yang sudah remaja memphoto copy. Apa ya anak seperti ini disuruh memantau?

Bowo menyangkal sendiri, jelas tak masuk akal. Bowo tak melibatkan anak remaja ini terlalu dalam. Begitu juga dengan hari Rabu, gantian istri Udin muncul dari mulut gang dengan seragam kerjanya, pasti berangkat mencari nafkah. Mana mungkin Bowo menjadikan kehadiran istri Udin patokan bila dirinya sedang dipantau keluarga Bapak Jonan. Tapi itulah anehnya keluarga tersebut.

Hari Kamis Bowo lega, tak ada siapapun yang patut dicurigainya. Ada Udin lewat depan kiosnya tapi menuju sebuah toko penjual makanan burung. Tak patut Bowo mencurigainya.

Hari Jumat barulah Bowo merasakan suasana aneh hinggap pada dirinya. Bowo sampai-sampai tak berani kirim SMS lagi. Isyarat-isyarat seperti itu sudah sering terjadi tapi selalu sulit menduga. Merupakan naluri akan adanya bahaya yang tak terduga, Bowo tak mengirimkan SMS karena perasaannya menyatakan sepertinya sudah tiba masalah dianggap selesai.

Bowo melihat Bapak Jonan melintas dengan sepeda motor Beat yang biasa dikendarai Ani. Belum ditanggapi Bowo karena belum kuat bukti-buktinya. Lagi pula arah melaju kendaraan yang ditunggangi Bapak Jonan terus ke utara menuju kota Yogyakarta. Semuanya berlalu begitu saja karena tidak menjadi patokan.

Jam 10 lewat Ani dengan kendaraan Mionya. Ani dari sebuah ruas jalan lain memperlihatkan diri menyeberang jalan bersama kendaraan lain yang hilir mudik melintas depan kios Bowo. Tentu saja perempuan cantik ini tidak menatap Bowo, sulit menerka bila hanya membaca tujuan aksinya sengaja lewat depan kios Bowo.

Tapi dari naluri aksi putri Udin sampai hari Jumat ini maka kesimpulan Bowo adalah keluarga Bapak Jonan belum melepaskan dirinya dari perkara yang selama ini masih bergulir.

Sudah....hanya seperti itulah aksi Ani, namun membuat Bowo kembali mengirim SMS, tekadnya untuk menganggap masalah selesai gagal, mbanyol deh SMS nya sebagai pembuka,

“He He He aku gak SMS tadi keburu sarapan dulu. Lapar.....”

Setengah jam kemudian kirim SMS sebagai maksud tujuannya,

“Yah Mbak Ani bila beraksi pasti di belakangnya selalu ada rencana tersembunyi, berharap aka bisa menafsirkannya. Ingat loh kemampuanku juga terbatas sekali.”

Dari SMS ini akhirnya Bowo kembali memantau rumah Ani saat berangkat menuju masjid sholat Jumat. Bowo hanya heran ketika di bangunan rumah baru yang kemungkinan dibangun atas biaya suami Ani terlihat beberapa orang duduk di sova seperti sedang rapat.

Sulit mencurigai pertemuan tersebut sebagai permasalahan yang menyangkut dirinya. Pemikiran Bowo hanya sampai pada kemungkinan pertemuan Udin bersama teman-temannya, mungkin membahas semacam proyek bangunan yang akan mereka kerjakan.

Soalnya tampak Udin duduk di sova tengah, dikelilingi beberapa orang yang tak tampak dari luar apalagi sepenglihatan Bowo yang sekedar lewat.

Setelah ibadah jumat pun Bowo lewat rumah Ani, sudah sepi tak ada aktifitas di bangunan rumah baru yang kemungkinan akan ditempati Ani dan suaminya. Memang ada Udin yang menyusul mendekati waktu sholat jumat dan jelas memantau keberadaannya di teras masjid.

Bowo tak memikirkannya lagi saat ada seseorang memberi order stempel. Jumlahnya yang sampai empat biji bisa menutup minggu ini dengan pendapatan lebih dari cukup, karenanya Bowo SMS pada nomor Ani,

“Wkwkwk terimakasih atas doanya Mbak Ani, nih dapat borongan stempel. Cukup buat mengisi waktu esok hari Sabtu.”

Dan sampai malamnya Bowo lebih bersyukur dengan order stempel yang didapatnya dari pada masalah pribadinya dengan Ani.

Konsentrasi hari Sabtu hanya diborongan stempel yang didapatnya, jam setengah sembilan sudah mengayuh pedal sepeda menuju kios setting stempel langganannya. Apalagi sih yang dicarinya di dunia ini?

Usaha stempel walupun kalah bersaing dengan tetangga-tetangganya tetap berjalan. Ini bukan usaha yang mati, bisa dipertahankan walau tidak menjadikannya kaya. Soalnya Bowo cuma bertahan di level pedagang kaki lima. Modalnya sedikit, hasilnya biarpun dianggap memadai hanya habis untuk operasional kegiatannya di Yogyakarta.

Operator komputer di kios langsung senang saja melayani Bowo. Borongan stempel sama saja ia yang hanya diupah seorang juragan bisa setor cukup banyak, Syukur-syukur nanti mendapat bonus karena memenuhi target setoran, paling tidak dari Bowo ia mendapat es teh dan mie rebus gratis.

Jam sebelas Bowo kembali ke kios di eks kampus Stiekers. Pekerjaannya belum selesai tinggal memotong karet cetakan di kios sambil berharap kedatangan pemesan stempel kembali.

Sibuk....

Harapannya buyar malah hatinya seperti ditikam pisau tajam, langsung menusuk di jantung pertahanan.

Lagi-lagi serangan mental datang bertubi-tubi, Bowo merasakan sakitnya bagian hati diserang dengan cara demikian. Taktik menyerang dengan sarana batin seperti ini sudah bertahun-tahun dikembangkan keluarga Bapak Jonan. Menantunya pun ternyata selalu mengikuti, inilah herannya Bowo.

Bowo berusaha tegar menghadapi situasiyang terjadi di depannya, modus yang dilakukan merupakan pengulangan dari skenario bulan Agustus S018. Motifnya jelas meminta perhatian Bowo agar tidak mengganggu hubungan suami istri yang terbaca mereka serius membina rumah tangga. Permintaan suami istri ini adalah Bowo harus menyingkir selamanya dari Yogyakarta.

Mental Bowo dijatuhkan sekaligus membantah dugaannya selama ini bahwa rumah tangga Ani tidak bermasalah, mereka rukun-rukun saja selama ini. Begitukah?

Ani muncul dari mulut gang membopong bayi. Di sampingnya adalah suaminya yang brewokan tercukur rapi, ganteng berkaca mata minus terpelajar. Ani berpakaian hitam menampilkan dirinya sebagai ibu rumah tangga dari seorang balita. Dulu penampilan seperti ini pernah dilakukannya, persis sekali melakukan manuver 18 Agustus S018. Bersama suaminya sebagai pelindung, suami istri yang berbahagia dengan anak hasil percintaan mereka. Adegan ini diulangi lagi oleh suami istri ini.

Gemetar tubuh Bowo, apapun juga adegan suami istri kuat sekali menghantam nalurinya. Bahwa ialah yang menjadi biang keladi retaknya rumah tangga yang dibina keduanya, terutama adalah ikhtiar suaminya sebagai kepala keluarga pelindung istri dan anaknya.

Sedikit terjadi percakapan antara Ani dan suaminya. Bowo baru tahu sebuah mobil taksi daring ternyata sudah di seberang jalan sepuluh meter dari kiosnya. Tampaknya itu sedikit menyulitkan Ani karena harus menyeberang dan mengantisipasi dirinya agar tidak bentrok mata dengan Bowo.

Ani tahu sangat berbahaya bila sampai bentrok mata dengan Bowo. Pancaran dari hati paling dalamnya sebagai manusia mudah terbaca, ia berusaha menghindarinya. Lelaki yang berada di sampingnya yang akhirnya memandu menyeberang jalan. Mobil berjarak sepuluh meter dari kios Bowo berdiam menanti aksi manuver dramatis kedua suami istri, aksi teatrikal dalam pertikaian yang terus bergulir.

Fenomena pergerakan yang senyap terus terjadi, berulang-ulang.

Adegan ini adalah untuk menikam jantung pertahanan mental Bowo, sakit sekali dan sangat menyiksa. Bowo menyadarinya, pasif....tak beraksi karena hanya bertahan. Hiruk pikuknya kendaraan yang melintas menyamarkan pergerakan mereka dari perhatian orang-orang sekitar.

Berhasil menyeberang suami Ani meminta istrinya masuk mobil di jok belakang. Setelah itu ia sendiri masuk melalui pintu dari sampingnya, adegan penuh kasih sayang saling memberi perhatian.

Bowo berdiri di belakang etalase, menanti mobil lewat.

Loh ternyata saling menunggu, sangat disengaja ditujukan pada Bowo melakukan aksi menyerang misalnya menghadang. Wah tentu bisa diperkarakan bila Bowo melakukannya, dugaan seperti itu cepat berkelebat dalam pikiran Bowo walau hatinya panas cemburu bukan main.

Akhirnya perlahan mobil melaju, sempat Bowo memandang Ani yang menundukan kepala lebih mencurahkan perhatiannya pada bayi yang ditimangnya. Bowo melambaikan tangan tanpa mengucapkan kata perpisahan. Lelaki suami Ani mengacungkan tangan juga seolah-olah sudah seperti kenal lama dengan Bowo, teman dalam perseteruan.

Ah soal ekspresi-ekspresi wajah Bowo tak tahu menahu, ia sulit menggambarkannya. Serangan psikis itu lebih dulu menikamnya, membuat batinnya berontak perang batin. Tetap saja hati paling dalamnya menyatakan tidak terima bila terus mendapat perlakuan kejam seperti itu.

Jika saja adegan suami istri sambil membawa bayi ini terjadi tahun S016....itu nyata dan merupakan sebuah tindak penyelesaian terbaik. Sekali lagi bila itu terjadi di tahun 3016, Bowo memang harus mundur, tak boleh lagi mempermasalahkan hubungan kedua lelaki perempuan yang ditakdirkan menjadi suami istri.

Pemikiran Bowo terus berkelebatan, hasil akhirnya tetap saja pihaknya tidak terima mendapat perlakuan dari suami istri yang selalu menabuh genderang konflik. Berlarut-larut tanpa penyelesaian dari pihak mereka sendiri.

Hanya nomor Ani yang dimilikinya, hanya bisa di SMS dan miscall tanpa pernah ada balasan percakapan dua pihak. Jadi Bowo sendiri yang selalu sibuk mdenyusun tulisan agar SMS bisa dicerna Ani dan anggota keluarganya termasuk suaminya ini.

Itupun setelah hampir setengah jam mobil melaju meninggalkan bekas luka di hati Bowo dengan prasangka buruk sekali. Mnungkinkah Ani selamanya pergi mengikuti suaminya, bukankah itu berarti ia kehilangan kekasih yang tetap bertahan di hatinya gara-gara aksi sepihak dari perempuan tersebut untuk terus mempertahankan hubungan diantara mereka berdua.

Yakin dan tidak yakin.

“Saya tidak terkejut dengan aksi sampean berdua dengan membawa bayi yang sudah terulang kali kedua. Modusnya sudah usang, tujuannya pun terkesan meragukan.”

Bowo SMS dengan kalimat pertama atas tanggapannya terhadap aksi Ani dan suaminya. Bisanya cuma seperti itu dan anehnya cukup memiliki pengaruh terhadap keluarga-keluarga besar yang berada di belakang aksi Ani dan suaminya.

“Saya akui aksi kalian merusak keras batin saya, tapi itu bukan aksi kalian yang sebenarnya, sebab begitu terencana dan diatur orang-orang tua di belakang kalian.”

“Jadi sebenarnya yang kuhadapi bukan sampean berdua dalam bentuk suami istri tetapi pertikaian terjadi karena kepentingan keluarga besar sampean berdua yang tetap menginginkan saya menyingkir dari Jogjakarta.”

“Bila adegan yang kalian lakukan ditujukan untuk orang lain sungguh sangat berbakat menjadi penjahat. Motifnya adalah penipuan dan pemerasan.”

Sedikit tajam Bowo menuduh terhadap fenomena aksi Ani dan suaminya. Bagian-bagian inilah yang sering membuat Bowo curiga suami Ani mempraktekan ritual sindikat human traficking ala Bali. Mantan pacar harus disingkirkan agar sukses, dan Bowo  tahu tekniknya halus karena untuk kalangan elit berupa serangan psikis.

Begitulah sambil menunggu kiosnya Bowo berperang argumentasi melalui sebuah nomor yang kemungkinan dipegang Ani tetapi jelas menjadi dasar perlawanan terhadap dua keluarga besar yang mengatur skenario aksi suami istri yang terbaca cukup jelas, “Jangan ganggu hubungan kami yang sedang membina rumah tangga!”

Justru kiriman-kiriman SMS itu mengurangi tekanan batin Bowo, itu satu-satunya jalan terbaik mengurangi ketegangan yang terjadi karena diserang mentalnya. Beberapa SMS melayang tapi inti masalahnya tetap di tiga SMS sebelumnya. Untungnya stempel borongan yang didapatnya segera diambil pemesan, lumayan pendapatan hari itu cukup menghibur hatinya.

Menjelang tutup kios berbagai pemikiran muncul, Bowo pun SMS lagi.

“Sudah jelas saya diperkarakan suami Ani, silakan menuntut cara apa saja. Saya minta ketegasan dari suami Ani membuat konsep tertulis. Dengan konsep tertulis tersebut silakan bila hendak melaporkan kepada pihak yang berwenang dari ketua RT, kepala dukuh maupun kepolisian.”

Spontanitas juga muncul, ah semacam emosi meluap karena aksi Ani bersama suaminya jelas memukul harga dirinya, kehormatannya, dan kejantanannya.

“Sekarang bila sampean berdua atau sendiri-sendiri beraksi maka saya pun akan membalas setimpal dengan aksi yang sama.”

Sampai di rumah kontrakan kemudian meletakan sepeda onthelnya dan berlaku seolah-olah tidak ada masalah agar tidak dicurigai tetangga-tetangganya. Bowo segera melangkah menuju rumah Ani. Dia harus membalas aksi dengan aksi sehingga memiliki daya tawar terhadap perkara yang bergulir.

Belasan tahun rumah Ani menjadi magnet karena konflik diantara mereka berdua. Konflik yang telah menyeret seluruh anggota keluarganya terlibat, bahkan kini melibatkan suami dan keluarga besarnya yang mungkin berada di belakang layar.

Buktinya adalah bangunan rumah baru di halaman depan rumah Bapak Jonan. Dananya jelas dari pihak suami Ani, artinya jelas sebagai daya tawar mengikat Ani agar tetap bertahan dalam ikatan perkawinan yang sudah menuju tahun keempat ini. Keluarga besar suami Ani jelas sudah terlibat sangat dalam.

Bowo menahan nafas saat melihat bangunan rumah baru yang kemungkinan bakalan ditempati suami istri yang siang tadi beraksi manuver. Sebuah rumah permanen lengkap sekali, berukuran sekitar 10x8 meter bertembok beratap genteng mahal rangka atap dari aluminium. Sudah terpasang rangkaian listrik dengan meterannya, ditambah calon sumur bor yang tampak pipanya tebal di halaman samping.

Kekurangannya hanya kaca rumah, jendela, pintu dan tutup garasi mobil. Bila ditaksir untuk finishing seperti butuh anggaran lima puluh juta lagi, beres.

Justru di sini Bowo tahu, Ani dan suaminya belum siap menempati rumah yang mereka bangun. Seolah-olah terbaca masalah rumit pertikaian dengan Bowo adalah penyebabnya, selama itu belum selesai rasanya.....

Kelemahannya di situ, Bowolah yang beraksi makin membuat rumit situasi rumah tangga Ani.

Bowo masuk halaman rumah Bapak Jonan, berdiri di depan terasnya. Ah ada suara bercakap-cakap di dalam garasi yang tertutup...eeehhh garasi terbuka sedikit, nongol istri Udin bersama putrinya. Jelas terkejut, langsung menutup pintu garasi entah apa yang dilakukannya.

Bowo yang beraksi memperhatikan, sore itu rumah Ani sepi. Kemungkinan Ani bersama suaminya yang memakai taksi daring saat beraksi manuver jelas belum kembali. Sia-sia saja aksinya karena tidak berakibat apa-apa pada kedua pihak yang berkonflik.

Emosinya meluap juga, akhirnya sambil pergi meninggalkan rumah bapak Jonan dicabutnya tanaman hias di tepi tembok pagar. Dilemparkanya langsung di teras rumah Ani kemudian pergi. Itu sebagai pertanda kehadirannya membalas aksi Ani dan suaminya.

Huuu jangan-jangan Ani bersama suaminya sekarang sedang berdua di kamar meluapkan berahi yang berkobar-kobar karena jarang bertemu. Loh itu kan hak mereka berdua karena sudah berumah tangga....

Ditulisnya SMS,

“Tadi saya datang ke rumah, sepi. Saya kepengin bertemu dan bicara saja dengan suami Ani. Sesama lelaki kan lebih mudah menyelesaikan masalah.”

“Coba aksi saya ini diperkarakan suami Ani gak, ini sudah menantang. Ya kalau untuk mereka berdua secara mental ringan saja kadarnya karena masih berlindung dalam keluarga Bapak Jonan.”

He He He gak mudah menurunkan ketegangan akibat serangan psikis Ani bersama suaminya. Bowo langsung keluyuran di kota Yogyakarta agar tubuhnya lelah. Soalnya otaknya panas emosinya terus meledak-ledak.

Sempat saja Bowo lewat samping rumah Bapak Jonan. Teras gelap pintu rumah terbuka dan ruang tamu gelap seolah-olah ada sosok di dalamnya menunggu dirinya bila menyerbu ke dalam. Itulah sulitnya Bowo membaca situasi walau semua itu ada gejala, dan berkaitan dengan aksi sore tadi.

Malam harinya tidak bisa tidur, paginya sekarang tak mungkin melakukan kegiatan rutinnya setiap minggu, berlatih jurus dan asana serta jogging. Tapi tetap saja Bowo memutuskan jalan-jalan, tujuannya tetap melelahkan fisik dan pikirannya agar cepat turun emosinya.

Pagi kembali ia melalui rumah Bapak Jonan, ini aksinya yang kedua. Melemparkan batu bata yang terserak di sekitar bangunan rumah baru.

KLOTHAK

Batu bata merah itu mungkin pecah terserak tepat di permadani yang digelar di teras. Kemungkinan ada yang begadang karena beberapa gelas masih tersisa kopi hitam di sudut teras rumah.

Sebelumnya sih SMS setelah sholat subuh,

“Silakan suami Ani memperkarakan saya, tulislah dalam konsep pelanggaran apa saja yang telah kulakukan. Pelecehan seksual, pencemaran nama baik, tindak kekerasan atau pidana lain dan perdata. Saya siap menghadapinya, nwn.”

Hari minggu itu Bowo bertubi-tubi mengirim SMS berbagai permasalahan yang terjadi diantaranya,

“Betapa mahal aksi yang dilakukan Ani bersama suaminya? Pendapat saya inilah rumah tangga berbiaya tinggi!”

Nah dari perspektif inilah Bowo meneruskan pembahasan sambil beraksi hari Seninnya.

He He He mengayuh sepeda onthelnya Bowo lewat di samping rumah Bapak Jonan. Dibunyikannya bel sepeda keras-keras.

KRING KRING KRING

Berturut-turut, pokoknya jelas terdengar penghuni rumah Bapak Jonan. Mereka sendiri jelas menanti aksi-aksi balasan Bowo. Buktinya pintu rumah terbuka di halaman terparikir sepeda motor tamu entah siapa.

Terdengar di ruang tamu Bapak Jonan sedang ngobrol dengan seseorang. Kedua orang yang bercakap-cakap jelas tahu Bowo beraksi tapi membiarkannya saja. Jelas mereka sengaja karena aksi tersebutlah yang sedang dibahas anggota keluarga besar Bapak Jonan, mertua dan menantunya.

Hari Senin 19 November 2018, Bowo bertubi-tubi mengirim SMS sampai sore harinya. Ia jelas menunggu aksi perlawanan menantu Bapak Jonan. Berbagai argumentasi dikeluarkannya, mungkin pendapat Bowo ini yang menjadi pertimbangan keluarga besar tersebut selama ini.

Kesimpulannya, Bowo tetp kuat memberi perlawanan.

“Saya sarankan pada suami Ani untuk membawanya pergi jauh. Selama Ani masih berada di Yogyakarta dan masih dalam jangkauan mudah dihubungi olehku perkara tidak akan selesai!”

Bowo tidak yakin SMS ini diterapkan, suami Ani sudah terlanjur membangun rumah. Bila melakukannya berarti dana yang dikeluarkan pihak suami Ani membengkak, apa yang sudah dilakukannya selama tahun 2018 ini saja sudah menghabiskan uang yang menurut taksiran Bowo mencapai setengah milyar.

Fantastis sekali.....

Tapi itu juga yang menjadi bencana ranjang untuk mereka berdua karena mangkrak.

“Suami Ani ganteng entah berapa banyak perempuan yang pernah menjadi pacarnya, tidak heran Ani cepat merengkuhnya agar segera menikahinya.”

“Saya siap diperkarakan suami Ani sampai tingkat berita acara pidana di kepolisian. Bila tidak terjadi kuanggap gagal walaupun nantinya masih tetap beraksi menyerang mental tertuju pada saya.”

“Ani sudah menikah dengan lelaki yang sesuai keinginan Bapak Jonan, hal tersebut tersirat pada pertemuan keluarga saat saya menghadap tahun 2011, hanya saja kesimpulan saya bukanlah lelaki baik-baik.”

Sepanjang hari itu Bowo menunggu kemunculan suami Ani bila hendak memperkarakannya sementara esok adalah peringatan maulid nabi tanggal 20 November 2018.

“Ini adalah klimaks  dari semua masalah yang kuhadapi, tadinya saya perkirakan bakalan bergulir sampai 2019, ternyata sudah selesai bulan November ini, alhamdulillah.”

Terakhir Bowo SMS adalah,

“Baiklah saya memandang baik tujuan aksi Ani bersama suaminya. Memang mereka berdua harus diberi kesempatan membina rumah tangga. Karena suami Ani tidak muncul di hadapan saya maka dengan ini saya mundur dari konflik dengan sendirinya agar tidak mengganggu rumah tangga yang menjadi tanggung jawabnya.”

“Saya anggap rumah tangga Ani tidak bermasalah, sayalah yang salah anggapan selama ini, nwn.”

Bowo menutup SMS dan tidak pernah mengirimkan apa-apa pada nomor milik Ani dan keluarganya. Babak ini dianggapnya selesai......

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  BAB 16

   ADEGAN YADNYA

Dunia makin aneh......

Ani kembali beraksi di depan Bowo. Itupun setelah berhari-hari anggota keluarganya memantau dirinya di kios. Memang seolah-olah Ani lenyap dulu, tapi dari gelagatnya seperti yang sudah-sudah Ani tidak konsekuen dengan rumah tangga yang harusnya wajib dibinanya.

Biarpun Bowo mencoba menahan diri tidak mengirim SMS, tetapi tak mungkin berlama-lama. Berbagai pemikiran berkecamuk di otaknya, itu semua berkaitan dengan rumah tangga Ani.

Sekarang Ani kembali lagi di depan kiosnya, serta merta tersambung kembali jalinan percintaan diantara mereka berdua. Yah walaaupun hanya sebatas status pacar.

Rabu 28 November 2018, hanya sekelebatan saja Ani melintas bermotor Beat lamanya. Itu sudah membuat Bowo menulis SMS merespon. Begitu juga hari Kamis makin kuat persepsinya, Ani tetap tidak mau putus hubungan dengan Bowo.

Pagi-pagi sempat hujan deras, Bowo yang membuka kios sudah tidak semangat karena sepi, saat hujan sedikit reda dari mulut gang muncul sepeda motor Mio sporty ditunggangi Ani. Bermantel hijau, berhelm, berjilbab, berkaca mata minus, bermasker, tas punggung diletakan di depan dada untuk mengurangi terpaan angin basah.

Menyeberang langsung berhenti di depan kios Bowo, tidak bicara hanya menunjuk bensin di kios tetangga sebelah. Hal tersebut memaksa Bowo melayaninya, seperti tahu saja Ani bila kios tetangga Bowo sedang sepi.

Bowonya patuh pada kemauan Ani, beginilah lelaki mudah tunduk terhadap perempuan. Bowo turun tangan mengambilkan botol bensin kemudian mengisinya di bawah jok sepeda motor Ani.

Ucapan terimakasih dan panggilan Bapak itu yang keluar dari mulut Ani, mungkin sesungging senyuman ada namun tertutup masker. Kedekatannya itu masih membuat Bowo gugup, sedikit tercium parfum dari tubuh Ani menggelorakan berahinya, hingga sedikit mata Bowo menyusuri bagian genital Ani, sia-sia.

Dari mulut Bowo sendiri keluar berbagai pertanyaan, seperti tahu misalnya Ani pasti berangkat kuliah, Ani menganggukan kepala, itu saja. Saat hendak menstarter mesin terjadi sedikit kesulitan, tapi Ani memberi isyarat tak usah membantu. Dengan mengangkat standar Ani mudah menyalakan mesin dengan mengayuh starter.

Dan Ani saat hendak pergi jelas menegaskan aksinya sebagai kembali tersambungnya hubungan diantara mereka berdua.

Bowo hanya menganggukan kepala dan berucap,

“Hati-hati di jalan Mbak, jalan licin habis hujan.”

Ani tersenyum walaupun tidak terlihat karena bermasker, “Ya Pak.”

Singkat jawabannya dan segera menggeber motornya menuju kampus. Yah Bowo pun habis-habisan mengirim SMS, semuanya bergulir kembali.

Bowo membuat keputusan dalam kiriman SMS nya,

“Saya tegaskan kembali tidak terima dengan serangan psikis adegan suami istri membawa bayi terulang kembali. Semua harus dihentikan, itu kunyatakan saja sebagai bentuk bela diri.”

“Saya putuskan tetap mengklaim Ani sebagai hak milik. Saya tetap menuduh suami Ani sebagai pelaku sindikat human traficking, Ani berada dalam perlindunganku sekarang apapun resikonya.”

Pernyataan ini sebagai intinya, SMS-SMS lain adalah penjabarannya. Tak lupa Bowo SMS pada nomor Ani tentang kasus yang menimpanya, terutama adanya pergerakan sindikat human traficking ala Bali yang beroperasi di Yogyakarta.

Bowo sendiri SMS terus berkaitan dengan pergerakannya memantau rumah Bapak Jonan. Ia misalnya memperkirakan kedatangan suami Ani yang pasti selalu menyesuaikan dengan jadwal penerbangan Denpasar-Yogyakarta.

Berbagai pendapat dikeluarkan tentang serangan-serangan psikis yang berulang terus selama tahun 2018 ini. Dampaknya dahsyat menyakiti hati Bowo tetapi tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang terus bergulir.

“Saya siap menantikan kedatangan suami Mbak Ani di Jogja, menjadi kewajiban saya untuk menghentikan serangan psikis yang terjadi. Kewajiban saya membela diri dan untuk menyatakan hal itu sebagai kegagalan pihak suami Ani, sebab masalah ini harus diselesaikan langsung dalam perundingan.”

Berulang-ulang soal bela diri dibahas Bowo, inilah sebenarnya puncak dari latihannya selama puluhan tahun di Yogyakarta. Bukankah ia memang berlatih Pencak silat, yang berarti hak dan kewajibannya membela kebenaran.

Bela diri tidak berdiri sendiri, Pencak Silat yang dilatihnya menghasilkan turunan-turunan dari berbagai hukum kuat seperti hukum negara, hukum agama, dan adat di masyarakat. Kombinasi itu melahirkan tindakan bela diri oleh penghayatnya. Bowolah tokohnya dalam pergerakan yang senyap ini.

Siapa lawannya?

Kasus sindikat human traficking yang menimpa Ani sekarang ini. Pelaku-pelakunya sedang beroperasi di sekitar tempat tinggalnya. Semuanya terselubung dalam bungkus pernikahan legal, rumah tangga yang nampaknya wajar di mata masyarakat, komplotan yang bergerak di segmen kelas menengah atas, begitu halus tak mungkin terendus aparat.

Di satu sisi begitu baik dan terpelajar, tapi sangat menjebak.....

Contohnya, bangunan rumah dengan biaya yang begitu fantastis di halaman rumah Bapak Jonan. Seolah-olah itu perngorbanan murni dari suami terhadap istrinya. Coba pikir demikian besar jasanya. Sekarang Ani harus membalas apa terhadap jasa dan pengorbanan suaminya itu?

Hal-hal rumit itulah yang terus dibahas Bowo dalam SMS-SMS nya.

“Bila saya hanya memperkarakan rumah tangga Ani dari kasus rumah tangga basa tentu saya sudah kalah perkara. Pernikahan Mbak Ani dengan suaminya serta fakta-fakta di lingkungan sekitar menampakan rumah tangga ideal, terhormat dan tidak terkendala.”

“Saya baru terkejut ketika tahu suami Mbak Ani berasal dari Bali, ada yang tidak wajar..... Akhirnya saya menyatakan kepada keluarga Bapak Jonan untuk mewaspadai bila terjadi kasus perdagangan manusia.”

“Kembali saya membahas kasus ini berdasarkan kronologi karena fakta menunjukan telah beroperasinya sistem sindikat human traficking di mana Mbak Ani adalah korban.”

“Kasus ini biasa terjadi di Bali dan Lombok. Merupakan tradisi pernikahan di mana terjadi aksi pencurian terhadap perempuan pacar yang hendak dinikahi oleh lelaki pacarnya. Bila itu terjadi di kedua daerah tersebut itu peristiwa biasa. Namun bila dilakukan di daerah lain masuk kasus human traficking dan boleh diperkarakan. Banyak variasi kasus ini, Mbak Ani sudah merasakan sendiri hingga harus menikah Oktober 2015.”

“Sukses menikahi Mbak Ani kemudian pelaku tahu bila Ani belum putus dari mantan pacarnya. Maka pelaku kemudian mengkombinasikan dengan praktek sindikat human traficking ala Bali. Ritual ini bila dipraktekan menjadi konflik semua pihak yang terlibat, sangat berbahaya karena beresiko merugikan pelaku, korban dan orang yang disingkirkan. Praktek ini baru disebut sukses bila mantan pacar tersingkir dengan segala cara. Mbak Ani sudah melihat bukti-buktinya selama empat tahun ini.”

“Seluruh praktek tersebut telah gagal, pelaku melarikan diri karena korban sudah tidak menguntungkan lagi dari segi komersial. Bila pun pelaku memang dari masyarakat yang wajar akan berupaya mengurangi kerugian, hal tersebut terjadi pada aset bangunan rumah yang dibangun suami Ani di halaman rumah.”

Bowo sendiri sulit mengembangkan kalimat, kemampuannya terbatas ia bukan kaum terpelajar. Juga membahas masalah tidak hanya satu hari saja, beberapa hari kemudian dikembangkannya dari sudut lain. Itu semua dilakukan seiring niatnya untuk memperkarakan suami Ani bila nanti datang di Jogja. Ini sudah masuk bulan Desember 2018.

Sering Bowo mengirim SMS pada minggu sore atau malam senin. Itu juga untuk melihat gelagat di minggu berikutnya bila ada pergerakan Ani dan keluarganya. Kalau suami Ani diduganya hanya datang sebulan sekali karena terkendala jarak jauh berdomisili.

“Saya mengakui terjadi perselingkuhan, namun hingga saat ini masih bisa menghindar dari hubungan terlarang dengan Mbak Ani. Saya menduga buruk tujuan suami Ani bila hal tersebut terjadi.”

“Apa maksudnya Mbak Ani dibiarkan terus berhadapan denganku? Bila terjadi hubungan terlarang tujuannya malah tercapai. Saya bakalan diperkarakan suami Ani, seluruh keluarga Bapak Jonan dan mungkin warga sekitar. Bahkan bisa dipidanakan. Dengan demikian sukseslah suami Ani menyingkirkan diriku dari Yogyakarta selamanya. Sebaliknya hal tersebut merugikan Mbak Ani, nama baiknya hancur di masyarakat dan suaminya akan menyinggung hal tersebut. Suatu ketika hal tersebut akan membuka peluang pelaku menjual pada orang lain dengan imbalan.”

“Semua hal tersebut belum terjadi, itu masih terlalu subyektif dari saya saja. Tapi dari gelagat indikasi masalah yang bergulir buruk. Coba pikir misalnya untuk mencuri perempuan dari rumah orang tuanya, apakah mungkin lelaki pacar Ani melakukannya sendirian?”

“Hal tersebut tidak mungkin terlaksana, pastilah untuk tujuan ini harus bermufakat biarpun hanya dengan sesama teman sekampung. Bila terjadi komplotan dan beraksi itu sudah masuk indikasi adanya sindikat, pahami ini.”

“Kalau polisi di Lombok dan Bali bila ada kasus seperti ini terjadi semuanya dikembalikan pada penyelesaian kekeluargaan. Bila diperkarakan bisa penuh penjara di semua wilayah kekuasaan mereka.”

Sambil terus menerangkan masalah yang menimpa Ani dari segi praktek sindikat human traficking Bowo juga sering tegang karena aksi Ani di depannya saat menunggu kios. Itu terjadi minggu kedua bulan Desember 2018.

Dengan motor Mio birunya Ani muncul dari mulut gang kemudian melintas depan kios Bowo. Wajah Ani tetap bermasker tapi dalam balutan pakaian santai semacam kaos menutup seluruh bagian tubuhnya karena berjilbab.

Sulit Bowo membaca tujuan Ani beraksi, kiriman SMS nya hanya menduga itu sebuah aktifitas Ani di kampus sebagai mahasiswi. Dua jam kemudian Ani lewat depan kios Bowo tapi dengan bawaan tas bagasi besar. Hal tersebut langsung menyentuh bagian sensisitf di hatinya, firasatnya buruk. Pasti berkaitan dengan urusan suaminya.

“Wah semuanya sensitif sekali buatku Mbak, dengan tas bagasi seperti itu Mbak Ani hendak bepergian kemana? Jangan salah dugaanku selalu buruk karena berposisi sebagai pacar. Bagi saya hal seperti ini menyakitkan hati karena pasti Mbak Ani pergi menyusul ke tempat tinggal suami di Bali.”

“Apa boleh buat, itu hak Mbak Ani untuk tetap berhubungan dengan suami sahnya. Saya harus menunggu di Jogja dan tetap memiliki perhitungan tersendiri karena harus mengantisipasi serangan psikis yang akan dilancarkan Mbak Ani bersama suami nantinya.”

Muncullah perasaan tegang menyelimuti seluruh syaraf-syaraf di tubuh Bowo. Semuanya mengarah pada konfrontasi terbuka dirinya dengan pihak suami Ani.

Bowo menduga suami Ani bakalan datang ke Jogja sebelum Natal. Tapi sebelumnya Ani lah yang harus datang ke Bali sebagai persiapan menghadapi Bowo nantinya. Semua yang terjadi jelas sangat membakar hati Bowo dalam kecemburuan karena ia sekarang menyatakan berposisi sebagai pacar Ani.

Bowo makin runyam karena beberapa hari kemudian berturut-turut Ibu Jonan yang beraksi terus memantau keberadaan dirinya di kios. Seolah menjaga putrinya bila diserang Bowo dan juga membatasi permasalahan agar Bowo tetap dingin dengan jaminan keberadaan mereka sebagai pihak perantara dalam pertikaian yang terus bergulir.

Bowo membatin, “Bila orang tua Ani beraksi berarti ada masalah serius yang sedang mereka hadapi.”

Itulah alarm bahaya naluri Bowo, tapi hatinya juga terlanjur panas seperti bara api. Semua hal yang terjadi di depannya sangat mempermainkan dirinya yang berposisi sebagai obyek penderita.

“Benar-benar tak ada jalan lain bagiku kecuali mengembangkan kasus ini ke masalah human traficking. Hanya itu poin yang menjadi kemajuan diriku dalam perkara ini!”

Bowo sendiri terus memantau sekitar rumah Bapak Jonan. Tak mungkin perkara ini berhenti begitu saja. Pasti bakalan ada semacam penentuan seperti yang sudah berlalu, misalnya serangan psikis.

Bowo makin tertantang karena tak mungkin mundur begitu saja.

“Dalam perkara ini justru kewajiban suami Ani membela diri karena harus membersihkan nama baiknya sendiri, nama baik dan kehormatan keluarganya, kehormatan istrinya dan kehormatan keluarga mertuanya.”

Bowo mengirim SMS ini saat Ani lenyap, dugaannya pasti berkunjung ke tempat tinggal suaminya. Resikonya ialah yang kehilangan pacar selamanya. Itu malah tidak apa-apa karena tamatlah kisah kasih Bowo dengan Ani.

Bowo yang terus melongo heran, bergantian Bapak Ibu Jonan beraksi dalam berbagai kegiatan di depan kios Bowo. Semuanya memaksa Bowo terus mengirim SMS-SMS membahas fenomena yang terjadi di depan matanya.

Kenyataan benar-benar terjadi kemunculan kedua orang tua Ani yang bergantian membuat Bowo tegang.

“Berarti benar-benar ada masalah serius, kemungkinan Ani memang menyusul suaminya dan kedua orang tua ini memantau diriku demi kepentingan putrinya.”

Yang menyebalkan Bowo itu bila Ibu Ani memantau. Biarpun sudah sepuh tapi profilnya adalah fotokopian Ani, jadinya Bowo membanding-bandingkan,

“seperti inilah Ani bila sudah tua nantinya, huuu tetap cantik ibunya ini. Kalau Ani tidak ada aku malah yang naksir mamanya he he he.”

Ibunya Ani setiap pagi muncul di depan kios Bowo membeli berbagai lauk pauk sarapan. Padahal bila tidak ada kepentingan tak pernah muncul. Coba baca apa tujuannya....

“Itu sama saja perintah padaku untuk tetap terus memperkarakan Ani dan suaminya. Pergerakannya sama feminimnya saat Januari 2016 yang mempengaruhi diriku agar tetap mempertahankan hubungan dengan Ani walupun sudah menikah.”

Seperti inilah Bowo menafsirkan pergerakan Ibu Ani. Untungnya Bowo memiliki beberapa nomor milik keluarga ini, ke alamat tersebutlah Bowo mengirim SMS tentang masalah yang sedang bergulir. Semua diarahkan pada fenomena adanya kasus praktek human traficking.

“Aku hanya punya poin di kasus human traficking, di bagian lain aku sudah kalah. Tak mungkin menandingi suami Ani dan keluarganya terutama dari sudut legalitas pernikahan dan keunggulan kepemilikan aset yang sekarang berada di Yogyakarta ini.”

Ani benar-benar lenyap tapi kedua orang tuanya terus memantau. Juga ada Udin kakaknya yang satu ini merupakan pagar betis, bila muncul selalu berkaitan dengan keamanan anggota keluarganya. Justru inilah poin Bowo saat Udin banyak bergerak memantau dirinya.

“Malah mungkin bakalan ada aksi serangan psikis lagi karena Udin harus memastikan skenario yang dipersiapkan bisa berjalan terkontrol.”

22 Desember 2018,

Udin terus memantau Bowo di kios. Kemungkinan Ani sudah datang di Jogja, seperti biasanya kalau muncul Udin memancing Bowo tetap memperkarakannya. Tapi entah jam berapa munculnya itu yang sulit membuat Bowo tegang menantinya.

Ani muncul sebagai jawaban teka-teki, bermotor Beat entah dari mana pokoknya menampakan gaun merah muda berjilbab, cantik sekali. Cuma pergerakannyacepat, menyeberang jalan langsung masuk mulut gang kembali ke rumahnya.

Ini momen yang ditunggu-tunggu Bowo untuk mengirimkan SMS, tidak hanya sekali dan juga dalam waktu berlainan. Toh pergerakan Ani bukan penyelesian masalah yang dihadapi.

“Teka-teki kepergian Ani sudah terjawab, selamat datang di Jogja. Kita kembali ke masalah yang harus diselesaikan karena tak mungkin aku membatalkan klaim hak milik atas Mbak Ani.”

Beberapa SMS bernada suka cita karena munculnya Ani berarti hubungan mereka berdua sambung kembali, itu berarti Ani memang tidak mengikuti suaminya sebagai pilihan hidup terbaiknya.

Tapi malamnya Bowo menyadari malah mungkin Ani beraksi sendiri memang disengaja, di belakangnya tetap ada suaminya yang terus berperkara dengan Bowo. Makanya Bowo pun SMS,

“Bersiap-siaplah saya memang harus menghentikan segala aksi serangan psikis dari suami Mbak Ani. Kemungkinan itu ada karena jelas keberadaannya sudah ada di Jogja. Segala resiko akan saya hadapi biarpun itu kemungkinan paling buruk sekalipun.”

Tetap sakit hati Bowo menulis SMS ini karena kemungkinannya memang benar. Jauh di hati Bowo terdapat rencana ini,

“Justru bila aku berhadapan langsung dengan suami Ani lebih cepat selesai lebih baik. Sakit hati itu pasti dan resiko tersingkir dari Jogja sebagai akhir perantuanku.”

Bowo pun menulis SMS,

“Saya datang ke Jogja bukan urusan cewek, begitupun perginya! Catat prinsip ini, Oke.”

Bowo pun malam itu tidur nyenyak saja, begitu juga kegiatan di hari minggu pagi. Berlatih jurus dan asana yoga serta jogging. Rasanya semua masih normal tidak terkendala. Baru minggu sore malam Seninnya Bowo menyempatkan diri memantau rumah Bapak Jonan. Yah biar bagaimanapun Bowo adalah manusia biasa.

Emosinya meledak!

Bowo sampai dua kali melewati rumah Bapak Jonan untuk memastikan kehadiran suami Ani. Jelas-jelas aksi Ani walaupun sendirian adalah menyatakannya bersama suaminya untuk memperkarakan dirinya.

Fokus Bowo adalah adanya sebuah mobil sedan di halaman rumah Bapak Jonan, sekalian dengan nomor polisinya. Bukan nomor mobil Bali tapi tetap saja kecurigaannya meninggi. Mobil sedan berwarna silver itu bernomor polisi daerah Kedu, mungkin saja dari rental mobil karena suami Ani memakai pesawat udara.

Sekarang dimana keberadaan suami Ani.

Beberapa bulan berhadapan dengan suami Ani tanpa pernah ada dialog terkesan lelaki ini sangat pengecut dan tindakannya rendah, selalu melarikan diri saat ia beraksi menantang agar berhadapan langsung.

Tentu makin pengecut lelaki suami Ani bila hanya bersembunyi di rumah Bapak Jonan, padahal kemungkinan sudah hadir di Jogja hari Jumat 21 Desember 2018. Namun setelah diawasi memang tidak ada suami Ani, tetapi tetap saja yang datang adalah kerabatnya, mungkin ini adalah orang tuanya.

Emosi dan prasangka buruk terus bermunculan di dada Bowo dan itu membuat kiriman SMS nya terpengaruh. Malam itu Bowo mengeluarkan segala isi kepalanya yang panas seperti hendak meledak. Tetap buruk dan tidak wajar cara-cara yang diterapkan pihak suami Ani dan keluarganya.

Tapi mungkin inilah tujuan Ibu Bapak Jonan memantaunya berturut-turut beberapa hari yang lalu lebih dari seminggu.

“Saya sudah memantau rumah Mbak Ani, ada mobil terparkir berarti ada tamu istimewa. Tapi saya tidak melihat kehadiran suami Ani. Saya duga yang datang kali ini adalah mertua Mbak Ani.”

Inilah kiriman SMS pertama Bowo terhadap pengamatannya di rumah Ani malam Senin. Hal itu menggerakan dirinya mencoba ngebel nomor milik keluarga tersebut. Jadi ia mengirim SMS pada nomor milik Ani dan mencoba menelepon nomor lainnya. Seperti biasa bisa dibel tetapi tak pernah diangkat.

“Siapapun adanya yang hadir di Jogja sekarang memiliki kewajiban menyelesaikan perkara. Ingat ini sudah tahun keempat masalah bergulir....”

Bowo mengirim SMS dengan nada menghina, kemampuan pihak suami Ani dan keluarganya sangat meragukan.

“Coba pikir bila benar tahun 2016 suami Mbak Ani menempuh pendidikan S2 di Inggris, sepertinya untuk mahasiswa yang berprestasipun tetap berusaha mendapatkan bea siswa.”

“Yah paling mudah membawa perempuan ke luar negeri dijual dengan alasan kuliah S2, modusnya malah terduga seperti itu.”

Atau di bagian lain,

“Suami Mbak Ani sudah membangun rumah, pengorbanannya sudah sangat besar. Coba Mbak Ani pribadi akan membalas dengan apa? Ya cinta dan pelayanan, tapi bila suatu ketika suami Ani meminta menjual diri bisa terjadi kan....ah belum terjadi waktunya kapan aku tidak tahu. Yang pasti faktanya suami Ani sudah berkorban demikian besar, tuntutannya pada Mbak Ani pasti harus menuruti keinginannya.”

Bowo tidak bisa tidur, semalam suntuk menyerang nomor Ani dengan sindiran-sindiran tajam urusan kasus human traficking. Setiap beberapa jam juga ngebel nomor milik keluarga tersebut yang kemungkinan terkoneksi dengan nomor suami Ani.

Seperti inilah Bowo berhadapan dengan keluarga Bapak Jonan. Hampir semua masalah yang bergulir diselesaikan dengan dugaan, yang sulit menghadapi masalah dengan Ani,

“Untuk saya tidak rugi secara materi Mbak, tapi yang bikin senewen statusku, ‘Mati jodoh’...hiks!”

Ini salah satu kiriman SMS keluhannya pada nomor milik Ani.

Keluarga Bapak Jonan yang tidak peduli. Nyatanya Ibu Jonan terus beraksi dengan berbagai kegiatan di sekitar eks kampus Stiekers. Begitu juga Bapak Jonan, ditambah lagi dipantau Udin sebagai penjaga keamanan. Kalau Bowo bilang tidak ada apa-apa malah mustahil!

Bowo sibuk sendiri dengan pikiran-pikiran yang aneh, bila diketahui orang lain bakalan cuma diejek, wong tinggal dilalui semuanya pasti selesai....

Oh tidak, Bowo menegaskan,

“Sudah empat tahun masalah bergulir, bila dari pihak Mbak Ani menyatakan sudah selesai pastilah saat ini saya sudah memiliki pacar lain, catat ini!”

Itu saking emosinya Bowo karena bingung dengan keadaan yang dihadapinya, hanya bisa kirim SMS.

Setelah SMS ada miscall dari nomor milik keluarga Bapak Jonan yang kemungkinan terkoneksi dengan suami Ani. Itu cukup sebagai isyarat bahwa Bowo memang diperkarakan semua pihak keluarga tersebut. Ia yang harus siap-siap pagi hari Senin saat membuka kios stempelnya, itu masuk 24 Desember 2018.

Pagi saat Bowo masih menyiapkan diri mulai buka kios sudah disuguhi pergerakan tidak wajar. Biasanya bila sudah membuka kios Bowo bakalan mengirim SMS, saat ini belum sempat.

Sudah lama Bowo mencurigai seseorang bersepeda motor nomor polisi Bali yang rutin lewat depan kiosnya, munculnya selalu dari mulut gang. Biasanya jadwalnya menjelang jam 9, tapi kali ini benar-benar pagi seperti menyesuaikan jadwal buka kios.

Kecurigaan Bowo langsng naik seratus persen. Diperhatikannya pengendara motor tersebut, sulit menyeberang akhirnya menjauh tiga puluh meter dari kios Bowo, berhenti sebentar memainkan HP mungkin mengirim SMS, walaupun tidak memandang Bowo tetap saja nalurinya menyatakan dirinyalah yang diamatai orang tersebut.

“Tetap saja ini bagian dari komplotan sindikat....,” Bowo membatin, perasaannya yang tidak bisa menahan.

Bagian inilah yang lansgung jadi topik pembahasannya mengirim SMS.

“Jelas semua ini bagian dari praktek sindikat human traficking, buktinya seseorang yang lama kucurigai sebagai mata-mata muncul memantau diriku!”

“Tuduhan saya jelas, semua yang terjadi di depan mata saya adalah sebuah operasi sindikat human traficking sedang berlangsung. Pelakunya suami Mbak Ani dan keluarganya.”

Dari bagian ini emosi Bowo terus meninggi.

“Tidak mungkin selesai urusan seperti ini, biarpun sepihak mencoba memutus hubungan dengan Mbak Ani tetap saja dari pihak suaminya diperkarakan karena posisi saya harus tersingkir sebagai obyek penderita!”

Bowo memaki-maki suami Ani dalam SMS, selama puluhan tahun bermasalah dengan Ani jarang emosinya keluar.

“Tai kucing, masalah sudah bergulir empat tahun tidak selesai-selesai berarti bukan saya yang goblok!”

Bowo mengirim SMS tidak sekaligus, selalu berselang sambil melihat-lihat situasi bila ada anggota keluarga Bapak Jonan yang muncul syukur-syukur suami Ani yang memperkarakannya.

“Saya sudah di kios siap diperkarakan pihak manapun, silakan bila hendak bermanuver apapun bentuknya, percuma!”

“Lebih baik saya tetap mengklaim Mbak Ani sebagai hak milik, toh dengan cara ini ternyata sudah membuat kelabakan suaminya. Buktinya tak pernah ada penyelesaian konflik dari pihaknya, malah yang ada praktek yang masuk kategori hukum pidana.”

“Huh elit banget sindikatnya, makanya sulit sekali terendus aparat. Faktanya saja yang ada pergerakan yang tertuju pada saya sebagai mantan pacar Mbak Ani harus tersingkir agar sukses mengeksploitasi terget korban.”

“Ini adalah komplotan sindikat human traficking ala Bali yang beroperasi di Jogja. Memang asal mulanya dari bentuk adat pernikahan Bali yang bermodus mencuri perempuan dari pihak orang tuanya karena justru menjadi semacam kebanggaan putrinya laku di hirearki kampung mereka.”

Yang menyebalkan bila sedang dalam situasi ribut seperti ini sepertinya kiosnya juga ngadat tak ada pengunjung, seolah bagian gaibnya mendukung kejadian yang dialami, artinya rejekinya seret.

Bowo selalu memantau gelagat di sekitarnya sebab pasti ada yang tidak wajar. Nah yang terlihat adalah seorang tua yaitu Bapak Sugiharto, beberapa kali mondar-mandir di depan kios Bowo, terkadang masuk mulut gang sepertinya mendatangi teman kerjanya, tentu itu adalah Bapak Jonan. Satu kali lewat depan kios Bowo, menyampaikan isyarat bibir dan kepalanya mengangguk. Berarti sudah terjadi komunikasi diantara kedua orang tua tersebut.

Biarpun begitu tetap sulit memahami apa yang sedang terjadi di depannya. Baru ia mengerti saat siang ada gelagat dari seseorang. Inilah orang yang diduga telah hadir di Jogja membahas masalah yang membelit Bowo dan Ani.

Dalam jarak seratus meter terlihat seorang sepuh berwajah mirip dengan suami Ani. Kendaraan yang dipakainya Bowo paham itu adalah motor Mio biru sporty yang sering ditunggangi Ani.

Berwajah mirip lelaki suami Ani, putih tinggi besar, brewokan, nah ini yang menurun pada putranya. Sepeda motor diarahkan ke arah kios Bowo sekalian hendak menyeberang. Ah tidak jadi....motor Mio tersebut berputar melawan arah, akhirnya meninggalkan tempat pemantauannya menuju arah rumah Bapak Sugiharto.

Yah semuanya senyap, hanya ada gelagat.

Bowolah yang menjadi sasaran beliau dan hanya melalui kiriman SMS bentuk argumentasi, bisa benar bisa tidak karena selalu hanya dugaan.

“Saya melihat munculnya orang tua yang mirip dengan lelaki suami Mbak Ani. Kemungkinan sedang terjadi perundingan. Karena masalah sudah berada di tangan orang-orang tua maka saya tinggal menunggu hasil keputusannya, nwn.”

Bowo pun mengakhiri SMS hari itu.

  ***

Natal 25 Desember 2018,

Bowo memperkirakan tak mungkin diperkarakan keluarga Bapak Jonan saat natal. Untuk buka kios bakalan sepi karena masa libur panjang, untuk Jogja kawasan wisatanya jelas ramai pengunjung. Makanya Bowo baru buka kios di atas jam 12, setelah membersihkan kamar kosnya, yah kegiatan sekali setahun.

Untuk kelanjutan masalah Bowo SMS,

“Saya sudah buka kios silakan bila hendak diperkarakan. Saya menunggu kebijaksanaan dari semua pihak yang bertikai, tak mungkin saya mundur karena selalu berstatus obyek penderita.”

Sepi, perkarapun senyap. Jalan-jalan sunyi dari kendaraan. Liburan akhir tahun sedang berlangsung tapi hanya di tempat wisata yang ramai seperti kawasan malioboro, keraton, pantai Parangtritis dll.

Tidak ada pergerakan dari anggota keluarga Bapak Jonan. Atau mungkin pagi hari tadi sebenarnya sudah ada tapi Bowo yang tutup kios sehingga tidak menyaksikannya.

Tapi kemudian ada gelagat, ialah munculnya keponakan Ani putri Udin yang benar-benar memantau keberadaan Bowo di kios. Buktinya anak perempuan yang bersekolah SMP itu memainkan HP dan mengirim SMS, jelas atas suruhan seseorang dari anggota keluarga Bapak Jonan.

Ah kemungkinan besok hari Rabu benar-benar ada aksi dari Ani. Syukur-syukur bila ada keputusan yang terbaik dari pihak orang-orang yang dituakan, sebab jelas-jelas sudah hadir Bapak mertua Ani dan sudah terhubung dengan Bapak Sugiharto yang pernah menjadi harapan Bowo sebagai penengah semua masalah yang dihadapinya di Jogja.

Seperti inilah fenemena, “PERGERAKAN yang SENYAP”

Untuk menjaga agar masalah terbukti masih bergulir Bowo terus memantau rumah Bapak Jonan agar tahu situasi terkini.

Rumah Bapak Jonan selalu sepi saat jam-jam Bowo memantau. Mungkin memang disengaja, buktinya tirai kaca ruang tamu selalu tertutup dan terkadang lampu dimatikan. Padahal di ruang tamu tersebut terdapat televisi yang menyala. Berati tetap ada yang menonton tapi tidak berkeinginan diketahui identitasnya.

Sebuah mobil sedan terparkir di samping teras rumah. Mobil ini menunjukan ada tamu yang menginap di rumah Ani, dugaan Bowo adalah Bapak mertua Ani yang mungkin akhirnya turun gunung menyelesaikan permasalahan yang membelit putra dan menantunya.

Perhitungan Bowo kini tercurah pada bangunan rumah baru di halaman rumah Bapak Jonan, ini dibangun dari dana suami Ani, untuk segala perkara pendiriannya diserahkan keluarga Bapak Jonan terutama rancangannya oleh Udin.

Nilai bangunan ini fantastis sekali, mungkin lebih dari empat ratus juta rupiah, itu belum upah pada pemborongnya.

Hebat sekali, rumah ini didedikasikan pada Ani, berarti demi istrinya yang tercinta,

“Apa yang diinginkan suami Ani?”

Dari opini di masyarakat jelas sekali, suami Ani membangun rumah tersebut sebagai hadiah perkawinan, memang disamarkan dengan berita untuk putra keluarga tersebut.

Termangu-mangu Bowo......

Bowo tidak tertarik dengan bangunan rumah tersebut, tetapi di belakangnya ada sesuatu, ada misi. Nah sampai di rumah kos Bowo SMS, membangun rumah tersebut bisa dibaca sebagai hadiah perkawinan. Sangat fenomenal dan besar pengorbanannya.

“Suami Ani orang Bali itulah yang meragukan saya, ada motif tersembunyi, sangat menjebak!”

“Pengorbanan....ya pengorbanan. Apa yang terjadi adalah pengorbanan pihak orang tua suami Ani. Dalam perspektif Bali disebut yadnya.”

Pikiran Bowo terbuka jadinya, biarpun masih dugaan tetapi fenomena ini paling mendekati dari sudut ini. Semua bisa dibahas dari budaya etnis Bali.

Bowo terus berpikir malam itu tetapi tidak meneruskan kiriman SMS karena ide tersebut muncul mendadak. Bowo tahu sedikit Hindu Bali dari berbagai artikel-artikel di media cetak dan berbagai buku literatur.

Rabu 26 Desember 2018,

Tidak ada pergerakan dari anggota keluarga Bapak Jonan, apalagi bapak mertua Ani. Terbaca oleh Bowo semua seperti bungkam, Bowo bukan tokoh penting dalam perundingan antar keluarga menyangkut masa depan rumah tangga putra-putrinya.

“Apakah ada gelontoran dana lagi dari mertua Mbak Ani? Bila ada transaksi kembali jelas semua pihak yang didekati Bapak mertua sampean bungkam.”

Bowo kembali meneruskan kiriman SMS nya, sampai beberapa kali dengan tema transaksi dan adanya gelontoran dana. Soalnya saat memantau rumah baru dibangun terlihat ada perbaikan, atau kelanjutan membangun agar bisa ditempati.

Juga seharian terlihat Udin sibuk mondar-mandir, seolah-olah sibuk mengurusi membangun rumah sebagai kelanjutan karena tinggal finishing. Toh cuma kurang kaca, duan pintu, jendela, dan soal cat rumah bisa ditunda yang penting segera dapat ditempati.

Gelagat itu dibaca terus oleh Bowo, berarti kehadiran Bapak mertua Ani berfokus pada bangunan rumah yang nyatanya dibangun anak lelakinya. Itu semacam klaim kepemilikan aset, sedangkan aksi-aksi serangan psikis yang dilakukan suami Ani di bulan November adalah klaim hukum nikah.

Untung ada pengunjung kios sehingga Bowo tidak memikirkannya terus menerus.

“Bisa isi ulang Mas?” Tanya lelaki muda sambil menyodorkan dua stempel todrat.

“Oh bisa mau ditunggu atau ditinggal?” Bowo bertanya sekaligus menimang-nimang dua stempel jenis todrat tersebut.

“Saya tunggu saja Mas,” katanya.

Mereka berdua ngobrol akhirnya.

Bowo sempat bertanya, “Di mana bikin stempel trodat ini Mas, soalnya di Jogja hanya satu dua yang bisa.”

“Oh itu milik Bos saya yang orang Bali, katanya bikinan orang Bali.”

Bowo yang terkejut mendapat jawaban seperti itu, adakah hubungannya dengan masalah yang sedang bergulir saat ini?

“Wah saya sendiri bila mendapat stempel seperti ini menolak, untung cuma isi tinta bisa dicoba dulu. Kalau ada yang rusak saya tak mampu memperbaikinya. Cocoknya lempar kembali ke Bali di tukang stempel pertama yang membuatnya.”

Lelaki muda tersebut manggut-manggut sambil mengirim beberapa SMS ke Bosnya. Jawabnya singkat, “Ya”, justru sangat disengaja.

Bowo merasakan sebuah tekanan, ini semacam serangan atau mematai-matai dan menguji Bowo. Siapa Bos dari Bali yang disebut pemuda ini Bowo tak tahu, hanya dari stempelnya terlihat identitasnya, “LIO Collection” itu mungkin semacam usaha fashion dan sejenisnya.

“Sengaja tidak sengaja pemuda ini menjadi mata-mata Bosnya yang orang Bali, hari ini pembahasan semua serba Bali, aku dikelilingi orang-orang Bali karena kasus yang membelit Ani ckckck.”

Saat mengisi ulang Bowo tahu sebenarnya stempel trodat ini masih penuh. Satu dua kali saja hanya akan membanjiri papan tintanya. Gelagat inilah yang kemudian dikonsultasikan Bowo saat pemuda tersebut meninggalkan kiosnya setelah membayar.

“Ini Bos sampean saja yang kurang kerjaan, tintanya ini belum bermasalah Mas.”

Pemuda itu menjawab, “Saya tak tahu Mas, saya cuma disuruh Bos itu saja.”

Bowo tahu sulit menuduh pemuda ini mata-mata sebab hanya diutus Bosnya yang orang Bali mengisi tinta stempel. Tapi dari SMS-SMS yang dikirim jelas menyangkut info yang diinginkan Bosnya. Lagi pula saat ngobrol tadi ketahuan pemuda ini berasal dari daerah asal Bowo, sama-sama berbahasa ngapak.

Bowo segera kirim SMS pada nomor Ani,

“Gelontoran dana sedang berlangsung, aku saja sampai kecipratan dana dari mengisi tinta stempel trodat yang katanya Bosnya orang Bali.”

Sulit sekali membuktikannya, Bowo dalam perkara dengan Ani tetap dikondisikan apa adanya walaupun selalu mendapat serangan psikis dari pihak keluarga Bapak Jonan maupun suami Ani.

Kenyataan kemudian hari-hari berikutnya orang yang dicurigai Bowo sebagai mata-mata karena bermotor nomor polisi Bali lenyap, seolah menghapus jejak karena sudah ketahuan pergerakannya.

“Bukti-bukti menunjukan tak ada peneyelesaian terhadap pihak saya, bahkan biarpun Bapak mertua Ani hadir di Jogja, begitu juga orang tua lainnya seperti Bapak Sugiharto yang pernah kuharapkan menjadi penengah dalam masalah ini. Semua pihak sudah bungkam karena adanya transaksi dan gelontoran dana dari pihak suami Ani.”

Sebelum pulang ke rumah kontrakannya Bowo SMS demikian sebagai penutup.

    ***

Setiap hari Bowo mencurahkan pembahasan masalah melalui kiriman-kiriman SMS nya. Hanya ini media komunikasi yang disediakan Ani sekeluarga. Jawaban-jawaban pembenaran semua berdasarkan gelagat pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan.

“Saya tidak melihat penyelesaian masalah yang bergulir tertuju pada saya. Berarti segala sengketa internal antar keluarga Bapak Jonan dengan keluarga suami Mbak Ani. Keadaan demikian memaksa saya membahas masalah ini dengan melebarkannya pada profil etnis Bali.”

“Pembahasan ini lebih menyorot pada profil Bapak mertua Mbak Ani yang telah demikian banyak mengorbankan harta benda demi keutuhan rumah tangga putranya.”

“Pengorbanan, yadnya yang paling mudah adalah ritual Hindu memberi sesaji pada rumah-rumahan kecil di depan halaman rumah orang Bali. Sesaji adalah yang paling ringannya, sedangkan bentuk pengorbanan lain Mbak Ani sudah melihatnya di depan mata.”

“Tujuan yadnya dari bapak mertua Mbak Ani adalah mengusir angkara murka dalam hal ini tertuju saya sebagai sang buta dan mengembalikan Mbak Ani agar kembali taat pada suami dalam kesucian. Biarpun Bapak mertua Mbak Ani muslim tetapi adat lingkungan Balinya tetap berlaku.”

Bowo tahu tuduhannya ini sangst kejam, tetapi masalah sudah bergulir sedemikian rupa. Hampir semua pengetahuan yang pernah didapatnya dari berbagai literatur tentang Bali dikemukakannya.

“Sekarang fakta yang ada sudah sulit bagi Mbak Ani membalas jasa dari pengorbanan suami, silakan Mbak Ani bertanya apa saja yang diinginkan dari membangun rumah, dari gelagat saat ngobrol bisa diketahui. Misalnya berapa banyak menyebut kata berkorban atau yang lain, nwn.”

Bila kiriman SMS nya dinyatakan masuk akal atau mengandung kebenaran maka bisa dilihat siapa yang beraksi dari anggota keluarga Bapak Jonan. Beberapa kali Bapak Jonan melintas di depan kios Bowo, berarti pernyataannya cukup mengenai sasaran.

Beginilah sulitnya Bowo menyelesaikan masalah yang membelit dirinya dan Ani di pihak lain. Sedangkan pelakunya yaitu suami Ani gelap identitasnya walaupun beberapa bulan ini sempat beraksi menyerang psikis tertuju pada Bowo. Bahkan sampai orang tuanya muncul di Jogja Bowo tak tahu menahu keberadaannya.

Sambil mengirim SMS juga sambbil memantau rumah keluarga Bapak Jonan. Terkadang tercetus SMS sinis terhadap rumah yang dibangun suami Ani.

“Saya heran rumah baru ini dibangun sejak awal S018, kenapa Mbak Ani malah beraksi tertutju pada saya hingga bisa disebut terjadi afair perselingkuhan?”

“Hingga saat inipun saya tidak melihat Mbak Ani ikut terlibat dalam membangun rumah, harusnya bila nantinya akan menempati paling tidak keinginan Mbak Ani dominan terjun langsung menyesuaikan dengan seleranya.”

Dasarnya adalah cinta, bila seorang perempuan mencintai lelaki apapun yang diberikan pasangannya akan disukainya. Hal tersebut tidak terlihat sampai saat ini walau memang Ani bisa menikmati hubungan seks bersama suaminya.

“Hal ini rahasia pribadi perempuan, akupun bakalan susah menduganya,” Bowo meleletkan lidahnya sendiri karena tahu betapa rumitnya makhluk perempuan di dunia ini.

Coba pikir bila Ani menyukai rumah tersebut, sudah lama ia pasti bergerak menempati satu kamarnya dengan suka cita. Hal tersebut tidak terjadi bahkan walaupun opini warga sekitar rumah tersebut adalah hadiah perkawinan.

Bowo pun SMS,

“Yah membangun rumah itu tidak pernah sempurna, selalu ada kekurangannya. Tapi walau bagaimanapun tetap harus ditempati, bukankah semua itu adalah hak milik?”

Faktanya bangunan rumah tersebut mangkrak beberapa bulan ini. Kalau ngelantur Bowo menganggap rumah tangga Ani,

“Selama berumah tangga hampir empat tahun ini saya melihat dari segi keuangan. Suami Mbak Ani terlanjur mengeluarkan biaya sangat tinggi, mendekati milyaran. Sementara semua biaya adalah dari orang tuanya, artinya inilah pengorbanan atau yadnya Bapak mertua Mbak Ani.”

“Pengorbanan ini tidak gratis, pasti ada keinginan dari suami Mbak Ani silakan ditanyakan langsung kepadanya. Di sinilah saya mencurigai motifnya, coba untuk Mbak Ani secara pribadi harus membalas dengan apa?”

“Saya menyebut rumah tangga yang dibina suami Ani berbiaya tinggi, beresiko bangkrut kecuali dengan menjual diri.”

Bowo pun melontarkan berbagai kasus semacam jual diri di dunia maya yang terjadi di masyarakat. Cukup panjang penjelasannya bisa sampai puluhan SMS.

“Semua belum terjadi tetapi indikasinya lari ke sana. Saya memberatkan tuduhan ini pada suami Ani sebagai pelaku sindikat human traficking ala Bali.”

Sementara hari-hari semakin mendekati tahun baru S019, Bowo berpacu dengan waktu dan keterbatasan, semua masalah dikemukakan agar tahun depan sudah tidak membebani.

“Saya sebenarnya mengharap suatu bentuk perlawanan dari suami Mbak Ani, ini semacam tingkatan bela diri. Sayang saya tidak mendapatinya, berarti semua fenomena yang terjadi adalah sangat khusus sebagai profil orang-orang Bali.”

Bowo pun masuk pembahasan etnologi tentang Bali.

“Saya pernah membaca ulasan Tempo perang ‘Puputan Bali’ itu perang yang kontroversial. Hanya dengan satu peperangan ini Belanda langsung bisa menguasai seluruh Bali, semuanya karena adanya yadnya,’Pengorbanan’.”

“Karena adanya pertikaian dengan satu kerajaan di Bali, belanda menyerbu kerajaan tersebut. Ratusan pasukan menyerang tidak mendapatkan perlawanan di jalan. Semuanya terpusat di sebuah istana (Puri), ke sanalah Belanda menyerang akhirnya.”

“Bumi hangus dan mati seluruhnya, itu terjadi dalam perselisihan Belanda dengan sebuah kerajaan Bali. Belanda agresif menyerang ratusan serdadu tapi tidak ada perlawanan di medan laga. Semuanya terpusat di sebuah istana sebagai benteng terakhir.”

“Ke istana itulah Belanda menyerbu, benar ratusan pengawal kerajaan menghadang paling belakang rajanya. Tentu saja Belanda menyerbu sistem perang konvesional.”

“Benarkah terjadi perlawanan, tidak ada semua pengawal kerajaan itu mengorbankan diri untuk dibunuh Belanda, sampai terakhir rajanya. Mudah sekali Belanda mengalahkan, setelah itu seluruh Bali dikuasai tanpa banyak merubah struktur masyarakat Hindunya.”

“Nah hubungkan dengan fenomena kasus yang dialami Mbak Ani. Terdapat pengorbanan demikian besar dari pihak suami Ani dan keluarganya. Nilainya fantastis, apa yang mereka inginkan dari tujuan pengorbanan tersebut? Ingat tidak ada yang gratis, itulah balas jasa dari Mbak Ani dengan mentaati keinginan suami. Sebenarnya hal tersebut bisa dilihat dari gelagat saat Mbak Ani berkomunikasi dengan suami saat ngobrol, seberapa banyak apa yang sering diucapkan untuk tujuannya membangun rumah dll.”

“Kalau buat pihak saya sekarang menghubungkannya dengan perang Puputan Bali. Ada perselisihan dan sengketa, ada aksi menyerang psikis, klaim hukum nikah, klaim kepemilikan aset dll. Namun begitu diserang sama sekali tak ada perlawanan. Dari sini karakter Balinya begitu melekat.”

Tuduhannya berupa profil Bali adanya masyarakat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

“Sangat jarang orang Bali merantau, ada transmigran Bali tersebar di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Semua berbentuk bedol desa dalam satu kesatuan Banjar dan masyarakat Hindunya tetap lestari. Di Jogja ada orang Bali pasti bisnis cabang usaha dari Bali atau bila bermukim tetap terikat dengan sebuah pura. Makanya saya meragukan kemampuan suami Ani beradaptasi, satu-satunya jalan tetap terhubung dengan komunitas Balinya. Karena Komunitas kemungkinan berbaur dengan sindikat human traficking ala Bali teradopsi. Jadilah selama ini masalahyang diajukan suami Mbak Ani termasuk tindak pidana tersebut.”

Mungkin itulah syarat untuk bisa tetap mempertahankan rumah tangga dari pihak keluarga Bapak Jonan. Suami Ani harus bisa menyingkirkan Bowo dari Jogja apapun caranya. Suami Ani dan keluarganya menyanggupi, mereka memutuskan melakukannya dengan tteknik yang berkembang di Bali. Itulah praktek sindikat human traficking yang berlatar belakang ritual pengorbanan (Yadnya).

Sedangkan cara menikahinya dengan menghamili duluan adalah pengembangan dari adat mencuri mempelai perempuan. Jadi sudah dari awalnya suami Ani berulah sangat terselubung.

Melihat bukti-bukti yang berada di depannya Bowo menyimpulkan tindakan suami Ani sangat didukung keluarganya. Tak heran orang tuanya terlibat di belakang layar selama ini. Satu bentuk pengorbanan terbesar adalah biaya membangun rumah yang dimaksudkan untuk menghancurkan mental Bowo agar segera tersingkir.

Kegagalan suami Ani dan keluarganya sekarang memukul mereka sendiri. Merekalah yang akhirnya harus mengundurkan diri dari pertikaian dengan Bowo. Tersingkir dengan cara halus karena tidak ingin hancur citranya di tengah masyarakat. Keluarga Bapak Jonanlah yang memberi jaminan tersebut.

Hari-hari terakhir di ujung tahun S018 Bowo masih memantau rumah Bapak Jonan. Pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan menurun, berarti kemungkinan Bapak mertua Ani sudah meninggalkan Jogja dengan status kalah. Meninggalkan aset yang bila diperkarakan adalah sengketa tapi hanya internal dengan keluarga Bapak Jonan.

Bowo kirim SMS,

“Satu-satunya jalan bagi suami Ani mempertahankan rumah tangganya dan mengamankan aset adalah meniadakan masalah dengan pihak saya. Kemudian mengupayakan agar Mbak Ani bersedia mengikutinya di Bali. Toh opini di masyarakat rumah tangga Ani tidak bermasalah.”

Ini pendapat Bowo saja.

Berbagai kiriman SMS nya masih menyinggung rumah tangga Ani dan suaminya dari berbagai sudut. Hasil akhirnya rumah tangga yang dibina Ani tetap beresiko tinggi mengalami keretakan dan kehancuran karena terlanjur mengeluarkan biaya sangat tinggi tanpa dibarengi keharmonisan keluarga.

“Selama berumah tangga suami Mbak Ani hebat sekali prestasinya. Bukan main borosnya, bila diperhitungkan pengeluarannya sudah mendekati milyaran. Dan semua itu ditinggalkannya merelakan istrinya dikawini lelaki lain.”

SMS-SMS nya lainnya romantis karena sering mengenang berbagai kejadian di awal S018.

Lanjutan SMS nya terkadang menguat dari segi ini,

“Kasus perdagangan orang di belahan dunia ataupun di Indonesia banyak terjadi. Umumnya korban perempuan ditawari pekerjaan upah tinggi setelah itu tertipu masuk prostitusi. Kalaupun bekerja biasa masuk kasus perbudakan bisa dicurigai misalnya pekerja spa, pabrik dll.”

“Kalau di Bali dan Lombok lebih khusus karena adanya adat kawin lari yang belum-belum sudah bisa dikategorikan kekerasan seksual, nikah dini hingga kasus perdagangan orang kuno berupa sindikat walaupun hanya dilakukan orang sekampung.”

“Hal tersebut sudah sangat akut kemudian ditambah dunia pariwisata modusnya bertambah rumit prostitusi terselubung. Benar dinikahi resmi tapi bisa menjadi sampingan meraih materi. Nah pelakunya mencapai sindikat sebagai ritual, sifatnya judi nasib, bila sukses untung besar bila gagal bangkrut. Setiap penghalang harus disingkirkan apapun caranya. Hal tersebut telah terjadi di depan kita semua. Fenomena ini sendiri tetap menjadi kejadian langka bahkan biarpun di daerah Bali dan Lombok termasuk pelaku-pelakunya. Tetap mengerikan karena beresiko merusak semua pihak yang bertikai. Itu semua adalah cerita lisan diantara masyarakat dua etni tersebut.”

“Ternyata saya yang menyaksikan dan harus mengungkapkannya karena adanya masalah yang membelit Mbak Ani. Berarti modus tersebut juga beroperasi di Jogjakarta. Sementara untuk orang Bali dan Lombok sendiri bila ada kejadian tersebut tetap dikecam dan dilarang karena buruk dan berbahaya bagi semua pihak juga menjatuhkan citra dua etnis itu sendiri.”

“Yang dialami Mbak Ani elit, lebih rumit motif yang diinginkan pelaku. Mungkin bisa untuk menaikan karier, jabatan dan reputasi.....pokoknya njelimet banget!!!”

“Ritual dari pelaku adalah kombinasi antara adat kawin lari, kemudian ditambah dengan praktek sindikat perdagangan orang dengan dasar utama prosesi yadnya atau pengorbanan dalam perspektif masyarakat Bali.”

Statemen Bowo yang diolah dari berbagai sumber bila disusun bisa seperti karya tulis. Semuanya berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Apalagi disertai dengan bukti yang diketahui semua pihak yang bertikai.

Statemen Bowo yang terakhir ini seperti puncak seluruh kejadian yang membelit semua pihak. Pertikaian telah berlangsung masuk tahun keempat, harus ada kata selesai dengan resiko salah satu pihak adalah korban yang tersakiti dan tersingkir.

Benar saja Bapak Jonan memberikan respon beraksi di sekitar kios Bowo sebagai pembenaran argumentasi yang dikemukakan dalam kiriman-kiriman SMS.

Malam Tahun Baru S019 Bowo SMS,

“Saya tidak akan memutus hubungan dengan Mbak Ani sebab percuma. Lebih baik mengikuti perkembangan sampai ketegangannya menurun dan situasi membaik. Tapi saya akan menghentikan SMS-SMS sementara waktu.”

“Sebisa-bisa saya akan membahas masalah sebagai agenda baru di tahun S019, nwn.”

Setengah jam kemudian terdengar hingar-bingar ledakan mercon dan kembang api di kejauhan pusat kota Yogyakarta. Bowo bersama tetangga rumah kontrakan cukup menonton ramainya warga dunia menyambut pergantian tahun baru.

 

                                                            TAMAT

 

         

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

            PROFIL PENGARANG

Pengarang berasal dari Purwokerto, tinggal di Yogyakarta. Merantau buat cari duit sehari-hari. Bukan pengarang hebat cuma demen menulis biar sedikit keren sok intelektual.....wkwkwkk

Bangga dikit boleh dong, menulis sampai ratusan halaman bila dihitung waktu habis setahun lebih, apalagi cara menulisnya primitif dari bentuk manual di kertas kuarto baru kemudian diketik komputer.

Lambat sekali, tapi nikmati saja prosesnya toh tidak target buat profesi.

Hobi seumur hidup.

Bye Bye......

 

Jusnu Juli Wibowo