Thursday, July 25, 2013

Kunjungan ke situs Beteng Mataram Kotagede.

Baru hari ketiga mencoba menulis, tak ada salahnya mencoba berbagi pengalaman dengan pembaca.
Hari minggu penulis coba-coba jalan kaki menuju kotagede. Sebenarnya sudah sering kesana tetapi kali ini khusus menyusuri situs keraton Mataram Kotagede.
Penulis mencapai desa Singosaren ringroad selatan. Mulai dari situlah penyusuran dimulai,
Ternyata ada semacam terminal untuk para wisatawan yang hendak menjelajahi situs keraton Mataram, Bangunannya permanen berseberangan dengan pabrik apa penulis tak tahu. Dari situlah penulis berjalan kaki masuk jalan yang tidak terlalu lebar kearah dalam perkampungan penduduk. Rasanya sih seperti biasa saja tak ada yang menarik,
Penulis baru sadar setelah berjalan kaki sekitar setengah kilo. Wah ternyata ketemu dengan sebuah bekas tembok beteng keraton yang sudah dipugar oleh ahli purbakala.
Yah mulailah penulis mendapat gambaran tentang cikal bakal kerajaan Mataram. Nama jalannya kalau nggak salah jalan Danang Sutawijaya, persis berseberangan dengan sebuah SD negeri. Sebuah tembok dari batu sungai yang disusun bertumpuk tanpa dilepa dengan semen, itu aslinya kalau yang dilihat penuliss itu bagian yang sudah di pugar jadi sudah tertata rapi. Ada kuburan umum yang membuat merinding penulis karena berimaginasi macam-macam tentang hantu. He He He nggak usah dipikirin deh.
Suasananya angker banyak ditumbuhi semak belukar dan rumpun bambu, tapi juga sudah banyak rumah penduduk. Penulis sempat duduk ditembok beteng tersebut, merasakan betapa kokohnya bangunan tersebut pada masa silam. Penulis menelusuri tembok beteng sebelah kiri lebih dulu, terasa datar dan mudah dilalui serta tertata rapi sampai beberapa ratus meter. Kalau ditelusuri bentuknya akan menjadi persegi seperti jeron beteng Yogyakarta. Bedanya bangunannya benar-benar dari batu kali yang di pahat persegi kemudian ditumpuk menjadi tembok penghalang. Terus penulis mengikuti alur beteng yang terasa berada di tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya, He He He tak usah kuatir sepanjang bekas tembok beteng tersebut sudah jadi pemukiman warga,kemudian bahkan ketemu pondok ternak sapi dan beberapa kolam ikan pembibitan gurami dan lele. Terasa bentuk persegi beteng karena pemukiman penduduk seperti sudah meengikuti bekas alur beteng pertahanan jaman dahulu. Penyusuran terhenti di bangunan tembok makam milik keraton Hasto Rengga dan situs batu gilang dan batu gateng. Ini yang penulis sudah biasa melihat, jadi akhirnya kembali lagi ke titik awal lokasi di sebuah SD negeri sebagai semacam pintu gerbang keraton jaman dahulu kala.
Nah mulai lagi penulis menyusuri beteng tapi kali ini disebelah kanan jalan kecil yang tak terlihat situs apapun kecuali kerimbunan rumpun pisang, rumpun bambu, bahkan tumpukan sampah. Apalagi jalannya hanya setapak kemudian menurun dan ya ampun semak belukar menutupi tanah hingga parit sempat membuat penulis terperosok kena air hingga membasahi celana. Lebih celaka lagi dimana-mana nyamuk muncul menggigit tubuh penulis, rasanya kayak di hutan saja. Padahal sebenarnya ini masuk wilayah kotamdya Yogyakarta.
Tak apalah dengan menundukan muka karena terhalang rumpun bambu penulis melihat kembali tumpukan batu kali persegi yang merupakan bekas beteng Mataram. Letaknya beberapa ratus meter dibelakang SD negri. Lagi-lagi sebenarnya sudah banyak rumah warga yang sepertinya membangun tetap mengikuti alur sebuah beteng. Memang sih ada beberapa bangunan rumah yang menabrak tembok beteng hingga merusak pemandangan, dan lagi seluruh tempat tersebut sudah menjadi lautan sampah. Warga senaknya saja membuang sampah disitus keraton tersebut. Sudut beteng sudah dipugaar sehingga menjadi lokasi paling enak untuk dilihat. Rasanya situs tersebut akan semakin tenggelam dikepung bangunan warga yang tentu akan terus membangun sesuai bertambahnya warga dimasaa mendatang. Penulis mengakhiri penyusuran tepat di depan masjid Mataram kotagede.
 Sementara sampai disini dahulu penulis berbagi peristiwa.

Wednesday, July 24, 2013

orang baru

namanya juga masih blog baru harap maklum bila banyak kesalahan teknik yang dilakukan. Ini baru percobaan soalnya belum pernah aku bikin blog. oke..........

Tuesday, July 23, 2013

training pelatih

1.Training Pelatih.
“Pukul!” Aba-aba itu terdengar.
“Tangkis kanan! Pukul kiri!” Lagi orang tersebut memberi perintah. Barisan orang-orang dibelakangnya masih dalam kuda-kuda kanan, orang itu melanjutkan.
“Sepak, kuda-kuda kiri.” Orang-orang yang berada dalam barisan mengikuti aba-aba pelatih. Pelatih tersebut sudah berumur, mungkin mendekati usia limapuluh tahun. Badannya kecil dengan kumis tebal untuk menambah kewibawaannya. Baju hitam celana hitam berkibar karena seragam beladiri selalu harus longgar. Rambutnya sebagian sudah memutih. Orang-orang memanggilnya bapak Anwar.
“Tangkis, pukul kanan   Tahan!” Bapak Anwar menoleh kebelakang, diperhatikannya murid-murid.yang mengikuti instruksinya dari tadi. Satu persatu diperhatikannya kuda-kuda anak-anak muridnya. Salah satu diantaranya didekatinya kemudian dibetulkannya posisi kuda-kuda dan tangan memukul.
“Pelintir, beset langsung kuda-kuda bangku!” Meluncur lagi kata-katanya.
“Kaki kanan maju selangkah, tangan menyikut!” Dilanjutkannya lagi.
“Pukul atas!” Diperlihatkannya gerakan tangan memandu murid-muridnya.
“Balik, tangkis kiri, pukul!” Badan orang-orang pun berbalik tetapi tetap dalam posisi kuda-kuda jurus.
“Sepak kaki kanan kesamping!” Teriak orang tua itu lagi.
“Pasangan kuda-kuda, berdiri  hormat silat!”
Berakhirlah jurus yang dilatih, orang-orang mengusap keringat diwajah untuk bisa melakukan jurus yang lain. Tapi peragaan belum berakhir. Orang orang masih tetap berada dalam formasi barisan. Pelatih yang bernama bapak Anwar berdiri didepan barisan memberikan pengarahan.
“Kepriben pada! Mestine nek apal wis kawit ganu latihane, saiki program penyeragaman jurus ben mengko nek nglatih siswa ora beda- beda carane.” Pak Anwar berkata memberi tahu apa arti gerakan-gerakan yang barusan mereka latih.
Pak Anwar masih terus memberi pengarahan,
“Perguruan kita lama tidak aktif. Kita harapkan dengan training pelatih ini siswa-siswa yang sudah lama tidak berlatih akan kembali menghidupkan organisasi.” Kata-katanya ditujukan kepada segenap yang hadir diruangan latihan.