Tuesday, December 23, 2014

BATAS KOTA

Judulnya memang Batas Kota biar samar, inilah isinya....
Ini adalah tempat penulis mencari rejeki setiap hari, membuka usaha stempel kaki lima. Pakainya cuma boks kios permanen ukuran 1,5x1m. Lumayan dengan tempat yang cukup strategis bisa diandalkan untuk bertahan hidup...walaupun sering meringis karena kalah bersaing dengan lapak lainnya.
Ini adalah lahan eks Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kerja Sama. Keren kan namanya...tapi lahan ini terlantar karena terkena musibah gempa bumi 27 mei 2006. Luluh lantak dan segala material dibongkar dijual rongsokan. Tak ada yang terselamatkan sampai saat ini (2014).
Jauh sebelum gempa, sudah terjadi sengketa di dalam yayasan pembina kampus, kedua kubu mengklaim sebagai pihak yang berhak menguasai lahan dan sekolah tinggi tersebut. Setelah gempa perebutan penguasaan kampus reda dengan status tanah tetap sengketa...ini sebagai berita utama yang didengar masyarakat manapun.
Yang bertahan paling awet hanya Pedagang Kaki Lima yang resmi maupun tak resmi.....tepat di depan halaman bekas kampus. Termasuk milik Penulis sebagai mata pencaharian utama.
Lahan terlantar yang tumbuh cuma semak belukar liar, lebih sering untuk membuang sampah sembarangan oleh masyarkat setempat. Bila melihat lokasinya sangat strategis, di jalan Parangtritis km 3,5 tepat di perbatasan kota Yogyakarta maupun pinggiran kabupaten Bantul. Luas lahan mencapai lebih tiga hektar, seolah sebuah ruang terbuka hijau di tengah belantara gedung-gedung komersial yang terus menerus berdiri.
Bayangkan sebuah lahan demikian strategis seolah tanpa pemilik.....
Rupanya keadaan inilah yang dari dahulu diincar oleh beberapa oknum untuk mengangkanginya sebagai pengaruh kekuasaan.
Di penghujung tahun 2014 ini terdapat pergerakan yang mengatasnamakan pembina Yayasan untuk berhak mengatur dan menertibkan lahan terlantar tersebut.
Semuanya pun berubah......
Termasuk kehadiran para pedagang yang menggantungkan hidupnya pada lahan sempit di depan eks kampus ini.
Berita begitu cepat menyebar, lahan eks kampus akan dijadikan lahan parkir untuk bus pariwisata karena adanya larangan parkir di Alun-alun Utara mulai tahun 2015. Bus pariwisata akan dialihkan ke bekas stasiun Ngabean, sedangkan lahan eks kampus STIEKERs menjadi cadangan.
Terjadi pergerakan cepat, pemerataan lahan dengan traktor dan pengerasan dengan mesin stoomp terselenggara sekitar empat lima hari. Walaupun belum permanen beberapa bus pariwisata sudah masuk parkir.
Bus yang masuk hanya bus kosong, seluruh penumpangnya diturunkan di Ngabean untuk menuju obyek wisata Keraton dan Malioboro. Disinyalir program ini diadakan oleh Pemerintah Kota dan Dinas Perhubungan.
Yang terdampak adalah Pedagang Kaki Lima di depan eks kampus. Dengan alasan penataan dan penertiban para PKL tersebut akan diatur kembali dengan pemberian kapling sesuai jatah masing-masing. Penyelenggara yang mengatasnamakan kampung tersebut memberikan kapling dengan pungutan yang cukup besar.
Banyak terjadi kejanggalan dalam pelaksanaan penataan kapling para PKL ini, petugas pungutan uang banyak melakukan ancaman dan pemaksaan.
.................................................................................................,
Berbagai alasan yang dikeluarkannya banyak berbau mencari untung sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya. Semuanya samar tak ada penyelenggara resmi atau panitia, semuanya serba gelap, semuanya seperti perjudian dan mencari menang walaupun lemah dalam pendapat.
Demikian yang terjadi saat ini di depan mata Penulis, semua pedagang kaki lima tak berdaya, hanya MANUT pada sosok yang mendadak berkuasa atas nama kampung.
................................................................................................,
Sedikit Penulis mendapat informasi langsung dari Rektor STIEKERs yang menyatakan dirinya sebagai pemenang sengketa lahan dan yayasan, saat ini berlokasi di bekas terminal lawas Umbulharjo.

"Bahwa apa-apa yang terjadi di lahan bekas kampus STIEKERs itu adalah ILEGAL, tanpa sepengetahuan YAYASAN yang resmi."

Itulah pegangan Penulis saat ini walaupun tetap berurusan dengan beberapa sosok penyelenggara penataan para pedagang kaki lima di depan halaman eks kampus.
sekian dulu laporan tak resmi ini,
 He He He menjadi semacam berita tak resmi jadi boleh dibaca boleh juga dicibir, Penulis MANUT saja.
By  By By

No comments:

Post a Comment