Di sini penulis mencoba membahas hobi yang dilakukan setiap hari minggu. Dalam seminggu penulis hanya mampu melakukan kegiatan ini sekali saja. Waktunya pagi hari setelah sholat subuh.Hari minggu penulis meliburkan diri dari aktivitas pekerjaan yang tentu sering membuat stress atau tertekan secara kejiwaan. Sebagai pelariannya salah satu diantaranya melakukan jogging. Jogging dalam teks olah raga merupakan jenis lari menempuh jarak cukup jauh tapi dengan irama yang lebih santai dari pada lari maraton. Maraton lebih merupakan lomba lari menempuh jarak yang sudah tertentu yang tentu harus mendapatkan seorang juara.
Setiap melakukan jogging di tempuh dengan jarak tertentu dan rute berganti-ganti. Kali ini penuliss menempuh rute dari depan eks Kampus STIEKERS menuju jalan Malioboro. Sebenarnya rute ini sudah bertahun-tahun di lakukan penulis. Tapi baru kali ini penulis menjadikannya sebagai bahan tulisan.
Sebelum jogging di lakukan sebenarnya penulis melatih berbagai jenis praktisi, tapi pembahasannya nanti tersendiri dalam masalah lain. Tak mungkin mencampuradukan masalah yang bidangnya berbeda dalam sebuah tulisan.
Dini hari saat orang lain masih nyaman berselimut lelap dalam buaian mimpi penulis bergerak melangkahkan kaki lari pelan-pelan menyusuri jalan Parangtritis menuju utara.Eks kampus STIEKERS yang sekarang tak lebih dari padang gersang dengan semak belukar tumbuh karena lapisan tanahnya sudah habis ditambang tinggal lapisan kerasanya yang tidak subur lagi. Beberapa bagian menjadi lokasi buangan sampah mengotori pemandangan. Sebuah telaga kecil menampung air hujan menjadi sebuah areal pemancingan. Depan eks kampus STIEKERS di penuhi pedagang kaki lima yang mencoba mencari peruntungan termasuk penulis yang memiliki sebuah boks kios ditepi jalan.
Lari pagi terasa melelahkan bagi siapapun yang jarang melakukannya. Penulis menghitung sudah dari sejak usia dua puluh lima tahun melakukannya. Jika di hitung sekarang usia penulis mencapai empat puluh tiga tahun, hitung sendiri kegiatan ini sebagai semacam journal yang sudah menetap dalam diri penulis. Mungkin anggap saja sudah mendarah daging.
Apa manfaatnya?
Anggap saja ini bagian hidup yang berhubungan dengan relaksasi kaum spiritual. Ya penulis mendapatkan semaccam kekuatan sspiritual setiap kali berhasil menempuh rute yang rutin dilakukan penulis.
Langkah kaki pelan-pelan dan tidak terburu-buru itu hal yang masih sulit bagi pemula. Penulis sendiri sering menjadikan start melangkah dengan perasaan ragu-ragu akan mampu menempuh rute yang sudah sering dilakukan. Perlahan hambatan ini akan beerkurang karena kaki yang berlari kecil-kecil akan meningkatkan rasa percaya diri melihat berbagai keadaan lingkungan yang didapati dalam perjalanan. Tentu penulis sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang mencoba menikmati pagi cerah dengan aktifitas yang sama. Penulis sedikit merasa bangga karena orang-orang lain tersebut paling-paling hanya mampu menempuh lima ratus meter langsung terhenti. Hampir tak ada orang yang melakukan kegiatan jogging segila peenulis yang rutin meenempuh jarak sekitar lima enam kilmeter.
Oh tak ada yang instan dalam melakukan jogging secara rutin seperti penulis ini. Siapapun seseorang yang hendak mencoba akan mendapatkan hambatan-hambatan yaang luar biasa. Mulai dari rasa malas bangun pagi sampai malu ketika berrjumpa dengan orang lain di jalan. Bahkan ada rasa gengsi karena ternyata kita tak lebih dari seorang prrimitif yang masih melakukan aktifitas dengan kaki. Tentu itu sangat ketinggalan jaman, buat apa lari seperti itu kalau untuk menempuhnya bisa dengan naik sepeda motorr?
Masa ada yang menyatakan seperti itu di jalan!
Oh ternyata seperti itulah yang di dapatkan oleh penulis, banyak anggapan heran dari sesama pengguna jalan yang lebih memanfaatkan kemajuan teknologi dari pada penulis yang masih primitif sekali.
Tapi pandangan seperti itu sedikit, masih banyak orang mengacungkan jempol terhadap penulis.
Beberapa orang yang melakukan jogging ternyata kemungkinan seorang atlet yang sedang berlatih, mereka mungkin menempuh jarak yang lebih jauh dari penulis. Dan biasanya tak mampu penulis mengungguli langkah kakinya karena memang lebih terlatih.
Oh sudah sampai di mana penulis lari?
Pemandangan pertama langsung tertuju pada pasar tumpah tradisional Prawirotaman. Berbagai kegiatan telah menyebabkan badan jalan menyempit hingga setiap pengguna jalan harus perlahan mengendarai kendaraan apapun jenisnya. Terkadang penulis beertemu dengan tetangga yang sedang berbelanja atau pedagang pemilik kios yang baru tiba di pasar yang dikenal penulis.
Terus penulis lari ke utara, sampai di perempatan Jokteng wetan. Entah pojok wetan ini seperti sengaja menjadi etalase bagi turis asing setiap kali berkunjung. Serasa sudah mendapatkan suasana kerajaan kuno.
Masih pagi beberapa bus jalur dua masih ngetem di jokteng baru melakukan persiapan untuk hari itu memulai berburu rupiah. Penulis melanjutkan langkah kaki yang terkadang membentur kerikil tajam hingga membuat muka menyeringai karena untuk beberapa saat merasakan sakit. Wah iya penulis lupa saat lari pagi ini penulis melakukannya dengan nyeker saja alias tak beralas kaki, memang primitif kok. Akibatnya beberapa kali membentur kerikil dan terkadang bila ada serpihan beling kaca cepat menghindar tak kepingin tergores.
Mulai ada rasa mual di perut, itu biasa karena tubuh terus membiasakan diri terhadap langkah kaki yang sebenarnya seperti di paksakan. Ya lari seperti ini biarpun termasuk olah raga tetapi tubuh tettap melakukan peenolakan. Bagi pemula ya sudah langsung takluk meenghentikan langkah, He He He penulis pun bila startnya sudah dalam suasana tak enak sering juga menyerah.
Sampai THR tetap berlari, sampai kelenteng terus menyeberang perempatan, apa nafas tak habis berlari seperti itu?
Sekali lagi latihan rutin berpuluh tahun telah mendapatkan hasilnya, inilah panen nya seorang praktisi jogging. Nafas panjang debar jantung tak berdegup kencang, semuanya seperti biasa bagi penulis. Sesuatu yang tenttu tak di dapat oleh mereka yang tak pernah berlatih. Alhamdulillah!
Oh sebenarnya penulis kepingin juga hobi ini menjadi semacam komunitas. Sayang sampai detik ini penulis sendirian saja melakukannya. Memang dasarnya penulis tak pandai berorganisasi He He He.
Beberapa supermarket dan hotel dilangkahi terus oleh penulis, jalanan agak menanjak di perempataan kecil jambu. Sampailah di ujungnya sebuah parkiran luas untuk kendaraan yang berkunjung ke jalan Malioboro. Oh namanya penulis lupa, tapi tempatnya strategis karena berada di staasiun tugu dan rel serta jembatan layang kereta api.Terkadang penulis mendapati kereta api barang atau penumpang sedang langsir ataupun lewat membuat berbagai pengendara di jalan harus menunggu tak sabar karena terasa lambat.
Sampai di belakang hotel garuda Inn, belok kiri inilah ujungnya jalan Malioboro dari sebelah utara, tapi lari penulis belum berhenti. Kawasan wisata ini masih sepi, pedagang kaki lima masih mempersiapkan lapak dan boks dorong miliknya karena setiap malam hari harus di bongkar pasang.
Malioboro massih sepi, penulis nyaman saja berlari ditengah jalan tersebut. Beberapa group senam memadati jalan karena hari minggu diadakan event Car freeday. Penuliss kurang melihat gregetnya Car ffreeday yang diadakan oleh Pemkot Yogyakarta ini. Yang teerlihat benar-benar hidup hanya acara senam pagi rutin itu-itu saja.
Lari penulis berakhir di depan sekumpulan orang bersenam aerobik tepat depan istana presiden Geedung Agung. Badan penulis meenghangat kepala pun terjalar rasa hangat tersebut. Oh nyamannya perasaan tersebut, inilah yang membuat seorang praktisi jogging sering ketagihan. Tak percayaa!! ya silakan melakukannya sebagai hobi.
Duduk nonton orang senam terkadang melihat cewek seksi lewat dan mulai banyak wisatawan datang. Beberaapa kelompok orang biassa begadang dengan kegiatan rupa-rupa termasuk mabuk dll. Ada orang-orang Papua yang rupanya menjadikan Malioboro ini sebagai ajang pertemuan untuk kebutuhan mereka dalam bersosialisasi.Mungkin termasuk demo pemisahan negarra dari NKRI.
Selesai, penulis tinggal berjalan kaki pulang menuju tempat tingggal penulis di Krapyak Wetan. Tak lupa mampir di sebuah warrung untuk merestorasi tubuh biar tidak kosong perut biarpun hanya dengan minum teh hangat dan makan penganan.
No comments:
Post a Comment