Penulis mulai lagi mengurusi Asana, Biarpun bukan profesi tapi bila menyinggung bidang asana penulis berani menyatakan itu sebagai praktisinya. Tentu tak selengkap seorang instruktur atau orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai YOGI/YOGINI.
Asana ini sebagai pelengkap dari journal latihan sesi Asana dan sesi Jurus. Jadi tulisannya mendasarkan pada praktisi yang penulis lakukan, sayang rujukannya adalah tulisan di sebuah buku tulis yang sudah lusuh dari berbagai sumber.....eit penulis tak menyebut sumbernya karena banyak sekali. Tapi versinya tentu menjadi ciri khas penulis sendiri, jadi tidak menjiplak total.
Sesungguhnya walaupun tulisan dari berbagai sumber itu ideal, tetapi saat mempraktekannya akan terjadi penyesuaian dengan kebutuhan kita masing-masing. Itulah sebenarnya kenapa tetap ini adalah versi penulis seasli-aslinya.
Uuuuuuffff hari ini pagi setelah sholat subuh, seperti biasa berlatih Jurus dan Asana di Ruko Perwita Regency di kios REIKI TUMO asuhan Firmansyah Efendi.....wah ini kebetulan saja. Di salah satu sesinya sebenarnya ada juga ajaran beliau yang ditulis dalam buku KUNDALINI sebagai satu sesi yang dilatih penulis, itu masuk sesi MEDITASI.
Jadi seharusnya penulis bisa berhubungan dengan pemilik kios penyembuhan REIKI TUMO ini karena menyangkut Gurunya------Ah ternyata tidak!!!!
Tak ada hubungan apapun, penulis tetap merasa lebih baik mengembangkan YOGA dalam bentuk praktisi hiburan, jadi bukan penyembuhan seperti tujuan REIKI TUMO.
Ciaaaaaatttt!!! Bak Bik Buk!!! Pukulan dan tendangan dilakukan penulis di sebuah teras Ruko. Terkadang ada perasaan malu karena sering terlihat oleh pejalan kaki yang berolah raga di hari minggu.
Yang menyebalkan pasti adalah bila yang melihat adalah anak kecil, langsung tuh anak akan menirukan berbagai teknik latihan yang dilakukan. Ah mungkin mereka nantinya akan mendalami hal yang sama, bukankah penulis bisa melakukan semua ini karena dulunya adalah PENIRU?????
Ah langsung masuk Asana saja lah......
Ini cuma teknik-teknik untuk melengkapi kekurangan dari tulisan yang berjudul ASANA. Isinya tidak berurutan, berbeda dengan journal yang dilatih penulis, pokoknya hanya pelengkap saja.
MANDUKASANA (postur katak)
-Duduk bersila sedemikian rupa, sehingga kedua telapak kaki/tumit saling menyentuh.
-Pegang erat-erat ujung jari kedua kaki dengan lengan kedua tangan.
-Bungkukan badan hingga kedua kaki meregang.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
SHALABHASANA (belalang)
Postur awal: berbaring tengkurap di atas lantai beralas. Kaki merapat. Dagu menyentuh lantai dan telapak kaki serta jari-jari kaki menghadap keluar.
-Angkat tubuh bagian atas beserta lengan dan kaki secara bersama-sama sehingga seluruh badan bertumpu pada perut.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya) 3x
DHANURASANA (sikap busur)
Postur awal: sama dengan shalabasana
-Tekuklah kaki pada lutut, bawalah tangan ke belakang dan peganglah tumit dengan tangan.
-Angkat dada dan kepala, lapangkanlah dada. Tegangkanlah kaki dan tangan.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya)
BHUJANGASANA (ular cobra)
Postur awal: sama dengan shalabasana.
-Lengan digeser sehingga sejajar dengan tulang rusuk terakhir.
-Angkat bagian atas tubuh, kepala didongakkan ke belakang sejauh mungkin. Kedua mata melihat bulu mata kearah atas.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
BHUJANGASANA II
-Postur awal:sama dengan shalabasana
-Lengan digeser sehingga sejajar dengan tulang rusuk terakhir.
-Angkat bagian atas tubuh, kepala didongakkan kebelakang sejauh mungkin.
-Angkat juga kedua kaki ke atas tubuh, cobalah dekatkan dengan kepala.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
USHTRASANA (sikap unta)
Postur awal: duduk di atas tumit (vajrasana)
-Berdiri di atas lutut.
-Badan ditekuk kebelakang sehingga wajah menghadap ke langit-langit.
Jika badan masih lentur terus lanjutkan hingga tubuh tertekuk membentuk lingkaran.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
CHAKRASANA (kayang)
Postur awal: lakukanlah pose berbaring diatas lantai atau dasar yang stabil.
-Tekuklah kaki pada bagian lutut dengan telapak kaki menempel pada lantai. Tekuklah kedua tangan pada siku dan tempelkan telapak tangan diatas lantai dengan jari-jari menghadap bahu.
-Angkat tubuh ddan kepala secara bersama-sama. Letakkan beraat badan secara merata pada kedua kaki dan tangan. Dalam sikap ini tubuh akan membentuk sebuah roda. Kepala ditekuk ke belakang.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya)
ARDHAMATSYENDRASANA
Postur awal: duduk diatas lantai.
-Angkatlah kaki setengah bagian dengan menekuk lutut. Tahan lutut dengan tangan. Letakkanlah kedua tangan di bawah lutut sehingga kedua tangan tersebut dapat saling menyentuh.
-Letakkan kepala diantara lutut. Aturlah kepala sedemikian rupa diantara lutut sehingga dapat melihat lantai di bawah.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
POSE MENEKUK KAKI DI LEHER
Postur awal: sama dengan padmasana.
-Angkatlah kaki dan cobalah melenturkannya hingga kaki tersebut mampu melampaui kepala, dan letakkan kaki tersebut di belakang kepala tepat di leher bertumpu pada bahu.
-Rasakan sensasi yang terasa.
-Pertahankan beberapa saat (2x) kanan-kiri.
MATSYASANA
Postur awal: sama seperti chakrasana.
-Berbaringlah pada punggung, sentuhkan kepala pada lantai. Letakkan pantat diatas lantai.
-Angkatlah tubuh tetapi tetapi puncak kepala tetap menyentuh lantai. Letakkan tangan-tangan diatas paha atau peganglah jari-jari kaki dengan tangan.
-Pertahankan beberapa saat (Semampunya).
SARVANGASANA
Postur awal: sama seperti halasana.
-Angkatlah kedua kaki pelan-pelan.
-Angkat terus, sampai 90*
-Pelan-pelan angkat pula punggung sampai maksimal.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
ARDHAVRISCHIKASANA
Postur awal: duduklah diatas lantai.
-Julurkanlah kaki setengah bagian kedepan. Letakkanlah lengan diantara kaki dan julurkanlah tangan tersebut sampai menyentuh lantai. Tempatkanlah tangan pada lantai.
-Tekanlah seluruh berat badan pada telapak tangan kemudian naikkanlah tubuh setinggi mungkin.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
MATSYENDRASANA
Postur awal: tadasana (berdiri biasa)
-Letakkan telapak tangan pada lantai diantara kedua kaki, kaki tetap lurus. Tekanlah seluruh berat badan pada tapak tangan.
-Cobalah mengangkat badan dari lantai dan menekan seluruh berat badan pada tapak tangan. Jaga keseimbangan tubuh secara keseluruhan dengan memusatkan konsentrasi.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
LATIHAN MENGANGKAT PERUT
Postur awal: sama seperti padmasana.
-Letakkan kedua tangan di sisi tubuh.
-Dengan bertumpu pada telapak tangan cobalah mengangkat badan dan usahakan kaki tetap tak bergerak kemanapun untuk mencapai keseimbangan.
-Pertahankan beberapa saat. Jika perut sakit hentikanlah dulu latihan dan tunggu rasa sakit hilang baru diulangi (3x).
LATIHAN PEREGANGAN KAKI
Postur awal: sama dengan padmasana
-Angkatlah salah satu kaki keatas hingga menyentuh kepala. Kaki usahakan tetap lurus.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya) 2x kanan-kiri.
YOGA MUDRA
Postur awal: sama seperti padmasana.
Pose I:
-Letakkanlah kedua lengan dibelakang tubuh. Kedua jari saling bergenggaman menyatu.
-Tundukkan tubuh ke depan sehingga dahi dan hidung menyentuh lutut sambil mengangkat tangan lurus ke atas.
Pose II:
-Kedua tangan dibelakang tubuh dengan kedua tapak tangan bersentuhan membentuk sembah.
-Lakukan peregangan semampunya. Tak usah menundukkan tubuh ke depan.
-Pertahankan semampunya saja.
STRETCH UP FOR ANKLE JOINTS
-Berdiri santai, tegak lurus.
-Angkat tumit kaki, pertahankan.
-Sambil mempertahankan tumit kaki.Turunkan badan perlahan-lahan hingga menekuk di paha.
-Naikkan badan lagi keatas, gerakkan satu putaran.
-Dilakukan sesuai kemampuan dan jika mampu dikombinasikan dengan pernafasan minimal 5x.
LATIHAN PEREGANGAN DADA
-Berbaring telungkup, letakkan kedua tangan di kepala belakang.
-Angkat kepala dan badan atas sesuai kemampuan. Minimal 5x.
BANDHAKONASANA
Postur awal: sama seperti mandukasana (tahap kedua).
-Setelah berada dalam sikap mandukasana, bungkukkan tubuh kedepan sehingga dahi menyentuh lantai.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
JANUSHIRASANA
-Tarik kaki lurus ke depan, imbangi dengan kaki kanan kebelakang sedemikian rupa sehingga selangkangan bertumpu di perinum.
-Saat peregangan kaki mencapai maksimal, bungkukkan tubuh ke depan hingga mampu mencium lutut.
-Lakukan 2x kanan-kiri.
-Setelah itu bukalah kaki selebar mungkin. Lakukan hingga semaksimal mungkin dan mampu bertumpu di perinum.
-Lakukan variasi gerakan tubuh ke samping kanan, kiri, kemudian ke atas dan terakhir bungkukkan badan ke depan hingga menyentuh lantai.
-Pertahankan beberapa saat (semampunya).
ARDHA KATI CHAKRASANA (setengah lingkaran)
Postur awal: sikap tadasana.
-Angkat lengan kanan sehingga menyentuh telinga, telapak tangan menghadap keluar/kiri.
-Lekukkan badan kearah kiri.
-Pertahankan beberapa saat. 2x kanan-kiri.
PARIVRATA TRIKONASANA (postur segitiga silang)
Postur awal: Tadasana.
-Renggangkan kedua kaki, angkat kedua lengan hingga sejajar dengan lantai.
-Pelan-pelan lekukkan pinggang sehingga tangan kiri menyentuh kaki kanan, jangan menekukkan lutut.
-Lakukanlah 2x kanan-kiri.
SIKAP MELAYANG
Postur awal: Tadasana.
-Letakkan kedua tangan di lantai sejajar.
-Bungkukkan badan dan letakkan tubuh diantara kedua lengan.
-Dengan bertumpu pada kedua lengan, angkat kepala dan tubuh atas beserta bagian bawah badan seperti melayang.
-Ulangi gerakan diatas tersebut beberapa kali.
Sebenarnya banyak sekali nama-nama ASANA, tetapi yang tertulis ini hanya yang sering dipraktekan Penulis. Juga harusnya setiap pose dikuatkan dengan gambar sehingga pembaca tinggal mencontoh gambar tanpa mengerutkan kening karena membaca tulisan yang kurang jelas tersebut.
Bila isi dunia adalah ASANA maka semua contoh praktek tersebut bisa dianggap mewakili dunia makrokosmos....ini istilah menjurus mistik.
Ringankan saja Asana sebagi bentuk olah tubuh yang bersifat hiburan, jangan memberatkan dengan berbagai hukum Hinduisme seperti Karma, Yadnya, Darma, atau turunan dari hukum-hukum tersebut seperti inkarnasi, titisan atau moksa dan nirvana. Tak mungkin menggabungkan kedua prinsip agama dalam satu kepercayaan (Sinkritisme).
Sesi ASANA dan JURUS selesai, tinggal JOGGING.... wah hari ini cuma mencapai Ringroad Selatan di jalan Ki Ageng Pemanahan. Rasanya badan Penulis agak kecapaian hari ini.
Cukuplah tulisan ini dulu.
Sunday, April 27, 2014
Sunday, April 13, 2014
Tegakan Meranti di kampus UGM
Hari minggu kelabu, he he he nggak ding.
Ini sih penulis saja yang lagi ribut gara-gara benyak problem aneh beberapa hari ini. Tapi tak apa semuanya masih berkaitan dengan dunia kerja yang dilakoni penulis.
Latihan seperti biasa terselenggara dengan lancar.
Yoga, Jurus, dan sesi Jogging.....kali ini rutenya eks Kampus STIEKERS menuju Malioboro via Taman Parkiran Abu Bakar Ali. Seep tak ada halangan apapun.
Sebelumnya pekerjaan rada sumpek, banyak salahnya.....ah tidak, cuma dapat kasus aneh.
Hari Jumat dapat stempel, eh pemesan minta yang bisa untuk ngecap di media keramik yang masih basah. Uh bingung rasanya mencoba membayangkan stempel yang bisa untuk cap media keramik. Berbagai kemungkinan dibahas bersama walaupun tetap tak yakin benar hasilnya nanti.
Ya sudah jadi, siang diambil.....eeeeh si pemesan memberi contoh stempel untuk media keramik yang sudah jadi. Busyet salah garapanku.
Ya sudah hari itu bolak-balik dua kali hanya mengikuti keinginan pemesan, pokoknya lelah bin capek seharian.
Hari Sabtu........
Temanku sebelah menyatakan ada yang pernah salah dalam garapan stempelku. Diberikannya sebuah stempel yang diprotes pemesan. Permintaannya harus diganti dan diralat kesalahannya.
Kuamati stempel tersebut, rasanya tak percaya jika itu buatanku. Kunyatakan kepada temanku itu bahwa stempel yang minta diubah bukan hasil kerjaku. Tapi aku sendiri ragu juga karena rasanya pernah mengerjakan stempel jenis seperti itu tapi sudah lama banget.......
Akhirnya kucek di komputer setting di Kotagede,
Wah terlanjur juga kubuatkan lagi yang baru menyesuaikan dengan keinginan pemesan, tapi dengan catatan nantinya minta ganti ongkos pembuatan.
Memang setelah dicek dalam komputer, nyata aku tak pernah mengerjakan stempel seperti itu.Biarlah yang penting sudah beres urusannya.
Yah memang rumit urusannya, setelah kutanyakan kepada pemesan stempel itupun hanya menjawab bahwa stempel tersebut milik temannya, jadi ia tak tahu duduk perkaranya. Ya sudah akhirnya kunyatakan bahwa stempel sudah jadi dengan syarat hanya mengganti ongkos yang sudah terlanjur kukerjakan. Tak lupa kutanyakan dimana membuatnya saat pertama kali tetap tak tahu menahu......
Yah biarlah akhirnya penulis ini yang jadi sasaran kesalahan segala perkara, tetapi tak apa toh memang tetap lancar semuanya. Hanya saja penulis memang yang jadi tertuduh segala perkara urusan kesalahan stempel yang entah siapa sebenarnya pembuatnya tersebut.
Pokoknya capai dan lelahhhhhhhh seharian....he he he
Kelelahan seperti itu ternyata berpengaruh pada sore harinya, malam minggu tak bisa konsentrasi menulis naskah novel.
Yah karena itulah penulis hanya sebentar menghadapi internet, paling hanya sampai jam setengah sepuluh itupun dengan hawa yang ngantuk banget. Akhirnya kuakhiri dengan tidur lebih awal walaupun paginya tetap agak kesiangan bangunnya, untung journal latihan penulis tetap lancar setiap sesi acaranya. Paling-paling sholat subuh yang tertinggal agak kesiangan hingga merasa kurang afdol.
Tetap saja siangnya kurang begitu mampu menulis naskah novel, rasanya novel yang penulis garap ini agak kurang dalam penguasaan materinya. Baru bab kedua tapi bingung meelanjutkannya.
Ya akhirnya penulis memutuskan berhenti dan kemudian mandi terus keluar jalan-jalan, refreshing. Nah sasarannya adalah Gramedia di jalan Simanjutak menuju UGM.
Penulis coba mencek jenis novel apa saja yang terpajang di toko Gramedia tersebut. Tak tahu mana yang laku atau tidak maupun yang best seller atau tidak. Hanya yang terpajang di rak toko tersebut yang bisa dicek penulis.
Rasanya cuma iri saja terhadap keberhasilan penulis-penulis yang sudah berhasil membuat karya dan diterbitkan. Naskah penulis ini biarpun sudah mencapai lima enam naskah tetap hanya tersimpan sebagai file di Lap Top milik penulis.
Yang sebal adalah halaman novel yang diterbitkan ternyata semuanya banyak yang lebih dari dua ratus halaman. Sebenarnya itu sama dengan yang ditulis oleh penulis dan tersimpan rapi dalam file komputer. Tapi ternyata saat dikirim penerbit ternyata ada penolakan gara-gara naskah milik penulis terlalu banyak. Jadi gara-gara karena masalah itu salah satu naskah yang terkirim dikembalikan?
Ya inilah problem penulis pemula......BELUM PUNYA NAMA BEKEN.
Jadi sekarang pasrah saja menulis mengikuti alur penerbit, semoga salah satu naskah yang terkirim bisa di ACC nantinya. Amin.
Bosan di Gramedia akhirnya jalan-jalan menuju utara di kampus UGM.
Penulis jalan-jalan melalui satu gang yang akhirnya menuju bundaran dan lembah UGM, itu semua menjadi ruang publik kampus.
Tapi niat penulis mencoba masuk sebuah fakultas yang menjadi salah satu kenangan penulis dimanapun merantau. Ialah fakultas Kehutanan.
Nah akhirnya masuk juga ke dalam area fakultas Kehutanan UGM yang bila dilihat ternyata hanya di depan jalan Kaliurang.
Masuk dan terus menyusuri lorong-lorong fakultas Kehutanan tersebut. Iiiih naluri survey penulis cukup tertantang bila berada dalam naungan pepohonan perindang kampus.
Benar juga, di salah satu sudut ruas jalan fakultas Kehutanan dengan fakultas Pertanian penulis mendapati sebuah penemuan yang sama dengan petualangan saat survey areal hutan di sebuah blok kerja unit HPH di Kalimantan.
Inilah beberapa jenis tegakan meranti yang sama dan sering menjadi buruan survey hutan untuk kayu produksi perusahaan.
Deretan tanaman meranti begitu rapih dalam diameter dari lima puluh cm sampai delapan puluh cm. Oh tentu bila itu di areal hutan akan menjadi kayu produksi yang sangat ideal.
Meranti?
Ini tanaman dari genus dipterocarpus, tanaman yang dalam pohon evolusi adalah tumbuhan tingkat tertinggi. Jadi merupakan jenis tanaman tropis yang unggul dan mencapai puncak perkembangan dalam adaptasi hutan hujan tropis campuran tak seumur.
Yang penulis saksikan adalah jenis meranti merah, itupun entah ini meranti habitat Sumatera atau Kalimantan. Penulis menduga asalanya dari Kalimantan, sebab penulis mendapatinya memiliki banyak persamaan saat survey di areal hutan produksi perusahaan HPH di Gunung Mas Kalimantan Tengah.
Di Jawa mungkin ada jenis yang sama tetapi hanya tinggal yang tumbuh di sebuah pulau kecil yaitu Nusakambangan. Tapi penulis belum pernah menyaksikannya, jadi tetap mengagumi tegakan yang terlihat terawat di kampus UGM ini.
Sebuah tegakan tinggi lurus mencapai ketinggian sekitar tigapuluh meter. Begitu anggun menatapnya, tidak indah karena tegak lurus menjulang tinggi, tidak seperti pohon Beringin yang menginspirasi sebagai pohon penaung atau Trembesi yang menjadi penaung dan elemen keindahan sebuah taman.
Pohon ini tak mungkin menjadi elemen taman, bila ditumbuhkan dan ditanam dalam pekarangan rumah nantinya akan menjadi pemandangan aneh saja.Tinggi dengan dahan dan ranting yang tidak mungkin menjadi tempat memanjat. Hanya cocok ditanam dalam areal luas seperti kampus UGM ini.
Untungnya tanaman yang di kampus UGM ini begitu terawat, tak terlihat ada cacatnya sedikitpun. Rupanya koleksi tegakan ini dipelihara dan menjadi tanggung jawab Puslitbang Perhutani, itu ada salah satu labelnya di batang pohon tertancap paku kecil.
Penulis keliling areal fakultas Kehutanan UGM ini, mungkin bisa menemukan jenis tegakan lain yang menjadi ciri dari Hutan Hutan Tropis Campuran tak Seumur.
Sayang tak ada lagi, semuanya hanya jenis meranti merah (penulis lupa nama latinnya).
Di hutan yang pernah penulis sambangi bisa didapat jenis tegakan yang semuanya memiliki persamaan dengan meranti merah di areal kampus UGM ini.
Resak, Tengkawang, Meranti Putih, Keruing, Merawan, Nyatoh, Bintangur, Bengkirai (meranti batu), Ulin, Geronggang dll. Sayang penulis tak mendapati jenis-jenis tersebut di areal kampus UGM ini. Jenis koleksinya hanya didapati satu jenis saja yaitu Meranti Merah.
Oh ada juga tanaman hutan menjulang tinggi nantinya, ini berada di depan Boleuvar UGM yatiu Aghatis, nantinya bila sudah meninggi hampir sama dengan meranti merah di dalam fakultas Kehutanan UGM tersebut.
Cukuplah tulisan ini.
Ini sih penulis saja yang lagi ribut gara-gara benyak problem aneh beberapa hari ini. Tapi tak apa semuanya masih berkaitan dengan dunia kerja yang dilakoni penulis.
Latihan seperti biasa terselenggara dengan lancar.
Yoga, Jurus, dan sesi Jogging.....kali ini rutenya eks Kampus STIEKERS menuju Malioboro via Taman Parkiran Abu Bakar Ali. Seep tak ada halangan apapun.
Sebelumnya pekerjaan rada sumpek, banyak salahnya.....ah tidak, cuma dapat kasus aneh.
Hari Jumat dapat stempel, eh pemesan minta yang bisa untuk ngecap di media keramik yang masih basah. Uh bingung rasanya mencoba membayangkan stempel yang bisa untuk cap media keramik. Berbagai kemungkinan dibahas bersama walaupun tetap tak yakin benar hasilnya nanti.
Ya sudah jadi, siang diambil.....eeeeh si pemesan memberi contoh stempel untuk media keramik yang sudah jadi. Busyet salah garapanku.
Ya sudah hari itu bolak-balik dua kali hanya mengikuti keinginan pemesan, pokoknya lelah bin capek seharian.
Hari Sabtu........
Temanku sebelah menyatakan ada yang pernah salah dalam garapan stempelku. Diberikannya sebuah stempel yang diprotes pemesan. Permintaannya harus diganti dan diralat kesalahannya.
Kuamati stempel tersebut, rasanya tak percaya jika itu buatanku. Kunyatakan kepada temanku itu bahwa stempel yang minta diubah bukan hasil kerjaku. Tapi aku sendiri ragu juga karena rasanya pernah mengerjakan stempel jenis seperti itu tapi sudah lama banget.......
Akhirnya kucek di komputer setting di Kotagede,
Wah terlanjur juga kubuatkan lagi yang baru menyesuaikan dengan keinginan pemesan, tapi dengan catatan nantinya minta ganti ongkos pembuatan.
Memang setelah dicek dalam komputer, nyata aku tak pernah mengerjakan stempel seperti itu.Biarlah yang penting sudah beres urusannya.
Yah memang rumit urusannya, setelah kutanyakan kepada pemesan stempel itupun hanya menjawab bahwa stempel tersebut milik temannya, jadi ia tak tahu duduk perkaranya. Ya sudah akhirnya kunyatakan bahwa stempel sudah jadi dengan syarat hanya mengganti ongkos yang sudah terlanjur kukerjakan. Tak lupa kutanyakan dimana membuatnya saat pertama kali tetap tak tahu menahu......
Yah biarlah akhirnya penulis ini yang jadi sasaran kesalahan segala perkara, tetapi tak apa toh memang tetap lancar semuanya. Hanya saja penulis memang yang jadi tertuduh segala perkara urusan kesalahan stempel yang entah siapa sebenarnya pembuatnya tersebut.
Pokoknya capai dan lelahhhhhhhh seharian....he he he
Kelelahan seperti itu ternyata berpengaruh pada sore harinya, malam minggu tak bisa konsentrasi menulis naskah novel.
Yah karena itulah penulis hanya sebentar menghadapi internet, paling hanya sampai jam setengah sepuluh itupun dengan hawa yang ngantuk banget. Akhirnya kuakhiri dengan tidur lebih awal walaupun paginya tetap agak kesiangan bangunnya, untung journal latihan penulis tetap lancar setiap sesi acaranya. Paling-paling sholat subuh yang tertinggal agak kesiangan hingga merasa kurang afdol.
Tetap saja siangnya kurang begitu mampu menulis naskah novel, rasanya novel yang penulis garap ini agak kurang dalam penguasaan materinya. Baru bab kedua tapi bingung meelanjutkannya.
Ya akhirnya penulis memutuskan berhenti dan kemudian mandi terus keluar jalan-jalan, refreshing. Nah sasarannya adalah Gramedia di jalan Simanjutak menuju UGM.
Penulis coba mencek jenis novel apa saja yang terpajang di toko Gramedia tersebut. Tak tahu mana yang laku atau tidak maupun yang best seller atau tidak. Hanya yang terpajang di rak toko tersebut yang bisa dicek penulis.
Rasanya cuma iri saja terhadap keberhasilan penulis-penulis yang sudah berhasil membuat karya dan diterbitkan. Naskah penulis ini biarpun sudah mencapai lima enam naskah tetap hanya tersimpan sebagai file di Lap Top milik penulis.
Yang sebal adalah halaman novel yang diterbitkan ternyata semuanya banyak yang lebih dari dua ratus halaman. Sebenarnya itu sama dengan yang ditulis oleh penulis dan tersimpan rapi dalam file komputer. Tapi ternyata saat dikirim penerbit ternyata ada penolakan gara-gara naskah milik penulis terlalu banyak. Jadi gara-gara karena masalah itu salah satu naskah yang terkirim dikembalikan?
Ya inilah problem penulis pemula......BELUM PUNYA NAMA BEKEN.
Jadi sekarang pasrah saja menulis mengikuti alur penerbit, semoga salah satu naskah yang terkirim bisa di ACC nantinya. Amin.
Bosan di Gramedia akhirnya jalan-jalan menuju utara di kampus UGM.
Penulis jalan-jalan melalui satu gang yang akhirnya menuju bundaran dan lembah UGM, itu semua menjadi ruang publik kampus.
Tapi niat penulis mencoba masuk sebuah fakultas yang menjadi salah satu kenangan penulis dimanapun merantau. Ialah fakultas Kehutanan.
Nah akhirnya masuk juga ke dalam area fakultas Kehutanan UGM yang bila dilihat ternyata hanya di depan jalan Kaliurang.
Masuk dan terus menyusuri lorong-lorong fakultas Kehutanan tersebut. Iiiih naluri survey penulis cukup tertantang bila berada dalam naungan pepohonan perindang kampus.
Benar juga, di salah satu sudut ruas jalan fakultas Kehutanan dengan fakultas Pertanian penulis mendapati sebuah penemuan yang sama dengan petualangan saat survey areal hutan di sebuah blok kerja unit HPH di Kalimantan.
Inilah beberapa jenis tegakan meranti yang sama dan sering menjadi buruan survey hutan untuk kayu produksi perusahaan.
Deretan tanaman meranti begitu rapih dalam diameter dari lima puluh cm sampai delapan puluh cm. Oh tentu bila itu di areal hutan akan menjadi kayu produksi yang sangat ideal.
Meranti?
Ini tanaman dari genus dipterocarpus, tanaman yang dalam pohon evolusi adalah tumbuhan tingkat tertinggi. Jadi merupakan jenis tanaman tropis yang unggul dan mencapai puncak perkembangan dalam adaptasi hutan hujan tropis campuran tak seumur.
Yang penulis saksikan adalah jenis meranti merah, itupun entah ini meranti habitat Sumatera atau Kalimantan. Penulis menduga asalanya dari Kalimantan, sebab penulis mendapatinya memiliki banyak persamaan saat survey di areal hutan produksi perusahaan HPH di Gunung Mas Kalimantan Tengah.
Di Jawa mungkin ada jenis yang sama tetapi hanya tinggal yang tumbuh di sebuah pulau kecil yaitu Nusakambangan. Tapi penulis belum pernah menyaksikannya, jadi tetap mengagumi tegakan yang terlihat terawat di kampus UGM ini.
Sebuah tegakan tinggi lurus mencapai ketinggian sekitar tigapuluh meter. Begitu anggun menatapnya, tidak indah karena tegak lurus menjulang tinggi, tidak seperti pohon Beringin yang menginspirasi sebagai pohon penaung atau Trembesi yang menjadi penaung dan elemen keindahan sebuah taman.
Pohon ini tak mungkin menjadi elemen taman, bila ditumbuhkan dan ditanam dalam pekarangan rumah nantinya akan menjadi pemandangan aneh saja.Tinggi dengan dahan dan ranting yang tidak mungkin menjadi tempat memanjat. Hanya cocok ditanam dalam areal luas seperti kampus UGM ini.
Untungnya tanaman yang di kampus UGM ini begitu terawat, tak terlihat ada cacatnya sedikitpun. Rupanya koleksi tegakan ini dipelihara dan menjadi tanggung jawab Puslitbang Perhutani, itu ada salah satu labelnya di batang pohon tertancap paku kecil.
Penulis keliling areal fakultas Kehutanan UGM ini, mungkin bisa menemukan jenis tegakan lain yang menjadi ciri dari Hutan Hutan Tropis Campuran tak Seumur.
Sayang tak ada lagi, semuanya hanya jenis meranti merah (penulis lupa nama latinnya).
Di hutan yang pernah penulis sambangi bisa didapat jenis tegakan yang semuanya memiliki persamaan dengan meranti merah di areal kampus UGM ini.
Resak, Tengkawang, Meranti Putih, Keruing, Merawan, Nyatoh, Bintangur, Bengkirai (meranti batu), Ulin, Geronggang dll. Sayang penulis tak mendapati jenis-jenis tersebut di areal kampus UGM ini. Jenis koleksinya hanya didapati satu jenis saja yaitu Meranti Merah.
Oh ada juga tanaman hutan menjulang tinggi nantinya, ini berada di depan Boleuvar UGM yatiu Aghatis, nantinya bila sudah meninggi hampir sama dengan meranti merah di dalam fakultas Kehutanan UGM tersebut.
Cukuplah tulisan ini.
Sunday, April 6, 2014
Sumur Miring di kampus ISI
Ini oleh-oleh penulis bila hari minggu, blog penulis ini lebih sering ada waktu luang bila hari tersebut. Soalnya longgar waktunya dan lebih banyak refreshing sifatnya. Kalau setiap hari biasanya penulis bekerja sebagai pengasong koran dan jasa stempel. Waktu bekerja tersebut menyempatkan diri menulis FIKSI walaupun hanya bentuk manual.
Ooooo sudah lima naskah yang sudah diketik dalam lap top. Sedangkan yang manual satu dan satu lagi baru lima puluh halaman saja, santai mengerjakannya tak pernah diburu waktu.
Sebenarnya penulis ragu dengan kemampuan literasi ini, tapi sudah mencapai lima naskah apa ya harus mundur?????
Dua naskah sudah pernah dicoba kirim ke Agensi naskah, adanya penolakan karena salah format dan kebanyakan halaman. Oh ya tulisan dalam naskah memang masih ideaalisme penulis. Jadi wajar saja ditolak, tentu tak sesuai genre yang diinginkan penerbit.
Sekarang mencoba menulis mengikuti genre yang ada, sudah satu yang terkirim dan sekarang sedang mencoba lagi menyelesaikan naskah dari bab ke bab. Mungkin perkiraan satu naskah selesai sekitar empat bulan.....
Tetap berbeda menulis naskah dengan menulis status di media sosial, menulis naskah selalu diiringi beban dan bersifat bekerja. Jadi terasa berat dan memeras pikiran atau tenaga. Kalau menulis status di media soial seperti Facebook atau Twiter, ya hanya mengikuti selera dan sakepenake dewe He He He.........
Seperti biasa habis sholat subuh, penulis keluyuran berlatih Jurus Pencak Silat dan Asana Yoga, sesi meditasi biasanya diliburkan. Oh banyak sekali rupanya kegiatan penulis ya,
Ya ini adalah kegiatan fisik hampir setiap hari, lebih tepat sudah menjadi journal latihan. Dari sinilah kenapa penulis akhirnya mencoba menambah kegiatan agar kegiatan yang dilakukan sebagian bisa masuk dalam sebuah karya tulis. Biarpun hasilnya malah ngelantur mencoba menjadi novelis hingga sekarang. Ah tidak apa-apa semoga latar belakang latihan asana dan jurus nantinya bisa menjadi tulisan yang mengabadikan penulis sebagai PRAKTISINYA.
Kalau urusan agama penulis ini cetek ilmunya, coba saja dari sejak kecil hingga dewasa ini, kebiasaan ibadah sama dengan yang penulis dapatkan dari pengajian saat masa kecil. Modal sedikit seperti itu tak berani penulis mengklaimnya sebagai tingkatan ULAMA, hanya pengikut sajalah...
Ada sih ritual yang sudah cukup lama penulis lakukan ialah puasa senin kamis, itu sudah berlangsung lebih dari lima tahun dengan berbagai halangannnya, tetapi tetap tidak membuat peningkatan dalam kelimuan agama. Ya pasrah sudah penulis, cukup sebagai orang biasa......
Eh ngelantur dimana nih,
Kembali kelatihan dan jogging yang kali ini mengambil rute ke selatan ringroad jalan Parangtritis.
Dari eks kampus STIEKERS berlari pelan menuju selatan, mencapai Ringroad sempat bertemu dengan sesama Pengasong koran yang melambaikan tangan salut kepada kegiatan penulis.
Terus ke selatan melewati PLN, kantor kecamatan Sewon, sebuah SMP negeri di Bangi hingga akhirnya tepat berada di depan kampus ISI (Institut Seni Indonesia). Itupun masih ke selatan sedikit sekitar empat ratus meter di sebuah pedukuhan Ngirengireng.
Berhenti......
Belok menuju sebuah jalan kecil menuju kampus ISI di tengahnya. Ya kalau yang di depan jalan Parangtritis itu gerbangnya, maka yang penulis lewati ketemu dengan berbagai fakultas dan kantor tata usahanya.
Beberapa pohon trembesi begitu besar menyambut penulis masuk kampus, ini jalan kecil dalam kampus yang terhubung dengan jalan kampung hingga tembus di UPT galeri dan UPT Perpustkaan.
Sampai di depan UPT Perpustakaan penulis istirahat mengakhiri sesi jogging.
Dulu pernah beberapa kali penulis masuk dalam gedung fakultas demi fakultas, setiap jenis seni ada fakultasnya. Seni Rupa dengan berbagai jurusannya, Seni pertunjukan dengan berbagai jurusannya, Seni musik dengan berbagai jurusannya, hingga seni media rekam dll.
Penulis iri bila mengingat sekolah hanya sampai SMA saja, tak pernah bisa melanjutkan lagi.
Karena kali ini beristirahat di UPT Perpustakaan jadinya penulis sempat melihat sebuah karya seni yang sekarang disebut sebagai karya Instalasi (he he he jangan tanya penulis apa itu karya instalasi....kutak tahu).
Lokasinya tepat berada di pertigaan jalan kampung yang cukup ramai walaupun tak lebar. Karena letaknya yang dipertigaan jadinya lokasi itu bukan milik kampus, tetapi ini jelas termasuk hasil karya mahasiswa ISI, atau jangan-jangan ini malah sebuah hasil karya untuk tugas akhir seorang mahasiswa seni Rupa ukir.....dulunya. Soalnya sepanjang penulis berada di Yogya, sekitar sepuluh tahun ini sudah ada karya monumental ini.
Sebuah Sumur Miring.
He he he kalau ingat hal miring paling terkenalnya adalah menara Pisa di Italia, mungkin perancangnya mengadopsi dari menara tenar tersebut.
Hanya sebuah sumur yang tentu tidak berair dan cetek saja kedalamannya,memang bukan sumur betulan. Jadi terpajang di sudut pertigaan sebagai hasil karya seni. Bangunan dari batu bata berbentuk lingkaran sumur yang dimiringkan. Tentu jadi pemandangan menarik bagi yang lewat walaupun tetap tak tahu apa gunanya bangunan tersebut dibuat. semaccam leluconkah, he he he serba miring dan sekarang kondisinya sudah berlumut tak terpelihara.
Karena miring tentu konstruksinya jadi berat sebelah, dulu kokoh berdiri tetapi sekarang mulai rapuh dan masuk kategori hendak roboh. Aduh kayak kondisi masyarakat kita sekarang ini yang sudah lampu kuning urusan korupsi ya.....
Demikianlah keadaan dari sumur miring ini, karena hendak roboh jadinya harus disangga bambu dua batang besar, tetap juga dua batang bambu tersebut dihiasi motif seni mungkin garapan mahasiswa ISI.
Sementara di belakang lahan sempit Sumur miring ini berdiri berbagai warung tenda milik warga setempat yang menggantungkan diri dari Mahasiswa yang mengontrak di sekitar lingkungan kampus. Begitu juga sepanjang jalan menuju utara semuanya mencoba mendirikan warung untuk memenuhi kebutuhan warga dan mahasiswa.
Jadi cukup ramai tentunya malam hari di sekitar jalan tak seberapa lebar milik kecamatan Sewon ini, jauh lebih ramai bahkan dari jalan depan kampus yang berada di jalan Parangtritis. Kampungnya kalau nggak salah Prancak Glondong.
Sumur Miring itu semakin renta, tak mampu menyangga beban bangunannya yang dari batu bata, semakin tebal lumutnya dan harus disangga bambu sekarang. Benar-benar miring semuanya, sudah kalah jauh dengan sekitarnya yang membangun rumah dan usaha bertingkat walaupun di dalam perkampungan.
Monumen itu masih ada bertahan sekian tahun sejak dari perantauan penulis di Yogyakarta, penulis ingat dengan ibu penulis yang ternyata juga menggeluti dunia seni dan mengajar seni lukis di sebuah sekolah SMA. Dulunya belajar tahun 1960 an di Akademi Seni Rupa Yogyakarta, kalau tak salah sekarang lebur menjadi cikal bakal kampus ISI ini. Dulu sekolah tersebut berada di Wirobrajan sekarang.
Cukup dulu keluyuran penulis, Sumur Miring dan serba miring jangan lupa wiski Topi Miring bila hendak mabuk.......Monggo Mas.
Pulang ke rumah kontrakan penulis, wuus wuus sampai menyeberang di ringroad selatan. Begitu menginjak di tengah jalur mobil dua arah, penulis kaget bukan main. Tanah yang diinjak penulis tiba-tiba menyengat seperti ada aliran listrik, langsung refleks menghindar mencoba menjauhi lokasi sengatan listrik. Dari jarak semeter baru ketahuan, itu tiang listrik penerangan lampu jalan ringroad. Aduuuuuh kagetnya.....
Ooooo sudah lima naskah yang sudah diketik dalam lap top. Sedangkan yang manual satu dan satu lagi baru lima puluh halaman saja, santai mengerjakannya tak pernah diburu waktu.
Sebenarnya penulis ragu dengan kemampuan literasi ini, tapi sudah mencapai lima naskah apa ya harus mundur?????
Dua naskah sudah pernah dicoba kirim ke Agensi naskah, adanya penolakan karena salah format dan kebanyakan halaman. Oh ya tulisan dalam naskah memang masih ideaalisme penulis. Jadi wajar saja ditolak, tentu tak sesuai genre yang diinginkan penerbit.
Sekarang mencoba menulis mengikuti genre yang ada, sudah satu yang terkirim dan sekarang sedang mencoba lagi menyelesaikan naskah dari bab ke bab. Mungkin perkiraan satu naskah selesai sekitar empat bulan.....
Tetap berbeda menulis naskah dengan menulis status di media sosial, menulis naskah selalu diiringi beban dan bersifat bekerja. Jadi terasa berat dan memeras pikiran atau tenaga. Kalau menulis status di media soial seperti Facebook atau Twiter, ya hanya mengikuti selera dan sakepenake dewe He He He.........
Seperti biasa habis sholat subuh, penulis keluyuran berlatih Jurus Pencak Silat dan Asana Yoga, sesi meditasi biasanya diliburkan. Oh banyak sekali rupanya kegiatan penulis ya,
Ya ini adalah kegiatan fisik hampir setiap hari, lebih tepat sudah menjadi journal latihan. Dari sinilah kenapa penulis akhirnya mencoba menambah kegiatan agar kegiatan yang dilakukan sebagian bisa masuk dalam sebuah karya tulis. Biarpun hasilnya malah ngelantur mencoba menjadi novelis hingga sekarang. Ah tidak apa-apa semoga latar belakang latihan asana dan jurus nantinya bisa menjadi tulisan yang mengabadikan penulis sebagai PRAKTISINYA.
Kalau urusan agama penulis ini cetek ilmunya, coba saja dari sejak kecil hingga dewasa ini, kebiasaan ibadah sama dengan yang penulis dapatkan dari pengajian saat masa kecil. Modal sedikit seperti itu tak berani penulis mengklaimnya sebagai tingkatan ULAMA, hanya pengikut sajalah...
Ada sih ritual yang sudah cukup lama penulis lakukan ialah puasa senin kamis, itu sudah berlangsung lebih dari lima tahun dengan berbagai halangannnya, tetapi tetap tidak membuat peningkatan dalam kelimuan agama. Ya pasrah sudah penulis, cukup sebagai orang biasa......
Eh ngelantur dimana nih,
Kembali kelatihan dan jogging yang kali ini mengambil rute ke selatan ringroad jalan Parangtritis.
Dari eks kampus STIEKERS berlari pelan menuju selatan, mencapai Ringroad sempat bertemu dengan sesama Pengasong koran yang melambaikan tangan salut kepada kegiatan penulis.
Terus ke selatan melewati PLN, kantor kecamatan Sewon, sebuah SMP negeri di Bangi hingga akhirnya tepat berada di depan kampus ISI (Institut Seni Indonesia). Itupun masih ke selatan sedikit sekitar empat ratus meter di sebuah pedukuhan Ngirengireng.
Berhenti......
Belok menuju sebuah jalan kecil menuju kampus ISI di tengahnya. Ya kalau yang di depan jalan Parangtritis itu gerbangnya, maka yang penulis lewati ketemu dengan berbagai fakultas dan kantor tata usahanya.
Beberapa pohon trembesi begitu besar menyambut penulis masuk kampus, ini jalan kecil dalam kampus yang terhubung dengan jalan kampung hingga tembus di UPT galeri dan UPT Perpustkaan.
Sampai di depan UPT Perpustakaan penulis istirahat mengakhiri sesi jogging.
Dulu pernah beberapa kali penulis masuk dalam gedung fakultas demi fakultas, setiap jenis seni ada fakultasnya. Seni Rupa dengan berbagai jurusannya, Seni pertunjukan dengan berbagai jurusannya, Seni musik dengan berbagai jurusannya, hingga seni media rekam dll.
Penulis iri bila mengingat sekolah hanya sampai SMA saja, tak pernah bisa melanjutkan lagi.
Karena kali ini beristirahat di UPT Perpustakaan jadinya penulis sempat melihat sebuah karya seni yang sekarang disebut sebagai karya Instalasi (he he he jangan tanya penulis apa itu karya instalasi....kutak tahu).
Lokasinya tepat berada di pertigaan jalan kampung yang cukup ramai walaupun tak lebar. Karena letaknya yang dipertigaan jadinya lokasi itu bukan milik kampus, tetapi ini jelas termasuk hasil karya mahasiswa ISI, atau jangan-jangan ini malah sebuah hasil karya untuk tugas akhir seorang mahasiswa seni Rupa ukir.....dulunya. Soalnya sepanjang penulis berada di Yogya, sekitar sepuluh tahun ini sudah ada karya monumental ini.
Sebuah Sumur Miring.
He he he kalau ingat hal miring paling terkenalnya adalah menara Pisa di Italia, mungkin perancangnya mengadopsi dari menara tenar tersebut.
Hanya sebuah sumur yang tentu tidak berair dan cetek saja kedalamannya,memang bukan sumur betulan. Jadi terpajang di sudut pertigaan sebagai hasil karya seni. Bangunan dari batu bata berbentuk lingkaran sumur yang dimiringkan. Tentu jadi pemandangan menarik bagi yang lewat walaupun tetap tak tahu apa gunanya bangunan tersebut dibuat. semaccam leluconkah, he he he serba miring dan sekarang kondisinya sudah berlumut tak terpelihara.
Karena miring tentu konstruksinya jadi berat sebelah, dulu kokoh berdiri tetapi sekarang mulai rapuh dan masuk kategori hendak roboh. Aduh kayak kondisi masyarakat kita sekarang ini yang sudah lampu kuning urusan korupsi ya.....
Demikianlah keadaan dari sumur miring ini, karena hendak roboh jadinya harus disangga bambu dua batang besar, tetap juga dua batang bambu tersebut dihiasi motif seni mungkin garapan mahasiswa ISI.
Sementara di belakang lahan sempit Sumur miring ini berdiri berbagai warung tenda milik warga setempat yang menggantungkan diri dari Mahasiswa yang mengontrak di sekitar lingkungan kampus. Begitu juga sepanjang jalan menuju utara semuanya mencoba mendirikan warung untuk memenuhi kebutuhan warga dan mahasiswa.
Jadi cukup ramai tentunya malam hari di sekitar jalan tak seberapa lebar milik kecamatan Sewon ini, jauh lebih ramai bahkan dari jalan depan kampus yang berada di jalan Parangtritis. Kampungnya kalau nggak salah Prancak Glondong.
Sumur Miring itu semakin renta, tak mampu menyangga beban bangunannya yang dari batu bata, semakin tebal lumutnya dan harus disangga bambu sekarang. Benar-benar miring semuanya, sudah kalah jauh dengan sekitarnya yang membangun rumah dan usaha bertingkat walaupun di dalam perkampungan.
Monumen itu masih ada bertahan sekian tahun sejak dari perantauan penulis di Yogyakarta, penulis ingat dengan ibu penulis yang ternyata juga menggeluti dunia seni dan mengajar seni lukis di sebuah sekolah SMA. Dulunya belajar tahun 1960 an di Akademi Seni Rupa Yogyakarta, kalau tak salah sekarang lebur menjadi cikal bakal kampus ISI ini. Dulu sekolah tersebut berada di Wirobrajan sekarang.
Cukup dulu keluyuran penulis, Sumur Miring dan serba miring jangan lupa wiski Topi Miring bila hendak mabuk.......Monggo Mas.
Pulang ke rumah kontrakan penulis, wuus wuus sampai menyeberang di ringroad selatan. Begitu menginjak di tengah jalur mobil dua arah, penulis kaget bukan main. Tanah yang diinjak penulis tiba-tiba menyengat seperti ada aliran listrik, langsung refleks menghindar mencoba menjauhi lokasi sengatan listrik. Dari jarak semeter baru ketahuan, itu tiang listrik penerangan lampu jalan ringroad. Aduuuuuh kagetnya.....
Subscribe to:
Posts (Atom)