Sunday, April 13, 2014

Tegakan Meranti di kampus UGM

Hari minggu kelabu, he he he nggak ding.
Ini sih penulis saja yang lagi ribut gara-gara benyak problem aneh beberapa hari ini. Tapi tak apa semuanya masih berkaitan dengan dunia kerja yang dilakoni penulis.
Latihan seperti biasa terselenggara dengan lancar.
Yoga, Jurus, dan sesi Jogging.....kali ini rutenya eks Kampus STIEKERS menuju Malioboro via Taman Parkiran Abu Bakar Ali. Seep tak ada halangan apapun.
Sebelumnya pekerjaan rada sumpek, banyak salahnya.....ah tidak, cuma dapat kasus aneh.
Hari Jumat dapat stempel, eh pemesan minta yang bisa untuk ngecap di media keramik yang masih basah. Uh bingung rasanya mencoba membayangkan stempel yang bisa untuk cap media keramik. Berbagai kemungkinan dibahas bersama walaupun tetap tak yakin benar hasilnya nanti.
Ya sudah jadi, siang diambil.....eeeeh si pemesan memberi contoh stempel untuk media keramik yang sudah jadi. Busyet salah garapanku.
Ya sudah hari itu bolak-balik dua kali hanya mengikuti keinginan pemesan, pokoknya lelah bin capek seharian.
Hari Sabtu........
Temanku sebelah menyatakan ada yang pernah salah dalam garapan stempelku. Diberikannya sebuah stempel yang diprotes pemesan. Permintaannya harus diganti dan diralat kesalahannya.
Kuamati stempel tersebut, rasanya tak percaya jika itu buatanku. Kunyatakan kepada temanku itu bahwa stempel yang minta diubah bukan hasil kerjaku. Tapi aku sendiri ragu juga karena rasanya pernah mengerjakan stempel jenis seperti itu tapi sudah lama banget.......
Akhirnya kucek di komputer setting di Kotagede,
Wah terlanjur juga kubuatkan lagi yang baru menyesuaikan dengan keinginan pemesan, tapi dengan catatan nantinya minta ganti ongkos pembuatan.
Memang setelah dicek dalam komputer, nyata aku tak pernah mengerjakan stempel seperti itu.Biarlah yang penting sudah beres urusannya.
Yah memang rumit urusannya, setelah kutanyakan kepada pemesan stempel itupun hanya menjawab bahwa stempel tersebut milik temannya, jadi ia tak tahu duduk perkaranya. Ya sudah akhirnya kunyatakan bahwa stempel sudah jadi dengan syarat hanya mengganti ongkos yang sudah terlanjur kukerjakan. Tak lupa kutanyakan dimana membuatnya saat pertama kali tetap tak tahu menahu......
Yah biarlah akhirnya penulis ini yang jadi sasaran kesalahan segala perkara, tetapi tak apa toh memang tetap lancar semuanya. Hanya saja penulis memang yang jadi tertuduh segala perkara urusan kesalahan stempel yang entah siapa sebenarnya pembuatnya tersebut.
Pokoknya capai dan lelahhhhhhhh seharian....he he he
Kelelahan seperti itu ternyata berpengaruh pada sore harinya, malam minggu tak bisa konsentrasi menulis naskah novel.
Yah karena itulah penulis hanya sebentar menghadapi internet, paling hanya sampai jam setengah sepuluh itupun dengan hawa yang ngantuk banget. Akhirnya kuakhiri dengan tidur lebih awal walaupun paginya tetap agak kesiangan bangunnya, untung journal latihan penulis tetap lancar setiap sesi acaranya. Paling-paling sholat subuh yang tertinggal agak kesiangan hingga merasa kurang afdol.
Tetap saja siangnya kurang begitu mampu menulis naskah novel, rasanya novel yang penulis garap ini agak kurang dalam penguasaan materinya. Baru bab kedua tapi bingung meelanjutkannya.
Ya akhirnya penulis memutuskan berhenti dan kemudian mandi terus keluar jalan-jalan, refreshing. Nah sasarannya adalah Gramedia di jalan Simanjutak menuju UGM.
Penulis coba mencek jenis novel apa saja yang terpajang  di toko Gramedia tersebut. Tak tahu mana yang laku atau tidak maupun yang best seller atau tidak. Hanya yang terpajang di rak toko tersebut yang bisa dicek penulis.
Rasanya cuma iri saja terhadap keberhasilan penulis-penulis yang sudah berhasil membuat karya dan diterbitkan. Naskah penulis ini biarpun sudah mencapai lima enam naskah tetap hanya tersimpan sebagai file di Lap Top milik penulis.
Yang sebal adalah halaman novel yang diterbitkan ternyata semuanya banyak yang lebih dari dua ratus halaman. Sebenarnya itu sama dengan yang ditulis oleh penulis dan tersimpan rapi dalam file komputer. Tapi ternyata saat dikirim penerbit ternyata ada penolakan gara-gara naskah milik penulis terlalu banyak. Jadi gara-gara karena masalah itu salah satu naskah yang terkirim dikembalikan?
Ya inilah problem penulis pemula......BELUM PUNYA NAMA BEKEN.
Jadi sekarang pasrah saja menulis mengikuti alur penerbit, semoga salah satu naskah yang terkirim bisa di ACC nantinya. Amin.
Bosan di Gramedia akhirnya jalan-jalan menuju utara di kampus UGM.
Penulis jalan-jalan melalui satu gang yang akhirnya menuju bundaran dan lembah UGM, itu semua menjadi ruang publik kampus.
Tapi niat penulis mencoba masuk sebuah fakultas yang menjadi salah satu kenangan penulis dimanapun merantau. Ialah fakultas Kehutanan.
Nah akhirnya masuk juga ke dalam area fakultas Kehutanan UGM yang bila dilihat ternyata hanya di depan jalan Kaliurang.
Masuk dan terus menyusuri lorong-lorong fakultas Kehutanan tersebut. Iiiih naluri survey penulis cukup tertantang bila berada dalam naungan pepohonan perindang kampus.
Benar juga, di salah satu sudut ruas jalan fakultas Kehutanan dengan fakultas Pertanian penulis mendapati sebuah penemuan yang sama dengan petualangan saat survey areal hutan di sebuah blok kerja unit HPH di Kalimantan.
Inilah beberapa jenis tegakan meranti yang sama dan sering menjadi buruan survey hutan untuk kayu produksi perusahaan.
Deretan tanaman meranti begitu rapih dalam diameter dari lima puluh cm sampai delapan puluh cm. Oh tentu bila itu di areal hutan akan menjadi kayu produksi yang sangat ideal.
Meranti?
Ini tanaman dari genus dipterocarpus, tanaman yang dalam pohon evolusi adalah tumbuhan tingkat tertinggi. Jadi merupakan jenis tanaman tropis yang unggul dan mencapai puncak perkembangan dalam adaptasi hutan hujan tropis campuran tak seumur.
Yang penulis saksikan adalah jenis meranti merah, itupun entah ini meranti habitat Sumatera atau Kalimantan. Penulis menduga asalanya dari Kalimantan, sebab penulis mendapatinya memiliki banyak persamaan saat survey di areal hutan produksi perusahaan HPH di Gunung Mas Kalimantan Tengah.
Di Jawa mungkin ada jenis yang sama tetapi hanya tinggal yang tumbuh di sebuah pulau kecil yaitu Nusakambangan. Tapi penulis belum pernah menyaksikannya, jadi tetap mengagumi tegakan yang terlihat terawat di kampus UGM ini.
Sebuah tegakan tinggi lurus mencapai ketinggian sekitar tigapuluh meter. Begitu anggun menatapnya, tidak indah karena tegak lurus menjulang tinggi, tidak seperti pohon Beringin yang menginspirasi sebagai pohon penaung atau Trembesi yang menjadi penaung dan elemen keindahan sebuah taman.
Pohon ini tak mungkin menjadi elemen taman, bila ditumbuhkan dan ditanam dalam pekarangan rumah nantinya akan menjadi pemandangan aneh saja.Tinggi dengan dahan dan ranting yang tidak mungkin menjadi tempat memanjat. Hanya cocok ditanam dalam areal luas seperti kampus UGM ini.
Untungnya tanaman yang di kampus UGM ini begitu terawat, tak terlihat ada cacatnya sedikitpun. Rupanya koleksi tegakan ini dipelihara dan menjadi tanggung jawab Puslitbang Perhutani, itu ada salah satu labelnya di batang pohon tertancap paku kecil.
Penulis keliling areal fakultas Kehutanan UGM ini, mungkin bisa menemukan jenis tegakan lain yang menjadi ciri dari Hutan Hutan Tropis Campuran tak Seumur.
Sayang tak ada lagi, semuanya hanya jenis meranti merah (penulis lupa nama latinnya).
Di hutan yang pernah penulis sambangi bisa didapat jenis tegakan yang semuanya memiliki persamaan dengan meranti merah di areal kampus UGM ini.
Resak, Tengkawang, Meranti Putih, Keruing, Merawan, Nyatoh, Bintangur, Bengkirai (meranti batu), Ulin, Geronggang dll. Sayang penulis tak mendapati jenis-jenis tersebut di areal kampus UGM ini. Jenis koleksinya hanya didapati satu jenis saja yaitu Meranti Merah.
Oh ada juga tanaman hutan menjulang  tinggi nantinya, ini berada di depan Boleuvar UGM yatiu Aghatis, nantinya bila sudah meninggi hampir sama dengan meranti merah di dalam fakultas Kehutanan UGM tersebut.
Cukuplah tulisan ini.

No comments:

Post a Comment