Banyak kosa kata bahasa Indonesia yang berkaitan dengan jurus, sering tanpa sadar kita menggunakannya dalam berbagai bidang tanpa menyadarinya. Jadi urusan bela diri Pencak Silat sebenarnya orang Nusantara tidaklah asing, hanya TIDAK SAYANG.....itu saja.
Bersilat lidah = Debat
Jurusan = Arah, pencapaian akademisJawara = Juara, Orang yang berkali-kali menjuarai atau orang yang dijagokan
Debus = Pertunjukan seni bela diri dengan kemampuan atraksi tenaga dalam
Carok = Duel antar pribadi demi kehormatan untuk etnis Madura
Suduk = Tikam (Istilah Melayu Banjar)
Kelit = Mengelak
Dll
Kita sering tak sadar kata-kata tersebut digunakan dalam keseharian bermasyarakat. Berbagai praktisi bidang manapun sering menggunakan kosa kata yang berhubungan dengan jenis bela diri Nusantara ini. Misalnya untuk menyatakan kepandaian berdebat seseorang akan disebut pandai bersilat lidah. Coba orang yang menyebutkan kata tersebut biarpun tidak mengenal Pencak Silat tapi terbayang dibenaknya bahwa seseorang yang pandai adu kata berarti memiliki keahlian yang disamakan dengan ketrampilan bela diri.
Jadi kesimpulannya walaupun samar-samar dunia bela diri Pencak Silat adalah ada.
Kehadirannya tidak menjadi dunia yang hingar bingar seperti dunia politik, agama, seni dan budaya, atau paling mudahnya ramainya sebuah pasar di sekitar kita. Bela diri menjadi fenomena rahasia, tokohnya selalu disebut-sebut dalam berbagai kedok seperti Jawara, Petarung, Guru Pencak Silat, Pelatih, Murid sebuah perguruan atau bahkan Preman dll.
Beberapa budaya etnis Nusantara menjadikan Pencak Silat sebagai identitas kebudayaannya. Antara lain Betawi, Sunda, Banten, dan Minangkabau. Adanya istilah Jawara di Banten menjadi sebuah komunitas tersendiri yang cukup berpengaruh di bidang politik kedaerahan atau Pertunjukan Debus yang disebut-sebut sebagai atraksi turunan dari keahlian berpencak.
Juga pengaruh adat pernikahan seperti di Betawi dengan adanya atraksi sejenis drama Bela diri Pencak Silat yang disebut Palang Pintu. atau kata "Suduk" yang berarti Tikam untuk orang Banjar. Itu dikarenakan bila seseorang Banjar memiliki musuh maka cara menghancurkan musuh tersebut adalah ditikam dengan Lading, ini merupakan semacam terusan adat jaman bahari karena adanya ketrampilan menggunakan keris yang hanya bisa melakukannya dengan teknik menikam (menusuk).
Pencak Silat telah menyebar sampai ujung kampung paling dalamnya di seluruh Nusantara. Berbagai daerah dan perguruannya bisa menjadi bukti bahwa bela diri ini adalah milik Indonesia dalam hal ini etnis Melayu. Penyebarannya mungkin sudah berabad-abad yang lalu hingga menjadi semacam sistem Pendidikan Non Formal kuno.
Karena Non Formal jadinya tak ada akademi manapun menjadikannya sebagai jurusan di sebuah Fakultas tersendiri. Hidup di setiap dada pengamalnya atau bernaung di sebuah perguruan tradisional dan modern. Pencak Silat tetap hadir sebagaimana budaya makan Nusantara seperti nasi liwet, nasi goreng, dan nasi-nasi lainnya.
Karena ADA maka Penulis memberi contoh diri sendiri,
Anggap saja Penulis adalah Pengamal bela diri Pencak Silat, bentuk intinya adalah LATIHAN rutin harian dan mingguan. Ini karena keterbatasan Penulis dalam memperdalam ilmu Pencak Silat, soalnya tidak mendapatkan tenaga dalam, kesaktian tinggi, atau ajian Brajamusti. Juga cuma suka nonton sinetron Mak Lampir, membaca komik silat Wiro Sableng, Pendekar Bodoh dll.
Yah latihan cuma didapat dari sebuah perguruan KBPS Asma di Purwokerto sebagai kenangan masa-masa sekolah SMA......(Sweet seventeen).
JURUS TEGUH
Intruksinya adalah sebagai berikut,
Pembukaan jurus: Hormat silat pasangan jurus.....
Dalam kuda-kuda kanan depan dan kedua tangan pasangan jurus, lakukan tangkis kiri geser kaki kanan ke samping kanan diiringi tangan kanan menangkis ke samping tubuh kiri, setelah itu sepak kaki kanan ke depan, siap-siap posisi inti jurus.
Pukul kanan, tangkis kanan iringi dengan melepaskan pukulan kiri secara bersamaan, kembali ke posisi semula. Sepak kaki kiri ke depan pukul tangan kiri tangkis kekiri iringi dengan pukulan kanan ke depan....pertahankan!
Pelintir kepalan tangan kanan seolah-olah dipegang lawan, ini membuka pergelangan tangan dari kuncian lawan. Beset lepaskan tangan dari kuncian lawan, kaki kanan maju tangan kanan menyikut lawan, tambahi dengan pukulan ke arah kepala lawan.......
Balik badan dengan teknik membalik langkah....pukul kanan kiri, sepak kanan ke samping kanan. Mulai lagi dari teknik pukulan kanan ke depan sama seperti di awal jurus.
Jurus yang dipergakan di video hanya seperempatnya saja, bila satu jurus utuh lakukan empat kali dalam empat arah berlainan. Jadi waktu memeragakan sebuah jurus cukup lama dan memeras keringat untuk disebut olah raga. Begitu juga untuk nomor pertandingan seni waktunya adalah sekitar tiga menit sekali peragaan untuk mendapatkan penilaian.
Kebetulan hari minggu ini Penulis berlatih di sebuah kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta, latihan hanya hafalan dari sebuah perguruan yang pernah Penulis bernaung di dalamnya. Tak terbersit pikiran apa makna setiap gerakan/teknik bela diri, apa lagi sampai filosofinya. Tapi rasanya itu sudah cukup mewakili bahwa jurus bela diri Pencak Silat lumayan rumit.
Tekniknya ada pukulan, tangkisan, tendangan, kuncian, teknik menyikut??? (Teknik menyikut jarang terlaksana dalam nomor tarung loohhh), membalik badan sebagai lengkah jurus selanjutnya, langkah-langkah atau tapak hitungan dll. Satu jurus ini saja sudah mewakili apa itu bela diri Pencak Silat.
Realitasnya hidup dengan Bela diri Penulis menjalaninya SENDIRIAN, tingkatnya hanya pecinta dan pengamal jurus. Paling-paling selama ini Penulis berstatus mantan siswa sebuah perguruan di kota kelahiran Penulis yaitu Purwokerto. Juga bagaimana mengembangkannya lebih lanjut sangat sulit, tak ada kemajuan atau cara mengembangkannya misalnya dengan menciptakan jurus sendiri.
Cukup menghafal sampai puluhan tahun dengan manfaat kesehatan badan. Lumayan ketika memeragakannya di ISI Penulis masih sanggup melakukan jurus Teguh ini sampai empat kali dengan arah empat mata angin (Wuih mungkin empat arah ini juga bisa disebut sebagai semacam filosofi), tak mudah menjaga stamina sampai usia menjelang lima puluh tahun seperti Penulis ini.Kebugaran tubuh yang didapat cukup menjauhkan Penulis dari Obat-obatan dan perawatan Rumah Sakit yang menyedot ongkos hidup.
SALAM JURUS
No comments:
Post a Comment