Beberapa karya tulis tarung sudah sekian tahun dipublikasikan melalui Blog. Walaupun hanya karangan belaka penulis mencoba menambahi referensi dengan karya nyata walau juga hanya berupa tulisan. Bentuknya adalah prkatek dari karangan berupa berbagai jenis tarung dalam program latihan tarung berdasarkan imaginasi.
Penulis sudah menjadwalkan Program latihan tarung ini dalam jurnal mingguan,
Hari Senin - Tarung Etang
- Tarung Jurus versi I
Hari Kamis - Tarung Jurus versi II
- Tarung Raga
- Tarung Sendeng
Tentu saja program tarung ini dulunya masih tidak teratur, baru dua tahunan saja dijadwalkan seperti di atas. Bila melihat dari awalnya hanya punya tekad berlatih jenis tarung maka ini sudah tahun ketiga latihan berlangsung. Lumayan berarti latihan sudah menjadi bukti nyata komitmen penulis dalam bidang olah raga yang ditekuni.
Penulis mengakui ternyata tidak mudah menambah karya tulis setinggi jenis-jenis tarung ini. Berbagai imaginasi dikembangkan untuk memperdalam tingkatan jurus misalnya menjadi karangan berkelanjutan kurang berhasil alias mentok. hal tersebut untuk penulis berarti memang maih belum banyak mendapat referensi sebagai pendalaman pengetahuan tentang aspek bela diri Pencak Silat.
Penulis sebagai pengarang paling tingginya dalam bidang Pencak Silat hanya penghayat jurus. Puluhan tahun hanya hafalan dari sebuah perguruan Pencak Silat yang dilatih penulis. Menambahinya sudah sulit tidak ada dasar pengetahuan atau metoda lain untuk mengembangkannya.
Kepengin jurus yang hebat?
Banyak saja, silahkan membaca komik, menonton film genre bela diri pasti begitu variatif kreasinya. Penulis tak mampu berkreasi sedemikian rupa. Hafalan jurus itu saja sudah menghabiskan umur penulis puluhan tahun, oke.
Makanya ketika latihan tarung sudah berhasil dijalani sampai tiga tahun, inilah sebuah prestasi tinggi yang bisa diraih penulis, alhamdulillah.
Bertarung berdasarkan imaginasi?
Ini dasar praktek program latihan tarung yang dijalani penulis.
Jadi ketika berlatih penulis melamun dulu, memilih gerak apa untuk mencari poin agar dinyatakan pemenang. Jadi lawan selalu berada di depan kita walau berupa bayangan (istilah penulis tubuh semu). Terhadap tubuh semu itulah sasaran serangan kita lancarkan.
Peraturan tarung sudah dijabarkan dalam karya tulis Blog. Aturan-aturan tersebut menjadi pegangan bila direrapkan di arena pertandingan. Walau jelas nantinya banyak perubahan karena karya tulis yang dikarang penulis tidak sempurna, apalagi semua masih dalam bentuk imaginasi. Tetapi hal tersebut tidak merubah hak intelektual sebagai tulisan asli milik penulis.
Penulis melamun mislanya untuk praktek tarung Etang, bagaimana tangan penulis bergerak mencari celah mencapai sasaran pada area kepala atau kaki lawan menjadi poin. Dalam hal ini tak terhindarkan antara satu petarung dengan petarung lain pasti saling membenturkan tangan seolah-olah tangkis menangkis. dari tangkis menangkis inilah salah satu petarung ada yang berhasil menyarangkan serangan tangan ke area kepala atau kaki hingga menjadi poin yang dikumpulkan satu persatu hingga dinyatakan pemenang. Imaginasi tersebut kemudian mengerakan penulis seolah-olah bertarung sungguhan menjadi sebuah simulasi, begitu seterusnya.
Tarung Etang menurut penulis adalah bentuk paling sederhananya karangan penulis. Dalam prakteknya dulu dialami penulis sebagai permainan di masa kecil saat masih menempuh sekolah dasar. sedangkan tarung Etang yang penulis kreasikan adalah ajang mencari prestasi dalam olah raga bela diri. Mudah tetapi penuh persaingan karena dicoba sistem kompetisi.
Demikianlah melamun sambil terus bergerak.
Dibandingkan dengan imaginasi membaca komik atau menonton film apa yang dilakukan penulis tidak dahsyat. Kegiatan saat bergerak tubuh kita sangat terbatas, begitu banyak kelemahan, selalu ada celah kesalahan terjadi. Fisik kita sesungguhnya banyak sekali kekurangannya.
Kelemahan paling terasa dari variasi jurus, hanya hafalan sehingga tangan dan kaki penulis bergerak sesuai teknik yang dikuasai. Mungkin tetap memadai untuk disebut bela diri tapi sudah mentok itu-itu saja puluhan tahun, mungkin juga sampai liang lahat.
Penulis bersyukur latihan tarung sudah terselenggara dua tahun berturut-turut. Jadwal ideal yang dilakukan adalah setelah sholat subuh, melakukannya tidak terlalu menyita waktu, hanya sekitaran 20-30 menit.
Lumayan waktu seperti itu cukup menyita perhatian dan pemikiran untuk menggerakan tubuh dalam imaginasi tarung. Tubuh cukup lelah, nafas sih tidak ngos-ngosan karena sadar tidak perlu memforsir diri. Kalau setelah berlatih tubuh menghangat, itu sensasi paling nikmat dari olah tubuh, itu janji pasti dari penulis, oke.
Penulis tidak berpanjang kalimat menulis, Blog ini dipublikasikan untuk merayakan program latihan tarung setelah sekian tahun. Jenis tarung lain tidk dicantumkan di sini kecuali tarung Etang, akan terlalu banyak menghabisakan halaman.
Demikian dan sekian dari Athor, salam bela diri.
No comments:
Post a Comment