Sunday, June 26, 2022

Novel Bayang-bayang Maya

KATA PENGANTAR Fiksi ini merupakan kelanjutan dari novel berjudul Pergerakan yang Senyap. Menjadi seri terakhir petualangan Bowo dalam menapaki hidup merantau di Yogyakarta. Hanya satu sisi saja di tokoh Bowo seorang, di sana pihak keluarga besar Bapak Jonan tak bisa diraba, menjadi misteri karena gelap latar belakangnya. Penulis sendiri tidak membuat satu pun tulisan keadaan pihak yang membuat Bowo sebagai tokoh fiksi mengalami nasibnya sampai berakhir. Biarlah itu dinilai sendiri oleh pembaca yang terhormat sebagai versi tersendiri. Tafsiran pembaca itulah pegangan kebenaran bila apa yang dialami Bowo sebagai tokoh fiksi mencapai pembenaran. Kejadian demi kejadian dialami Bowo, anehnya tidak selesai-selesai. Ini yang menjadi kesempatan Penulis mengembangkannya tanpa perlu melebih-lebihkannya, kalau disebut banyak kekurangan tentu itu harus dimaklumi. Penulis bukan orang berbakat besar sebagai pengarang fiksi. Bisa menulis itu sudah cukuplah, berbagai pemikiran bisa tertuang mencapai karya tulis, ya dihargai sendiri dengan terus membuktikan berkarya......menulis......menulis dan seterusnya. Untuk publikasi paling mudahnya dibikin Blog saja, itu pencapaian tertinggi karena penulis termasuk gagap teknologi. Silahkan pembaca memberikan tanggapan, kritik, saran membangun atau berkreasi dalam bentuk lain dari naskah penulis ini, matur nuwun. Wasalam, Yogyakarta, Juni 2021 BAB 1 Disertasi 2 Januari 2019, Bowo duduk di kursi plastik membelakangi etalase kecil yang bisa digeser ke arah manapun karena beroda. Sebuah surat kabar harian dibacanya, ini sudah berganti tiga kali karena bebas saja ia mengambil koran di kios tetangganya. Satu dua kali beberapa motor dengan pengendaranya lewat depan kiosnya menyapa walau hanya anggukan kepala karena saling kenal sebagai tetangga rumah kontrakannya. Ada juga cewek bekerja muncul dari mulut gang, karena sangat mengenalnya Bowo sering menggodanya dengan isyarat seolah-olah mengajaknya kencan atau apalah sampai tingkat hubungan akrab pacaran. Tidak sungguhan jadi sang cewek menanggapi dengan senyum balas memandang tajam, membiarkan Bowo dengan segala keusilannya menggoda. Cewek tetangganya itu tahu saja, tak mungkin Bowo melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadapnya. Bowo dikenal bujang lapuk, walaupun ramah tapi ketahuan pengecut bila berhadapan dengan kaum perempuan. Lagi pula bagi cewek tersebut bila untuk kandidat pacar sampai suami ia sudah ada stok yang keadaannya lebih segala-galanya dibandingkan dengan Bowo. Pikiran Bowo sih, digodanya cewek tetangganya ini biar sampai salah tingkah gak papa toh sudah punya pacar. Justru nanti bila sudah menikah dengan cowok pilihannya cewek ini bisa membanggakan dirinya laku di mata lelaki-lelaki lain karena selalu digoda lawan jenis, Bowo satu diantaranya. “Bowo itu dulu selalu godain aku loh.....” bisik cewek tersebut pada suaminya dikala kencan berduaan. He He He makin beringas suaminya mencumbu istrinya karena hal itu membangkitkan berahi akibat perseteruan antar lelaki. Hingar-bingar pergantian tahun baru 2019 sudah berlalu, Yogya kembali seperti biasa, dengan rutinitas warganya yang banyak bergantung dunia pariwisata dan pendidikan. Bowo sendiri kecipratan masalah dengan orang-orang yang berdedikasi pada dunia akademis. Sampai-sampai kegiatannya yang lebih tertuju latihan fisik selalu dicoba kaitkan dengan bidang akademis walaupun sia-sia. Huuu terpikir untuk membuat karya tulis..... Bowo sendiri memasukannya sebagai kegiatan rekreatif, masih berproses walaupun kemudian tahu untuk usianya yang mendekati setengah abad kemampuan fisiknya makin menurun. Perhatian Bowo terpecah ketika dari mulut gang di seberang jalan depan kiosnya muncul seorang perempuan yang masih menjadi teka-teki dalam kehidupannya. Seorang perempuan cantik berjilbab dengan kaca mata minus terpelajar. Gaunnya hijau semburat merah muda. Daya tariknya menjadi sihir bagi Bowo karena masih bergulirnya masalah diantara mereka berdua yang tak terputus menuju tahun ke sebelas ini. “Perempuan ini lagi?” Bowo membatin. Bulan Desember 2018 perempuan Ani tidak memperlihatkan diri. Begitu juga suaminya, padahal Bowo menunggu momen kedatangan lelaki tersebut sebagai perhitungannya. Bila suami Ani datang ke Jogja maka kemungkinan masalah konflik klaim hak milik terhadap perempuan Ani bisa diselesaikan, entah apapun bentuk perundingannya. Yang terjadi bulan Desember tersebut hanya ada pergerakan Ibu Ani yang selalu muncul di sekitar kios Bowo meminta semacam pernyataan SMS agar terus berpendapat. Suatu keadaan yang sulit bagi Bowo menghindarinya karena Ibu Jonan termasuk orang tua yang harus dihormatinya. Beberapa minggu terakhir menjelang tahun baru Bowo banyak membuat pernyataan mendetail mencapai konsep fenomena kejadian-kejadian yang berkaitan dengan konflik yang masih bergulir antara dirinya dengan Ani dan suaminya yang hanya satu dua kali beraksi. Semua tuduhan Bowo terhadap suami Ani sudah mencapai puncaknya. Tak mungkin diubah lagi sampai kapanpun, bahwa suami Ani adalah pelaku praktek sindikat human traficking ala Bali yang termasuk tindak pidana. Salah benarnya Bowo tidak peduli, maju pantang mundur. Apa tujuan Ibu Jonan memancing Bowo untuk terus membuat pernyataan? Bowo paham, ternyata yang muncul adalah seorang tua berperawakan dan berwajah mirip sekali dengan suami Ani. Jadi saat bulan Desember yang datang ke Jogja adalah orang tua atau besan Bapak Jonan. Yang bikin sebal Bowo adalah penampakan orang tua besan Bapak Jonan ini hanya beberapa detik itupun dari kejauhan sekitar 100 meter. Motor Mio sporty biru yang dikendarai orang tua inilah yang dipahami sebagai tunggangan Ani bila kuliah menuju kampusnya di Universitas Ahmad Dahlan. Akhirnya Bowo membuat dugaan.... “Bisa jadi orang tua ini datang ke Jogja membuat berbagai keputusan rumah tangga anaknya.” Ada kelegaan di hati Bowo bila dugaannya itu benar. Berarti ada titik terang dari konflik segi tiga rebutan cewek Ani yang terjadi setahunan ini. Bowo pun menunggu dengan menutup kontak pada nomor Ani sementara ini dan ternyata, Inilah kelanjutannya tanggal 2 Januari 2019. Perasaan Bowo saat Ani muncul adalah tertantang dan terjebak. Berbagai resiko bermunculan di benaknya dan membuat kekhawatiran berlebihan, karena menyentuhnya adalah perkara besar. Biarpun Bowo sering menyatakan keinginannya putus hubungan pacaran dengan Ani tetapi itu hanya sepihak dari dirinya. Nyatanya tidak dengan perempuan ini. Bowo jadi serba salah, sementara Ani yang seperti biasanya acuh tak acuh segera masuk kios photo copy di samping gang. Langsung diduga Bowo menghadap layar komputer untuk mencetak lembaran paper. Satu-satunya jalan SMS, “Mbak Ani ini menyulitkan posisiku, selalu menjebak!” Bowo melanggar sendiri pernyataan sebelum tahun baru bahwa ia menghentikan kiriman SMS sebagai konsekuensi penyelesaian masalah. Walaupun begitu ia sangat betul bahwa ia tetap tidak memutus hubungan dengan perempuan yang selalu dianggapnya sebagai pacarnya ini. Jadi belum sehari absen dari kontak melalui HP sekarang sudah kembali bergulir seperti sedia kala. Inilah sulitnya menghadapi perempuan Ani, ia tahu hatinya takluk juga terhadap feminisme yang dihadapinya sekarang. Dari dulu bila sudah kelabakan seperti ini Bowo hanya punya akal beraksi mendekati Ani dengan memphoto copy berkas nota usaha stempel. Notabene nota tersebut sudah lecek diduplikat sejak beberapa tahun yang lalu. Sebetulnya nota yang sering diperbanyak ini jelas sudah diketahui Ani saat pernikahannya bulan Oktober 2015. Saat itu walau hatinya remuk redam namun hanya dengan berbicara sebentar dengan Ani ia tahu kepastian kekasihnya ini menjadi istri lelaki lain. Wuih romantisnya saat itu.... Sampai saat ini Ani berstatus istri orang lain tapi tetap tidak terputus hubungan pacaran dengan Bowo menjelang empat tahun pernikahannya, di bagian ini dilematisnya. “Lagi apa sih Mbak Ani ini?” Lagi-lagi Bowo SMS, tentu sambil menyiapkan kertas nota leceknya untuk diperbanyak. Hanya ini alasan yang bisa diajukan agar tidak dicurigai karyawan kios photo copy. Ketika mendatangi kios karyawannya langsung bertanya macam-macam pada Bowo. Sementara Aninya acuh, seperti biasa tetap menghadap layar komputer dengan seabrek tugasnya. Sempat Ani berdiri, berjalan kemudian ke meja pembatas mesin photo copy. Tepat Bowo berada di belakangnya, jadinya Bowo yang berjingkat menghindarinya. Ani benar-benar tidak peduli dengan kehadiran Bowo, rupanya sudah ada setumpuk lembaran paper yang dicetak dari komputer. Ani cuek saja biarpun Bowo mencari perhatiannya, setelah menghitung dan mengecek lembaran tugas yang dicetak segera kembali ke meja komputer menambah halaman demi halaman tugas kuliah yang harus dikerjakannya. Bowo sempat saja melihat lembar demi lembar tugas kuliah Ani di layar komputer. Juga ketika berada di meja pembatas sudah ada setumpuk pekerjaan Ani. Bowo pun menyentuhnya dan segera terbaca itu semacam tugas akhir kuliah berupa penelitian. Bila menuruti tingkat pendidikan Ani yang strata dua itu bisa disebut disertasi. Tahun 2019 ini berarti sudah menginjak semester tiga atau empat. S2 setahu Bowo hanya ditempuh dua tahun, sebutannya pasca sarjana dengan gelar Magister. Tumpukan berkas tugas kuliah Ani disentuh Bowo, dibaca beberapa lembar. Penelitian tentang ekonomi syariah, suatu cabang keilmuan baru yang mungkin ditempuh Ani sebagai bayaran kegagalannya di bidang saintek fakultas Farmasi UGM. Yang sebal Bowo tidak mendapati halaman sampulnya, biasanya tertera nama penelitinya. Belum dicetak jadi yang tergeletak hanya kupasan-kupasan tentang ekonomi syariah. Di sini Bowo menggerutu, “Selamanya aku tak tahu nama panjang cewek ini biarpun statusnya pacarku.” Sementara hajat Bowo sudah selesai memperbanyak nota usaha stempelnya. Paling cuma dua ribu rupiah sekali perbanyakan, itu sudah cukup untuk beberapa minggu. Yang bisa dikerjakan Bowo cuma mengajak ngobrol karyawan photo copy agar bisa berlama-lama di kios. Ani tetap tidak peduli kehadiran Bowo walau aksinya tertuju pada cowok yang menjadi seterunya dari sejak masih berseragam putih biru. Bowo menyerah akhirnya meninggalkan kios, dipandanginya punggung perempuan yang sudah membuat dirinya jungkir balik untuk mempertahankan status pacaran. Juga tak mungkin mendapatkannya mencapai rumah tangga karena sudah menjadi istri orang dengan berbagai konflik yang mengherankannya hingga hari ini. Setelah kembali di kios miliknya sendiri, cukup lama menunggu akhirnya Ani keluar dari kios photo copy. Dengan setumpuk lembaran kertas dimainkannya HP smart phone. Jelas ia mengaktifkan aplikasi ojol untuk menuju kampung tempatnya menimba ilmu. Beberapa kali Ani bergeser tempat menunggu ojol mencapai tempatnya. Ada saja gelisah memandang Bowo dari kejauhan, pergerakannya Bowo paham, tetap seperti saat masih kecil. Berjingkat lari kecil ketakutan diburu Bowo yang binatang buas predator. Benar-benar datang ojol yang dari tadi ditunggunya, Ani segera membonceng dan mengarahkan pengendaranya. Lewatnya tepat di depan kios Bowo, dan sebagai salam terakhir terhadapnya sebuah senyum dan anggukan kepala terarah kepada lelaki pemujanya ini. Sebal. *** Bowo yang sibuk mengirim SMS pada Ani jadinya. Berbagai dugaan mengalir di otaknya atas posisi Ani dengan status mahasiswinya. “Melihat karya tulis Mbak Ani saya menduga pasti disertasi mencapai S2 ekonomi syariah, he he he pembahasannya perbankan. Kalau asuransi syariah sudah ada apa belum ya?” Bowo memikirkan beberapa keadaan Ani, ia sekarang baru tahu sesuatu yang dari dahulu mengherankan baginya. “Mbak Ani memang selesai sarjana di UGM fakultas Farmasi tapi tidak lanjut praktek apoteker. Karenanya serba tanggung sehingga sekarang banting stir S2 dengan jurusan sosial humaniora.” Akibat aksi Ani awal tahun 2019 adalah menyambung hubungan pacaran diantara mereka. Tapi bagian ini subyektifitas pihak Bowo, untuknya urusan pacaran dengan Ani sering seperti jebakan yang sengaja dipasang anggota keluarga Bapak Jonan. “Wah kalau S2 kemungkinan larinya Mbak Ani mengejar profesi dosen sesuai latar belakang keluarga yang menjadi guru sekolah.” Berbagai pembahasan dikembangkan Bowo menyesuaikan dengan dugaannya tentang Ani yang bergelar magister, tentunya keilmuannya yang larinya pasti berupa penelitian dengan metode-metode standar ilmiah. Padahal Bowo sendiri buta terhadap Ani dengan segala pendidikannya. Terutama apakah Ani memiliki kreatifitas sampai tingkat peneliti, pengarang karya tulis, atau bahkan mendapat penemuan hingga bergelar profesor. Yah profesor cewek, Ani sering digelarinya seperti itu selama tahun 2018. Kenyataannya kemampuan akademis Ani memang tinggi, S1 Farmasi dilibasnya begitu mudah, sekarang S2 di universitas swasta sepertinya tak terhalang apa-apa. Dari segi biaya telah ditanggung orang tua dan dugaannya juga ditanggung suami dan keluarganya. Kurang apa lagi..... Tapi kok masih melibatkan dirinya sebagai orang ketiga? Di bagian ini Bowo sedikit menyinggung, “Bila sampai tiga bulan suami Mbak Ani tidak hadir di Jogja boleh dinyatakan status Mbak Ani adalah pisah ranjang. Siapapun lelaki mulai bisa membuat pendekatan.” Bowo ingat benar akhir tahun 2018, suami Ani sudah datang ke Jogja dengan pergerakan klaim atas pernikahannya dengan Ani dan kemungkinan hak kepemilikan aset bangunan rumah yang telah dibangunnya di pekarangan rumah Bapak Jonan. Apalagi sudah ditambah anak lelaki berusia beberapa bulan. Bowo gregetan sendiri dengan kenyataan ini, “Aku sendiri yang goblok, dari awal tahun 2018 Ani sebenarnya sudah hamil, itu disembunyikan dengan baju dan gaun longgar selama ini.” Bayi itu lahir Agustus 2018, itulah saat suami Ani bermanuver di depannya sampai beberapa kali benturan terjadi walaupun tidak menghasilkan bentuk perundingan apapun. Saat itu Bowo merasakan aksi-aksi seluruh anggota keluarga Bapak Jonan bersama menantunya ini sangat menyakitkan hatinya, bahkan hingga sekarang. “Serangan psikis, tak mungkin aku menghindarinya dan ternyata keluarga ini menjadikannya sebagai strategi mencapai tujuan utama yaitu menyingkirkan diriku dari Yogyakarta.” Sayang Bowo saat Ani melahirkan bayi tak memahami masalah. Akhirnya tanggapan Bowo semuanya negatif, bahkan mulai membuat tuduhan berbagai macam terhadap suami Ani. Terakhir ini tuduhannya terhadap suami Ani adalah sebagai pelaku praktek sindikat human traficking ala Bali, tak terbantahkan. Inilah keanehannya bagi Bowo. “Adu konsep pun aku berani, silahkan laporkan ke polisi dengan laporan fitnah dan pencemaran nama baik. Aku akan bertahan dengan konsep adanya pelaku praktek sindikat human traficking,” pernyataan ini dikeluarkan Bowo bila ada aksi dari Bapak Jonan di sekitar kiosnya. *** Aksi Ani di sekitar kios Bowo berlanjut. Ternyata masih berkaitan dengan berkas-berkas karya tulis yang kemungkinan akan diujikan atau dipresentasikan. Bowo menghitung kemungkinan Ani kuliah S2 di UAD. Mulai masuk atau mendaftar pertengahan tahun 2017, bulan Juni Ani benar-benar muncul kembali di depannya langsung. Sebelumnya Ani lenyap, Bowo menduga mengikuti suaminya yang konon kuliah S2 di Inggris. Biarpun hebat reputasinya Bowo meragukan berita tak jelas tersebut. “Kalau masuk S2 di universitas wilayah Indonesia masih mungkin, kalau sampai ke luar negeri tentu mereka berdua mati-matian mencari beasiswa.” Itu sepengatahuan Bowo berdasarkan berita di surat kabar, pula yang mendapat beasiswa dari sebuah universitas selalu yang berprestasi atau menjadi calon dosen di universitas almamaternya. Suami istri yang berkonflik dengan Bowo ini masih jauh dari kriteria tersebut. Bahkan untuk Ani dengan kasus kehamilannya sudah bisa dinyatakan terhalang. Tahun 2016 terlihat Ani beraktifitas berkutat di skripsi S1 jurusan Farmasi, bila sudah wisuda harus berlanjut pofesi apoteker. Harusnya itu terjadi tahun 2017, selesai tahun 2018. Sampai Juni 2017 Ani lenyap mengikuti suaminya entah kemana, jadi jelas kuliahnya terhenti. Baru terjawab akhir 2018 saat Ani berjaket mahasiswa UAD beraksi di depan Bowo. Kemungkinan sekarang Ani menempuh S2 sampai di semester ketiga maju keempat. Hampir selesai, tinggal mengajukan tesis atau disertasi. Sekarang inilah Ani mengajukan permasalahan tersebut untuk Bowo. Iniah sekarang yang dibahas Bowo melalui SMS, “Kemungkinan Mbak Ani sedang mengajukan disertasi, wah pasti sibuk sekali. Selamat berjuang menghadapi tim penguji.....” Benar Ani terlihat masuk kios photo copy kemudian memperbanyak jumlah berkas modulnya. Setelah itu keluar kios memainkan HP sebentar. Oh mengundang ojol menuju kampusnya, yah murah saja dari kios Bowo menuju UAD paling empat kilometer hanya sekitar lima ribu rupiah. Bowo memandang raut muka Ani, cantik sebagai mahsiswi dengan gaun biru kesayangannya. Tampilannya adalah wanita dewasa dengan kondisi level tinggi. Kaca mata minusnya memperlihatkan kecerdasannya, Bowo percaya hal itu. Akhirnya perempuan pacar Bowo ini dogondol ojol menuju kampusnya. Tetap lewat depan kiosnya, sangat disengaja dengan menganggukan kepala kepada Bowo. Rasanya hati Bowo pun berbunga-bunga mendapat perhatian seperti itu dari Ani. Hal-hal seperti inilah yang terus menerus mempersatukan hubungan diantara keduanya, lebih banyak Ani yang beraksi. Lebih sering Bowo bereaksi akibat aksi-aksi Ani yang terus tertuju padanya. Apakah Bowo salah menafsirkannya? Semuanya terjadi begitu saja, apapun motifnya Ani terus menghubungi seperti itu pihak Bowo pasti menyatakan Ani adalah pacarnya walaupun tidak pernah bersentuhan apalagi mencapai hubungan seksual. Inilah bentuk pacaran yang dialami Bowo selama hidupnya. Bowo mengakui belum pernah kencan dengan satupun perempuan yang pernah singgah di hatinya, bahkan sampai menuju usianya yang setengah abad. Sudah, hari itu aksi Ani hanya sampai di sini. Tapi bagi Bowo sensasinya sudah luar biasa, pacarnya ini menyambut dirinya merajut hubungan kembali setelah begitu banyak peristiwa dramatik di tahun 2018. Bowo sendiri kemudian mendapat order stempel, cepat mengerjakannya dengan mengirim SMS kepada Ani mengucapkan selamat beraktifitas. Bowo paham Ani memesan ojol langsung dicarter mengikuti aktifitasnya menghadapi ujian disertasinya beberapa hari mendatang. “Busyet segala kegiatannya terpenuhi, berarti dananya mengalir tanpa hambatan,” Bowo kagum. Kebahagiaan menyelimuti diri Bowo, Ani mengajukan dirinya dalam permasalahan study yang ditempuhnya sebagai kelanjutan hubungan diantara mereka berdua. Hubungan seperti ini terjalin justru sejak sebelum pernikahan Ani, saat itu Bowo banyak mendapat semacam ujian dari kedua orang tuanya karena mereka berstatus pendidik. Esok harinya benar saja, Ani di boncengan motor ojol muncul dari mulut gang melewati depan kios Bowo. Dalam gaun biru berjilbab hitam, berkaca mata minus menganggukan kepala kepada Bowo dengan seulas senyum. Sungguh Bowo sangat tersanjung, inilah bukti keduanya berpacaran walau statusnya sudah milik lelaki lain. Dan sebagai responnya Bowo mengobral SMS sepuasnya, salah satunya, “Dari karya tulis Mbak Ani aku lihat semacam pembahasan penelitian. Ya Mbak Ani cocok sebagai peneliti, tetaplah berkutat di dunia akademis. Dengan menempuh S2 kuduga Mbak Ani mengejar karier dosen.” Bowo membahas terus, dalam hal ini malah sering dirinya mengembangkan semacam pengetahuan berdasarkan literatur, bacaan yang pernah dilahapnya semenjak bersekolah. “Bila menjadi dosen maka akan ditantang menulis berdasarkan penelitian, Mbak Ani harus memiliki satu riset yang bisa dikembangkan menjadi karya tulis ilmiah dalam media cetak, journal ilmiah indeks SCOPUS dll.” “Satu riset mencukupi untuk kegiatan seumur hidup, itu sudah sebuah pengabdian pada negara dan masyarakat umum.” Itulah Bowo dengan segala idealismenya tentang Ani, pacarnya yang tidak pernah putus sejak kedatangannya di Jogjakarta ini. Bagi Bowo sejak surat pertamanya melayang dalam rumah Ani Februari 2009 ia menganggap masalah mulai bergulir. Ini tahun 2019, masuk tahun ke sebelas hubungan pribadi diantara mereka berdua.....wuihhhh romantis banget!!! Romantisnya hubungan diantara mereka berdua berlanjut, Jam 11 siang Ani terlihat lewat depan kios Bowo bersama ojol yang dicarternya. Masuk gang kembali menuju rumah pacarnya, berarti sudah kembali dari ujian disertasinya. “Semoga sukses Mbak....” Bowo kirim SMS. Senang sekali Bowo melihat aktivitas perempuan Ani yang berhubungan dengan studinya. Di bagian inilah Ani dari sejak berseragam biru putih bertingkah di depannya. Perempuan terpelajar dari keluarga terpelajar dan terhormat di kampung Bowo menyewa kamar kontrakan. Esok harinya berlanjut, Ani sudah lewat depan kiosnya dengan menganggukan kepala tertuju pada dirinya. Diboncengkan ojol yang tak tahu apa-apa, aksi Ani jelas masih berkaitan dengan ujian disertasinya. Uhhh bayangin sendiri seorang mahasiswa dihajar dosen-dosen pembimbingnya mengajukan argumentasi kuat tentang penelitiannya dengan pendekatan metode akademik. Sangat menantang sekaligus mencemaskan, paper Ani menjadi bukti kemampuannya menganalisa data untuk menghasilkan sebuah kesimpulan suatu bidang obyek penelitian. Bowo nyengir sendiri, “Kalau aku tingkatnya praktisi, metodanya sedikit dilatih berulang-ulang, Yoga dan Pencak Silat. Hmmmm....jauh dari dunia akademis.” Bowo pernah membaca di sebuah surat kabar, ada seorang mahasiswi UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) yang membuat skripsi tentang batik. Idenya sederhana saja yaitu membatik dengan alat buatannya berupa sabut kelapa. Ternyata berhasil menjadi sarjana dan kemudian mendapatkan berbagai penghargaan dan undangan seminar sampai ke beberapa negara tetangga. Ingat hanya dengan berkarya remeh temeh, membatik dengan alat sabut kelapa, bukan canting seperti yang diakui UNESCO sebagai hak kekayaan intelektual bukan benda dari Indonesia. Bowo berharap Ani seperti itulah, walau juga meragukannya. Yah bagi Bowo ia pusing dengan berbagai aksinya, kalau ojolnya senang saja karena mendapatkan uang lumayan besar. Ini segera diketahui ketika Ani muncul lagi jam 11 siang, di jok motor singgah di kantor Pos sementara ojolnya malah pergi meninggalkannya sendirian entah kemana. Bowo penasaran banget jadinya, dari tempat duduknya cepat melangkah menuju kantor pos walau hanya di seberang jalan. Didapatinya Ani duduk di sebuah bangku tunggu kantor pos. Mungkin mengirim semacam paketan, ah nggak paling-paling membeli meterai atau jenis map dokumen..... Ani tahu saja dirinya dipantau Bowo, membiarkannya karena memang disengaja. Dalam jarak dua puluh meter keduanya bertahan dengan sikap masing-masing, tentu dengan gejolak perasaan yang berbeda-beda terutama adanya konflik diantara keduanya. Bowo tak mungkin berlama-lama di seberang jalan. Akhirnya beringsut kembali ke kiosnya. Tak lama kemudian gantian ojolnya datang menggondol pacar Bowo mungkin ke kampusnya. Lewatnya depan kios Bowo dan Ani kembali menganggukan kepala tanda oke, nyebelin banget karena menjadi misteri. Begitulah aksi Ani sampai hari Sabtu di Januari awal 2019. Hubungan diantara keduanya terjalin kembali walaupun Bowo tahu benar Ani sudah berstatus istri orang lain dan bahkan sudah punya satu anak lelaki. Di mana suaminya? Bowo tidak bisa bertanya macam-macam, SMS tak pernah berbalas. Hanya Bowo kirim SMS mengenai pernikahannya saja terhadap fenomena yang berada di depannya, “Bila suami Mbak Ani tidak muncul di Jogja sampai tiga bulan, status Mbak Ani sudah pisah ranjang. Lelaki lain boleh mulai membuat pendekatan, termasuk diriku.” Oh semua itu fenomena baru “Bayang-bayang Maya.” Lupakan Ani bila hari Minggu, soalnya bila berurusan dengan Ani semuanya menegangkan dan menyulitkan. Kalau kegiatan hari Minggu Bowo justru bersifat rekreatif dan mengobarkan semangat hidup, ibarat komputer tubuh ini selalu harus direfresh. Setelah sholat subuh Bowo langsung bergerak menuju tempat favoritnya berlatih. Sebuah teras ruko paling pojoknya berbatasan sungai irigasi bisa sedikit menyembunyikan dirinya dari pandangan orang-orang yang lewat jalan-jalan. Segera digenjotnya tubuh dengan gerakan-gerakan yang sudah menjadi rutinitas. Jurus pertama adalah kuda-kuda bangku melakukan pukulan kanan kiri hitungan dua puluh kali. Kemudian peragaan jurus, jurus kedua dan keempat masing-masing dua kali dengan tubuh bagian kanan dan kiri cukup seperempatnya saja. Biarpun seperempatnya lumayan sudah bikin nafas Bowo memburu untuk menambah pasokan oksigen. Tingkatnya mencapai aerobik tapi tekniknya berfungsi bela diri. Setelah itu push up, sit up dan scot jump masing-masing lima puluh kali. Soalnya bila sesi jurus sudah selesai maka warga sekitar sudah banyak jalan kaki di hari minggu pagi. Nah tinggal masuk sesi asana dengan duduk dan berebah di lantai. Makanya tidak dicurigai lagi sedang demo jurus rahasia. Lebih dari dua puluh asana diperagakan Bowo, ulangan-ulangan gerakan itu membuat otot Bowo lentur. Dan yang penting tulang punggung menguat saat melatihnya. Tubuh itu modal yang aneh, selalu minta dimanjakan malah sakit, tetapi bila digerakan terartur walau terasa sakit hasilnya kebugaran. Bowo melatih Asana hanya seperlunya, tak perlu misalnya dengan olah nafas seperti yang digambarkan guru-guru Yoga. Cukup mengerakan tubuh agar sehat. Terutama terhindar dari kebiasaan buruk semacam pijat, kerokan atau menelan obat-obat pereda sakit seperti parameks, parasetamol, apalagi jenis-jenis penisilin. Akhirnya terakhir sesi jogging, kali ini rutenya eks kampus Stiekers menuju Malioboro di depan Gedung Agung istana Presiden Republik Indonesia. Jogging lebih mengutamakan stamina, dibarengi dengan kaki telanjang menstimulasi syaraf-syaraf seluruh tubuh. Jadi jangan kaget, setiap kali melangkah Bowo merasakan ngilu-ngilu di telapak kaki karena bersentuhan langsung dengan kerikil dan aspal. Terkadang berjingkat refleks karena menginjak kerikil sedikit besar, nyeri atau terhenti untuk memastikan yang diinjaknya bukan benda berbahaya atau tajam seperti beling kaca. Hasilnya sampai lima kilo meter berlari kepala Bowo hangat, dari artikel yang pernah dibacanya itu adalah adanya produksi hormon dopamin yang menyenangkan tubuh, semacam narkotik alami. Begitulah nikmat kegiatan rutin yang dilakukan Bowo, dalam seminggu ada berlatih sampai tiga empat kali dalam kamar kontrakannya dan puncaknya hari minggu di tempat terbuka. *** Ternyata urusan ujian disertasi perempuan Ani masih berlangsung. Beberapa kali kejadian minggu pertama di bulan Januari terulang. Selebrasi Ani tertuju pada Bowo terus terjadi. Bowo sampai tak bisa menyangkal bahwa Ani memang hak miliknya. Di sinilah Bowo terombang-ambing perasaannya, perasaan suka mendominasi dengan keinginan besar memiliki Ani sampai hidup berumah tangga. Di sisi lain Bowo tahu Ani sudah milik lelaki lain yang menjadi suaminya dan bahkan memusuhinya, selain itu keduanya belum bercerai, status yang menyulitkan siapapun dalam hubungan lelaki dan perempuan. Selingkuh? Ah Bowo tidak mencapai hubungan seperti itu dengan Ani, statusnya masih pacar sejak dari Ani masih remaja. Itu yang dijadikan dasar kuat setiap kali Bowo membahasnya melalui kiriman SMS. Yang ada pada Bowo adalah rasa was-was.... Tahun 2018 terutama mulai bulan Agustus terjadi benturan aneh antara Bowo dengan suami Ani. Baru kali ini Bowo tahu suami Ani dengan berbagai perilakunya saat bentrok. Banyak hal yang dianggap Bowo tidak wajar pada diri suami Ani hingga melayangkan berbagai tuduhan. Lucunya satupun tuduhan Bowo tidak terbantahkan, tidak ada upaya suami Ani membantahnya yang berarti kebenaran di pihak Bowo dan menjadikannya sebagai landasan konflik dengan suami Ani dan keluarga Bapak Jonan. Kinipun satu hal yang mencengangkan Bowo terus terjadi, selama tahun 2018 suami Ani cepat pergi dari Jogja setiap kali Bowo hendak menantangnya. Kalau boleh Bowo menyebut suami Ani pengecut, boleh disebut kalah perkara. Makanya aksi-aksi Ani yang mencoba menyambung kembali hubungan pacaran yang terjadi dengan Bowo dianggapnya karena mungkin suami Ani sudah sulit kembali ke Jogja. Bahkan terancam cerai atau pisah ranjang. Dan itu berarti peluang Bowo untuk masuk meraih wanita impiannya. Ternyata Ani menyambutnya hingga Bowo menyatakan suka citanya. SMS-SMS berhamburan dikirimkannya pada perempuan kekasihnya sejak masih berseragam biru putih hingga kini mencapai pendidikan S2 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Modal pacarannya ternyata dari dulu seperti yang terjadi awal tahun 2019 ini. Larinya tetap Ani sebagai perempuan terpelajar yang sedang menempuh pendidikan untuk masa depannya. Bowo pun melayani tanpa sungkan lagi. “Menempuh S2 pastilah tak jauh-jauh sasarannya seperti keluarga Mbak Ani, menjadi pengajar sampai tingkat dosen,” Bowo SMS memperkirakan kemampuan Ani kuliah. “Bukan main Mbak Ani kuliah tak terkendala sama sekali walaupun masih terjadi konflik di mana ssaya sebagai pihak ketiga, saya salut atas keberhasilan Mbak Ani sekarang ini.” “Aku tidak tahu caranya berkomunikasi dengan baik, Mbak Ani berkutat di bidang akademis sedangkan aku mencoba sebuah praktek praktisi, bisakah dipersatukan?” Ternyata minggu kedua di bulan Januari 2019 ini full setiap hari Ani melakukan selebrasi di sekitaran kios Bowo. Terkadang Bowo tertawa geli saat Ani selebrasi. Sebuah kejadian Ani sudah memencet aplikasi ojol, ternyata kemudian ada jemputan teman sekampusnya. Ani sedikit marah karena kemungkinan salah komunikasi. Sementara teman kuliahnya justru ngotot agar bersama-sama mengendarai motornya. Ani yang sudah terlanjur memesan ojol sedikit bingung membuat keputusan. Tapi akhirnya cepat berinisiatif ikut temannya yang pasti gratisan. Saat ojol datang Ani sudah menggeber motor temannya menuju kampus. Gantian ojolnya yang kelimpungan karena kehilangan buruan dan pendapatan. Bowo yang terus mengikuti perkaranya mengirim SMS ikut memarahi Ani karena mempermainkan ojol yang sudah dipesannya. Tapi tak bisa marah hingga menjadi kalimat guyonan. Ah ongkos ojol dari rumah Ani menuju kampusnya kemungkinan murah saja hanya sekitaran lima ribu rupiah. Ini yang membuat Bowo juga guyon melalui SMS, “Coba Mbak Ani pesan ojol ke eks kampus Stiekers paling kan cuma lima ribu perak. Tapi ojolnya suruh muter-muter di lahan kampus biar kehabisan bensin he he he,” Bowo tertawa sendiri bila hal itu benar-benar terjadi. Minggu ketiga sampai tiga hari Ani tidak muncul. Bowo tidak terlalu gelisah, mungkin ujian disertasinya sudah selesai paling libur istirahat. Bowo tetap mengirim SMS karena hubungan mereka berdua terjalin kembali. Baginya ini awal yang baik setelah tahun 2018 menjadi tahun terberat karena bentrokan yang menegangkan dengan seluruh keluarga Bapak Jonan dan menantunya. Baru hari Kamis Ani muncul bersepeda motor dari mulut gang. Bowo merespon dengan beberapa SMS, ternyata kemudian satu jam Ani kembali lewat depan kiosnya pulang menuju rumahnya. Tapi ada yang dibawanya di bagian depan sepeda motor Mionya. Sebuah tas besar, Bowo langsung merasakan semacam firasat buruk, cepat dikirimkannya SMS, “Wah bawa tas besar, memang mau libur kemana? Jangan-jangan ke tempat suami di Bali, kalau begitu panas hatiku....” Jujur Bowo terperanjat dengan aksi Ani yang barusan ini. Sesuatu yang sulit dihindarinya, cepat diserangnya bagian sensitif tentang cinta segi tiganya antara Bowo dengan Ani dan suaminya di sisi lain. Cepat-cepat juga dipikirkannya berbagai hal lain, menepis hal-hal sensitif seperti itu membutuhkan waktu lama. Bowo menyadari benar permainan Ani, itu sebuah pukulan telak baginya karena tepat mengenai hatinya. Ani adalah ahlinya untuk permainan trik-trik jebakan hati dan biasanya sangat menyakitkan karena sering sadis dan kejam. Bowo menduga positifnya, “Bila bepergian lama bisa jadi PKL atau KKN, bila bepergian cepat itu indikasi buruk.” Pergolakan batinnya mencapai seperti ini. Apalagi esoknya Ani terlihat muncul tapi bukan dari mulut gang, melainkan berjalan kaki dari arah kota. Bowo SMS, “Ya kali ini Mbak Ani pasti pakai Trans Jogja, makanya terpaksa jalan kaki karena haltenya cukup jauh dari rumah.” Setelah itu tak terlihat Ani lagi sampai minggu keempat, tanggal 21 Januari Ani muncul tapi sore hari, memakai motor lewat depan kios Bowo menuju kampusnya. Bowo lega tak ada sesuatu yang perlu dicurigai. Makanya kiriman-kiriman SMS nya tetap seperti biasanya menjalin hubungan dengan Ani yang tetap berstatus pacar. Begitu juga tanggal 22 Ani nongol sebentar saja, cepat kabur dengan motor Mionya. Baru Bowo paham tanggal 23 Januari dengan kesibukan Ani selama beberapa hari itu. Hari Rabu pagi Ani mengendarai motor Mionya pagi sekali, lewat depan kios Bowo menganggukan kepala ramah tetap menjalin hubungan diantara mereka berdua. Ternyata tak lama muncul kembali dengan seorang perempuan lain dengan seabrek bawaan. Cepat masuk gang walaupun Ani menganggukan kepala kepada Bowo dengan senyuman ramah. Motor cepat masuk gang menuju rumah Ani karena teman perempuannya tak tahu apa-apa urusan Bowo dengan Ani. Oh malah aneh kemudian teman perempuan Ani cepat keluar dari mulut gang membawa motor Mio tunggangan Ani. Tentu saja teman Ani cepat pergi tanpa tahu apa-apa yang terjadi antara Ani dengan Bowo. Bowo sendiri menduga-duga apalagi aksi Ani selanjutnya. Bowo baru paham apa aksi Ani setelah perempuan ini muncul dari mulut gang menyeret sebuah tas koper besar beroda. Begitu muncul di mulut gang menganggulan kepala kepada Bowo sebagai tanda mohon diri pergi menuju suatu tempat. Bowo membahas segala perhatian Ani kepadanya, itu berarti Ani memang pamitan pergi ke suatu tempat. Bowo SMS, “Silahkan bila Mbak Ani hendak KKN atau PKL, bila berkaitan dengan kuliah hanya itu kegiatan yang akan memakan waktu lama.” Ani sendiri biarpun agak lambat terus menyeret tas kopernya. Dandanannya cukup jelas, bercelana jeans sehingga pergerakannya pasti menyesuaikan agar tangkas berpindah lokasi. Yang menyebalkan Bowo tetap saja Ani sedikit berjingkat seperti lari ketakutan menghindari dirinya, suatu pergerakan khas Ani sejak dari remajanya terhadap Bowo. Oh ternyata tidak sampai seratus meter sudah ada mobil putih menunggu Ani dari tadi. Tapi pergerakan Ani yang menuju ke arah mobil dalam jarak cukup jauh itu sudah berarti aksi berbalas kebaikan untuk Bowo. Mobil sudah dari tadi disuruh menunggu di tempat cukup jauh agar Ani bisa beraksi permohonan diri berangkat pergi. Mobil yang hendak ditumpangi Ani pun ternyata merupakan pinjaman dari temannya. Sopirnya itu seorang perempuan teman Ani kuliah, berarti tetap masih berkaitan dengan kegiatan mahasiswinya. Bowo yakin dan senang dengan apa yang disaksikannya. Dan biarpun kemudian Ani lenyap Bowo tetap berkeyakinan Ani pergi untuk kepentingan studinya. Di sinilah Bowo terus mencoba menjalin hubungan dengan Ani sesuai masalah yang diajukan perempuan pacarnya, hal seperti ini terjadi jauh sejak sebelum pernikahannya yang seperti tragedi itu. BAB 2 Pengkhianat Ani menghilang..... Bowo tidak gelisah, mengisi hari-harinya dengan berbagai kegiatan. Menyambungnya hubungan pacaran dengan Ani sama seperti awal tahun 2018. Ini seperti kembali sedia kala dan semuanya bersumber dari Ani sendiri. Modusnya berulang yang menguatkan dugaan Bowo bahwa Ani adalah psikopat cewek. Memang ia tak menuduhnya dalam SMS yang terus dikirimkan untuk mengisi hari-hari kosong tanpa kemunculan Ani sebagai pacarnya. Terutama dalam soal studinya, Bowo selalu menyingungnya dalam SMS karena mereka berdua menjalin hubungan sejak sebelum menikahnya di bagian ini. “Cuma KKN atau PKL saja yang membutuhkan waktu lama di luar kota. Silakan Mbak Ani menyelesaikan kuliahnya, saya mendukung penuh.” Sedangkan bila SMS menyinggung suami Ani larinya profilnya adalah pelaku praktek sindikat human traficking ala Bali yang masuk kategori tindak pidana. Bowo memandang Ani sebagai pihak korban, selama masih berhubungan dengannya berarti ia berdiri sebagai pihak pelindung. Bowo tidak peduli bahkan bilapun SMS-SMS nya dibaca oleh kedua orang tua Ani atau keluarga suami Ani di Bali. Semuanya sudah tersusun sebagai konsep yang bisa diperdebatkan. Toh tak ada yang membantah titik! Banyak jenis kasus human traficking, ini universal bisa terjadi di manapun. Contoh mudahnya adalah kasus-kasus pernikahan di Kalimantan Barat. Pelaku sindikat adalah antar negara disinyalir dari Taiwan terhadap warga Tionghoa Kalimantan Barat. Kasusnya perempuan Tionghoa di KalBar ditawari menikah dengan warga Taiwan dengan berbagai imbalan besar. Kasus melebar karena banyak ditemui setelah menikah dilacurkan atau dipekerjakan paksa. Kasus lain misalnya di daerah-daerah tertentu di Indonesia. Banyak perempuan di suatu daerah terjun dalam prostitusi untuk menopang biaya hidup keluarga. Nah di daerah-daerah sepeti ini unik, perempuan janda memiliki nilai lebih tinggi dari perawan. Pelaku-pelaku tindak human traficking bisa siapa saja, orang tua sendiri, pacarnya atau bahkan seorang perempuan itu sendiri yang minta terjun dengan jalan melalui sindikat. Sebagian besar praktek tersebut sudah turun temurun di suatu desa hingga dipandang biasa saja oleh segenap masyarakat. Bowo kembali pada keadaan dirinya menyadari, “Ani demikian mudah berpaling, itu strategi keluarganya. Kemungkinan ia bermain di dua kaki. Di mana satu masalah sangat menguntungkan secara materi, dan denganku tetap melanjutkan hubungan karena belum putus walau sudah berumah tangga.” Peristiwa demi peristiwa mendekati pernyataan Bowo ini. Sepanjang tahun 2018 adalah bukti paling kuatnya, biarpun Bowo menduga Ani berposisi sebagai korban tindak pidana namun nyatanya cewek pacarnya ini nyaman-nyaman saja berdampingan hidup dengan pelaku kejahatan yang dituduhkan Bowo terhadapnya. Bahkan dalam kaca mata Bowo suami Ani aneh, sering melarikan diri bila bentrok dengan dirinya mencapai titik tertinggi. Sungguh bagi Bowo segala cara suami Ani dipandangnya rendah, sangat pengecut sebagai lelaki. Bukti kuatnya yang mengherankan Bowo, setiap kali suaminya melarikan diri menurut anggapan Bowo, Ani beraksi kembali di depannya menyambung hubungan kasih diantara mereka yang tadinya dianggap Bowo telah berakhir. Sering Bowo mencurigainya, hal ini karena juga dibarengi dukungan kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. “Selalu berujung trik-trik jebakan yang sangat berbahaya!” Bowo membuat penilaian. Yang jelas aksi-aksi Ani di awal tahun 2019 ini menunjukan masalah masih bergulir. Pihaknya tetap diperkarakan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan dengan tujuan yang menyulitkan posisi Bowo. Semacam ujian kuat tidaknya mental Bowo menghadapinya. Semuanya tanpa imbalan misalnya penyelesaian mencapai sebuah perjanjian tertulis. “Yah bila begini terus kapan selesainya?” Bowo malah prihatin. Sekarang kenyataan yang ada Ani tetap menjalin hubungan dengannya di awal tahun 2019. Seolah semuanya berjalan tanpa halangan dan membuktikan suaminya seperti sudah kalah perkara dengan pihaknya. “Benar begitu?” Lagi-lagi Bowo meragukannya. Disinilah Bowo mencurigai kepergian Ani, walaupun pamit padanya posisi Ani tetap bermuka dua. Untuknya paling mudah menduga Ani pergi berkaitan dengan studi kuliahnya yang S2 di Universitas Ahmad Dahlan. Ini hiburan bagi hatinya karena di bagian pendidikanya inilah hubungan diantara mereka berdua selalu terjalin baik. Sekarang Bowo terus menanti kepulangan Ani, entah kemana tujuan perginya yang sulit diketahuinya karena hanya berdasarkan aksi sepihak Ani terhadapnya. *** Bila urusan kuliah disinggung maka Bowo berlatih Pencak Silat dan Yoga selalu menghubungkannya dengan dunia akademis. Ani sudah menyajikan semacam karya tulis untuk jenjang studinya. Bowo pun biarpun tak mungkin lagi kuliah tetap mencoba menjadi praktisi dengan bidang yang disukainya. Lagi pula ia penasaran dengan UAD, tempat Ani menimba ilmu. Sejatinya UAD terdiri dari beberapa kampus terpisah lokasi. Sampai empat lokasi di kota Yogyakarta. Tapi lokasi kuliah Ani itu adalah di kampus utama yang sedang dalam masa pembangunan. Itu kampus baru yang akan menjadi kampus inti UAD. Letaknya di Ringroad selatan mencukupi untuk jarak rute jogging Bowo di hari Minggu. Maka selesai berlatih segala jenis olah raga dan ritual Bowo berlari-lari kecil menuju selatan dari deretan kios PKL di eks kampus Stiekers. Matahari sudah keluar membuat cahaya pagi yang sangat menyegarkan. Bowo yang sudah bertahun-tahun jogging nafasnya tidak tersengal-sengal walaupun tubuh memanas pembakaran kalori. Mencapai Ringroad selatan belok kiri menuju arah timur. Tiga kilometer kemudian sudah mencapai kampus UAD. Proyek bangunan masih berlangsung, gedung utama masih belum selesai walau sudah bisa dipakai perkuliahan. Dulu pertama kalinya dibangun adalah asrama mahasiswa, dua unit seperti rumah susun. Setelah itu berbarengan proyek masjid dan bangunan inti. Masjid selesai lebih dulu langsung digunakan berjamaah ibadah, letaknya di samping pintu gedung di tepi jalan ringroad. Proyek masih berlangsung, berbagai instruksi keamanan proyek masih bertebaran. Menuju bangunan inti Bowo melangkah, masih kasar lantainya, semuanya ditimbun pasir dan batu keras sekali menyentuh telapak kaki Bowo. Halaman luas kampus masih dilarang untuk kegiatan, masih menunggu timbunan pasir dan batu stabil. Mungkin tahun mendatang baru ada proyek eksterior taman halaman kampus yang ternyata ada calon kolam besarnya. Bowo duduk di teras gedung utama, sudah ada satu kegiatan semacam even di dalamnya. Hanya saja untuk masuk ada jalan tersendiri bagi mahasiswa dari tempat parkir motor. Disediakan demikian karena untuk mengurangi resiko kecelakaan misalnya tertimpa runtuhan bangunan proyek. Bowo tidak betah berada di teras gedung utama UAD ini, belum ada obyek yang menarik misalnya jenis-jenis fakultasnya. Bila ada imaginasinya pasti bisa berkembang menyesuaikan dengan keilmuan yang dipelajari setiap fakultas. Bowo pulang jalan kaki, melewati ruas jalan yang sepuluh tahun lalu sepi. Sekarang menjadi kawasan berkembang karena adanya pembangunan proyek UAD. Tiba-tiba bermunculan berbagai warung makan, tempat kontrakan, counter HP, cafe-cafe bertema hingga kios PKL walau dibuat mentereng dll. Semua yang didapatnya dijadikan pembahasan dalam SMS-SMS yang dikirimkannya untuk Ani, pacarnya yang entah pergi kemana walaupun sempat pamit padanya. *** Ani muncul kembali, awal Februari 2019. Tetap melakukan semacam aksi manuver di hari Senin. Dengan motor Beatnya keluar dari mulut gang menuju arah kota. Raut mukanya tidak terlihat, berbaju longgar ungu dan bersepatu hak tinggi. Berhamburanlah SMS-SMS dikirimkan Bowo untuk Ani menyambut kedatangannya. Bagi Bowo penampilan Ani masih sangat menarik karena mereka berdua masih terhubung walau sangat terbatas, SMS sepihak darinya. Sungguh Bowo berharap adanya komunikasi langsung berhadapan. Tentu itu berdasarkan bukti kuat eratnya hubungan diantara mereka berdua di bulan Januari. “Bila sampai tiga bulan suami Mbak Ani tidak muncul, maka status sampean adalah pisah ranjang.” Itu semacam standar kenapa Bowo mencoba terus menghubungi Ani yang statusnya adalah pacar gelapnya puluhan tahun dari masa remajanya. Telah terjadi bentrokan antara dirinya dengan suami Ani di tahun 2018, boleh dikata dialah pemenangnya. Suami Ani sampai beberapa kali harus melarikan diri berlindung pada keluarga besarnya di Bali. Karena sudah menang perkara kan tinggal bersiap-siap maju ke hubungan yang lebih serius walau secara etika harus menunggu perceraian atau pisah ranjangnya Ani dengan suaminya. Desember, Januari, masuk Februari.....bulan ketiga. Bila sampai bulan Maret suami Ani tidak datang ke Jogja berarti tamat. Siapapun lelaki boleh mendekati Ani sampai tingkat hubungan rumah tangga. Ini sudah dijelaskannya mendetail dalam SMS-SMS yang dikirimkan Bowo terhadap nomor milik perempuan pacarnya. Kemunculan Ani jelas menyejukan hati Bowo. Jelas itu sambutan untuknya dan terbaca hubungan bisa lebih serius karena posisi Bowo sudah di atas angin. Saingannya makin tersingkir, itu sesuai dengan akibat-akibat dari teknik sindikat human traficking ala Bali yang gagal mencapai tujuannya. Berkali-kali sudah disinggungnya pada keluarga Bapak Jonan terutama kepala keluarganya diingatkan masalah ini. Dan tampaknya beberapa kali ada aksi Bapak Jonan membenarkannya, jadi kurang apa lagi? Sayang Bowo melihat kenyataan, keluarga Bapak Jonan buta terhadap fenomena semacam masalah keluarga dialami mereka. Butanya adalah tujuan Bapak Jonan telah dipenuhi menantunya berupa limpahan materi dan fasilitas hidup. Menantu dan keluarganya telah memenuhi segala tuntutan Bapak Jonan. Itu semacam transaksi diantara keluarga tersebut, jadi pernikahan Ani dipenuhi transaksi dan syarat agar tetap bisa dipertahankan. Kecurigaan Bowo yang terbesar salah satu syarat dari keluarga menantu Bapak Jonan adalah tentang dirinya sebagai saingan memperebutkan Ani. Dialah pihak yang harus disingkirkan dengan segala cara dari Yogyakarta sebagai tumbal suami istri yang lebih mirip menikah karena musibah, Ani dihamili duluan. Sekarang semuanya tanggungan Bapak Jonan...... Hasil-hasil pemantauan Bowo terus tertuang dalam SMS-SMS nya terhadap nomor milik perempuan Ani. Dari dahulu SMS-SMS tersebut amblas masuk dasar samudera. Oh tidak, banyak saja peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam konflik sesuai dengan isi-isi SMS-SMS nya. Berarti banyak dugaan Bowo mencapai kebenaran. Kemunculan Ani di hari-hari berikutnya sulit diduga, Bowo kebingungan jadinya. “Bila tidak ada kemajuan hubungan untuk apa dilanjutkan?” Bowo berpikir logis saja. Bagian ini menjadi keberulangan tak habis-habisnya. Hubungan Bowo dengan Ani hanya dilihat sepihak olehnya, pernyataannya terhadap Ani sebagai pacar selalu datang dari Bowo. Sedangkan Ani....Ia adalah obyek perebutan, tapi jelas statusnya sudah milik lelaki lain. Di sinilah sering SMS-SMS yang dikirim Bowo bernada miring, “Sebenarnya buat apa hubungan seperti ini diteruskan Mbak, paling baik untuk saya mundur. Memang buatku sakit hati tapi itu lebih baik demi kepentingan pernikahan sampean.” Lainnya, “Okelah aku mulai menghentikan SMS agar tidak menjadi perkara berkepanjangan.” Maka mulailah Bowo menghentikan lebih dulu urusan sensitif yang dialaminya. Memang melalui nomor HP dan bentuk kiriman-kiriman SMS inilah Bowo merasakan pengaruhnya besar. Kejiwaannya jadi masih terikat terus dengan Ani sampai sekarang. Tapi Bowo sendiri belum yakin hubungannya akan berakhir begitu saja dalam waktu dekat ini. Masih akan ada beberapa peristiwa terutama kelanjutan hubungan Ani dengan suaminya di mana dirinya menjadi pihak ketiga dalam sengketa. “Masih terlalu kuat dasar pertikaiannya,” itu yang dirasakan Bowo. Yah pertikaian masih berlangsung, belum ada titik terang. Sampai saat ini Bowo belum tergoyahkan di Jogja. Masih eksis padahal bila melihat gempuran serangan psikis yang tertuju padanya itu bisa menghancurkan kejiwaannya sampai menjadi gila atau bahkan beresiko bunuh diri bila putus asa. Tapi SMS-SMS seperti ini juga menjadi strategi seberapa besar sebenarnya perhatian Ani terhadapnya. Ia selalu perlu bukti bahwa argumentasinya selama ini benar, Ani adalah korban praktek sindikat human traficking. Kenyataan bila SMS-SMS ini dihentikan akhirnya Ani memang muncul seolah menguatkan Bowo untuk tetap bertahan melanjutkan hubungan diantara mereka berdua. Bila Ani sudah muncul yang gatal tangan Bowo, mulai lagi kirim SMS membahas masalah yang sedang bergulir. “Saya tidak berharap suami Mbak Ani datang lagi ke Jogja, tapi bila memang hendak menyelesaikan masalah itu sangat baik. Perceraian sangat buruk untuk masa depan sampean berdua.” Bowo pun SMS menyinggung perilaku suami Ani yang menurutnya tidak wajar dan terindikasi melakukan teknik sindikat human traficking ala Bali. Diterangkannya mulai dari adat kawin lari yang begitu kronis di Bali dan Lombok sebagai asal muasalnya dan kemudian seiring kemajuan dunia pariwisata malah jadi ladang bisnis prostitusi terselubung. Bowo sendiri tidak sembarang menuduh, berbagai artikel yang menyinggung urusan adat Bali dan Lombok di berbagai media cetak sering jadi rujukannya untuk memperkuat bukti adanya fenomena praktek tersebut sedang terjadi di depan matanya. Untuk masalah adat kawin lari yang begitu kronis di berbagai desa sampai ada lembaga swadaya masyarakat yang terjun untuk mencegah terhadap setiap insiden pernikahan di Lombok dan Bali. Tetap saja adat ini sangat merugikan pihak perempuannya karena mudah dieksploitasi. Sedangkan untuk praktek sindikat human traficking jelas sudah ada unit tersendiri di kepolisian. Namun itu tidak cukup, variasi-variasi modusnya terus berkembang di masyarakat karena dipraktekan terselubung. Banyak korban tidak mengetahuinya karena akhirnya seperti terikat semacam balas budi, hutang piutang, terlanjur mencintai, sudah memiliki anak yang harus diasuh dll. Variasi modusnya sering menunggangi etika masyarakat. Contohnya yang dihadapi Bowo, coba bila langsung menghadapi Bapak Jonan berhadapan. Tak mungkin Bowo berlaku kasar, harus sopan santun menjelaskan permasalahan. Itupun bila diterima, nyatanya sudah beberapa kali dilakukan agar bisa berkomunikasi langsung dengan orang tua tersebut beliau menyangkal memiliki permasalahan dengan Bowo. Sekarang dengan adanya Bapak Jonan tak pernah Bowo mengetahui siapa sejatinya menantu lelaki yang sudah menikahi Ani dengan cara menghamilinya lebih dulu. “Bila normalpun masalah ini sudah selesai tahun 2016, pasti sudah ada penuruna konflik. Nyatanya semua jadi menegangkan sampai saat ini. Dan pihakku yang terus diperkarakan.” Begitulah Bowo terus mengirim SMS sembari sesekali memantau rumah keluarga Bapak Jonan. *** Ani semakin jarang memperlihatkan diri, ini anehnya. Seharusnya bila memang hubungan diantara mereka berdua tersambung tentu bisa maju tanpa halangan. Malah bagi Bowo seperti yang dulu-dulu, kandas. Sebaliknya pemantauan Bapak Jonan dan Udin terhadap dirinya makin sering. Bagi Bowo itu membingungkan, “Bila memang keluarga ini tidak setuju aku berhubungan dengan putrinya kan mudah. Sudah puluhan kali kunyatakan dalam SMS, ‘silakan blokir nomorku, langsung kuanggap selesai semua masalah’,” Bowo menjelaskan semacam penyelesaian. Hal tersebut tidak ada, keluarga tersebut tetap bisa menerima kiriman-kiriman SMS nya tetapi perilaku memantau dari anggotanya seperti Bapak Jonan dan Udin meningkat. Isyarat semacam bahaya seperti datang, itu naluri saja. Kecurigaan Bowo adalah, “Biasanya memang hubungan antara aku dengan Ani dibiarkan terjalin. Dengan begitu mereka mudah menjebak dengan trik-trik serangan psikis hungga mentalku jatuh.” Atau, “Aninya sendiri kulihat senang saja, sepertinya dirinya sendiri bermain di dua kaki. Diperalat siapapun tidak masalah, bahkan membuatnya sebagai bentuk permainan. Dan aku adalah obyek derita yang ditujukan untuk memuaskan kejiwaan psikopatnya.” Ah Bowo perlu bukti, satu-satunya jalan adalah memantau aktifitas keluarga tersebut. Terutama terhadap Ani yang sepertinya bersembunyi dari kebiasaannya beraksi di depan Bowo seperti di bulan Januari kemarin. Bowo tak bisa memperkirakan aksi-aksi keluarga Bapak Jonan memantau dirinya. Dalam berbagai kesempatan mereka bisa muncul kapan saja, tak terkecuali Ibu Jonan yang pura-pura membeli sayur dan lauk pauk di beberapa warung dalam kampung. “Aku tetap dikepung mereka,” itu kesimpulan Bowo. Bowo pun bergerak intensif gantian memantau rumah Bapak Jonan. Semua masalah berinti pada Ani, bila ada pergerakan dari cewek yang tetap membuatnya terpikat ini berarti ada semacam petunjuk. Bowo akhirnya sering meluangkan waktu, terutama menjelang maghrib melewati rumah Bapak Jonan, sepi...... Sementara rumah yang dibangun suami Ani masih mangkrak. Ada sedikit kemajuan, sudah ditempati satu dua kamarnya dengan tambahan penampungan air. Begitu juga berbagai tanaman hias terutama beberapa pot bonsai yang tampaknya diletakkan untuk menaikan status penghuninya. Bowo menilai, “Masih perlu dana lima puluh juta agar layak huni.” Soalnya jendela, pintu, kaca-kaca yang harus dipasang kemudian garasi serta pengecatan dinding rumah belum ada. Kamar yang dihuni itu satu-satunya yang dipasang daun pintu dari kayu jati berukir. Sedangkan ruang-ruang lainnya ditutup triplek agar tidak terlihat aktifitas penghuninya. Sedangkan di rumah Bapak Jonan yang kemungkinan kamarnya ditempati Ani terpasang fasilitas mewah mesin AC. Hanya satu kamar itu saja yang ber AC lainnya biasa saja. “Ck ck ck benar-benar pernikahan yang spektakuler, Ani difasilitasi sedemikian mewah,” Bowo membatin. Ini membuktikan, “Masih tetap ada gelontoran dana dari Bali.” Kecurigaan Bowo memuncak. Kesempatan memantau rumah Bapak Jonan di siang hari ada yaitu hari Jumat. Ibadah Jumat sekaligus mencari petunjuk permasalahan yang masih membelit dirinya. Yah kayak detektif tapi ini nyata sekali. Maka jam setengah sebelas Bowo cepat pulang ke rumah kontrakan. Istirahat kemudian mandi dan bersiap-siap menuju masjid saat sebelum adzan dhuhur. Bowo melintasi rumah Bapak Jonan yang sepi, ada mobil sedan nomor polisi daerah Kedu. Itu mobil mungkin sering ditunggangi Udin dan istrinya, semacam jatah dari mertua Udin tampaknya. Di atas mobil ada jemuran kasur agar cepat kering. Tak ada apa-apa, Bowo lanjut ke masjid diiringi jamaah-jamaah lain yang melewati gang sempit tapi milik umum ini karena sebenarnya dibangun di atas parit. Barulah di masjid setelah duduk mendengarkan khotbah ada Udin datang sepertinya terlambat. Ah tidak, semua itu disengaja untuk memantau pergerakan Bowo. Jadi tadi saat melewati rumah Bapak Jonan sebenarnya ada saja yang memantau kehadirannya di dalam rumah tersebut. Udin melewatinya acuh tak acuh, tapi kemudian duduk di barisan paling depan shaf di teras halaman luar masjid. Jelas itu caranya memantau, hal tersebut terjadi jauh sejak Ani belum menikah. Pemuda tinggi besar yang sering berpembawaan menakutkan terhadap Bowo ini sekarang menjadi ketua RT, terpilih Desember saat ada pemilu ala warga RT setempat. Jadi itu kemajuan Udin sekarang walaupun hidupnya tetap pengangguran. Lancar saja ibadah Jumat, Bowo cepat-cepat meninggalkan halaman masjid, meneruskan pemantauannya terhadap rumah Ani ceweknya yang masih menjadi misteri ini. Ada saja tetangga kontrakannya yang menemani walau tertinggal agak jauh di belakangnya. Di gang sempit samping rumah Ani, tepat di kamar yang ber AC telinga Bowo mendengar suara perempuan yang sangat dikenalnya karena itulah pacarnya. Perempuan tersebut sedang berkomunikasi melalui HP tentunya pada seseorang. Langsung prasangka Bowo buruk, itu jelas Ani yang bicara sedangkan tujuannya pada lelaki suaminya. Urusannya juga sensitif karena langsung menghunjam dada Bowo, sangat menusuk menyakitkan hati. Kenyataan yang sering tidak bisa diterimanya, Ani masih berhubungan dengan suaminya selama beberapa bulan kisah kasih diantara mereka berdua. Tak ada pernyataan apa-apa tapi Bowo tahu posisi dirinya terancam, “Pengkhianat!!” Malah Bowo yang sulit menerima kenyataan menerima atau menolak, terus menghantam jiwa Bowo. Sakit sekali hatinya, walau tahu resiko seperti ini sudah berlangsung lama. Berhubungan dengan seorang perempuan Ani sudah sejak sebelum menikahnyapun merupakan episode tersulit dalam hidupnya. BAB 3 Ancaman yang tersirat Ketegangan memuncak. Itu saja di pihak perasaan Bowo, di pihak keluarga Bapak Jonan itu permulaan tujuan mereka tercapai. Sekarang berbagai kemungkinan apa-apa yang akan terjadi berada di otak Bowo, memanaskan hatinya. Sangat menyakitkan karena hubungannya dengan Ani ternyata merupakan trik jebakan sangat berbahaya. Jadi dari awal tahun Ani memikat dirinya dengan berbagai cara adalah bentuk siasat agar nantinya mudah dihancurkan. Dikasih hati, perhatian, diberi peluang mendekati, diikat lagi kisah-kasih diantara keduanya.......dll. Bila sudah terjalin hubungan dengan Ani, Bowo begitu sulit melepaskannya. Tidak mungkin hanya dengan kata sakti ‘Putus’ langsung selesai. Masih harus berproses dengan keadaan dan kejadian selanjutnya yang bisa mendukung selesainya hubungan diantara mereka berdua. Itu juga yang dimanfaatkan keluarga Bapak Jonan selama ini. Untuk putus hubungan benar-benar tanpa beban dibutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan Bowo merasakan dengan Ani selalu dalam hitungan tahunan. Buktinya.....putus sambung terjadi dalam bilangan tahun dan ini sudah konflik tahun ke sebelas. Malam Sabtu siang Bowo tak bisa tidur, biarpun hanya mendapatkan kenyataan adanya pembicaraan antara Ani dengan suaminya di sebuah kamar yang tertutup itupun lamat-lamat tetap saja berhubungan dengan konflik yang terjadi. Langsung menghantam beban mentalnya, yah manusiawi sekali. Iya...buat yang mengalami sungguh sangat tersiksa, kalau Bowo menceritakan kepada orang lain hanya akan menjadi bahan guyonan karena konyol sekali peran hidupnya. Sabtunya seperti biasa, Bowo memulai dengan aktifitas membuka kios stempel. Sampai sore hari tak didapatinya hal-hal yang mencurigakan. Bowo menduga dari pembicaraan telepon antara Ani dan suaminya di hari Jumat, itu berarti lelaki tersebut bakalan datang ke Jogja. Ini kemungkinan terbesar karena bila tidak datang alamat Ani berstatus pisah ranjang. Itu hanya versi Bowo saja, walau fakta itu bergulir menuju ke sana. Bila suami Ani datang, bentrok tak terelakan........ Makin ruwet pikiran Bowo, “Posisiku tidak bersalah, aku yakin hal ini,” Bowo membatin dan terus membenarkannya sebagai hiburan hati. Hari Minggu latihannya berantakan, sebagai gantinya acara jalan-jalan menyusuri kota Yogyakarta. Bowo bersyukur hingga saat ini aktifitas hidupnya masih normal. Acara jalan-jalan ini misalnya cukup melelahkan fisiknya. Saat jalan-jalan justru khayalannya berkembang. Bowo merasakannya sebagai manfaat menuju kreatifitas. Satu langkah tanpa alas kaki menginjak aspal dan kerikil yang kadang-kadang tajam mencapai stimulasi refleks pada syaraf. Bukankah itu hidup yang kita jalani hari-hari? Melangkah, menginjak kerikil-kerikil tajam yang menyakitkan namun menimbulkan spirit untuk tetap maju dan bertahan. Tapak bagian penting dari pencak, dari tapak siasat dan strategi muncul tidak terduga. Bukankah itu hasil kebijakan lokal yang dihayatinya. Tapak dan kemudian rangkaian teknik menjadi jurus bela diri merupakan temuan genius nenek moyang kita yang menjadi dasar-dasar bela diri Pencak Silat. Terus Bowo mengkhayal berganti-ganti tema karena acara jalan-jalannya mencapai durasi dua jam. Akhirnya Bowo pulang dari acara jalan pagi dan mampir di warung angkringan eks kampus Stiekers. Acaranya tambah gayeng karena bertemu dengan Urip loper koran yang juga mampir ke warung. Mereka ngobrol cukup lama, sampai ada sesuatu menarik perhatian Bowo. Dari pertigaan jalan seberang menghadap warung, muncul sepeda motor dikendarai Ani. Bowo memandang tajam perempuan ini, sepeda motornya bukan yang biasa dipakai. Ani tahu saja Bowo di warung, tak peduli segera melaju belok kiri menuju entah kemana. Hanya beberapa detik pertemuan, darah Bowo sudah menggelegak panas dingin. Masalah diantara mereka berdua belum selesai hingga saat ini. Pernikahannya dengan lelaki Bali bukan penyelesaian, justru mengembangkan masalah yang pembahasannya makin memuncak tak terkendali. Pihak Ani sekeluarga ternyata tidak mengkompromikan permasalahan justru mengobarkan api permusuhan hingga saat ini. Perseteruan seperti itu hanya memanaskan situasi, Bowo yang bertahan diperlakukan aneh-aneh oleh anggota keluarga ini ditambah menantunya baik itu istri Udin maupun suami Ani. Hari Minggu bertemu Ani, hati Bowo saja yang masih terikat urusan lama sehingga berandai-andai. Tapi hari Jumat kemarin sudah didapatinya kenyataan, Ani masih terhubung dengan suaminya walau beberapa bulan ini keduanya berpacaran lagi. Katakanlah aksi-aksi Ani semenjak tahun baru 2019 tertuju pada dirinya mencapai terjalinnya kembali hubungan lama diantara keduanya. Tidak sampai bersetubuh tapi sudah mencapai rangkaian peristiwa percintaan. Hingga kini belum putus, dan itu sangat berbahaya! Bowo tidak paham, tapi selalu menuju arah tersebut, “Tidak ada kelakuan keluarga Bapak Jonan yang spontanitas, semua diatur berdasarkan siasat untuk menjatuhkan diriku.” Itu dalam batin Bowo saja, pernyataan seperti ini berulang-ulang selama puluhan tahun menghadapi konflik dengan keluarga Bapak Jonan yang berinti masalah pribadi dengan Ani. Senin 25 Februari, Gelagat buruk langsung terasa, pagi setelah membuka kios Udin muncul dari mulut gang bersepeda motor. Memandang lekat dirinya dengan aura penuh ancaman. Bowo siaga, jelas ada kelanjutannya nanti. Hari itu Bowo merasakan hari-harinya begitu menyiksa. Sesuatu akan terjadi tanpa sepengetahuan dirinya. Itu jelas skenario dari anggota keluarga Bapak Jonan. Seperti yang sudah-sudah, kehadirannya di sekitar tempat tinggal mereka agar menyingkir sesegera mungkin adalah yang paling akuratnya. Udin berwatak keras, sadis dan tidak kenal kompromi. Sekarang menjadi ketua RT di tempat tinggal Bowo. Itu posisi yang sangat diperhitungkan Bowo. Sudah sangat lama perseteruan terjadi antara Bowo dengan Udin, Bowo saja yang tidak menggubris karena Udin hanya sering mendompleng permasalahan pribadi dengan Ani atau menuruti perintah kedua orang tuanya. Udin belum pernah berdiri sendiri menyatakan dirinya sebagai musuh besar Bowo. Ini yang paling pertama diduganya psikopat, selalu mencari celah untuk dirinya agar selalu mendapatkan posisi yang diuntungkan. Begitu juga dengan benturan antara Bowo dengan suami Ani, Udin berposisi samar-samar, mendukung penuh adik iparnya karena berbagai keuntungan yang didapatnya tetapi tidak pernah langsung mengeksekusi Bowo dalam tindak kekerasan bila tidak mendapat komando kedua orang tuanya. Paling sering Udin sebagai palang pintu keluarga Bapak Jonan. Pokoknya bila Bowo merangsek masuk berbuat ulah di rumahnya bakalan dihantam dan dihajar habis-habisan. Bagian ini yang selalu diperhitungkan Bowo bila beraksi di depan rumah Bapak Jonan. Saa situasi pelik seperti ini Bowo tidak mengirim SMS, lebih terpusat pada aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Percuma karena berbahaya dan dirinya yang bakalan terkena celaka dari sudut pihak mereka. Auranya permusuhan, semacam eksekusi akan dilakukan anggota keluarga Bapak Jonan. Benar selang setengah jam, gantian Bapak Jonan yang muncul dari mulut gang. Wajah orang tua berbadan subur itu beringas kejam. Bowo malah berpikir lain, “Ini membuktikan keluarga ini tidak tentram di rumah sendiri.” Seperti biasa bila orang tua ini muncul dari mulut gang, selalu berpura-pura menyibukkan diri misalnya merapikan baju atau kaca matanya. Memandang Bowo lagi dengan sangat tajam menusuk jantung Bowo. Itu sebuah serangan mental langsung untuk menjatuhkan dirinya. Bagaimanapun Bowo merasakan getaran batinyya keras sekali, jelas terguncang. Tak bisa menipu bila dirinya menjadi tujuan Bapak Jonan untuk dihancurkan. Kekejaman yang diperlihatkan Bapak Jonan mungkin sudah berkali-kali menjatuhkan beberapa orang lain yang tidak disukainya terutama rival dalam karier dan saingannya bekerja. “Aku ini jatuh bangun menghadapinya, cuma bertahan karena tidak punya apa-apa lagi yang bisa dibanggakan.” Miris sekali soalnya hanya kios stempel ini saja yang dimilikinya tanpa hak kepemilikan. Itu yang mati-matian dipertahankannya di Jogja, berbanding terbalik dengan keluarga Bapak Jonan terutama menantunya yang dari Bali. Jelas bermodal besar dan berani menghambur-hamburkan modal milyaran demi mempertahankan perempuan Ani tetap menjadi istrinya. Oh ada Ani melintas tapi dari jalan lain menuju arah kota. Sempat memendang Bowo dari jauh, jelas menggetarkan hati Bowo karena pada perempuan inilah Bowo berharap mendapatkan dirinya sebagai pendamping hidup. Mereka berdua belum putus hubungan hingga saat ini. “Seolah-olah Ani memastikan nasibku hari-hari ini?” Bowo menterjemahkan aksi Ani melintas di kejauhan sana. Tak tahan Bowo akhirnya SMS, “Di sinilah ketahuan sampean sekeluarga tidak tentram, sebab musababnya berada di dalam diri sendiri mungkin harus membuang segala apa yang telah diperoleh selama ini.” Larinya Bowo ke masalah ini karena dasarnya keluarga Bapak Jonan mendapatkan limpahan harta yang mencurigakan. Menantunya memberikan tentu dengan syarat tinggi termasuk tersingkirnya dirinya sebagai saingan dari lingkungan rumah mereka. Bowo tak tahu seberapa besar SMS ini berakibat pada keluarga tersebut, yang jelas siangnya beberapa kali Bapak Jonan bermanuver di sekitar kiosnya. Semua hal tersebut jelas mempengaruhi kepribadian Bowo, baginya fenomena yang terjadi di depan matanya membuat ketegangan jiwanya meningkat. Sayang hanya dirinya yang merasakan suasana demikian mencekam. Terbaca oleh Bowo pergerakan Ani di kejauhan memantau adalah memastikan bahwa dirinya yang dikenai tindakan oleh anggota keluarganya bakalan mengalami kehancuran mental, semacam kejiwaan yang bisa disebut gila oleh masyarakat pada umumnya. Selasa 26 Februari, Dari pagi hingga siang hari tidak ada satupun anggota keluarga Bapak Jonan bermanuver di sekitar kios Bowo. Aneh. Biasa begitu, gara-gara semuanya kemarin mereka bergerak mengarah pada tujuan tertentu pada Bowo maka sekarang hal tersebut sangat dinantinya. Ini juga semacam pengaruh kejiwaan, pengulangan peristiwa yang bertahun-tahun dialaminya menjadikan Bowo hafal, tak mungkin berhenti begitu saja. “Tujuan mereka adalah tersingkirnya diriku dari lingkungan rumah tempat tinggal keluarga ini, itu menjadi sebuah obsesi bahkan jauh sebelum Ani menikah.” Tragis, itu yang dikehendaki terhadap Bowo. Semacam hasrat kejiwaan psikopat. Selalu kejam, sadis, dengan korban yang dianggap memang layak diperlakukan oleh psikopat sebagai pemuas nafsu. Tapi psikopat juga aneh, yang dinikmati adalah proses penyiksaannya bukan pada klimaksnya. Jadi mereka terus menyiksa Bowo tanpa pernah sampai membunuhnya. Mungkin soal kematian atau kehancuran dianggap oleh mereka akan terjadi setelah proses penyiksaannya berhasil sebagai efek sampingan saja. Hanya istilah psikopat saja yang bisa menerangkan fenomena perilaku tindakan-tindakan anggota keluarga Bapak Jonan. Dan Ani adalah psikopat cewek, puluhan peristiwa baik sebelum Ani menikah maupun sesudahnya yang perilakunya tertuju pada Bowo adalah bukti paling kuatnya. Ani cantik dan cerdas, Bowo mendapatinya sejak masih berseragam putih biru. Tingkahnya aneh bila berada di depan Bowo, sepertinya mencapai histeria kewanitaan. Itulah kenapa Bowo begitu sulit melupakannya, hingga saat ini walaupun sudah bersuami dan beranak tetap saja masih kuat memorinya. Apakah hal yang sama terjadi juga pada Ani? Ternyata tingkah Ani tetap sama terhadap Bowo dari sejak kecilnya hingga kini di usianya yang mungkin sudah dua puluh lima tahun. Sambil berpikir Bowo tetap tidak mendapati kemunculan anggota keluarga Bapak Jonan. Untung siangnya ada order stempel Bowo cepat berangkat menuju kios seting komputer langganannya. Hari panas menyengat, masih musim hujan. Terkadang mendung lewat bisa saja nanti sore hujan lebat. Gerah sekali, tapi karena pekerjaan jasa stempel saja kemampuannya. Dengan sepeda onthelnya Bowo pulang melalui Ringroad Timur menuju barat ke Ringroad selatan. Sampai di Desa Tamanan sebuah gedung besar dari kejauhan akan dilewatinya. Gedung baru kampus UAD, tempat Ani menimba ilmu S2 nya. Ani lagi, begitu sulit menghapusnya dari benak Bowo. Ada halte Bus Trans Jogja di depan kampus UAD. Bowo memandang dari seberang jalan, seorang perempuan bergaun biru tampak menunggu kedatangan Bus. Aneh rasanya dikenal oleh Bowo, perasaannya menyatakan itu Ani. Ada-ada saja, tapi kok perempuan dalam halte tersebut juga cepat mengangkat tas bawaannya untuk menutupi mukanya dari pandangan Bowo terhadapnya? Perasaan.....lagi-lagi perasaan. Nuansa kehadiran Ani begitu kuat di hati Bowo. Itu karena konflik yang terus berlanjut. Yang sebal tentu karena hubungan diantara mereka belum putus tus. Benar atau tidaknya Ani berada di halte Bus Trans Jogja di depan kampus UAD menambah sulit posisi Bowo. Serasa konflik terus melebar tanpa ada penyelesaian sangat menyita waktu. Hampir dua pertiga perantauannya di Jogja terbelit dalam masalah dengan perempuan ini. Terus Bowo meneruskan tujuannya ke kios stempelnya, lebih penting stempelnya selesai agar diambil pemesan sebagai penghasilannya hari itu. Konflik dengan keluarga Bapak Jonan, Ani dan kemungkinan suaminya tidak mudah diselesaikan. Nyatanya keluarga Bapak Jonan sendiri tak pernah beritikad baik terhadapnya. Bowo itu orang rendahan bagi mereka sehingga boleh dihina sepuasnya. Tapi ternyata waktu terus berjalan Bowo malah memberikan perlawanan keras hingga gagal disingkirkan. Bowo sampai di kios akhirnya tetap dengan berbagai pikiran aneh, serasa masuk pusaran badai. Sampai sore menutup kios Bowo hanya bisa curiga dan curiga. Rabu 27 Februari, Udin muncul dari mulut gang, langsung Bowo tertekan jiwanya, ini serangan psikis dari pihak keluarga Bapak Jonan. Muka Udin garang sekali memandang Bowo. Diperlihatkan demikian keras dan kejam untuk menyatakan sikap permusuhan abadi diantara keduanya. Tapi sikap Udin bukan atas nama pribadinya, melainkan hanya satu diantara anggota keluarga yang memperkarakannya. Selalu mengarah pada tindak kekerasan dan penuh kebencian. Bowo dibenci keluarga ini? Wah ini sering diwakili Udin dan Bapak Jonan. Sedangkan Jodi, Ibu Jonan apa lagi Ani berbeda sikap, terutama Ani menjadi misteri karena dari pihaknya selalu menjadi inti masalah konflik. Sepanjang tahun 2018 banyak sekali contoh perilaku Ani yang kontroversial membuat Bowo jungkir balik mencoba mengatasinya. Melihat situasi Udin dengan aksinya tidak mungkin sendirian. Makanya Bowo menanti kelanjutannya, perkiraannya tepat. Selang setengah jam Bapak Jonan muncul dari mulut gang. Honda Supra X merah menjadi kebanggaannya dua tahunan ini. Motornya termasuk baru, modelnya hanya keluar tahun 2018, tapi sudah dimilikinya tahun 2017 berarti saat itu masih barang promo. Bapak berbadan subur ini muncul dari mulut gang, wajah tuanya tidak ramah, tertuju pada Bowo yang menjadi musuh utama keluarganya. Semuanya gara-gara hubungan diantara Bowo dengan Ani. Bapak Jonan tidak berkenan putrinya berhubungan sampai tingkat apapun dengan Bowo. Dalam perkembangannya saja karena beberapa kali gagal menjebak Bowo maka sepertinya memberi kesempatan berkomunikasi. Bentuknya melalui dakwah agama dengan perantara SMS-SMS program Tauhid Aagym. Perdebatan melalui perantara dakwah Aagym terjadi tahun 2014. Bowo bisa mengatasinya dengan berbagai argumentasi mendekati masalah agama dengan merujuk beberapa kalimat inti sari beberapa ulama. Semua argumentasi didapati Bowo tidak sengaja soalnya itu hanya bacaan doa masuk WC atau pernyataan bahwa semua sudah diatur dengan diutusnya seorang rasul untuk umat sebagai penunjuk jalan kebenaran. HP Bowo bergetar ketika Bapak Jonan melintas. Sebuah nomor segera diketahuinya milik Ani yang kali ini mungkin digunakan orang tua tersebut. Bowo memantau aksi Bapak Jonan, oh ternyata aksi Bapak Jonan hanya di sekitaran kios Bowo, dilihatnya kini keberadaannya beberapa puluh meter di sebelah selatan, sebuah komplek ruko Perwita Regency. Ini sudah konfrontasi yang sangat mengancam posisi Bowo. Jelas merupakan ultimatum bahwa Bowo memang harus tersingkir sekarang ini. Bowo mengangkat HP nya, ternyata masuk tidak seperti biasanya yang tanpa direspon, ini andalan komunikasi dengan Ani sejak tahun 2018 awal. Bowo tahu Bapak Jonan tidak main-main kali ini. Nasibnya dipertaruhkan sebagai akhir perantauannya di Jogja. Dari tahun ke tahun modusnya tetap ia harus tersingkir karena selalu menjadi pengganggu ketentraman keluarga Bapak Jonan yang terhormat. “Hallo, apakah ini Bapak Jonan, mohon penjelasan Bapak.” Bowo mencoba bicara, ada sambutan tapi hanya jawaban halo berulang-ulang, selalu seperti itu. Beberapa kali Bowo mencoba, “Halo Bapak Jonan bisakah saya bicara dengan sampean?” Ah tidak menjawab, tetap sahutan halo-halo berulang-ulang. Bowo yang akhirnya menutup pembicaraan. Tak mungkin ada balasan wajar dari orang tua yang meminta sesuatu selalu dengan isyarat dan simbol. Kelakuannya sebagai orang tua yang dihormati tidak bisa diganggu gugat, jaga image dan wibawa dari dulu. Tutup pembicaraan di telepon barulah lewat Bapak Jonan yang kembali masuk gang. Barulah Bowo kirim SMS, “Baiklah demi kebaikan semua pihak saya bersedia mundur dari masalah ini. Hak sampean sebagai penguji adalah jaminannya, nwn.” Beban mental memberat sangat terasa pada diri Bowo. Kesedihan meliputi hatinya, ada banyak pertanyaan yang tidak pernah terjawab. Bukti menunjukan Bapak Jonan tidak berdiri sebagai pihak netral, membela menantu dan keluarganya sedemikian keras. “Siapapun orangnya bila dikeroyok seperti ini pasti kalah, itu perhitungan siapapun di atas kertas,” Bowo berujar sendiri. Bowo merasakan aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan kali ini begitu dahsyat. Pertaruhannya tetap Bowo yang harus tersingkir dari Jogja dengan segala cara. Semua demi Ani dan menantunya, yah keluarga besar menantunya telah memenuhi segala syarat yang diinginkan Bapak Jonan. Limpahan materi dan jenjang pendidikan tinggi Ani putri sewayangnya. Bowo takut......sungguh sangat takut. “Aku sendirian sekarang......,” batinnya resah sekali. Semuanya tidak ada ampun kali ini bagi Bowo. “Di mana keadilan untuk pihakku?” Bowo trenyuh. Bukti semakin kuat keluarga ini hendak menghancurkan Bowo dengan segala cara. Setelah aksi Bapak Jonan maka gantian Udin kembali beraksi di sekitar kios Bowo. Beberapa kali lewat dengan berbagai aksi menakut-nakuti. “Ini teror dari pihak mereka,” Bowo berkata sendiri merasakan sesak dadanya. Perasaan kahwatir hinggap pada diri Bowo, mungkinkah ia mampu mengatasinya kali ini? Bagian-bagian inilah yang sering ditanyakan orang lain bila Bowo menyatakan bahwa dirinya bermasalah dengan keluarga Bapak Jonan. Bila ia berkata ia punya cewek yaitu Ani, maka orang lain akan membantah, “Mana mungkin itu pacarmu, kencan saja tidak pernah!” Bila ia menyatakan ada aksi berbahaya tertuju padanya dari anggota keluarga Bapak Jonan orang lain akan berkata, “Mereka hanya lewat biasa saja itu, atau malah kamu yang mengada-ada!” Maka sekarang aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan ini sama. Mereka memang sudah puluhan kali menghadapi seseorang yang mereka musuhi dengan metode ini. Teknik ini menjadikan orang yang dimusuhi kesulitan mengatasinya, putus asa dan kemudian tidak ada jalan keluar lain kecuali menyingkir kalah. Ya selalu menyerang bertubi-tubi, berbulan-bulan, sampai bertahun-tahun hampir tanpa jeda. Siapa yang kuat mentalnya bila seperti ini? Jelas ini metode yang sangat efektif yang dipraktekan mereka, terutama Bapak Jonan sebagai kepala keluarga. Bowo lah yang kali ini mendapat giliran. Begitu bandelnya hingga saat ini belum menyerah..... “Tak mungkin tanpa tujuan yang jelas, mereka melakukan praktek ini harus mendapatkan keuntungan besar baru mau mempraktekannya, tak mungkin keluarga ini terus memperlakukan diriku sedemikian kejam dan sadisnya, semua demi imbalan yang layak,” Bowo membuat perkiraan. Jatuhnya pada menantu dan keluarga besarnya, merekalah penyokong dana untuk tujuan yang ternyata sama yaitu menyingkirkan Bowo dari lingkungan tempat tinggal keluarga besar terhormat ini. “Psikopat dan sindikat!” Ketemunya di bagian ini, Bowo menjadi ngeri sekali. Gabungan dua unsur inilah yang sekarang sedang dihadapinya langsung. Bowo ingat kedudukan Bapak Jonan, seorang Ustad. Di sini Bowo heran, “Kenapa Bapak Jonan tidak mendahulukan masalah agama sebagai penyelesaian utama konflik yang terjadi ini?” “Semua membutakan, dibutakan berbagai limpahan materi dari keluarga menantunya berdasarkan transaksi di belakangnya, hilang segala kelebihannya di bagian keulamaannya.” Bowo menyayangkan keadaan Bapak Jonan sekarang. Bowo selalu menduga pernikahan Ani diwarnai dengan berbagai transaksi yang menguntungkan pihak keluarga Bapak Jonan. Buktinya telah ada bangunan rumah untuk suami istri ini, kemudian kelanjutan kuliah Ani. Udin mendapatkan keuntungan di bagian lain karena proyek bangunan rumah tersebut jatuh pada dirinya misalnya sebagai perancang dan mandornya. “Posisi Bapak Jonan sekarang adalah perisai keluarganya termasuk untuk pihak menantu dan keluarga besarnya,” terbaca oleh Bowo seperti ini. Benarkah....wah itu tidak pasti. Aksi Udin berakhir, gantian sorenya Bapak Jonan muncul tapi entah dari mana. Bersama Ibu Jonan sepertinya dari sebuah acara. Yah aksi-aksi orang tua ini sangat tidak kentara, walaupun tertuju pada Bowo tetapi seolah-olah menyangkalnya langsung. Keluarga ini memang selalu menyangkal bila Bowo memiliki hubungan dengan putrinya. Apa lagi sekarang sudah menikah dan menantunya bisa diandalkan untuk masa depan dengan mengangkat nama baik maupun kehormatan keluarga ini. Bowo bukan apa-apa dan siapa tapi harus tersingkir sebagai tumbal keberhasilan pernikahan suami istri Ani dan suaminya yang berasal dari Bali. Hal tersebut terjadi sejak mereka menikah Oktober 2015. Puncaknya adalah 2018, sepanjang tahun tersebut begitu banyak trik-trik dan jebakan dipasang baik oleh Ani maupun keluarganya. Terakhir suaminya terlibat langsung karena putranya telah lahir di bulan Agustus 2018. Bowo baru tahu profil suami Ani bulan Agustus 2018, hal tersebut terjadi mungkin karena keluarga Bapak Jonan mendesak menantunya untuk langsung menghadapi Bowo. Semakin berat beban mental Bowo setelah aksi Bapak Jonan berboncengan motor bersama istrinya. Tak mungkin disangkal oleh pihaknya bahwa tidak akan terjadi apa-apa, pasti tujuan utamanya adalah ketidaksukaan keluarga ini karena kehadirannya telah begitu mengganggu ketentraman mereka sekeluarga. Ah Bowo berhak membela diri, itu saja! Suasana mencekam di pihak Bowo berlangsung terus, sampai ia menutup kios stempelnya. Sial memang hari itu, tidak mendapat order satupun, Bowo hanya memandang iri tetangga yang tampaknya terus mampu mendulang dari usaha yang sama jenisnya tanpa halangan. Malamnya Bowo berpikir keras, dasarnya memang sulit tidur karena peristiwa yang dialaminya sangat menegangkan. “Kenapa dalam konflik ini tidak ada satupun yang menjadi pihak penengah?” Bowo bertanya kebingungan. Bapak Jonan adalah harapannya karena beliau menjadi paling tingginya dalam penguasaan bidang agama. Sayang tak ada tanda-tanda hal tersebut terjadi. Dari pihak menantunya dan keluarganya di Bali? Bowo heran karena begitu gelap profil keluarga ini. Sampai-sampai ia menuduh mereka sebagai pelaku praktek sindikat human traficking, hingga saat ini tuduhan tersebut tetap berlaku tanpa bantahan. Hampir semua pernyataan dan argumentasinya di akhir tahun 2018 adalah tentang fenomena suami Ani dan keluarganya yang terduga melakukan praktek ala sindikat. Hal tersebut begitu gamblang dibahas Bowo setiap kali ada peristiwa kemunculan suami Ani yang sering sekali pulang pergi Bali Yogyakarta. Tak mungkin menantu dan keluarganya ini menjadi penengah perkara. Ketahuan sekali walaupun gelap identitasnya mereka terus bergerak agar berhasil menguasai sepenuhnya Ani sebagai istri. Mereka berada di belakang layar terus membiarkan Ani dan seluruh anggota keluarganya berhadapan dengan Bowo sampai sekarang. Siapa lagi yang bisa diharapkan sebagai pihak penengah dalam perkara yang membelit Bowo ini? Nihil. Bowo menyerah..... 28 Februari, Memang apa yang bisa dilakukan Bowo, ia hanya bisa mengandalkan kios stempelnya sebagai pertaruhan hidup di perantauan. Paling penting dalam hidupnya adalah bekerja. Di Jogja ini tujuan utamanya adalah itu, mengalahkan urusan lainnya seperti urusan cewek misalnya dengan Ani. Wah itu sudah prinsip, beberapa kali dibeberkannya dari tahun ke tahun melalui SMS terhadap nomor milik Ani. Makanya kegiatan intinya ya hari itu cuma buka kios agar disinggahi pengunjung. Seorang pemuda muncul dari mulut gang, hanya berjalan kaki. Bowo memastikan kehadirannya, pemuda tersebut bercelana pendek dan bersepatu sport. Sebuah tas ditentengnya lebih menyerupai pelajar karena mungkin isi tasnya adalah lap top. Berkaos T-Shirt santai, wajahnya licin tanpa brewok berkaca mata minus berambut ikal. Bowo ragu-ragu, inikah profil suami Ani? Akhir tahun 2018 suami Ani selalu menampilkan brewok sebagai ciri khasnya. Tapi mungkin saja sekarang dicukur klimis, tetap wajah suami Ani. Bowo yakin sekarang. Aksinya makin meyakinkan Bowo itu suami Ani. Berjalan kaki, acuh tak acuh menuju selatan. Di seberang jalan mencapai sebuah bangunan yang belum laku terjual, pemuda tersebut akhirnya menoleh memandang tajam Bowo, berhenti sebentar. Yah berhentinya itu makin memperlihatkan profilnya, suami Ani yang digadang-gadang menjadi andalan keluarga Bapak Jonan. “Akhirnya beliau tiba juga di Jogja, membantah semua argumentasiku yang menyatakan bila suami Ani tidak datang sampai tiga bulan maka statusnya adalah pisah ranjang.” Jadi aksi anggota keluarga Bapak Jonan tiga harian ini memang karena akan datangnya pemuda ini untuk mengklaim semua hubungan sekaligus memperkarakan Bowo sebagai pihak yang salah. Jelas semua itu sudah sangat direncanakan lama, bukan spontanitas. Mereka sekarang siap-siap menyerang Bowo, sekali lagi siap-siap menyerang Bowo sampai berhasil menyingkirkannya dari Jogja. Apapun caranya, segalanya dengan cara yang paling licik, sadis, kejam, pokoknya harus berhasil....kali ini klimaksnya. Pemuda tersebut setelah berhenti sebentar tepat di depan kios Bowo di seberang jalan sana meneruskan langkahnya. Bowo mengikutinya dengan pandangan mata. Terus menuju sebuah supermarket, di tangannya terpegang HP seolah-olah selalu terhubung dengan seseorang. Bowo memandang dari kejauhan sampai punggung pemuda tersebut menghilang masuk halaman toko supermarket. Berbelanja.......tidak. Cukuplah itu untuk Bowo, dirinya sekarang terancam dalam bahaya. Bakalan disingkirkan dengan segala cara dari tempatnya mangkal merantau di Jogjakarta. BAB 4 Fatwa Haram Mulai kelam hari itu untuk Bowo. Tidak mungkin ia berdiam diri saja. Setidaknya sebagai seorang manusia pasti menolak mendapatkan perlakuan tak manusiawi dari permainan keluarga Bapak Jonan. Cukup, sampai pada aksi menantu Bapak Jonan ini. Sayang tidak mungkin menyerbu rumah mereka yang bak benteng pertahanan itu. Posisi orang-orang yang memusuhinya ini sedang kuat-kuatnya. “Menakutkan sekali!” Bergidik Bowo berkata dalam hati, ya jauh lebih menakutkan dibandingkan langsung menghadap Tuhan. Bukankah menghadap Tuhan cukup dengan beribadah....apapun agamanya. Tidak ada pengadil dalam konflik yang terjadi diantara Bowo yang paling lemah terhadap keluarga Bapak Jonan. Ditambah menantu dan keluarganya yang berada di belakang layar. Sudah terjadi pertikaian tanpa satu pun ada babak penyelesaiannya, Bowo tidak berdaya....menyerah. Menyerah....serahkan pada yang Maha Kuasa...pengadil yang Maha Agung dalam renungan yang bergema di setiap dada manusia. Ia lah yang memiliki setiap Asma yang memuliakannya di setiap kitab-kitab yang pernah diturunkannya di muka bumi. Hari itu Kamis 28 Februari 2019 setelah aksi seorang lelaki yang telah menjadi rivalnya selama empat tahun, Bowo tahu dirinya berada dalam posisi paling tertekannya. Mentalnya jelas dihancurkan, dan kemungkinan bila melakukan aksi balasan bakalan dibantai seluruh anggota keluarga Bapak Jonan bersama menantunya. Posisi mereka sedang kuat-kuatnya ditambah dana besar yang dimiliki yang bergulir sepanjang tahun 2018, sangat melimpah. Tak ada kata menang di pihak Bowo. “Posisinya aneh.....tak ada pihak netral yang membatasi setiap pihak yang bertikai.” Di sini Bowo menyerah tidak berdaya. Tengah hari diputuskannya pulang dari kios stempel menuju kamar kontrakannya, langsung masuk kamar setelah berbasa-basi sebentar dengan tetangganya. Diam......Diam......Diam. Bowo berharap bisa tidur tapi sangat tidak mungkin. Bila jiwanya tegang bergolak, pikiran dan perasaan mengikuti, selalu berpikir dan berpikir. Berbagai pemikiran melintas, terkadang Bowo malah menentang dirinya sendiri. “Nyatanya aku masih mampu bertahan sekian tahun diganggu keluarga Bapak Jonan, tentulah kali ini ada jalan keluarnya.” Posisi suami Ani selalu diuntungkan, ia bak anak emas yang selalu mendapat perlindungan keluarganya di Bali dengan berbagai fasilitas. Ditambah lagi ia terpelajar sama dengan Ani yang kini masih menempuh pendidikan S2 di Universitas Ahmad Dahlan. Posisi keluarga suami Ani sangat gelap, indikasi pergerakannya lebih pada penyandang dana sebuah pergerakan keluarga Bapak Jonan sepanjang empat tahun pernikahan Ani. Tuduhannya telah mencapai puncaknya yaitu kemungkinan mereka adalah keluarga atau sekelompk masyarakat di Bali yang dalam hidupnya mempraktekan teknik sindikat human traficking ala Bali. Tentu tak mungkin mereka mengakuinya terang-terangan karena termasuk tindak pidana berat. Dan yang sedang dihadapinya adalah algojo eksekutor, Bowo lah korbannya. Bapak Jonan dengan segala atribut kehormatannya ditambah putra-putrinya. Mereka inilah yang selalu berhadapan langsung mengeroyok dalam bentuk manuver aksi drama teatrikal. Tertuju pada Bowo mencapai serangan psikis, bila sekali terpancing berbuat onar beresiko sekali karena Bowo terjebak. Perhitungan Bowo bila terjebak bakalan diperlakukan sadis dan kejam dengan tujuan utama disingkirkan dari Yogyakarta. Kali ini dalam perhitungan keluarga Bapak Jonan Bowo tak mungkin lolos, pasti hancur! “Hanya kepada Nya aku berlindung....,” Bowo berbisik dalam hati. Tiba-tiba Bowo tergerak mengirim SMS, “Saya bukan ulama tetapi keadaan memaksa harus berpendapat yang mana akan kunyatakan fatwa untuk hukum agama Islam, salah pun akan saya tanggung di hadapan Allah SWT, Amin.” “Saya menyatakan relasi sebagai suami istri yang dijalani Mbak Ani berssama suami adalah Haram, tidak menyelematkan umat muslim di dunia, nwn.” “Karena Haram maka saya sebagai orang yang diperkarakan juga Haram menyelesaikan perkara yang membelit suami sitri Mbak Ani bersama suaminya, matrnwn.” “Semua demi keselamatan umat beragama maupun tidak beragama, ingat yang atheis sekalipun masih menghormati hubungan suami istri sebagai hal yang sakral, nwn.” Dunia langsung sunyi....... Bowo merasakan kehampaan, mendapati kenyataan betapa luasnya bumi dan langit serta keheningan yang begitu dalamnya. Bowo manusia biasa, karena tidak bisa tidur segera mandi dan kemudian sholat dhuhur untuk kembali menuju kios stempelnya yang berada di jalan ramai lalu lalang kendaraan, begitu hingar bingarnya. Dunia kembali berjalan normal, sebuah keseimbangan antar elemen telah terjadi. Tidak terlihat di mata, namun sesungguhnya sebuah kerusakan bisa luruh kembali ke dasar. Bowo hanya merasakan tindakannya tepat, betapapun sekian tahun masalah yang menjadi pertikaian berintikan pada posisi Ani telah terbuka. Status suami istri, rupanya di bagian inilah mereka bermain. Bila saja ada penyelesaiannya semua itu sah-sah saja. Yang terlihat di mata Bowo sudah keterlaluan dan berlebihan, juga tak ada niat menyelesaikan karena sudah begitu tersistem. Karena hukum dunia tidak tersentuh, maka hanya kekuasaan tertinggi yang muncul kapan dan di manapun berada. Juga bisa kepada siapa saja karena mengalaminya dan terhimpit menjadi bagiannya. Bowo menjadi pihak pengadil, melalui kuasa tangan-tangan jahil yang tidak terlihat, namun itulah yang harus dilakukannya. Pernyataan Bowo dalam SMS adalah yang tertingginya dalam sebuah pertikaian dirinya dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. HARAM, relasi suami istri yang dijalani Ani bersama suaminya karena menjadi ajang permainan. Hal tersebut tidak menyelematkan keluarga yang harus dibina oleh mereka berdua tetapi malah melampiaskannya kepada Bowo sebagai obyek penderita. Padahal seharusnya Bowo sudah bebas merdeka begitu Ani dan kekasihnya itu sudah menikah. Aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan dari 25 Februari hingga 28 Februari jelas-jelas tertuju pada Bowo yang harus tercapai posisi kalah dan tersingkir. Begitu kerasnya Bapak Jonan dan Udin bermanuver memperkarakannya, juga aksi Ani yang seolah-olah menunggu hasil eksekusi terhadap dirinya, sebab pembantaian dengan sarana serangan kejiwaan telah terjadi. Tak ada seorang pun yang diberi petunjuk, keputusan keluarga Bapak Jonan sangat dominan, kebenaran harus di pihak mereka apapun jalannya. Aneh....jalan tersebut sangat buruk di mata Bowo. Akhirnya 28 Februari, pagi hari dimunculkan lelaki muda menantu Bapak Jonan yang menjadi bintangnya aktor seluruh keluarga tersebut. Seseorang yang telah empat tahun ini memberikan kejayaan dengan kelimpahan kekayaan berupa aset rumah yang dibangun dan kemungkinan berbagai fasilitas lain termasuk biaya pendidikan kuliah S2 Ani di UAD Yogyakarta. Kepentingan keluarga telah menjatuhkan mata Bapak Jonan dari ketinggian ilmu agamanya. Beliau yang seorang ustad buta, ataukah lupa, tidak mendahulukan urusan agama terhadap semua peristiwa yang dialami keluarganya. Tidak.....tidak ada pihak yang mengutamakan agama. Akhirnya satu pihak di dalam konfliklah yang diberi wewenang dan anugerah menerangkan hal tersebut. Jatuhnya kepada Bowo yang menjadi pihak obyek penderita, tersakiti, dan dikorbankan. Februari 2019, akhir bulan yang hanya 28 hari. Bowo termangu di kiosnya, tak ada gemuruh sorak kemenangan. Hanya rasa kelegaan menyelimuti dadanya, bukan kemenangan yang didapat tetapi pembuktian bahwa kebenaran selalu berada di tempatnya yang sesuai. “Kemungkinan sebenarnya setelah menantu Bapak Jonan ini muncul, ada rencana pergerakan lain menyingkirkan diriku. Tapi sayang semuanya terhenti, kebenaran telah datang untuk membuka hati orang-orang yang terbutakan di pihak mereka.” Bowo menduga, bukti-bukti sampai menutup kios tak ada satupun pergerakan lagi anggota keluarga Bapak Jonan. 1 Maret 2019, BUYAR Kata-kata itu paling tepatnya untuk keadaan yang terjadi di mata Bowo. Untuk kesekian kalinya Bowo berhasil mematahkan serangan-serangan dari keluarga Bapak Jonan yang bertujuan menyingkirkan dirinya selama ini. Peristiwa yang dialaminya bukan tontonan media apapun. Semuanya bergulir dalam konflik yang melibatkan Bowo di pihak paling lemah melawan sebuah keluarga besar terhormat di dalam kampung. Ditambah menantu lelaki dan keluarganya di belakang layar mendanai semua program keluarga Bapak Jonan dengan agenda yang sama. Kembali.....BUYAR Satu pihak menahan diri, Bowo menduga itulah Bapak Jonan yang seorang ustad. Paling tahu masalah keagamaan karena menjadi pegangan hidupnya. Membubarkan sebuah pergerakan karena pernyataan Bowo yang akhirnya mencapai fatwa. Bapak Jonan membatalkan semua niatnya, Alhamdulillah..... Kegiatan Bowo seharian itu normal. Apalagi hari Jumat ia ke masjid beribadah. Lancar tak ada lagi orang-orang seperti Udin atau suami Ani memperlihatkan diri seolah terus mengepung dan memperkarakannya. Ah masalah belum selesai, Bowo hanya berhasil menghentikan upaya keluarga Bapak Jonan menghancurkan dirinya. Satu tujuan yang selalu dilakukan bertahun-tahun, sejak Ani belum menikah. Karena keluarga ini tidak setuju memiliki menantu seorang Bowo yang dianggap miskin, bodoh, tidak bermasa depan. Bowo adalah penghalang terbesar tujuan keluarga Bapak Jonan mencapai kejayaan maupun kehormatan. Bagi Bowo inilah profil keluarga yang dinyatakannya berkecenderungan tinggi psikopat. Setelah jumatan ada saja Udin muncul, menuju kios photo copy. Entah apa lembaran yang digandakannnya, kemudian memperlihatkan diri beraksi seolah-olah memaksa Bowo memperhatikannya. Udin anak tertua Bapak Jonan, memperlihatkan secarik kertas yang justru dibacanya. Benar itu semacam berkas penting, dibacanya langsung dalam sebuah aksi agar Bowo paham mereka pihak yang menyatakan telah membenarkan pernyataan Bowo sehari sebelumnya. “......Haram menjadikan status suami istri sebagai ajang permainan......” Merekalah pihak alamat yang tertuju dari pernyataan Bowo tersebut. Setelah selesai membaca berkas di kertas, anak tertua Bapak Jonan yang sekarang menjadi ketua RT ini bergegas keluar dan mengendarai motor yang biasa dikendarai Bapaknya kembali masuk mulut gang. Apa yang dinyatakan Bowo terhadap aksi Udin hanya dugaannya saja. Selama bertikai dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan Bowo tidak memiliki data dan keterangan yang valid untuk membuat pernyataan-pernyataan tertulis dalam SMS. Hanya alurnya yang selalu terbukti mendekati kebenaran. Bowo sendiri berpikir keras, tak mungkin masalah selesai begitu saja. Di dalam keluarga Bapak Jonan hanya kepala keluarganya saja yang berpegang teguh pada agama. Di sana menantu dan keluarganya adalah pihak yang gelap identitasnya. Bowo tak tahu posisi mereka, hanya terasa betapa kuat kemampuan finansialnya. Modal inilah yang selalu diandalkan untuk menjerat Ani dan keluarganya. Dengan berbagai keuntungan dan limpahan materi Bapak Jonan pun turun tangan melindungi mati-matian segala ambisi menantunya. Jadi buyarnya pergerakan keluarga Bapak Jonan hanya sementara. Mereka tetap tidak mungkin melepaskan Bowo begitu saja, mangsa yang empuk untuk dihancurkan walau selama empat tahun ini trik-trik jebakan yang dipasang gagal total. Atau mereka memang hanya melakukan seluruh aksi-aksi tersebut untuk menyiksa Bowo? Sungguh cara tersebut lebih kejam dari pada misalnya sekalian membunuh Bowo. Namun hal tersebut juga mendekati kebenaran. Sekian tahun berbagai teori tentang fenomena yang dialami Bowo telah keluar menjadi semacam konsep. Terutama modus-modus yang berulang kali terjadi, itu masuk semacam tindak pidana apapun nama dan istilahnya. Pelaku utama tertuduh pada suami Ani, dan itu yang bakalan terus bergulir. Bowo asyik dengan jalan pemikirannya sendiri, setiap kali terjadi benturan ia berhasil mematahkan dengan pernyataan mencapai argumentasi. Ibarat seorang berpendidikan ia telah mencapai akademis tertingginya. Seperti Ani yang di awal Januari 2019 menyodorkan disertasinya untuk mencapai magister. Nah apa-apa bentuk pernyataan Bowo selama empat tahun ini boleh dikata adalah karya tulis mencapai tesis. Semacam teori tentang adanya fenomena ritual orang Bali untuk mendapatkan jodoh dengan modal besar. Mendapatkan jodoh untuk dinikahi dengan menyingkirkan mantan pacarnya. Bemodal besar memberikan fasilitas hidup namun harus memakan tumbal atau korban, posisi Bowo inilah yang sekarang sedang dihancurkan selama empat tahun pernikahan Ani. Fenomena ini ada ritualnya di Bali dan Lombok tapi sayang Bowo tak tahu banyak. Ia hanya bisa menyatakannya masuk kategori tindak pidana mencapai sindikat human traficking. Karena banyak dilakukan orang-oraang Bali dan Lombok maka menjadi khas sebutan ala Bali sebagai etnologi. Untuk pelakunya bila gagal, bangkrut. Bowo sekarang mengalaminya dan sekarang langsung menyebut keharamannya di bagian agama. Itulah puncak tertinggi yang diraih Bowo seumur hidupnya. 2 Maret 2019, “Bila mencapai konsep tesis maka fenomena yang kulalui bisa terulang pada seseorang di manapun berada.” Bowo memikirkan hal tersebut, pengulangan dari sebuah fenomena kejadian sosial bila ditulis mencapai naskah akademik masuknya tesis. Itu yang menyemangati Bowo untuk terus membahasnya. Benar suatu bentuk sindikat kejahatan memiliki anggota dan bergerak dalam modus yang sama berulang-ulang. Sekarang hal tersebut kemungkinan sedang terjadi langsung dialaminya di Jogjakarta. Pelaku ritual pun demikian, ini gabungan ritual dan sindikat walau mungkin pelakunya yaitu suami Ani belum menjadi penjahat. Juga keluarganya kemungkinan bisa melakukan modus sama karena menjadi sekelompok masyarakat yang terbiasa atau beradat demikian. Bagi mereka semua itu adat, walau undang-undang hukum pidana mengkategorikan sebagai kejahatan. Yang menarik dari kelompok ini mereka memiliki modal besar, berani mengorbankan hidup dan kekayaannya mencapai tujuan yaitu mendapatkan wanita sebagai istri. Soal kemudian dilacurkan bagi mereka memang kejahatan, harus dirahasiakan, begitu juga melaporkan tindakan tersebut ke polisi. Mereka sangat tahu hal tersebut sehingga menjadi msyarakat yang mengelompok sendiri di sentra daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Hari Sabtu seperti biasa Bowo membuka kios stempel. Apapun juga tak ada kegiatan lain, andalannya hanya kios yang selalu menjadi sasaran serangan tujuan keluarga Bapak Jonan untuk mendapatkan rejeki. Dua stempel cukuplah hari itu untuk mengisi waktunya dari pagi hingga sore. Ya sore yang mendung, belum hujan dan kembali Bowo memusatkan perhatian karena ada pergerakan aksi dari rival-rivalnya. Bapak Jonan berboncengan dengan istrinya, berpakaian formal menuju sebuah acara. Cukuplah itu sebagai kelanjutan bergulirnya masalah, mereka tetap penasaran terhadap Bowo. Sebaliknya Bowo berpikir keras, menyusun tulisan SMS untuk dikirimkannya. Semuanya masih kelanjutan dari fatwa haram atas relasi suami istri yang dijalani putri dan menantu Bapak Jonan. “Harus diterangkan semampu diriku, apapun Bapak Jonan adalah orang tua yang harus kuhormati juga. Penjelasan cukup detail berdasarkan alasan dan latar belakang kenapa aku akhirnya mengeluarkan fatwa tersebut.” Bowo mengkaji terus pemikirannya, maka beberapa jam saat berada di kamar kontrakannya meluncur beberapa SMS menjelaskan segala duduk perkara apa-apa yang diperbuatnya. “Saya sadar harus menerangkan keadaan ketika mengeluarkan pendapat yang kusebut sebagai fatwa untuk urusan sensitif yang membelit semua pihak tanpa penyelesaian ini.” “Latar belakangnya adalah saat hari Kamis (25 Februari 2019) mulai adanya aksi Bapak Jonan yang kemudian berlanjut sampai aksi hari Kamis. Saat itu tiba-tiba saya malah lebih takut menghadapi sampean sekeluarga dari pada berhadapan dengan Allah SWT, kenapa seperti itu?” “Makanya spontanitas hari Kamis tengah hari di kamar kos lebih baik membuat pernyataan demi keselamatan semua pihak atas nama semua umat Islam yang berkaitan dengan halal haramnya sebuah masalah yang masih membelit diriku.” “Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat karena lebih takutnya masalah ini tidak ada penyelesaian, sedangkan yang Maha Kuasa sabar selalu menantinya di sisi kita yang lemah ini.” “Untuk kelanjutan masalah saya serahkan kepada Bapak Jonan bila memang akan mengeluarkan kebijaksanaan, saya akan menerima segala keputusan agar semua kembali hidup sewajarnya, Amin.” “Sekali lagi mohon dimaafkan atas kekhilafan saya karena keterbatasan kemampuan, nwn.” Begitulah Bowo dengan segala kebingungannya menghadapi fenomena kejadian yang terus dialaminya. Ia juga mencoba mendahulukan posisi Ani..... “Untuk hal sensitif saya tidak akan detail begitu saja mengungkap, saya menjaga agar kejiwaan putri sampean tidak terguncang, nwn.” Ani masih begitu mendominasi kejiwaannya, bagaimanapun itu cinta kasih yang teramat besar walau tahu dari kejadian yang sekarang menjadi kenyataan ternyata Ani bermain di dua kaki. Sayang tapi selalu menyakiti dan menyulitkannya, itulah Ani perempuan yang sudah bertingkah sedari kecilnya di depan Bowo. Besok hari Minggu, Bowo coba istirahat untuk tetap bisa beraktifitas kegiatan rutinnya, berlatih jurus, asana, dan jogging. 3 Maret 2019, Rasanya berlatih jurus dan asana dengan beban perkara dan mental karena konflik yang dihadapi membuatnya tidak tunai. Otot-otot tubuhnya kurang merespon, melemah sendiri pergerakannya. Sempat saja berlatih jurus, tapi selanjutnya sesi yang lain berantakan. Bowo memutuskan acara jalan-jalan saja, joggingpun dirasakan percuma hari itu. Acara jalan kaki mencapai jalan Taman Siswa, ada universitas tertua di Indonesia yang menjadikan tokohnya sebagai pahlawan nasional ialah Ki Hajar Dewantara. Beliau mendirikan Perguruan Taman Siswa untuk pengajaran akademis. Perguruan tinggi ini masih berdiri, swasta walau tidak setenar UGM. Juga fakultas-fakultas yang ada tidak terlalu menarik karena pragmatis mengikuti kurikulum yang sedang berlaku. Mungkin hanya tambahan kuliah tentang Taman Siswa dan alumninya yang mencetuskan semacam paguyuban budaya Jawa yaitu Javanologi, itulah yang menarik. Lain itu ada UII, nah Bowo tertarik dengan fakultas hukumnya. Ada tokoh yang diabadikan fakultas ini yaitu Prof. Dr Moh. Yamin. Bowo mengidolakannya karena pernah membaca buku-buku karya beliau. Di salah satu buku karangannya tentang sejarah Indonesia dan dunia ada gambar rekaan tokoh terkenal Majapahit Mahapatih Gajah Mada. Gambar tersebut benar-benar rekaan beliau saja, diambil kemungkinan berdasarkan dari temuan arkeologi terakota tabungan kuno (celengan). Dari temuan arkeologi terakota Prof. Moh. Yamin menggambarkan tokoh Maha Patih Gajah Mada versinya. Ternyata gambar rekaan yang kemungkinan jauh dari kenyataan yang sebenarnya itulah yang menjadi rujukan profil Gajah Mada yang terpajang di manapun di Indonesia. Gajah Mada dalam kerajaan Majapahit menjabat Mahapatih, padahal itu hanya dari kasta sudra yang rendah. Jadi tak mungkin diabadikan dalam pemujaan Hindu saat itu. Karenanya tak mungkin ada penokohan Gajah Mada dalam bangunan pemujaan candi Majapahit. Hanya raja dan permaisurinya saja yang dijadikan pemujaan terutama sebagai kedewaan Hindu Majapahit yang menganut Tantrayana, penokohannya adalah sinkritisme Hindu Budha misalnya penjelmaan Hara Hari, Siwa Budha dll. Bentuk-bentuk rekaan, perkiraan, dugaan untuk sejarah nyatanya boleh menggambarkan hal tersebut sebagai kajian. Tentu dengan syarat-syarat yang sesuai kaidah arkeologi. Nah Bowo berkeinginan memiliki karya-karya demikian. Biarpun hanya karangan belaka bila berdasarkan waktu, tempat dan latar belakang apapun sebuah tokoh pasti hidup dan tercerna logika. Makanya sekarang biarpun dalam konflik yang dihadapinya ia sering hanya mendasarkan pada bentuk dugaan, rekaan, kira-kira tanpa data keterangan ternyata sebagian besar masalah yang bergulir mendekati kebenaran....... Semuanya berupa tuduhan, mencapai konsep dalam kiriman-kiriman SMS dengan segala bentuk pernyataan pembahasannya. Seolah-olah Bowo adalah pakarnya. Jalan kaki terus Bowo, akhirnya mencapai Puro Pakualaman. Ini bagian perjalanan sejarah kota Yogyakarta, sesuatu yang terjadi karena perang, konflik, rebutan kekuasaaan di dalam sejarah Jawa. Salah satunya adalah pecahan kerajaan Mataram yang paling kecil wilayahnya. Puro Pakualaman, semuanya dari hasil konflik berlarut-larut kerajaan Mataram Islam hingga saat ini. Bowo mengelilingi Puro atau istana yang bentuknya sederhana ini, bisa dikelilingi dengan mudah karena bangunan intinya hanya dua tiga hektar dengan alun-alun kecil saja. Lumayanlah Bowo mendapat beberapa pengetahuan hanya dari acara jalan-jalan di hari Minggu. Setelahnya ia meneruskan jalan menuju rumah kontrakannya. Pokoknya dari khayalannya sepanjang jalan itu bisa mengurangi ketegangan fisiknya, ingat ketegangan jiwanya masih tinggi karena konflik yang berlarut-larut yang dihadapinya belum terselesaikan. Sebelum sampai di rumah kontrakannya Bowo singgah di warung Mbah Ali membeli beberapa penganan kecil. Nah saat memilih beberapa jenis jajan melintas Bapak Jonan berboncengan motor dengan istrinya. Melihat bajunya yang formal pasti menuju sebuah acara semacam hajatan. Kedua orang tua tersebut jelas melihat posisi Bowo di warung, saling memandang dengan tafsiran jiwa yang sulit dipahami masing-masing. Oh Bowo masih menghormati kedua orang tua tersebut, tak dipungkiri olehnya walau berseberangan pihak dalam sengketa yang masih bergulir hingga kini. Bagi Bowo pembahasan tentang halal haramnya fenomena yang terjadi di depannya belum selesai. Pembahasan tersebut teralamatkan pada kedua orang tua yang kini telah melintas di dalam gang dan terlihat oleh matanya. Masih misteri semua fenomena yang terjadi, Bowo adalah pihak obyek penderita yang terus mencoba membuat penyelesaian masalah. Dari sinar mata Ibu Jonan yang diboncengkan ia tahu beliau mengaguminya. Itu cukup sebagai pegangannya walau tidak mutlak. “Inilah puncak kemampuanku menganalisa masalah yang kuhadapi puluhan tahun ini, apapun hasilnya bisa dipertanggungjawabkan dunia akherat.” Dari warung Mbah Ali yang begitu awet berjualan dari sejak perantauannya di Yogyakarta Bowo kembali menulis SMS untuk pembahasan masalah sensitif yang dihadapinya, tertuju pada seluruh orang-orang di pihak yang berseberangan sebagai musuh. Setelah memikirkan cukup lama menyusun kalimat maka jam sebelas dikirimnya SMS, “Haramnya status suami istri seabagai ajang permainan di mana saya terlibat sudah final, itu menjadi pertanggungjawaban saya di hadapan Allah SWT sebagai makhluk yang banyak memiliki kekhilafan di hadapan sesama manusia, nwn.” “Seluruh masalah kembali pada keluarga besar Bapak Jonan sebagai masalah internal, jadi saya tidak terlibat atau obyek yang selalu diperkarakan, silakan putri Bapak Jonan menjalankan kewajibannya mengikuti suami di manapun berada, nwn.” “Status saya hanya tetangga, saya sudah harus tahu diri menempatkan diri di tengah warga sekitar, maturnuwun.” Setelah mengirim SMS Bowo membatin, “Pergerakanku begitu senyap sedangkan pihak yang berperkara seperti bayang-bayang saja, semua orang-orang di sekitarku keadaannya baik-baik saja, semua tidak tahu jiwaku begitu bergolak antara sakit dan menderita, kutanggung sendiri semua resiko ini sampai akhir hayatku.” Untuk pelariannya Bowo ngobrol ngalor-ngidul dengan tetangga kamar sebelahnya. Tapi tidak ada satupun konflik yang dihadapinya disinggung terhadap tetangga sebelah kamarnya ini. Hampir tak mungkin karena apa yang terjadi masuk kategori pelanggaran etika, begitu saru namun senyap sangat tepat diistilahkan semu atau maya. 4 Maret 2019, Semuanya masih menegangkan, pembahasan masalah terus bergulir tapi Bowo tahu hanya sepihak dirinya saja. Berarti pergerakan bayang-bayang ini hanya versi dirinya, tak ada kalah menang karena tak ada wasit. Fenomena yang terjadi bagi Bowo sudah sangat mendalam. Bagi pihaknya ini adalah puncak tertingginya yang pernah dicapai dalam sebuah sengketa dengan pihak lain. Entah bagi pihak keluarga Bapak Jonan terutama terhadap menantunya yang berasal dari Bali ini. Bowo buta karena tidak ada komunikasi dengan suami perempuan Ani. Biarpun terjadi bentrokan tetapi semua menghindari hukum, padahal dari perspektif Bowo masalah yang bergulir bisa masuk tindak pidana sesuai KUHP yang berlaku di Indonesia. Namun karena semua pihak menghindari hukum, maka hanya dengan sudut agama saja pihaknya bisa membahasnya. Itupun tetap saja hukumnya sangat buruk, mencapai keharaman atas apa yang terjadi sekarang ini. Bowo bukan ulama, mengikuti pengajian jarang dilakukannya. Sangat berbeda dengan Bapak Jonan dan keluarganya, mereka sudah identik mencapai status berakhlak mulia walau sangat meragukan bagi Bowo pribadi. “Aku harus mendahului membahas akhir sebab akibat fatwa yang kunyatakan dalam perkara yang melibatkan semua pihak yang bertikai.” Bowo terus berpikir keras sangat menegangkan otak dan fisiknya. Jiwanya bisa tahan menghadapi gempuran serangan-serangan psikis tapi sering badannya yang hanya terdiri dari susunan otot daging menurun daya tahannya. “Pokoknya kukirim SMS agar mereka tidak berkutik sementara waktu ini karena fatwa haram yang kunyatakan ini.” Strateginya cepat dilaksanakan setelah membuka kios stempel di pagi hari. Hanya kirim SMS, “Menjaga kekhilafan dari pembahasan kemarin, maka pernyataan fatwa yang saya keluarkan kemungkinan pernah terjadi di masa lalu atau di tempat lain di belahan dunia. Bila sudah pernah ada kajian tertulis di fikih itulah yang harus jadi rujukan. Dengan demikian saya merevisi pernyataan yang pernah saya keluarkan agar tidak disalahgunakan, maturnuwun.” Bowo hati-hati sekali dengan kejadian-kejadian beberapa hari yang lalu, urusannya moral agama sepihak darinya. Sementara di pihak lain mereka bebas menafsirkan, bahkan tidak peduli. Paling-paling pegangan Bowo bertumpu pada Bapak Jonan yang cukup ahli soal agama. Beliau sampai menghentikan pergerakannya mengeksekusi Bowo agar tersingkir dari Jogja. Dengan buyarnya serangan-serangan psikis dari pihak keluarga Bapak Jonan Bowo boleh lega sementara ini karena pernyataan dari pihaknya cukup dihargai oleh kepala keluarga yang terus bersengketa dengannya. Buyar....tak ada lagi pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan bermanuver di depan kiosnya. Entah sampai kapan. BAB 5 Pergerakan Simbolis dan Maya Biarpun lenyap semua tapi bukan berarti masalah selesai. Buyarnya pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan adalah karena kepala keluarga tersebut seperti tersadar akan posisinya yang memegang kekuasaan agama. Bowo sendiri mencoba berpegang teguh pada pernyataan yang telah dikirimnya melalui SMS. Mencapai hukum agama, biarpun fatwa atas fenomena yang dialaminya sesuai dengan kiriman SMS nya, mungkin di sebuah tempat di belahan dunia ada yang sedang mengalami hal yang sama. Jadi kejadian di mana Bowo terlibat sebagai orang ketiga dalam hubungan Ani dan suaminya termasuk kejadian langka. Biasanya orang ketiga yang masuk dalam sebuah rumah tangga adalah bentuk perselingkuhan, pengkhianatan terhadap salah satu pasangannya. Sebisa-bisa pihak suami istri tidak mengetahuinya walau akhirnya rata-rata ketahuan hingga membuat retak legalitas pernikahannya. Yang dialami Bowo sulit disebut perselingkuhan. Bowo sebagai pihak ketiga justru diketahui semua pihak dalam keluarga Bapak Jonan maupun suami Ani dan pihak keluarganya. Bahkan terkadang Bowo sampai heran karena terbukti keluarga suami Ani yang berada di Bali sangat mengetahui profilnya dari sejak pernikahan Ani Oktober 2015. Bowo menjadi obyek permainan dua keluarga ini tanpa bisa menghindarinya. Posisinya selalu harus kalah, paling terasa untuk Bowo adalah dirinya hendak dipermalukan dengan tuduhan melecehkan Ani yang berstatus istri sehingga bisa disingkirkan dari Jogja. Jadi status suami istri Ani dan suaminya menjadi ajang permainan dengan Bowo sebagai obyek tujuan dikorbankan. Setiap kali ada upaya menyingkirkan dirinya meluncur berbagai tuduhan dari pihak Bowo. Hal tersebut tidak terhindarkan karena tidak mungkin Bowo mendiamkan saja aksi-aksi berbahaya menyingkirkan dirinya tersebut. Terakhir inilah baginya, mencapai puncak kemampuan dari pengertian-pengertian. Yang didapatnya mungkin melalui intuisi. Fatwa haram sudah tidak bisa ditariknya lagi kecuali anggota keluarga Bapak Jonan mengeluarkan argumentasi kuat mencapai khilafiyah. Khilafiyah, pengertian umat Islam karena sifat kekurangan sebagai manusia. Bisa salah atau benar dari satu sisi tapi benar dari sisi lain tergantung pengambilan hukum atau latar belakang seseorang, dalam pengertian mudahnya adalah disebut perbedaan pendapat. Adakah Bapak Jonan dan keluarganya akan mengeluarkan pendapat berbeda dari pernyataan yang dikeluarkan Bowo? Bowo tidak mendapatinya, sebagaimana tidak ada bantahan terhadap berbagai tuduhan karena tujuan-tujuan buruk keluarga Bapak Jonan terhadapnya. Sekarang pun pernyataan Bowo yang mencapai fatwa tetap tidak ditanggapi. Bowo jujur.....tetap pada pendiriannya selama ini dari apa-apa yang telah menjadi pernyataan argumentasi apapun keadaannya. Bergulir kembali...... Kesunyian yang dirasakan Bowo pecah tanggal 7 Maret 2019. Harusnya itu hari raya Nyepi, penuh dengan laku tapa brata. Seperti biasa biarpun tanggal merah Bowo tidak libur buka usaha stempel. Itu menjadi kesempatannya mendapatkan order stempel, karena kemungkinan kios-kios lain mungkin di sektar kota Yogya tidak buka. Pagi di deretan kios stempel eks kampus Stiekers, mobil dan kendaraan roda dua berseliweran di jalan depan kiosnya. Ternyata tetangga kiosnya yang sesama usaha stempel tetap buka mengadu untung mencari order. Yah hari raya Nyepi hanya berlaku untuk mereka yang menganut agama Hindu. Tak terpikir oleh Bowo atau pemilik kios lainnya bakalan mengikuti ritual ibadah agama Hindu, terlalu asing bagi mereka. Catur Brata? Wah tidak ada pelakunya bagi PKL semacam Bowo, semua seperti biasa. Tiba-tiba darah Bowo menggelegak naik tegangannya, itu ketika sepeda motor Beat yang sangat dikenal Bowo lewat. Pengendaranya adalah suami Ani dengan perempuan istrinya berada di jok belakangnya. Suami istri yang sudah beberapa hari lenyap ini muncul, Bowo tahu mereka sudah hidup bersama setelah dua tiga bulan berpisah. Tentu menyalakan segala bara rindu dendam, melampiaskannya sebagai kenikmatan suami istri. Yah walau mereka tahu ada pihak ketiga yang terus dipanasi dan diprovokasi dalam bentuk kemesraan keduanya. Bowo tidak mampu berbuat apa-apa, itu hak mereka walau juga hakekatnya tak boleh untuk bermain-main. Apalagi memperlihatkannya di depan Bowo sebagai obyek tujuan kesenangan jiwa suami istri ini. Bowo marah.....ya, dibarengi dengan sensasi celah kenikmatan seksual. Adegan di depan matanya adalah lelaki suami Ani memperlihatkan kemesraan berdua sebagai suami istri. Mencapai hubungan suami istri persetubuhan walau dalam lembaran pakaian tertutup dan sopan. Bukan pakaian yang menutupi tetapi aksinya yang diperlihatkan pada Bowo keduanya membuka aurat persetubuhan suami istri agar mengundang berahi orang ketiga yang mereka perkarakan. Bowo tahu berahinya naik tinggi, tertuju pada Ani yang sengaja memeluk erat-erat suaminya di jok belakang. Tidak memandang Bowo, melengos namun memeluk erat-erat suaminya yang pasti mencapai berahi di bagian sensitif genital paling dalamnya. Itu pemandangan yang tidak senonoh tapi semua demi memancing dan memprovokasi Bowo. Bowo pun merasakannya, naiklah berahinya......tertuju pada Ani. Dada Bowo benar-benar sesak karenanya. Tak usah diceritakan bagaimana imaginasi Bowo yang naik berahinya, melumat tubuh Ani dalam rengkuhan persetubuhan yang menggelora. Itulah adegan kemesraan suami istri di depan kios Bowo walau hanya beberapa detik karena sekedar lewat. Imaginasi Bowo saja yang terus menjadikannya mencapai kenikmatan terpenuhi untuk pihaknya walau tahu semua itu bukan hak miliknya. Seperti inilah pihak ketiga, untuk tujuan bersenang-senang suami istri ini. Dan karenanya Bowo hanya berbisik, “Haram......” Sudah selesai, tidak! Untuk kedua kalinya suami istri beradegan sama. Hanya kali ini ditambah bawaannya yang makin membuat Bowo terangsang nafsu berahinya. Berboncengan berdua, di belakangnya Ani membawa gulungan kasur busa, mungkin baru dari sebuah toko mebel. Ah bukan itu urusannya. Adegan yang diperlihatkan keduanya jelas sangat diatur untuk memanasi hati Bowo terutama agar lelaki ketiga ini tahu mererka berdua sudah hidup bersama berhubungan suami istri, dibuktikannya dengan kasur busa yang mereka bawa sekarang. Bowo tidak cemburu terhadap lelaki yang menjadi suami Ani, justru hatinya lebih tertuju pada Ani sebagai obyek pelarian hasrat seksnya. Itu membuat imaginasinya begitu liar karena erotisme pembawaan Ani masuk pada dirinya. Hubungan kelamin jelas tertuju pada Ani naik tinggi sekali, itu bukan kesalahannya. Ani memegang kasur busa yang dilipat dua seolah memeluknya, dan Bowo malah merasakan betapa nikmatnya bila ia menjadi kasur busa tersebut melumat Ani di bagian lubang rahasinya yang justru diumbar karena adegan yang sangat disengaja tersebut. Keduanya lewat cepat saja, akhirnya berbelok menuju rumah tinggal mereka. Ani sempat melirik tajam Bowo saat berbelok, lirikan tajam yang bagi Bowo penuh berahi....sama dengan dirinya yang sudah menggelepar kerasukan setan merasakan lubang kenikmatan milik Ani. Lenyap....tapi tidak dengan imaginasi Bowo yang menuntut pelampiasan berahi..... Bowo masih enggan menanggapi adegan yang sangat merangsang berahinya itu melalui SMS, belum waktunya. *** Bowo berpikir keras sekali, memanaskan kepalanya yang sudah tumpul otaknya dikenai masalah bertubi-tubi. Menuruti hati nuraninya ia ingin konflik yang dihadapinya selesai, tapi gelagatnya tidak semudah itu. Bukan watak keluarga Bapak Jonan menghentikan masalah begitu saja. Itu sudah terjadi sejak sebelum Ani menikah. Pernikahan Ani dengan orang Bali ini malah makin mengobarkan pertikaian walau untuk pihak Bowo sama sekali tidak bermanfaat. Bagi keluarga Bapak Jonan semua itu adalah pertaruhan kehormatan dan nama baik keluarga mereka. Tidak bermanfaat, tapi penting bagi suami Ani. Masalah ini bukan sekeping uang, selalu ada dua sisi seperti lelaki perempuan, positif negatif, baik buruk dll. Tidak setinggi itu, semuanya karena perbedaan kepentingan, dalam posisi paling sempitnya bagi Bowo hanya rebutan hak atas seorang perempuan Ani saja. Oh terlalu rendah bagian ini, dan rendah juga penilaiannya terhadap suami Ani. Mereka hanya berputar-putar di sekitaran status suami istri sehingga klaim pembenaran untuk menyingkirkan Bowo dari tempat tinggal mereka. “Rendah sekali!” Bowo menyatakannya. Beratnya masalah karena begitu besar modal yang telah dikeluarkan suami Ani, milyaran rupiah. Sedangkan status suami Ani? Bowo menyatakan keheranan, “Walaupun tingkat pendidikan dan derajatnya di masyarakat tinggi tapi cara-cara memperkarakan diriku rendah, lebih cenderung tindak pidana.” Ini sekarang yang terus dihadapinya, benturan-benturan yang terjadi tanpa adanya bentuk penyelesaian masalah justru membuat pandangannya terhadap suami Ani rendahan, bukan tingkatan seorang ksatria seperti dalam medan perang. Hanya seorang yang licik, menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi, lebih seperti seseorang yang hidupnya mempertahankan status tanpa pernah berniat baik menyelesaikannya. Terus Bowo berpikir.....sementara hari-hari selanjutnya masalah terus bergulir. Setelah manuver dan adegan suami istri tanggal 7 Maret tersebut berlangsung keduanya lenyap. Pergerakan yang ada dilakukan Udin dan istrinya, yah istri Udin memang tidak masuk orang yang bakalan menjadi pelaku, tetapi selalu berada dalam pusaran internal keluarga Bapak Jonan. Setiap pagi berangkat kerja, mudah sekali baginya mengetahui posisi Bowo di kios. Dialah pemberi informasi perkembangan keadaan Bowo terhadap keluarga mertuanya. Keadaan itu pasti tapi sulit menuduhnya sebagai mata-mata, juga sebenarnya nasib perempuan ini sama ssaja dengan Bowo, posisinya cuma orang luar karena menjadi istri Udin dengan membawa anak dari pernikahan sebelumnya. “Sama-sama kasus berat sebelumnya,” Bowo membatin. Pikir saja Udin pacaran dengan perempuan yang ternyata berstatus janda satu anak, pasti mengharu biru karena menjadi skandal yang memalukan bagi keluarga besar Bapak Jonan, masih mending dengan masalah yang dialaminya bersama Ani walaupun posisi Bowo mendapa tuduhan perebut istri orang, perusak pagar ayu itu ujar orang tua dahulunya. “Rendah dan tetap rendah.” Itulah pandangan Bowo terhadap suami Ani. Karena sudah seperti itu kegiatan Bowo berantakan, seluruh tubuhnya mogok tersandera masalah yang menderanya, menyebalkan sekali. Pikirannya yang lain terhadap Bapak Jonan, sekarang posisinya jungkir balik. “Beliau sulit sekali menjadi panutan, berhak mengujiku tetapi akhirnya lebih membela menantunya karena limpahan harta benda.” Jadi biarpun seorang Ustad dan priyayi derajatnya tidak tinggi, keilmuannya hanya sebatas formalitas, apalagi kemungkinan beliau seorang psikopat, kemungkinan sebelum terjadi benturan dengan Bowo sudah banyak kasus lain menimpanya dengan orang lain sebagai obyek penderita. “Seorang Ustad, Takmir masjid, tapi belum pernah terdengar peran tingginya di Ormas keagamaan, itu fakta.” Tapi pengaruh Bapak Jonan dalam perkara yang dihadapinya sangat penting. Beliau tetap orang tua yang harus dihormati dan merupakan pelindung utama seluruh anggota keluarganya. Bila beliau yang turun tangan tak mungkin Bowo melawannya. Bertahun-tahun Bowo menahan diri menghadapi orang tua ini karena kemungkinan akan menjadi orang tuanya bila sampai berumah tangga dengan Ani. Sekarang pun tetap dihormatinya karena posisinya sebagai orang luar tetap menjadi pihak ketiga di dalam rumah tangga putrinya. Tetap ada kemungkinan dirinya mencapai hubungan rumah tangga dengan Ani walau cuma spekulasi hingga sekarang. Bowo merasakan Bapak Jonan adalah titik paling beratnya menghadapi kepala keluarga yang terus melibatkan dirinya dalam pusaran konflik, posisinya tidak pernah bijaksana menjadi penengah dan pendamai. “Yang paling tingginya dari masalah ini adalah fatwa haram. Sedangkan posisi suami Ani sesuai dengan tuduhanku tak lebih hanya tingkatan tindak seorang penjahat.” Demikian hasil akhir pemikiran Bowo. Sayang berbarengan dengan perasaan sukanya pada Ani. Tetap berat sebelah, hasratnya ke Ani karena keduanya adalah korban dari praktek sindikat. Pertimbangannya Ani harus ditolong keluar dari cengkeraman kekuasaan suaminya. Mendua jadinya. Di satu sisi Bowo berhadapan dengan Ani yang diperbandingkan sama dengan Bapaknya, psikopat. Biarpun Ani perempuan justru bagi Bowo sangat berbahaya, “Bukankah puluhan tahun aku menghadapinya belum pernah merasakan aman tentram, selalu dalam bahaya besar.” Bowo jujur menyatakannya, menghadapi Ani ternyata bukan perorangan. Ani terlalu berharga bagi keluarganya dan dibutuhkan untuk mengangkat derajat mereka sekeluarga setinggi-tingginya. Sekarang hal tersebut telah didapatkan dari menantunya dan tinggallah dirinya mendapat serangan-serangan mematikan agar tersingkir dari lingkungan hidup mereka sekeluarga. Berhadapan dengan suami Ani, semua bentuk kejahatan ada pada dirinya. Identitasnya yang tidak pernah ketahuan juga tidak berkomunikasi langsung dengan Bowo menjadikannya sangat gelap. Dari berbagai kemungkinan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan tentang dunia kejahatan Bowo mendapati suami Ani dari awalnya sudah mencurigakan. Sampai sekarang sudah meluncur tuduhan tingkat paling tingginya, pelaku praktek teknik sindikat human traficking ala Bali. Untuk suami Ani masalah ini terus bergulir di bagain ini. Bowo sekarang benar-benar mempersiapkan diri menghadapi suami Ani. Kemungkinan bakalan beraksi sesuai misinya mempertahankan Ani dan membantah segala tuduhan Bowo yang bila ditarik garis etika di masyarakat sangat keras, namun anehnya tidak ada bantahan sama sekali. Oh ternyata baru hari Selasa ada pergerakan, itu Ani muncul dari mulut gang. Mengendarai motor Mio menyeberang jalan, yah bertemu pandang dengan Bowo sembari menganggukan kepala. Tak mungkin Bowo diam saja, juga membalas anggukan tersebut yang bernada simpatik dan persahabatan. Ah Ani tidak menutup diri dengan masker, gaunnya yang resmi bernuansa biru kebiasaannya menuju kampus kuliah. Di sinilah Bowo tidak tahan..... “Saya tetap menghormati Mbak Ani yang terus menjalin komunikasi tapi saya tidak wajib menghargai maupun menghormati suaminya karena perilakunya, praktek teknik ala sindikat.” Keluar beberapa SMS, intinya seperti itulah. Hingga detik ini Bowo tidak melihat satu kebaikan dari keberadaan suami Ani di Yogyakarta, sama sekali tidak menguntungkan bagi posisinya. Soal berseberangan jalan tampaknya tidak begitu menonjol tapi itikad baiknya tidak ada dari awal pernikahannya dengan Ani Oktober 2015. Biarpun kini hadir suaminya, Ani masih menjalin hubungan mencapai pacar dengan Bowo, inilah pegangannya sekarang. Setelah kemunculan Ani hari Selasa, selanjutnya berbagai pergerakan manuver terjadi oleh Udin dan Bapak Jonan. Sikap-sikap orang ini seperti memusuhi Bowo, seolah semua orang di pihak sana sedang merencanakan sesuatu walau Bowo sudah menyatakan semuanya Haram karena status suami istri menjadi ajang permainan. Ah tanggal 7 Maret Ani beraksi bersama suaminya, itu pelanggaran berat. Tapi bagi mereka ternyata tetap melakukannya, berarti ada trik-trik jebakan lagi untuk Bowo. Sulit menduga, Bowo harus bersiap-siap saja, semuanya sangat menegangkan bagi jiwa dan raganya. Apalagi hari Jumat, sengaja Bowo lewat rumah Ani yang begitu sepi karena tahu akan dipantau olehnya. Lucu sekali, suami Ani tidak pernah memperlihatkan diri saat-saat seperti itu. Tak pernah sekalipun lelaki andalan keluarga Bapak Jonan ini menyatakan dirinya sama dengan Bowo, berdiri di kaki sendiri. Tetapi yang menyebalkan saat sholat jumat dirinya melihat Udin datang seolah terlambat menuju masjid. Sengaja duduk di shaf depan deretan Bowo yang duduk terbiasa berada di pojok luar halaman masjid. Dirinya selalu dikepung anggota keluarga Bapak Jonan, padahal Udin ini sekarang sudah menjadi Ketua RT. Tak ada pergerakan apa-apa dari Udin, tujuannya hanya memantau Bowo dan mengepungnya. Itu sudah dari dahulu dilakukan anggota keluarga Bapak Jonan. Tapi tak mungkin hanya itu pergerakan mereka.... Sudahlah Bowo pun kembali ke kios setelah sholat jumat. Menunggu terus perkembangan yang terjadi termasuk juga berharap mendapat pengunjung yang bakalan memberinya uang dari order stempel. Bowo baru ingat, saat buka kios ada pemuda ganteng berjalan kaki dari seberang kiosnya kemudian masuk mulut gang, berkulit putih tanpa cambang. “Oh ternyata suami Mbak Ani sudah beraksi pagi tadi, aku saja yang kurang memperhatikan karena mempersiapkan kios.” Tidak berkaca mata dan klimis tanpa cambang, suami Ani beraksi mencari perhatian Bowo sayang gagal. Pergantian wajah yang dramatis membuat naluri bowo seolah tumpul bahkan tidak memperhatikannya sama sekali. Dari dahulu sulitnya Bowo di bagian ini, begitu ganti motor, berdandan keluar dari kebiasaan, apalagi bila melakukan penyamaran seperti Ani dengan menutup segala wajahnya dengan masker rasanya sulit mengenalinya. Hanya naluri dan auranya saja yang terasa hadir, lewat begitu saja baru kemudian Bowo menyadarinya, sudah terlambat. Wajar saja semua itu baginya. “Aku tidak mengetahuinya dan bukan salahku.....” Bowo angkat bahu tidak peduli. Sulit mengidentifikasi lelaki suami Ani, dari dahulu identitasnya gelap karena tidak menjalin komunikasi apapun hingga saat ini. Semuanya meragukan tapi akhirnya Bowo nekad menulis SMS dan segera dikirimkannya. “Saya tidak bisa menghargai ataupun menghormati suami Mbak Ani, menantu Bapak Jonan ini di mata saya hanya tingkatan seorang penjahat.” “Saya menyatakan hal ini sebagai vonis, lebih baik mengidentifikasikan sebagai penjahat agar di lain hari lebih mudah menghadapinya secara pribadi.” Tujuan Bowo bila suami Ani seorang penjahat maka apapun tujuannya berhubungan dengan Bowo selalu lari ke tindak kejahatan, jadi menghadapinya selalu dengan menghindar dan manjuhinya. Semua itu dituangkan dalam berbagai SMS berturut-turut. Bowo tahu posisi jiwanya sedang gundah sangat labil dan tegang. Semua perhitungannya bisa salah dan menjadi bumerang bila keluarga Bapak Jonan melaporkannya ke aparat kepolisian dengan tuduhan memfitnah atau pencemaran nama baik mereka. Menjelang sore setengah tiga muncul Bapak Jonan dari mulut gang. Pergerakannya tetap dari dahulu, berhenti sebentar membenahi kaca mata dengan membersihkannya seolah-olah tidak peduli dengan Bowo. Yah siapa yang tahu kelakuan Bapak Jonan ini tertuju pada seorang di seberang jalan yang hanya pedagang kaki lima. “Beliau ustad tapi saat ini tidak menjadi panutanku karena pertikaian yang bergulir menjadi musuh karena membela menantunya.” “Bila saja beliau bersikap netral dan masalah yang bergulir harus diselesaikan putra-putrinya sendiri tentu akan berlainan peristiwanya. Beliau menjadi bijaksana dalam segala hal.” Sayang hal tersebut tidak terjadi. Kehadiran Bapak Jonan dengan pergerakan diam-diamnya membuat beban mental Bowo bertambah berat, orang tua ini memusuhinya dan begitu membencinya, tidak sesuai dengan kehormatannya yang diakui sebagai pemuka agama oleh warga sekitar. Dada Bowo sesak dipantau Bapak Jonan, tidak pernah bisa menghindar karena kemunculannya bisa kapan saja sementara dirinya terikat dengan kios dan pekerjaannya yang menuntut waktu cukup panjang menjaganya. Setelah beraksi sebentar Bapak Jonan segera melintas menjauh dari areal kios Bowo. Sungguh Bowo berpikir keras dengan fenomena kejadian-kejadian yang dialaminya. Berarti SMS-SMS yang dikirimkannya berturut-turut dalam selang waktu tiga empat jam menjadi perhitungan orang tua terhormat ini. Bowo makin gundah, setengah jam menjelang tutup kios melintas lelaki perempuan berboncengan motor yang segera dikenalinya adalah Ani dan suaminya. Dandanan suami istri ini sangat menantang Bowo dengan segala pernyataan-pernyataannya selama ini. Terutama Ani yang tidak berjilbab mengikat rambutnya ekor kuda memperlihatkan kulit lehernya yang putih mulus menggairahkan berahi Bowo. Kaosnya yang putih garis merah menyala jelas menunjukan aroma seksual dan celana training memperlihatkan bokong nan seksi. Semua itu diperlihatkan kepada Bowo menantang karena selama ini argumentasi Bowo adalah salah. Mereka berdua adalah pasangan resmi yang tidak terkendala apapun, baik-baik saja hubungan mereka sebagai suami isri selama ini. Melintas entah dari mana, menyeberang jalan kemudian motor dengan makhluk yang masih bertikai dengan Bowo itu masuk gang sebagai bahasa simbolik, Bowo bukan apa-apa di depan mereka. Malamnya Bowo mengalami ketegangan yang luar biasa, sulit memejamkan mata karena aksi-aksi pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan. Bentuknya sangat jelas, keroyokan tanpa ada kompromi sama sekali. Kapan berakhir situasi ini? Sabtunya Bowo menyaksikan semacam adegan aneh lagi, seorang perempuan melintas depan kiosnya. Sepeda motor Mio dikenal Bowo sering dipakai Ani. Apakah itu Ani yang mengendarainya? Bowo memandang tajam mengidentifikasi, hampir tak dikenalnya sama sekali. Eh sepeda motor itu berhenti sekitar lima puluh meter dari kios. Pakaiannya putih berjilbab, hanya wajahnya itu dibuat riasan buruk. Ani berwajah dekil dalam dandanan tersebut, ragu-ragu Bowo mengidentifikasi. Perempuan itu memandang Bowo, barulah ia paham. Benar itu Ani dalam riasan wajah buruk. Wah sayang motor Mio tersebut kemudian melaju, menjauh sampai hilang dari pandangan Bowo. Tidak sampai lima belas menit Ani dalam samaran wajah paling buruknya lewat lagi di depan kios Bowo. Bowo tanggap cepat memandang ke arah mana Ani menuju. Uuups Ani berhenti dua puluh meter, menengok ke belakang seolah memastikan pergerakannya dipantau Bowo. Setelah yakin dirinya terlihat oleh Bowo segera menyeberang jalan untuk terus beraksi agar Bowo menafsirkannya. Biarpun Bowo ragu-ragu tetapi matanya terus mengikuti arah motor Mio menuju. Benar dugaannya, motor tersebut segera belok menuju kampung tempat tinggal Bapak Jonan. Berarti itu benar-benar Ani, wajah buruknya yang dibuat-buat sehingga seperti berwajah perempuan tua itu simbolis. Terbaca oleh Bowo mereka mengejek dirinya dengan segala argumentasi tuduhannya selama ini sebagai pernyataan buruk tak pantas disampaikan kepada mereka sekeluarga. Cuma itu dugaan Bowo saja karena sulit menjadikannya dasar pembenaran aksi-aksi dari seluruh anggota keluarganya. Bagi Bowo pergerakan Ani yang sedemikian rupa sering menyulitkan. Tak mungkin pertikaian hanya mendasarkan pada bentuk-bentuk simbolis seperti yang disaksikannya. Semuanya tidak mungkin terselesaikan. Hanya menegangkan urat-urat syarafnya. Setelah pergerakan Ani di pagi hari kemudian berturut-turut Bapak Jonan dan Udin yang seolah-olah memantau Bowo melihat reaksi dari aksi-aksi mereka sebelumnya. Mungkin mereka menghendaki Bowo jatuh mentalnya dan kemudian tidak tahu keadaan sampai bingung jiwanya sampai guncang dan ketakutan terus lari dari ancaman-ancaman mereka yang menakutkan tersebut. Bowo cuma berpikir logis, “Masa aku lebih takut dengan manusia dari pada dengan Tuhan, Tujuan keluarga ini juga rendah, hanya kepentingan keluarga terutama yang berkutat pada harta dan wanita.” Tapi bagaimanapun otak Bowo sangat terperas disertai berbagai reaksi tubuh mencapai kecemasan dan kekhawatiran. Ia manusia biasa, sangat tertekan oleh keroyokan anggota keluarga Bapak Jonan. Sudah dua hari ini ia sulit tidur, malam Minggu inipun sama, ketegangan jiwanya mempengaruhi tubuh dengan berpikir keras, mengeluarkan beberapa pernyataan yang dikirimkannya berupa SMS. Tepat jam 2 dini hari. “Seseorang memperkarakan orang lain tanpa pernah membuat tindak penyelesaian ialah Penjahat yang sesungguhnya.” Pikirannya tetap tertuju pada suami Ani, bukan pergerakan Ani dan keluargannya yang aneh-aneh tersebut. Sebab Bowo tahu persis dari perseteruan sebenarnya ia harus berhadapan langsung dengan lelaki yang telah menikahi Ani Oktober 2015 tersebut. Pemikiran Bowo adalah sungguh aneh seluruh anggota keluarga Bapak Jonan begitu melindungi menantu lelakinya. Bowo belum pernah merasakan satu tekananpun dari lelaki suami Ani sejak pernikahannya tersebut, selalu yang bergerak adalah Ani dan keluarganya. Tahun 2018 bulan Agustus Bowo baru tahu pofil suami Ani yang mungkin bergerak menghadapinya karena dipaksa keluarga tersebut berkaitan dengan anaknya yang lahir dari rahim Ani. Bowo mengirim SMS menjelang subuh jam 5 pagi. “Aku tidak menuduh tapi bisa menyatakan tingkat martabat menantu Bapak Jonan hanya bermartbat rendah, hanya seorang pengecut. Itu supaya mudahnya bila menghadapinya nanti terus diperkarakan sampean sekeluarga, nwn.” Bowo biarpun masih bisa shalat subuh tetapi segala kegiatannya berantakan hari Minggu. Tapi supaya tidak terlihat oleh tetangga-tetangganya bahwa ia sedang bermasalah ia tetap keluar kamar walau hanya jalan-jalan di sekitaran kota Yogyakarta. *** Situasi masih panas bagi Bowo, kehadiran suami Ani berarti tidak mungkin perkara selesai hanya satu dua minggu ini. Pasti masih ada kelanjutannya tapi tak mungkin menduga kapan mereka bergerak. Ah tampaknya situasi menurun. Hari Senin, Selasa, sampai Rabu tidak ada pergerakan mencurigakan dari anggota keluarga Bapak Jonan. Hanya ada istri Udin yang setiap pagi berangkat kerja. Perempuan cantik yang sudah beranak perempuan ini paling netral posisinya. Walaupun memantau Bowo tak mungkin mencurigainya terlalu terlibat dalam konflik selama ini. Ya seperti ini harapan Bowo, ketegangan menurun dan penyelesaian perlahan-lahan timbul. Bowo tak perlu menang besar, baginya bisa melalui dari satu benturan demi benturan dengan bobot masalah sedemikian beratnya sudah sangat baik untuk posisinya. Harapan masalah konflik selesai sering ditulisnya melalui SMS sebagai kebaikan semua pihak. Sering dirinya yang menyampaikan pengunduran diri sepihak dengan menyatakan agar Ani bersama suaminya mulai hidup bersama menjalani rumah tangga tanpa ada pihak ketiga. Tapi bila prasangka buruk datang maka tuduhan terhadap suami Ani sebagai pelaku praktek sindikat human traficking ala Bali, jelas SMS-SMS nya selalu berupa amarah dan emosional. Sering argumentasi ditulisnya dengan berbagai pengembangan bentuk perilaku orang-orang yang terjun tindak pidana sindikat yang larinya menuju prostitusi terselubung. “Pelaku praktek ini selalu takut mati, bisnis lendir adalah kenikmatan mencari setetes kehidupan. Di bagian inilah mereka mengadu untung, sekali gagal lari karena korban tidak menguntungkan dari segi bisnis.” Sering SMS-SMS Bowo mengenai perilaku lelaki suami Ani yang ternyata juga tidak pernah membantah segala tuduhannya dari tahun 2018. Berarti segala tuduhan tersebut tetap ada pembenarannya. Satu SMS menegaskan, “Tuduhan saya terhadap suami Mbak Ani sebagai pelaku praktek sindikat human traficking ala Bali sudah menjadi konsep, silakan Bapak Jonan melaporkan diri saya ke kepolisian dengan tuduhan pencemaran nama baik, sedangkan saya akan tetap bertahan dengan konsep tersebut hingga hari ini!” Rupanya SMS ini mengena, ada Bapak Jonan melintas di depan kiosnya dari masjid waktu ashar, langsung masuk gang tanpa ada isyarat-isyarat lain. Sangat simbolis caranya menyatakan pendapat, mungkin itu bentuk perhatian bahwa pernyataan Bowo melalui SMS menyinggung perasaannya selaku kepala keluarga. Tambahan SMS di Minggu ketiga bulan Maret, “Saya heran rumah tangga Mbak Ani tidak normal, sebagai suami istri berkumpul hidup bersama mungkin paling lamanya hanya di bulan Maret ini, selebihnya suami Mbak Ani pulang pergi Bali Jogja. Sangat boros, tidakkah beliau berkeinginan hidup normal?” Setahu Bowo bulan Agustus 2018 suami Ani mulai mencoba menghadapi dirinya langsung dengan berbagai aksi. Tapi saat ketegangan memuncak dan Bowo bergerak untuk memperkarakan lelaki ini ternyata kemudian pergi begitu saja. Dan hal tersebut terjadi setiap bulan di tahun 2018, jelas Bowo sering menyampaikan kepada keluarga Bapak Jonan tentang berbagai kemungkinan dan tuduhan yang larinya negatif, puncak dari tuduhan tersebut adalah suami Ani sebagai pelaku praktek sindikat itu sudah final hingga saat ini. Minggu keempat bulan Maret 2019, Hari Senin mulai terlihat ada pergerakan keluarga Bapak Jonan. Siapa lagi, ternyata justru kepala keluarganya yang langsung muncul di sekitar kios Bowo. “Bapak Jonan ini ustad, kenapa dalam konflik yang terjadi beliau tidak menjadikan di penguasaan agama, justru malah aku yang akhirnya mendahului mengungkit kepada semua pihak tentang halal haramnya status suami istri sebagai ajang permainan.” Bowo heran tapi kemudian menduga, “Semua masih adanya menantu lelaki dan keluarganya yang mencoba memaksakan aturan mereka agar aku harus tersingkir dari Jogja sebagai syarat keutuhan rumah tangga Ani.” Posisi Bapak Jonan adalah tameng, siapapun yang mengganggu putra putrinya dan menantunya bakalan berhadapan langsung dengan beliau baik atau buruk sebagai pelindung. Makanya Bowo selama ini mengakui pengaruh Bapak Jonan. Ada tiga kali beraksi dalam waktu berlainan muncul dari mulut gang, memakai kemeja batik berwarna merah. Bila orang melihatnya pasti beranggapan sedang mengikuti sebuah acara resmi semacam rapat atau pertemuan. Bowo kecut hatinya, “Bila seperti ini tidak mungkin masalah selesai dalam waktu dekat. Jelas akan ada aksi dari semua anggota keluarga ini tertuju padaku,” Bowo menghela nafas dalam merasa tertekan dadanya. Minggu yang lalu setelah aksi Ani dengan wajah samaran buruknya ditambah aksi suami Ani yang bagi Bowo terkadang kurang dikenal raut mukanya dikarenakan mudah berubah tampilannya, terkadang klimis, lain saat begitu lebat brewokan tapi wuiih gantengnya minta ampun. Setelah itu semuanya lenyap, Bowo yang berpikir kemungkinan sudah ada keputusan terbaik dari pihak keluarga Bapak Jonan misalnya mengacuhkan dan membiarkan Bowo, toh segala tuduhannya bagi pihak mereka bisa dianggap mengada-ada. Ternyata Minggu keempat ini mulai lagi, berarti justru sebelumnya mungkin untuk membuat siasat baru. Bowo geleng-geleng kepala karena harus bersiap-siap lagi menghadapi aksi-aksi keluarga Bapak Jonan ini. Apalagi bila Ani dan suaminya muncul, jelas akan ada penafsiran baru dan keputusan baru bagi pihaknya. Di sini Bowo sebal, “Aku tak perlu memantau rumah mereka, toh orang-orang ini bakalan bergerak di sekitar kiosku.” Malah aneh bagi Bowo, “Seolah-olah ada keterpaksaan, terbatasnya waktu. Semacam deadline....?” Itu semua adalah kepentingan keluarga Bapak Jonan dan besannya dari Bali sana. Bowo benar-benar musuh yang harus dieksekusi tersingkir dari lingkungan tempat tinggal Bapak Jonan. Bowo menunggu hari Selasanya, juga cuma Bapak Jonan yang beraktifitas seolah-olah mengikuti sebuah acara atau pertemuan walau singkat sekali dan cuma sekali hari itu. Rabunya, sama sekali tak ada pergerakan anggota keluarga tersebut. Memang ada yang menarik pandangan Bowo. Ani melintas tapi jaraknya jauh dari kios Bowo, dari jalan lain menuju kampung. Kemungkinan Ani menuju kampus karena dandanannya yang ringkas dan bawaan tas punggung. Bowo tetap menunggu dengan cermat perkembangan perkara yang terjadi. Sering hal-hal yang diremehkan pihaknya justru adalah hal penting bagi keluarga tersebut. Misalnya pemikiran Bowo, coba bila keluarga Bapak Jonan membiarkan Bowo apa adanya dengan segala kepicikan cara berpikirnya. Dengan sendirinya Bowo akan mundur karena tahu pasti segala tuduhannya salah alamat. Pihaknya tentu keterlaluan bila terus menggugat dan memperkarakan hubungan suami istri Ani dan suaminya. Hari Kamis 28 Maret 2019, Bowo yang berada di kios bersiap-siap ketika Bapak Jonan muncul dari mulut gang. Penampilannya beberapa hari ini jelas merupakan aksi memancing dan memprovokasi dirinya agar terus berperkara. Mereka tisak menghentikannya, kemungkinan sekarang adalah misi dari menantu dan keluarganya di Bali terhadap Bowo. Keluarga Bapak Jonan hanya mendukung dan menghadapkan lelaki suami Ani dengan Bowo walau tak pernah berkomunikasi langsung. Mungkin keluarga menantunya di Bali sangat tinggi derajatnya hingga tak mau bersentuhan dengan Bowo dalam segala hal. Anggap saja mereka orang-orang terhormat yang tak mungkin bisa dicapai Bowo dan keluarganya seumur hidup atau turun temurun. Semacam derajat kebangsawanan misalnya, tak mungkin Bowo bisa sejajar karena bukan trah keraton misalnya bergelar Raden, itu turun temurun hak dinasti. Bowo memperhatikan Bapak Jonan, sangat berat bagi pihaknya menghadapi karena bobotnya. Jelas ini tokoh masyarakat yang cukup disegani walau juga tidak cemerlang hidupnya. Ada berbagai kasus menimpanya, dan itu menurun pada putra-putrinya yang juga ternyata seperti yang dihadapi Bowo sekarang. Ani yang hamil duluan kemudian menikah sampai sekarang belum normal rumah tangganya karena ada pihak ketiga yang harus disingkirkan. Mungkin begitu juga jejak-jejak kedua orang tuanya, banyak sknadal-skandal yang tidak mungkin diselidiki Bowo karena bukan tempatnya. Kasus yang dihadapinya cukup dengan Ani, yang sampai sekarang justru masih berstatus pacar walau sudah menikah. Bowo tak pernah bisa menyalahkan dirinya sendiri, itu sudah kelakuan Ani dan anggota keluarganya. Buktinya ya sekarang ini, insiden yang berlangsung di depannya. Bapak Jonan melintas di depan kiosnya. Itu pura-pura dengan berbagai tingkah yang harus diterjemahkan Bowo. Setelah melintas satu jam kemudian kembali entah dari mana masuk gang kembali. Bowo menanti walau pasif.....Oh tidak ada apa-apa. Sampaipun Bowo meninggalkan kios karena ada order stempel. Jam dua siang saat sedang panas-panasnya, sampai Bowo tersudut di pojok kios menghindari silau cahaya matahari dan panas yang menyengat. Dari mulut gang muncul motor honda Beat yang dikendarai Ani. Hanya matanya saja yang memandang tajam Bowo. Lain itu sangat tertutup, terutama mulutnya. Jadi Bowo hanya mengandalkan postur tubuhnya bahwa yang muncul itu Ani. Masker yang menutup mulutnya hanya sebuah sapu tangan putih, jadi ketika terpasang malah seperti cadar. Dandanannya rada berantakan, artinya bukan tampil untuk sebuah acara apapun, memang disengaja untuk beraksi mendapatkan komentar dari Bowo. Bowo memperhatikan dengan seksama, sedangkan Ani begitu acuhnya walau matanya jelas bersinar tajam menantang Bowo. Cepat saja Ani di mulut gang, langsung melintas mendekati conter pulsa. Motor Mio nya diparkir di trotoar agar bisa leluasa dilihat jelas oleh Bowo. Sementara Ani turun dari motor membelakangi Bowo langsung membeli kartu voucher. Sedikit memandang Bowo untuk memastikan laki-laki di seberang jalan sekitar 25 meter menonton aksinya. Tapi wajah tersebut benar-benar tidak ramah, tidak ada ekspresi menyenangkan karena aksi tersebut adalah sebuah keputusan keluarga agar Bowo menyingkir, tidak dikehendaki keluarganya dll. Itu semua demi seorang lelaki di pihak mereka yang sekarang menjadi fokus Bowo menghadapinya. Bagi Bowo cara-cara Ani ini demikian membela suaminya, tentu sangat menyakitkan hati Bowo. Bowo sadar apa yang terjadi, ada banyak faktor lainnya. Terutama apa yang sedang diperjuangkan untuk tidak menyerah begitu saja. Mempertahankan kiosnya lebih mirip jihad, sekali saja anggota keluarga Bapak Jonan menyerang aset yang ada di kiosnya ia bisa kalap menyerbu pelakunya. Kios inilah satu-satunya hasil perjuangannya di Jogja. Sedangkan Ani....lebih sering menyulitkan posisinya. Bowo memilih bertahan!! Selesai Ani membeli kartu voucher segera mengendarai motornya. Beberapa kali Ani memainkan gas, kali ini menghadap Bowo sebagai lelaki lain saingan suaminya. Seorang lelaki yang dikehenddaki pergi demi kehormatan keluarga besar mereka. Ani melaju pelan dengan memperlihatkan sebuah kartu di tangan dan dandanannya yang jelas menanti Bowo membuat pernyataan. Ani lenyap masuk gang, dengan Bowo mempersiapkan kalimat-kalimat untuk menyatakan pernyataan dan komentar. Hal yang pasti sangat memanaskan situasi dan menegangkan jiwanya. Ani bisa berpijak di mana saja, tapi jelas demi kepentingan keluarga besarnya ia beraksi tertuju pada Bowo agar tujuan mereka tercapai, apalagi kalau bukan mempertahankan aset yang berasal dari suaminya. Hmmmm....sebuah rumah baru, seorang anak balita dan mungkin satu dua sepeda motor yang dikendarai Ani sejak menikahnya, walau bekas tetapi selalu berganti tiap tahun. Mungkin juga Ani sudah terikat dengan suaminya karena biaya pendidikan S2 nya sekarang ditanggung suami dan keluarga besarnya. Bowo mencurigai pernikahan Ani sarat bentuk transaksi berdasarkan tuntutan Bapak Jonan. Hal-hal tersebut Bowo paham karena pernah berdialog dengan Bapak Jonan di tahun 2011, saat Ani sudah diterima di UGM jalur uandangan. Bapak Jonan berkehendak Ani bila menikah harus dengan lelaki yang mampu memenuhi kebutuhan materi istrinya, dan yang disinggung orang tua tersebut adalah biaya kuliah karena waktu yang mendesak. Saat itu Bowo mundur teratur...... Sekarang walau berturut-turut tujuan Bapak Jonan tercapai, mendapat menantu kaya yang sanggup membiayai dan memenuhi materi hingga bisa mendongkrak kehormatana keluarga tersebut ternyata penghalangnya cuma satu, ialah Bowo yang belum putus hubungan dengan Ani, harus disingkirkan! Bowo akhirnya mengirim SMS beberapa kali, tapi intinya adalah ini, “Semua sudah beraksi di depan saya, saya masih menghormati Mbak Ani tapi tak mungkin memberikan hal yang sama pada suaminya. Bila suami Mbak Ani beraksi saya akan membuat keputusan.” Masih berat untuk Bowo menyatakan putus cinta terhadap Ani. Benihnya sudah tertanam sejak remajanya di hati Bowo, menghapuskan hal itu ternyata membutuhkan perjuangan tersendiri, jadi paling mudahnya ia menghadapi suaminya. “Lelaki suami Ani walau diunggulkan apapun dihadapan saya sama saja derajatnya, tak lebih seorang lelaki yang membutuhkan pendamping hidup lawan jenis.” Itu SMS terakhirnya. “Tinggal menanti aksi suami Mbak Ani, nwn.” Bowo sendiri berpikir, fenomena yang ada di depannya sepertinya sangat dibatasi waktunya. “Seolah ada dead line dari pihak keluarga suami Ani di Bali.” Batinnya terus membaca situasi yang terjadi walau setelah aksi Ani di konter pulsa tak ada lagi pergerakan anggota keluarga tersebut. Terbaca oleh Bowo mereka diburu waktu dan kemungkinan adanya masalah keuangan. Yah bila melihat pergerakan suami Ani mulai tahun 2018 hingga sekarang dana operasionalnya sangat besar. Sekali kehabisan seolah langsung ngedrop pergerakan dan semangatnya. Tapi buat Bowo sendiri kecut, hatinya berprasangka macam-macam. Rasanya semua yang dihadapinya menegangkan, selalu buruk tuduhannya terhadap anggota keluarga Bapak Jonan dan suami Ani. Apa salah keadaan Bowo? Bowo tahu dirinya hanya manusia biasa, prasangka buruk tersebut juga tak pernah dijadikan dasar penyelesaian masalah. Banyak hal positifnya bila keluarga Bapak Jonan menghentikan masalah, tinggal cari cewek lain pengganti Ani....gitu aja repot! Jumat pagi 29 Maret 2019, “Benar-benar dead line!” Bowo membatin saat muncul lelaki suami Ani yang hanya berjalan kaki muncul dari mulut gang setelah dirinya membuka kios stempel. Berarti pergerakan lelaki ganteng berkaca mata minus ini adalah sebuah akhir drama, klimaks. Makanya Bowo semakin memperhatikan dengan seksama. Rambut terpotong rapih, klimis sehingga sangat terlihat kulit sekujur tubuhnya yang putih. Ah itu karena jarang terkena matahari dan kamar suami istri ini yang ber AC. kalau dari sudut penampilan jelas menambah kehormatan dan prestise, sebuah derajat dari hidup ala orang-orang kaya. Bowo menganggap gaya hidupnya kelas menengah atas walau tahu persis masih menganggur. Oh ternyata lelaki ganteng ini hanya menyeberang jalan menuju kios penjual gudeg, mungkin membeli untuk sarapan. Aksi-aksi keluarga ini memang tidak pernah lagi bentrok fisik dengan Bowo, mungkin membatasi agar status terhormat keluarga tersebut tidak tercemar. “Hanya lelaki biasa,” Bowo membatin dan yakin hal tersebut. Tapi mungkin bagi lelaki tersebut pergerakan yang dilakukannya sangat penting, merupakan pertaruhan nasib selama empat tahun ini. Sekarang adalah penentuan bagi pihak mereka sekeluarga. Selesai membeli gudeg suami Ani langsung menyeberang masuk kembali ke mulut gang dan lenyap. Bowo segera kirim SMS juga sebagai penilaian terhadap fenomena yang terjadi di depannya. “Saya tetap menuduh suami Mbak Ani melakukan praktek sindikat human traficking ala Bali. Karena gagal menyingkirkan diriku maka hak kepemilikan atas Mbak Ani belum dikuasai sepenuhnya.” “Saya menyatakan Mbak Ani masih milik Saya dari perspektif komplotan sindikat. Terserah lelaki suami Mbak Ani bertindak apapun saya tanggung resikonya.” Demikian Bowo mengirim SMS sebagai keputusan akhir dari pihaknya yang merupakan musuh keluarga besar keluarga Bapak Jonan dan kemungkinan juga dimusuhi pihak suami Ani dan keluarga besarnya di Bali. Sunyi.....Semuanya lenyap. *** Sabtunya Bowo hanya bingung. Bapak Ibu Jonan berboncengan motor berseragam batik berwarna sama jelas menuju acara resmi entah apa. Begitu juga pulangnya memperlihatkan diri sengaja agar terlihat oleh Bowo sebagai respon mereka beraksi mungkin atas nama keluarga. Ah Bowo tetap tak paham situasi di depannya hanya SMS, “Bila masalah sudah selesai saya bersyukur, silahkan semua beraktifitas seperti sediakala sebagai sesama tetangga dekat, nwn.” Bagaimana lagi yang muncul langsung orang-orang tua yang jelas harus dihormati walau dirinya berada di posisi tidak menyenangkan karena pihak mereka menuntut Bowo lah yang harus disingkirkan. BAB 6 Hubungan yang Mengganjal Gelagat yang ada hubungan Bowo dengan Ani terjalin kembali. Itu terlihat dari aksi Ani yang memperlihatkan diri dalam aksi berangkat kuliah di pagi hari atau pulang sore harinya. “Untuk kesekian kalinya lelaki suami Ani pulang ke Bali?” Sungguh heran Bowo, tindakan seperti itu bagi pihaknya terbaca sebagai sifat pengecut karena lari dari medan laga. “Kenapa hal tersebut masih dibiarkan keluarga Bapak Jonan?” Makin heran Bowo. Berarti banyak sekali perbedaan tafsir diantara semua pihak, tafsiran dari pihak Bowo dianggap tidak berlaku atau terlalu mengada-ada. Mungkin tindakan-tindakan dari suami Ani bagi pihak keluarga Bapak Jonan wajar saja atau malah menjadi kelebihannya karena terkesan mengobral dana besar. Terjalinnya kembali hubungan antara dirinya dengan Ani justru makin memberatkan beban mentalnya. Tak mungkin masalah bakalan selesai dalam waktu singkat. Jelas akan banyak terjadi benturan keras dengan pihak suami Ani yang tetap dibela mati-matian anggota keluarga Bapak Jonan. Tidak semua anggota keluarga Bapak Jonan menyukai Bowo, Bapak Jonan dan kemungkinan kakak tertua Ani sudah dari dahulu membencinya dan sekaligus memusuhinya dengan berbagai tindak kekerasan dan jebakan berbahaya. Biarpun Ani muncul di depan kiosnya Bowo tetap tidak tentram, makanya beberapa kali SMS, “Kesimpulan saya bila suami Mbak Ani pergi maka statusnya adalah pisah ranjang, tetapi itu harus dengan jeda waktu mencukupi misalnya tiga bulan baru resmi menyandang status tersebut.” Ini poin penting bagi Bowo karena tahun 2019 saat Ani beraksi dengan memperlihatkan karya tulisnya memaksanya mendekati. Terjadi pembahasan sepihak dan kesimpulannya hubungan Ani dengan Bowo tersambung kembali dengan menanti keputusan dari suami Ani, yaitu lebih dari tiga bulan tidak hadir lagi di Yogyakarta maka otomatis status pernikahan mereka adalah pisah ranjang. Ternyata bulan Maret semuanya batal, suami Ani datang mengklaim semua hak miliknya dengan berbagai aksi. Seluruh anggota keluarga Bapak Jonan yang begitu membela menantu lelakinya tersebut. Berakhir dengan pernyataan dari Bowo Haramnya status suami istri sebagai ajang permainan yang terjadi di depannya. Tetapi tetap saja akhirnya suami Ani pergi di akhir Maret entah alasan apalagi, dan kini di bulan April hubungan mereka berdua seperti menyambung lagi walau bagi Bowo tetap problem besar. Satu-satunya jalan agar bisa mencapai hubungan rumah tangga dengan Ani ya status perempuan ini. Pisah ranjang atau bercerai......sesuatu yang sulit dimengerti oleh Bowo karena permainan keluarga Bapak Jonan yang tidak pernah mencapai bentuk perundingan. Bila semua itu permainan maka Bowo pun memainkan kartu AS nya yaitu mengirim SMS, “Saya tetap mengklaim Mbak Ani sebagai milik saya dari perspektif praktek sindikat human traficking ala Bali di mana suami Mbak Ani gagal menyingkirkan saya dari Jogja.” SMS dikirimkannya pagi hari setelah Ani berkelebat muncul dari mulut gang, saat melewati kios Bowo menganggukan kepala dengan pose sedemikian manisnya. Bowo saja sampai ikut membalas anggukan Ani yang selalu saja beraksi seolah-olah hubungan mereka berdua masih lanjut walau bulan Maret demikian menegangkan adu argumentasi. Setelah Ani lenyap di belokan jalan yang kemungkinan menuju arah kampus Bowo mengulangi SMS tentang keadaan yang terjadi akibat tindakan suaminya yang beresiko tersingkirnya salah satu pihak yang bertikai. “Suami Mbak Ani belum berhasil menyingkirkan diriku, jadi saya masih menguasai Mbak Ani hingga sekarang. Memang legalitas pernikahan tetap di tangan suami sampean.” Suasana hati Bowo sendiri sebenarnya tidak karuan, bila benar-benar suami Ani pergi maka itu menjadi kesempatan baginya maju menghadapi Ani dan keluarganya walau tetap dalam situasi permusuhan. Ternyata dua jam kemudian Ani berkelebat lewat lagi di depan kios Bowo walau merupakan kepulangannya mungkin dari kampus. Bowo merasakan apa-apa yang dikirimkannya melalui SMS mendapat dukungan Ani. Sayang fakta yang ada semuanya masih membutuhkan waktu mencapai status pisah ranjang atau bercerai. “Ah paling-paling selesai aksi Ani sampai dua kali lewat depan kiosku,” Bowo bergumam kembali konsentrasi pada pekerjaannya menunggu pengunjung stempel. Apa lagi kemudian hujan deras mengguyur jam dua siang. Lebat sekali sehingga semua kios di deretan eks kampus yang sekarang lebih terkenal sebagai taman parkir bus wisata melindungi barang-barang dagangannya agar tidak kebasahan. Kalau kios stempel cukup dipasang etalase yang beroda. Jadi bila hujan lebat cukup diundurkan saja agar tidak kena air hujan. Tentu berbeda dengan kios koran dan penjual celana kolor, mereka sibuk mengambil koran dan celana kolor yang dipasang agar barang jualannya tetap kering. Hujan mulai reda.... Dari seberang jalan Bowo melihat motor Mio sporty biru dikendarai Ani muncul dari mulut gang. Gaunnya senada dengan biru motornya, tertutupi mantel hujan hitam. Berhelm dan bermasker, tak lupa kaca mata minusnya sedikit menyembunyikan sinar matanya yang tajam memandang Bowo. Hujan di sore itu masih rintik-rintik, matahari cukup terang tidak terhalang mendung tebal satu jaman yang lalu. Perempuan yang entah pacar atau miliknya ini menyeberang, tadinya Bowo mengira cuma melintas seperti pagi hari tadi. Oh ternyata berhenti tepat di depan kios Bowo. “Cari apa Mbak?” Bowo pura-pura bertanya. Hmmm Ani memandangnya lekat, menganggukan kepala seraya menunjuk sebuah koran di kios tetangganya. Bowo tidak bisa berbuat apa-apa, mempersilahkan Ani yang turun dari motor menuju kios koran dan majalah. Ani memakai gaun longgar biru, karena harus memilih koran akhirnya membuka masker. Yah perempuan ini cantik sekali, tak apalah Bowo menjadi korbannya selama puluhan tahun dalam episode rebutan cewek dengan suaminya yang ternyata belum menang-menang berumah tangga normal sampai sekarang. “Mbaknya mau kemana?” Bowo bertanya saat Ani mendekati motor mio yang berada di depan kios Bowo. “Saya mau ke kampus, ini sudah hampir terlambat Pak. Bapak punya uang kecil ribuan, saya butuh sekarang,” Ani berkata sembari menyodorkan uang lima ribuan untuk ditukarkan lembaran yang lebih kecil. Bowo sedikit gelagapan karena aksi Ani yang tertuju padanya berupa bentuk tukar menukar uang kecil, sangat tidak terduga bagi Bowo. Refleks Bowo merogoh saku celananya, kalau cuma uang dua ribuan dan seribuan ada, cepat bisa terlaksana permintaan cewek pacarnya ini. Segera diberikannya uang tersebut pada Ani yang juga menyodorkan lembaran lima ribuan untuk ditukarkan. Memang nyebelin jadinya, Bowo merasakan kehalusan telapak tangan perempuan pacar gelapnya selama ini. Sedikit bergolak darah kelelakiannya, cuma Ani juga bukan perempuan bodoh. Caranya berpakaian walaupun longgar tidak memperlihatkan bagian sensitifnya yang pasti membuat lelaki berimaginasi hal senonoh. Pantat tertutup gaun panjang, lekuk tubuh tertutup mantel hujan, belum lagi helm di kepala dan masker yang cepat dipasangnya walau berbicara berdua dengan Bowo. “Terima kasih Pak,” Ani berkata langsung naik jok motornya. “Hati-hati di jalan Nok, masih hujan jalanan licin,” Bowo memberi perhatian semampunya saja terhadap perempuan yang masih menjadi polemik baginya ini. Ani menganggukan kepala dan perlahan menjalankan motor Mionya menembus jalan basah walau hujan sudah reda. Tas punggungnya ternyata ditaruh depan dadanya sulit bagi Bowo mencari celah bagian buah dadanya yang pasti menonjol paling depan karerna aset paling menariknya bagi lelaki. He He He Bowo cuma bisa menelan ludah sendiri karena tidak mudah menaklukan perempuan ini. Bowo makin geleng-geleng kepala ketika mendapati lembaran lima ribuan yang ditukarkan Ani, terpaksa menulis SMS yang segera dikirimkannya, “Wah duitnya dikasih parfum apa nih, wangi banget!” Bowo menimang-nimang uang pemberian Ani, sedemikian harumnya jelas disengaja perempuan ini. Uang tersebut biarpun ditumpuk bersama lembaran lainnya tetap semerbak kuat aromanya. Ini cara-cara halus perempuan memberi perhatian, ini perhatian Ani terhadapnya dalam hubungan mereka berdua. Bowo yang kesulitan menafsirkannya hingga puluhan tahun. Mungkin prinsip Ani, “Cinta ya cinta soal status rumah tangga bukanlah penghalang hubungan mereka berdua.” Sebel...... Hal-hal seperti ini yang makin membuat Bowo tergerak memantau rumah Ani dan mengirimi puluhan SMS karena adanya sambutan dari perempuan yang masih nempel terus di hatinya. Tapi ingat semuanya masih dalam pengawasan Bapak Jonan. Orang tua yang satu ini terus mengawasi Bowo dengan acara-acara yang tidak langsung karena dalam bentuk aksi-aksi manuver. Bukan hal yang mudah Bowo membaca tujuan orang tua yang masih harus dihormatinya gara-gara hubungan dengan putrinya walau bercampur aduk dengan konflik dan permusuhan. Semuanya terjadi Minggu pertama di bulan April 2019. Selanjutnya Minggu kedua, Bowo masih merasakan banyak ketidakwajaran dalam segala hubungannya dengan Ani. Semuanya masih bergulir tanpa kepastian. Ada secercah harapan karena perginya suami Ani, seolah kemenangan ada di pihak Bowo. Bowo ragu-ragu dengan keadaan dirinya sendiri. Biarpun mendapat sambutan tetapi selalu kandas. Kejadian demi kejadian seolah berulang kali sejak tahun 2018. Sekarang adalah yang kesekian kalinya suami Ani pergi, yang bagi pihaknya selalu menuduh pengecut. Makanya semua itu tetap mencemaskan hatinya. Beberapa hari Minggu kedua tidak ada pergerakan Ani yang mendekati kiosnya. Nah ada pengumuman di masjid setelah waktu subuh, tentang meninggalnya seseorang. Dari pengeras suara diumumkan meninggalnya kerabat Bapak Jonan saudaranya sendiri di lain kampung. Berarti hari ini anggota keluarga tersebut bakalan melayat di sanak saudaranya yang meninggal tersebut. Kebetulan alamatnya adalah di kampung eks kampus Stiekers, jadi kemungkinan bakalan nampak aktifitas mereka di sekitar kios Bowo. Notabene ini keluarga terhormat, cukup disegani warga sekitar. Pengumuman itu menyebutkan kedudukan almarhumah, masih kakak kandung Bapak Jonan. Sedangkan bila melayat banyak warga yang pasti melewati depan kios Bowo. Jadi Bowo tahu jelas besar kemungkinn anggota keluarga Bapak Jonan bakalan bermanuver, yang ditunggunya adalah Ani karena hubungan spesial. Ucapan bela sungkawa sudah dilayangkan melalui SMS, juga mempersilahkan kepada Ani untuk kebebasannya beraktifitas di sekitar kiosnya. Terakhir Bowo SMS, “Untuk sementara saya menutup SMS karena suasana berkabung, nwn.” Tidak terlalu lama menunggu jam sembilan pagi acara keluarga tersebut dimulai, yang tidak terduga oleh Bowo adalah justru yang pertama lewat ternyata adalah Bapak Ibu Jonan. Sepeda motor Supra X merah muncul dari mulut gang, Bapak Jonan berpakaian resmi, begitu juga Ibu Jonan yang berada di jok belakang membonceng. Kedua orang tua yang merupakan penentu semua masalah yang bergulir tampaknya tidak mempedulikan Bowo walau pergerakan mereka berdua tertuju padanya. Alasannya cukup kuat beraksi, beliau-beliau ini jelas menjadi orang penting dalam acara meninggalnya kerabat dekat keluarga besar mereka. Apalagi untuk Bapak Jonan yang dipandang paham ilmu agama. Bagi Bowo pribadi lewatnya kedua orang tua ini berarti perhatian terhadap posisinya dalam masalah hubungan serius dengan putrinya si Ani. Bowo tidak bisa menyangkal perasaan tersebut, jelas harus menghormati kedua orang tua ini walau tetap kontroversial cara-caranya bersikap. Soalnya walau lewat depan kiosnya beliau-beliau ini seolah tak tahu menahu kehadiran Bowo di kiosnya. Pergerakan yang khas dari bapak Jonan adalah sebelum menyeberang jalan pasti melakukan semacam selebrasi entah membetulkan letak kaca matanya maupun sekedar mengibaskan tangan merapikan penampilannya. Tetap mencari perhatian Bowo untuk terus memperhatikannya. Setelah menyeberang jalan hanya Ibu Jonan saja yang berada di boncengan motor masih sempat memandang Bowo tanpa ekspresi apapun, seolah apa yang mereka lakukan tidak berhubungan apapun. Lima belas menit kemudian yang ditunggu-tunggu Bowo tiba. Itulah rombongan putra-putri Bapak Jonan diantaranya Ani. Oh ternyata bersama anggota keluarganya yang lain yang tidak dikenal Bowo. Dua orang pengendara memakai Honda Beat yang biasa dikendarai Ani. Mungkin itu tetangga sebelahnya yang masih sekeluarga dengan pihak Ibu Jonan. Ani sendiri diboncengkan Jodi kakaknya yang jarang muncul mungkin karena bekerja di daerah lain. Kedua kakak beradik ini mengendarai Mio biru sporty, dari mulut gang setelah motor Beat lawas Ani. Mereka semuanya tidak memakai helm, apalagi masker penutup wajah. Soalnya cuma melayat di kampung sebelah, tak sampai sepuluh menit sampai di rumah duka. Beriringan menyeberang jalan pasti dengan sendirinya lewat kios Bowo. Ani yang bergaun panjang hitam jelas duduk di jok belakang menghadap Bowo langsung. Wajah cantiknya terpampang keluar saat lewat kios Bowo. Kemudian menganggukan kepala ketika bertemu pandang dengan Bowo. Jelas Bowo membalas menganggukan kepala atas keramahan perempuan yang statusnya pacar gelap ini. Momen seperti ini yang membuat Bowo yakin sekali bila Ani masih miliknya berdasarkan perspektif praktek sindikat human traficking ala Bali dari pihak suaminya. Sebuah praktek yang awalnya baik-baik saja untuk menikahi seorang perempuan tetapi kemudian dimodifikasi bertujuan komersial prostitusi terselubung. Perginya suami Ani berarti perempuan ini adalah hak miliknya penuh, walau demikian bukan berarti sudah dikuasai oleh Bowo karena legalitas hukum Ani adalah istri orang lain.....Huh pusing Bowo mendapati posisi demikian. Iring-iringan rombongan Ani cepat melintas, lenyap berbelok ke jalan kampung. Yah Bowo yang berpikir keras memikirkan perempuan yang bertahun-tahun menjadi pacar walau telah dimiliki lelaki lain. Dilematis....ini keadaan Bowo yang paling nyata. Ternyata adegan demi adegan belum selesai, terakhir sepuluh menit kemudian muncul Udin bersama istrinya dari mulut gang mengendarai motor suzuki Shogun, ini motor lawas dari sejak tahun 2006, sangat awet dimilik keluarga tersebut. Pemuda tinggi besar yang perutnya mulai membuncit itu lewat dengan raut muka dingin. Tidak peduli terhadap Bowo, posisinya selalu memusuhi orang yang sedang menunggu kios. Beberapa kali dalam SMS nya tertuju pada Bowo menyatakannya sebagai musuh besar. Dalam konflik yang sedang berlangsung, Udin terbaca selalu memihak adik iparnya yaitu suami Ani walau juga patuh pada komando kedua orang tuanya bila ada keputusan keluarga. Kini lelaki yang memusuhi Bowo ini justru menjadi ketua RT di mana Bowo menyewa kamar kos di rumah Mukijo. Suatu posisi terhormat untuk warga sekitar walau pekerjaannya serabutan pemborong proyek bangunan kecil-kecilan. Semuanya selalu dalam nuansa terhormat, atau itulah tujuan keluarga ini hidup di dunia. Karenanya Bowo menyatakannya sebagai keluarga berkecenderungan tinggi psikopat, satu diantaranya jatuh pada Udin ini. Istrinya yang berada di jok belakang bisa leluasa memandang Bowo. Cukup jelas bahwa suami istri ini sebelum berumah tangga banyak mengalami kasus, mungkin juga konflik yang ramai melebihi yang dialami Bowo. Buktinya istri Udin ini sudah membawa anak perempuan sebelum menikah dengan Udin. Jadi statusnya janda entah cerai atau kematian suaminya. Untuk Bowo posisi istri Udin sebenarnya dianggap paling netralnya dalam keluarga ini dalam konflik. Karena netral bisa diharapkan sebagai penghubung tanpa beban terlalu memihak antara dirinya dengan suami Ani bila misalnya terjadi semacam pertikaian. Sayang seribu sayang keluarga besar Bapak Jonan tidak pernah mengagendakan penyelesaian konflik melalui jalan perundingan atau pembicaraan. Semuanya masih terpaku pada pendirian mereka sebagai keluarga terhormat yang harus menang dalam pertikaian apapun dengan siapapun. Lewatnya Udin bersama istrinya melayat sanak saudaranya mengakhiri adanya drama aksi keluarga besar Bapak Jonan di depan kios Bowo. Semua aksi tersebut tertuju pada Bowo seolah menyatakan bahwa Bowolah pemenang konflik sementara ini. Bowo sendiri segera mengirim SMS, “Untuk sementara karena suasana masih berkabung saya tidak mengirim SMS demi kenyamanan semua pihak, nwn.” Bowo berharap sebuah kebebasan dari tujuan SMS yang dikirimkannya tersebut. Tidak terjebak lagi dalam pusaran konflik yang diwarnai skenario penuh jebakan yang tetap terlihat di depan matanya dari aksi seluruh anggota keluarga besar Bapak Jonan. *** Tapi ada bagian paling sensitif dari Bowo terhadap fenomena yang dialaminya. Ialah keberadaan anak dari hasil pernikahan Ani dengan suaminya yang sedang mudik atau melarikan diri ke Bali. Bayangkan, merebut istri orang langsung dapat warisan anak tiri yang menjadi kewajiban membiayai dan mendidiknya....... Tapi dari 2 Januari 2019 sampai sekarang anak Ani dan suaminya ini tak pernah diperlihatkan langsung saat beraksi manuver di depan Bowo. Beberapa kali Bowo menyinggungnya dalam SMS sebagai masalah yang paling penting diantara suami istri. Mereka berdua tak akan bercerai bila mengingat nasib anak hasil pernikahannya terutama masa depannya nanti. Bowo baru serius menyinggung masalah putra Ani ketika momentumnya tepat, yaitu benar-benar menyaksikan Ani menimang bayi yang entah dari mana setelah acara latihannya di hari Minggu selesai dan singgah di warung angkringan. Saat duduk memesan minuman Bowo melihat Ani bersama Bapak Jonan berboncengan motor. Darah Bowo terkesiap memandangi kenyataan perempuan yang sedang bermasalah dengan dirinya adalah berstatus ibu beranak satu. Seperti apapun anak itu adalah buah percintaan suami istri yang tidak berdosa, tidak boleh dikait-kaitkan dalam konflik yang tetap bergulir hingga kini. Ani membopong bayi tersebut dalam dekapan penuh sayang, ya perempuan itu memiliki naluri keibuan yang tinggi. Di sinilah Bowo merasakan jiwanya runtuh, trenyuh, semuanya tertuju pada putra Ani yang tak tahu apa-apa. Anak tersebut lahir demi menyenangkan kedua orang tuanya, bukan untuk ikut bertikai atau bertengkar. Apalagi bermusuhan dan terlibat dalam semua aksi-aksi kedua orang tuanya. Anak tersebut tetap suci tidak boleh ternoda apapun maupun alasan manapun. Hak anak adalah mendapat kasih sayang kedua orang tuanya. Ternyata hal tersebut hampir terenggut oleh kekurangajaran Bowo karena ayahnya pergi begitu saja meninggalkannya. Ayah anak tersebut....... Bowo berpikir keras sekali di bagian ini. *** Senin 15 April 2019, Bowo mengirim SMS setelah membuka kios dan menunggu setengah jam. “Sungguh bila aku punya biaya akan kudatangi suami Mbak Ani di Bali menuntut pertanggungjawabannya. Sayang aku ini orang miskin, jadi hanya bisa mengirim SMS belaka.” “Tanggung jawab suami Mbak Ani sebenarnya mulia, melindungi dan merawat anak istri yang ditinggalkannya begitu saja di Yogya....hanya karena pertikaian yang tidak jelas bentuknya ini?” “Pertikaian bisa diabaikan, semua masalah bisa selesai internal suami istri. Di mana logika suami Mbak Ani terhadap apa-apa yang dilakukannya di Yogya?” Satu SMS dikirimkannya berselang waktu, tentu sambil berpikir. Bowo tahu masalah telah berkembang demikian sulit pemecahannya. Kepergian suami Ani memang membuat peluang dirinya mendapatkan Ani membesar dalam argumentasinya tentang adanya praktek yang dilakukan suaminya karena masuk tindak pidana human traficking. Sebaliknya bila Bowo masuk terlalu dalam apalagi berselingkuh dengan Ani maka pelanggaran yang dilakukannya sangat tercela di mata masyarakat. Bowo lebih memilih jalan mudah atau kepantasan etika di masyarakat. Salah satu masalah yang janggal adalah anak hasil pernikahan Ani dengan suaminya. Hak-hak anak tersebut lebih penting untuk masa depannya dari pada status pernikahan Ani yang tidak karuan, pisah ranjang atau bercerai sulit dipastikan. Bowo meragukan dirinya bisa menerima Ani dalam kondisi seperti ini. Merebut istri orang dan langsung bertanggung jawab terhadap anak bawaan dari perempuan tersebut. Rasanya tidak nyaman di hati dan janggal untuk sebuah kewajaran di masyarakat. Bowo merasakan beban berat sekali. Namun satu jawaban datang, Ani muncul dari mulut gang jam sembilan pagi. Bowo merasakannya sebagai guyuran air dingin di kepalanya yang panas karena berpikir keras beberapa hari ini. Menyejukan hatinya walau tetap dengan ganjalan hati. Ani sendirian, artinya aksinya ini urusan pribadi diantara mereka berdua. Bagi Bowo kemunculannya bermotor Honda Beat lawas tetap menyatakan keadaan mereka berdua masih seperti yang dulu. Yang tak pernah dilepaskan Ani mengkondisikan dirinya masih menempuh pendidikan, sebuah hubungan yang paling panjangnya diantara mereka berdua. Di bagian kuliahnya Ani beraksi sejak lama, dari tahun 2019 ini tepat sehari setelah tahun baru perempuan cantik ini beraksi dua mingguan. Memperlihatkan diri dengan karya tulisnya untuk mencapai strata dua. Di sini mereka mengulang hubungan, dan Bowo yang sibuk melayaninya. Ani menganggukan kepala saat melintas depan kios Bowo. Ini kemunculannya setelah seluruh anggota keluarga Bapak Jonan melayat kerabatnya yang meninggal di kampung sebelah. Suatu keadaan sama seminggu lalu, Ani dan keluarganya terasa mendukung dirinya untuk tetap berperkara dalam hubungan khusus dengan perempuan tersebut. Kesimpulannya tetap, belum putus hubungan pacaran dan tetap bergulir seperti yang dulu. Anak dari suami Ani harus dikemanakan? Bowo tetap merasakan ganjalan hati, tidak nyaman. Fakta di depan Bowo Ani beraksi sendirian, sedangkan suaminya mudik ke Bali. Itu sudah yang ke sekian kalinya. Benturan antara Bowo dengan suami Ani tidak pernah klimaks karena tindakan dari lelaki ini yang pergi begitu saja dari Yogya. Terkadang Bowo menduga itu memang siasat keluarga Bapak Jonan dan lelaki suami Ani menghadapi dirinya. Ah masa melawan Bowo saja yang seorang diri dan begitu lemah posisinya sampai seluruh anggota keluarga ini kalangkabut? Bowo tertawa dalam hati. Bila sudah demikian yang masuk dalam otak Bowo cuma satu bentuk tindak pidana yang diduga dipraktekan suami Ani. Suatu praktek yang sedemikian njelimet dan sangat berbahaya untuk semua pihak, menjadi ritual sekelompok kecil masyarakat Bali. Sangat sulit memberantasnya karena sudah menjadi ritual dari adat etnis Bali yang mengakar ratusan tahun. Prakteknya sangat terselubung dengan tujuan menjadikan perempuan sebagai obeyek perselisihan. Praktek tersebut masuk tindak pidana namun untuk menuduhnya sulit diungkap, itu fenomena gunung es di Indonesia tapi juga mungkin di seluruh dunia. Yah perempuan tetap menjadi semacam sasaran eksploitasi dengan segala janji manis rumah tangga dengan segala fasilitasnya. Tetap seperti itulah isi SMS-SMS Bowo beberapa hari kemudian terhadap nomor Ani yang dimilikinya sejak Februari 2018. Itu nomor spesial karena saat itulah terjalinnya kembali hubungan pacaran diantara mereka berdua walau kasusnya masuk kategori selingkuh alias skandal. Mungkin memang di bagian anak yang dilahirkan Ani ini menarik. Ani menikah karena hamil duluan Oktober 2015, kemudian ada kabar Ani keguguran Maret 2016. Di sinilah kemudian terjadi berbagai bentrok antara Ani dengan Bowo yang digondeli seluruh anggota keluarganya dengan keroyokan. Saat itu suami Ani lenyap, tak pernah muncul di Jogja walau istrinya bermain api dengan Bowo. Di sinilah Bowo terus bertanya-tanya, itu terjadi 2016 dan 2017. Baru 2018 suami Ani muncul dengan segala sepak terjangnya yang tidak wajar hingga kini. Seperti apapun anak lelaki yang kini menjelang setahun umurnya menjadi ganjalan besar hubungan Bowo dengan Ani. Bowo tak bisa menyangkal karena menjadi faktor terbesar bila hubungan mereka berlanjut walau bagi Bowo juga tidak berharap banyak. Sangat sensitif...... Dan hal itu menjadi poin bagi keluarga Bapak Jonan beraksi. Hari Jumat menjelang jam empat sore dari mulut gang muncul Ibu Jonan menggendong cucu lelakinya. Hanya berdiri di mulut gang mengasuh anak lelaki Ani. Huuu Ibu Jonan ini sama sekali tidak mempedulikan Bowo, sama sekali tidak terjadi bentrok mata walau Bowo melotot tajam memandang perempuan separuh baya yang masih cantik ini. Bayi lelaki itu masih merah, gemuk sehat. Wajahnya sangat mirip dengan Bapaknya walau Bowo sering tak tahu profil sejatinya suami Ani. Jelas bayi ini masih jauh dari segala tetek bengek keributan yang menimpa ayah ibunya. Terlihat beberapa kali sambil menggendong cucunya Ibu Jonan mengalihkan perhatian bayi yang rewel tidak betah bermain di tempat asing baginya. Maunya jelas Ibu Jonan memperlihatkan bayi tersebut pada Bowo menunjukan satu masalah yang terjadi selama ini. Sebuah konflik berkepanjangan menuju lima tahun sampai Ani melahirkan bayi. Konflik tetap berlanjut tanpa satu keputusan terbaik di pihak keluarga Bapak Jonan. Perasaan Bowo yang berkecamuk, diperlihatkannya anak dari perempuan yang masih menjadi pacarnya ini. Ibu Jonan jelas berkeras hati menunjukan bayi itu sebagai kendala utama hubungan kekeluargaan yang sudah kuat walau dilanda konflik dan pertikaian. Bowo adalah penyebabnya.....BAH!! Sulitnya Bowo menghadapi situasi seperti ini. Hanya bisa membiarkan adegan demi adegan skenario drama teatrikal dari seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Kali ini Ibu Jonan bersama cucunya, entah bagaimana membahasnya? Akhirnya adegan di depan mata Bowo selesai, Ibu Jonan surut pulang kembali menuju rumahnya. Jebakan itu berhasil membuat Bowo bergolak isi dadanya karena sensitif untuk posisinya di dalam pertikaiannya dengan suami Ani. Inilah bagian paling emosionalnya di pihak Bowo. Hanya SMS yang bisa menjadi penghubung antara Bowo dengan keluarga Bapak Jonan. “Saya bukan manusia yang sempurna, apa yang diperlihatkan Ibu Jonan sangat sensitif bagi pihak saya. Semuanya peringatan bagi pihak saya bila sampai berani mengganggu rumah tangga Ani bersama suaminya, sangat beresiko untuk masa mendatang.” “Saya minta dengan hormat jangan libatkan putra Ani dalam konflik yang bergulir. Saya tidak akan memasukannya dalam pertikaian karena hak anak lebih didahulukan dari pada orang tuanya di lingkungan sekitar.” Bagaimanapun hati Bowo tergetar, itu serangan psikis yang tepat mengenai sasaran di bagian hatinya. Sangat memelas bila sampai bayi tersebut kehilangan asuhan salah satu orang tuanya. Dan Bowo menjadi penyebab retaknya hubungan suami istri. Ibu Jonan memang menyerang mental Bowo sangat dahsyat, senjatanya adalah bayi lelaki yang dilahirkan Ani. “Tetap tidak mencapai penyelesaian masalah,” Bowo mengeluh dalam hati. Bowo bertubi-tubi mengirim SMS karena benar-benar tidak nyaman hatinya. “Bayi ini lahir dalam konflik, saya bukan inti masalah. Silahkan suami istri yang memilikinya merawat dan mengasuhnya tanpa kehadiran saya, silahkan....” Bowo bisa menulis SMS ini tapi tanpa tindakan nyata karena bukan tanggung jawabnya. Dirinya pada hakekatnya tidak terlibat apa-apa dari perbuatan suami istri sampai tingkat hubungan badaniah yang melahirkan anak. Bowo diseret dalam pusaran konflik, itu bukan pilihannya. Keluarga Bapak Jonan melibatkannya terus karena dirinya punya hubungan khusus dengan putrinya sejak masih masa remajanya dan tidak diputus hingga hari ini dengan penyelesaian internal keluarga tersebut. Bukan salah Bowo. BAB 7 Yang Terselamatkan Manakah orang yang paling diperhitungkan sebagai penentu kebijaksanaan dalam konflik yang dihadapi Bowo? Orang tua tersebut ada dan selalu mengherankan perilakunya. Beliau adalah Bapak Jonan. Harapan masalah selesai menjadi rujukan Bowo karena dianggap paling ahli dalam ilmu agama. Bapak Jonan sudah diakui sebagai ustad sejak mampu beribadah Haji tahun 2010. Gelar haji dan ustadnya langsung diumumkan di masjid walau kemudian dianulir mungkin karena terlalu dilebih-lebihkan. Kemudian mendapat kepercayaan sebagai ketua takmir masjid dan mengisi materi pengajian di tingkat RT, sedangkan setiap Jumat pasti didapuk sebagai khotib dan imam sholat bergiliran di beberapa masjid sekitar. Gelar akademisnya S, Ag. Sarjana agama dan karier terakhirnya diketahui Bowo saat tahun 2011 terjadi pertemuan keluarga. Bapak Jonan seorang Penilik Sekolah Dasar di wilayah kecamatan Bantul dan Banguntapan. Karier terakhirnya itu mungkin sampai pensiun sekarang ini. Bowo menyadari tingkat kesulitannya tinggi dalam hubungannya dengan Ani setelah pemberitahuan tentang putrinya yang hendak melanjutkan pendidikan tinggi di fakultas Farmasi UGM. Tersirat pernyataan dari orang tua ini bila hendak berumah tangga dengan putrinya maka harus memenuhi tuntutan yaitu mampu memenuhi segala kebutuhan materi dan sekaligus membiayai pendidikannya setinggi-tingginya. Bowo ambruk, mundur. Sikap Bapak Jonan sendiri tidak berkenan atas hubungan Bowo dengan putrinya. Masing-masing terdiam hingga akhirnya Bowo mohon diri pamit dari rumah keluarga tersebut. Bagi Bowo semuanya sudah berakhir, silahkan Ani meneruskan pendidikannya dan ia beralih ke masalah lain. Sayang.....Ani secara pribadi sulit diterka sepak terjangnya. Kejadian demi kejadian bergulir Bowo sampai tercengang karena hubungan pacarannya dengan Ani terus berlanjut walau tak pernah berkencan. Posisi Bapak Jonan sangat kontroversial terhadap Bowo hingga saat ini. Sering Bowo menyadari sikap dasar terhadapnya adalah penolakan. Terkadang berubah menerima tetapi itu karena keterpaksaan misalnya Ani yang tetap berkeras bertahan dengan Bowo. Kedok Bapak Jonan makin terkuak setelah mendapatkan menantu lelaki suami dari Ani. Segala tuntutan yang pernah ditujukan pada Bowo terbukti, apa yang telah diperolehnya dari keluarga suami Ani telah terwujud, materi mampu, tingkat kehormatan dan kekayaan. Hanya soal kehormatan keluarga sepertinya gagal, itu terganjal oleh Bowo yang membuka kedok suami Ani dan keluarganya tertuduh kasus modus perdagangan orang. Itulah yang menyulitkan keluarga Bapak Jonan untuk menyatakan kejayaan mereka di warga sekitar, seolah mendapati pihak mereka sendiri banyak cacatnya. Yah tak ada yang sempurna di dunia ini. Dari segi kesehatan Bowo sering menilai orang tua ini. Obesitas, tampak sekali di mata Bowo. Tidak pernah berolahraga, berjalan kaki ke masjid pun tidak pernah. Kemana-mana selalu bermotor walau jarak dekat sekalipun. Dari obesitas lari ke berbagai penyakit, mudah diduga. Yang sering terdengar beliau penderita gula darah. Penyakitnya ini sering membuatnya terbaring sakit hingga dirujuk ke rumah sakit bila kambuh. Tapi hingga kini Bapak Jonan masih sehat dan terus beraksi memperkarakan Bowo dalam segala hal. Menantang dan mengajukan masalah untuk Bowo agar terus dipecahkannya. Itulah anehnya orang tua ini secara pribadi terhadap Bowo. Biarpun Bowo menduga Bapak Jonan psikopat, tetapi sulit menepis kewibawaan dan pembawaan karakternya yang menakutkan. Sering Bowo mendapati Bapak Jonan beraksi tertuju pada dirinya, langsung berimbas pada mental dan fisiknya. Ketidaksukaan pada Bowo saja sudah terasa, apa lagi aksi beliau bertujuan menyingkirkan dirinya dari lingkungan keluarga baik secara halus sampai ke tindak kekerasan. Bowo selalu menghindarinya, namun selalu dijerat dan diseret dalam pusaran masalah internal keluarga tersebut. Bagi Bowo ini anehnya situasi yang dihadapi dirinya selalu hadir dalam rumah keluarga tersebut? Hingga kini masih banyak buktinya. *** Bowo mulai memberikan tekanan-tekanan dengan pernyataan melalui SMS tertuju pada Bapak Jonan, bila beraksi di depan kiosnya. “Saya melihat perkembangan, konflik berkembang tanpa satu bentuk penyelesaian. Saya khawatir bila tidak ada penyelesaian maka semua pihak hanya bisa menyerahkan pada kekuasaan Tuhan.” “Dalam hal ini justru siapa yang mendapat panggilan dari yang Maha Kuasa maka Ialah yang terselamatkan, syukur hal tersebut terjadi pada diriku hingga sampean sekeluarga menjadi tentram menapaki kehidupan di dunia ini.” Bowo tidak main-main dalam pilihan kata tersebut, “Beberapa kali dalam hidup saya mendapati masalah, bila mengalami kebuntuan dan semua pihak membiarkan saja maka hal tersebut seperti diserahkan kepada Tuhan sebagai pihak ketiga menyatakan kebenarannya, hal tersebut saya alami dalam lingkup keluarga sendiri, nwn.” Bowo membuat pernyataan dan balasan Bapak Jonan adalah aksi sepihak sebagai penguji dalam hidupnya. Itu terjadi setiap minggu beberapa kali biasanya beriringan dengan aksi-aksi dari putrinya yang masih menjadi pacar Bowo. Mungkin tanggapan dari SMS-SMS Bowo hanya aksi berulang-ulang seperti ini, apa maksudnya Bowo sendiri sulit memperkirakan. Pagi hari Bapak Jonan muncul dari mulut gang, mengendarai motor Supra X merahnya. Di mulut gang Bapak Jonan berhenti, jelas sekali meminta perhatian Bowo yang berada di seberang jalan duduk di kursi terhalang meja etalase. Aksinya setelah berhenti di mulut gang adalah mencopot kaca mata tebalnya kemudian berupaya membersihkannya dengan mengelap walau hanya dengan telapak tangan. Pakaian beliau resmi, ke sebuah acara memakai kemeja bermotif batik merah. Selesai mencari perhatian Bowo beliau memasang kembali kaca mata, maka beliau segera tancap gas menuju arah kota. Tampilannya priyayi Jawa, berkopiah tanpa janggut dan kumis. Celananya tidak pernah cingkrang, Cuma lingkar perutnya memang sudah kebablasan sehingga tampak berat sekali beban pada motor bebeknya. “Bila melihat keadaan sekarang saya melihat ketidaktahuan pihak Bapak, mungkin harus melihat materi yang diperoleh seluruh keluarga, semua itu ciri materi yang meragukan legalitasnya.” Seperginya Bapak Jonan hanya satu SMS tersebut yang terkirim. Bowo tetap dalam posisinya di kios menunggu pengunjung. Ternyata tidak sampai setengah jam Bapak Jonan melintas tepat depan kiosnya, seolah terus meminta pernyataan SMS dari Bowo. “Masalah internal keluarga Bapak berat, tanpa satu keputusan untuk kebaikan semua pihak. Berhati-hatilah karena tidak ada yang kekal, saya bersyukur bila menjadi orang yang terselamatkan saat ini.” Setelah itu biarpun melintas lagi Bowo tidak mengirim SMS. Beberapa hari kemudian Bapak Jonan lenyap, Bowo tidak memikirkannya lagi. Tapi seminggu berikutnya sama, pergerakan beliau tertuju pada Bowo. Terpaksa Bowo yang ganti tema pembahasan. “Saya tetap menuduh menantu Bapak melakukan tindak pidana human traficking, saya bersedia adu konsep dan bisa diperdebatkan dalam forum apapun, nwn.” “Silahkan Bapak Jonan sekeluarga melaporkan pernyataan saya ke polisi, saya tetap bertahan membela diri dengan konsep adanya praktek human traficking dari suami Mbak Ani.” Terus beberapa SMS berputar-putar di bagian ini. “Tuduhan saya bisa batal bila ada itikad baik dari suami Mbak Ani duduk di meja perundingan. Penyelesaian melalui perundingan itu buktinya, sampai sekarang nihil!” Tapi pernyataan-pernyataan Bowo di bagian ini mungkin malah memuaskan kejiwaan Bapak Jonan yang psikopat. Jelas membuat sensasi yang menyenangkan bagi beliau. Bukankah tujuan psikopat adalah membuat korban makin tersiksa dalam prasangka-prasangka akibat kamuflase dari pihak seluruh anggota keluarga Bapak Jonan? Bila masalah menantu Bapak Jonan disinggung maka aksi-aksi keluarga ini bertambah. Ada terlihat Jodi beraksi bersama Ani berboncengan motor. Seolah-olah Jodi menyamar jadi suami Ani. Bowo mencurigainya tetapi bila dalam penyamaran sulit langsung mendeteksinya. Hanya Bowo SMS saja, “Siapapun orangnya bila menyerupai suami Mbak Ani silakan berhadapan langsung dengan saya.” Di sini Bowo diuji kemampuan analisanya, baginya suami Ani pergi dari Jogja mungkin kembali ke kampung halamannya di Bali, bisa selamanya atau hanya siasat saja agar terulang seperti terjadi sepanjang tahun 2018. Bowo keras hatinya, hmmmmm.......tidak. Justru menghadapi keadaan sekarang malah timbul rasa ibanya. Hatinya melunak, satu-satunya jalan mengirim SMS, “Cobalah menghadapi kenyataan sebaik mungkin. Tak mungkin saya merebut begitu saja Mbak Ani dari suaminya. Untuk statusnya masih istri orang, baru bila benar-benar bercerai atau pisah ranjang lama saya berani mengadu untung untuk memperistrinya. Jadi siapapun lelaki yang mencoba mempertahankan hubungan pernikahan dengan Mbak Ani silahkan diteruskan karena itu memang hak dan kewajibannya, nwn.” Tapi Bowo juga gemas dengan trik-trik yang terjadi di depannya, akhirnya keluar tuduhan, “Hanya orang-orang dengan kecenderungan psikopat tinggi yang mampu melakukan skenario dramatis seperti kalian anggota keluarga Bapak Jonan.” Bowo sendiri merasakan posisinya sangat tertipu oleh tingkah polah anggota keluarga Bapak Jonan ini. Ternyata selang sehari memang muncul Jodi kakak Ani dengan identitas aslinya sebagai biang kerok satu dua minggu ini. Pagi hari saat Bowo hendak menuju kios dari tempat kosnya, melintas sepeda motor Mio milik Ani. Jodi di depan dan Ani di belakang membelakangi Bowo yang mengayuh onthel terhalang oleh kakak beradik yang beraksi drama teatrikal. Jodi acuh terhadap Bowo, hanya Ani yang menganggukan kepala sebagai tanda pengertian bahwa trik-trik yang terjadi belakangan ini adalah permainan mereka berdua. Sudah....oh tidak, gantian Jodi siangnya dengan berjalan kaki muncul dari mulut gang menyeberang jalan. Jodi menganggukan kepala kepada Bowo, mungkin mengakhiri permainan yang sangat ketahuan pola permainannya. Berselang-seling peristiwa terjadi sebulanan April ini, aksi Bapak Jonan, Ani dengan Jodi, dan Ibu Jonan dengan bayi hasil pernikahan Ani dengan suaminya. Semuanya berlanjut tanpa hasil penyelesaian apapun. Hanya menjengkelkan hati Bowo. *** Sementara Bapak Jonan dengan berbagai aksinya membuat Bowo sedemikian waspada. Sebab kekuatan utama dari keluarga tersebut terletak pada orang tua ini. Berbagai SMS melayang isinya tertuju pada orang tua tersebut untuk mencoba bentuk penyelesaian akhir. “Mengherankan sekali, sampai kapan saya lulus dalam ujian ini, sampean sebagai orang yang dihormati selalu mengajukan masalah untuk dipecahkan pada saya.” Bowo beberapa kali menyinggung masalah ini karena ada keputus asaan, semuanya buntu dan kandas di pihaknya. Tapi bila SMS ini melayang justru Bapak Jonan makin menjadi-jadi beraksi. Seolah itu tujuan utama beliau. Terbaca beliau mengejek Bowo dengan statemen-statemennya yang berujung pada takdir buruk yang tragis, kematian dirinya yang malah menyelamatkan. Apa yang dikemukakan Bowo termasuk bidang yang dikuasai Bapak Jonan sebagai ustad. Berbagai ceramahnya terkadang menyinggung tentang kematian seseorang. Diantaranya mati karena sakit, mati syahid, mati karena mabuk harta, bahkan mati di ranjang perempuan pelacur. Semuanya karena manusia hidup mencari dan berebut harta, tahta, dan wanita. Kalau pada urusan wanita seolah itu hak khususnya sebagai orang tua terutama karena memiliki anak perempuan semata wayangnya yaitu perempuan Ani. Buktinya Ani sekarang menjadi jalan mencapai kejayaan keluarga tersebut, yaitu dengan mendapat menantu yang sekarang mampu memberi nilai materi yang sangat besar. “Bapak sudah tahu bukti kemampuan saya, tidak mungkin terpenuhi. Saya mundur sebagai jalan terbaik bagi semua pihak.” Bowo membandingkan antara dirinya dengan suami perempuan Ani. Segala cita-cita Bapak Jonan terpenuhi dari lelaki yang telah berhasil menikahinya tahun 2015. “Hanya sayang suami Mbak Ani melakukan semua itu dalam bentuk trik-trik praktek sindikat human traficking. Dari sebuah adat turun temurun yang kemudian dikombinasikan praktek tindak pidana bertujuan prostitusi terselubung.” “Hingga saat ini tidak ada bantahan dari pihak suami Mbak Ani sehingga seluruh tuduhanku terhadapnya masih tetap berlaku.....kecuali bila semuanya duduk dalam meja perundingan mencapai kesepakatan bersama, nwn.” Ah Bapak Jonan tidak merespon, sikapnya tetap sebagai seorang yang menakutkan untuk pihak Bowo. Bowo adalah orang yang tidak dikehendaki dalam keluarga tersebut, harus tersingkir dari tempat tinggal mereka. Namun aksi-aksi beliau juga merupakan tanda bahwa mereka mengakui kegagalan di pihaknya karena semua skenario yang dipasang telah berhasil dipecahkan Bowo, hanya untuk mengakuinya sangat sulit karena taruhannya adalah kehormatan keluarga besar tersebut. Saat sedang memberi perhatian pada aksi-aksi Bapak Jonan maka ada Ani yang terus mencari perhatiannya dalam aksi-aksi berbeda. Ini yang sangat diperhitungkan oleh Bowo karena menjadi jalinan hubungan pacaran setelah suaminya mudik ke Bali sejak akhir bulan Maret 2019. Ani.....Ani......apa yang harus dilakukannya lagi? Hati Bowo masih menyimpan begitu banyak kenangan terhadap perempuan yang sejak kecilnya menjadi misteri hingga kini. Sekarang semua sudah terjawab, Ani bukanlah perempuan hak miliknya. Sayang semua itu melalui proses panjang dan berliku-liku, hanya untuk lepas dari semua ikatan sejak remajanya tidak semudah itu, begitu njelimet dan tidak terduga. 1 Mei 2019, Siang yang panas di sekitar eks kampus Stiekers. Nah dari mulut gang muncul Ani, tidak berjilbab mengenakan kaos dan rok medium, memperlihatkan bagian betisnya yang putih dan bokong bulat nan seksi. Di tangannya menenteng helm berjalan kaki saja. Munculnya selalu tidak terduga, bila ada di depan kiosnya langsung bisa disebut aksi manuver untuk tujuan tertentu tertuju pada lelaki pengusaha jasa stempel. Begitu muncul Bowo langsung mengamati arah tujuannya, perempuan cantik dan seksi pacarnya ini rupanya hendak menyeberang. Berarti menuju kampung sebelah, mungkin juga hendak dijemput seorang karena menenteng helm. Bisa menyeberang dengan leluasa, tidak memandang Bowo yang berada di kios. Oh Bowo selalu merasa salah duga, jelas aksi Ani bukan untuknya tapi karena kebutuhannya. Wow dasarnya saja Bowo yang goblok, disuguhi wajah cantik Ani sudah keblinger. Untuk sesaat Bowo serba salah, tapi refleks kakinya juga bergerak mengikuti arah Ani pergi. Bodoh ya bodoh, lelaki bodoh seperti Bowo ternyata banyak saja. Keyakinan Bowo cuma satu, hubungannya dengan Ani belum putus tus! Suaminya pergi karena kalah perkara dengannya, itu fakta. Jadi ini kesempatannya mendekati Ani yang ternyata juga memberi respon dan membuka diri terhadapnya. Bowo pun melangkah mengikuti perginya Ani yang menuju jalan kampung di selatan eks kampus. Bowo menduga Ani menuju rumah keluarganya di kampung sebelah yang dulu ada keluarganya yang meninggal, itu setengah bulan yang lalu. Soalnya kalau ke kampus kuliahnya tidak mungkin, tampilannya yang seksi bukan hal yang wajar menuju kampus, lagi pula ini siang hari jam dua belasan. Ya Bowo berada dua puluh meter di belakang Ani. Sempat Ani menengok ke belakang seolah memastikan Bowo mengikutinya sesuai tujuannya, naluri wanita yang dalam suasana konflik malah makin memanasi situasi. Cepat Bowo SMS, “Mbak Ani mau kemana, bisakah kita bicara berdua saja?” SMS yang tak mungkin ada jawaban tapi hanya melalui nomor ini yang bisa dihubungi Bowo. Sementara makhluk cantiknya tetap berjalan sambil menghubungi seseorang melalui HP, siapa ya? Bowo mengulangi lagi SMS yang sama, walau tahu sia-sia. Ani terus melangkah dan Bowo terus membuntuti dalam jarak dua puluh meteran. Bowo memastikan pasti nanti ada yang menjemput Ani entah siapa. Mereka berdua melangkah searah, mencapai hampir seratus meter. Aksi Ani sengaja sekali memancing Bowo untuk mengikutinya dari belakang. Dan Bowo melayaninya walau untuk bertindak.....Hmmmm tahu saja resikonya. Sekali bertindak macam-macam pada Ani, kemungkinan di belakangnya sudah siap beberapa orang anggota keluarganya hendak menyergap Bowo. Tuduhan pelecehan seks paling mudahnya untuk menjebak walau Bowo tahu hal tersebut sudah berulang kali dan usang modusnya. Ini adalah aksi Ani sendirian setelah beberapa minggu yang lalu mencoba memanasai hatinya dengan penyamaran Jodi berpura-pura berperan sebagai suami Ani. Bermain tapi sangat berbahaya, makanya Bowo menempatkan posisi mereka sebagai psikopat, kemampuan seperti itu biasa bila pelakunya tidak memiliki empati pada korbannya. Malah menimbulkan sensasi kepuasan jiwa, karenanya berpotensi ke arah tindak pidana. Dugaan Bowo Ani psikopat cewek, tapi hatinya masih tertambat padanya. Itu dilema yang sulit sekali bagi kelelakiannya, bila menjadi pendamping hidup Ani bakalan banyak mendapat siksaan lahir dan batin. Buktinya sekarang ini, hubungan sampai tingkat pacaran saja sudah susahnya minta ampun. Bowo terus membuntuti Ani dan mencoba berkomunikasi melalui HP. Ani sendiri sibuk menghubungi seseorang sambil sesekali menengok ke belakang karena sudah berada di situasi mendapat ancaman dari Bowo. Situasinya kikuk dan menegangkan. Adegan yang sulit bagi semua pihak. Bowo bingung dan serba salah karena Ani memang memancingnya melakukan sebuah tindakan yang beresiko tinggi. Dari dulu jebakan selalu lari pada dirinya agar bisa dipermalukan dan disingkirkan dari Yogyakarta dalam berbagai trik-trik jebakan mengumpankan sisi femimin perempuan Ani. Akhirnya sepeda motor muncul berlawanan arah mendekati Ani. Pengendaranya perempuan dan motornya suzuki hijau mungkin kerabat Ani di kampung sebelah. Adegan itu berakhir setelah Ani membonceng di jok belakang motor. Memang ada perempuan keluarga Ani melototi Bowo, itu wajar saja karena saat dihubungi Ani tentu dengan memberitahu semacam ancaman dari pihaknya sebagai lelaki. Ah semua itu ketahuan pura-pura saja, bila Ani mau dijemput keluarganya itu sudah bisa dilakukan jauh-jauh sebelum menyeberangi jalan tanpa perlu beraksi di depan kios Bowo, itu dugaan Bowo yang paling mendekati logika. Yang jelas posisinya sangat berbahaya bila sampai melakukan tindakan terhadap Ani. Bowo tahu resikonya, dan sekali lagi ia lepas dari jebakan yang kesekian kalinya. Bowo segera kembali ke kiosnya walau mendapat pertanyaan macam-macam dari tetangga kiosnya karena nyelonong pergi begitu saja. Suatu tindakan tak wajar tapi Bowo tak mungkin memberitahu kepada siapapun tetangga kiosnya. *** Maghrib........... Di sebuah masjid terdengar suara ibadah sholat maghrib. Imamnya adalah Bapak Jonan, terdengar dari suaranya yang berat nafasnya karena obesitas. Dulu.....Bowo pernah berupaya memperlihatkan diri untuk bisa bertemu dengan Bapak Jonan dengan berjamaah sholat maghrib di masjid yang beliau bina ini. Tentu saja Bowo sholat berjamaah mendekati orang tua ini bila posisinya sedang mendapat empati dari anggota keluarganya ini. Bila masuk masjid sudah duduk Bapak Jonan di bagian shaf depan menanti waktu sholat biasanya sepuluh menit setelah adzan berkumandang. Duduk bersila, tubuh gemuk tersebut menghirup nafas cukup berat. Begitu juga bila berdiri dari duduk silanya kemudian beranjak ke sajadah imam sholat. Serba berat, seberat suaranya ketika melafalkan berbagai surat menunaikan ibadah sholat maghrib...... Cukup galak juga orang tua ini, beberapa kali bila jamaah masih belum merapat tatanan shaf depan masih kosong perintahnya menggelegar sebagai keharusan yang hadir untuk mengisinya, atau tepat di belakang imam hanya ada anak kecil maka disuruh pindah karena resiko tidak ada pengganti bila tiba-tiba imam berhalangan, tentunya meminta orang dewasa untuk menempati imam sholat karena dinyatakan lebih mampu. Biasanya Bowo cepat ngacir dari barisan shaf sholat bila sedang doa wirid. Bapak Jonan tidak pernah peduli pada kehadiran Bowo karena memang posisinya menjadi pemimpin ibadah jamaah sholat. Tanggung jawabnya adalah menghadap langsung Allah SWT. Perhatian Bowo banyak terarah pada jadwal ibadah maghrib dan subuh. Tentu saja untuk sholat subuh tak pernah berjamaah di masjid tempat tinggal orang tua ini bergilir sebagai imam sholat. Kesimpulan Bowo Bapak Jonan masih sehat walau didera beberapa penyakit. 3 Mei 2019, Jumat pagi warga digemparkan berita mendadak. Bowo tidak begitu tahu persis, ada pengumuman dari beberapa masjid yang menyebarkan berita meninggalnya seseorang. Ada disebutkan namanya adalah Bapak Jonan. Innalilahi wa inailaihi rojiun....... Untuk Bowo mengejutkan sekaligus merasakan semacam pembenaran dari SMS-SMS yang dikirimkannya beberapa minggu yang lalu.....Hanya Bowo tak mengira kejadian tersebut cepat sekali berlangsung. “Bukan aku menyatakannya karena serba tahu, hanya firasat karena sulitnya diri ini mencapai penyelesaian konflik,” gumam Bowo sendirian saat sholat subuh di kamar kosnya, agak kesiangan sebenarnya karena sudah menjelang jam 6 pagi. “Secepat ini beliau meninggal?” Bowo terkejut. Terjawab sudah....Siapa orang yang terselamatkan dalam perkara yang sedang bergulir, ialah beliau yang terhormat Bapak Jonan, S Ag. Bowo tidak tahu perasaan apa yang bergelayut pada dirinya dari fenomena meninggalnya Bapak Jonan yang begitu mendadak. Hanya tiga hari saja tidak muncul beraksi manuver di depan kiosnya ternyata sudah menghadap yang Maha Kuasa. Satu dari orang begitu membenci namun juga memberi perhatian besar adalah orang tua ini. Bila ditelusuri beliau memberikan pengajaran yang sangat berharga untuk Bowo walau berseberangan kepentingan. Satu musuh besar telah tiada, mengurangi perseteruannya dengan keluarga besar tersebut yang selalu mengeroyok dalam berbagai bentuk jebakan skenario drama teatrikal. Bapak Jonan habis......... START, demikian pemikiran Bowo sekarang. Bowo tetap buka kios seperti biasanya. Tidak ada orang yang mencurigainya bahwa salah satu seteru terbesar Bapak Jonan adalah Bowo yang tempat tinggalnya hanya bersebelahan gang saja. Sebuah pertikaian dengan taruhan nama dan kehormatan, serta sebuah prestasi untuk Bowo karena berhasil meredam semua ancaman dari pihak keluarga yang sekarang kehilangan kepala keluarganya. Beberapa tetangga sebelah kamar kosnya mengajak untuk layat di rumah keluarga tersebut. Bowo menolak dengan alasan ada order stempel yang harus segera dikerjakannya. Paling-paling segera memberi amplop sumbangan untuk dititipkan dari dirinya. Ah tak perlu dibesar-besarkan hal seperti ini..........itu saja yang bisa dilakukannya. Paling-paling rasa penasarannya kenapa beliau meninggal dimintanya keterangan dari tetangga kanan kirinya, itu karena pasti ada cerita terakhir aktifitasnya. Cukup jelas peristiwa terakhir yang menimpa Bapak Jonan. Tepat terjadi saat Bapak Jonan menjadi imam sholat subuh berjamaah di masjid yang diampunya puluhan tahun. Tetangganya yang perempuan paruh baya bercerita bahwa seperti biasa Bapak Jonan datang ke masjid tepat waktu. Seperti biasa duduk tak banyak bicara menunggu waktu qomat berkumandang. Duduk bersila dengan helaan nafas berat karena tubuhnya yang obesitas. Beliau dinyatakan pernah beberapa kali opname di rumah sakit gara-gara kritis pingsan mendadak sebagai gejala penderita gula darah. Semuanya wajar saja berjalan, Bapak Jonan bersiap-siap takbir untuk mulai sholat berjamaah. Namun belum membaca surat Al-Fatihah beliau terjatuh di sajadah. Bubarlah jamaah sholat subuh tersebut, segera mencoba menyadarkan Bapak Jonan yang ternyata sudah tidak merespon apapun perlakuan orang-orang di sekitarnya. Karena tidak bisa disadarkan akhirnya diputuskan dibawa ke rumah sakit dengan mobil. Itulah kisah singkatnya, urusan jamaah sholat mudah saja digantikan orang lain menggantikan beliau sebagai imam. Pihak rumah sakit hanya memeriksa sekedarnya saja, langsung menyatakan Bapak Jonan sudah tiada sehingga langsung diserahkan ke keluarga besarnya. Bowo sendiri langsung menghentikan SMS dengan memberi kabar ikut bela sungkawa. BAB 8 Pasca Berkabung Semua masih bergulir, itu pemikiran sepihak Bowo. Ia menanti kelanjutan konflik yang kini bagi dirinya meringankan beban karena berkurangnya satu rival berat, Bapak Jonan. Satu bagian yang meringankan dengan kepergian Bapak Jonan adalah perseteruan dalam argumentasi wilayah keagamaan. Itu tingkat tertinggi dalam hidupnya, dan mungkin juga bagi Bapak Jonan secara pribadi walau tidak akan diketahui publik. Bapak Jonan secara pribadi seperti ditunjukkan sebuah jalan tentang sesuatu hukum haramnya status suami istri yang dijalani putri dan menantunya karena menjadi ajang permainan. Bowo menyatakannya karena keterdesakan, seolah-olah menjadi hakim penentu benar tidaknya masalah yang bergulir menjadi pertikaian dalam kebuntuan di luar kemampuan dirinya. Mungkin itulah yang semua orang menyatakannya sebagai intuisi. Hanya wilayahnya sensitif di hukum agama yang selama ini justru menjadi andalan Bapak Jonan hidup bermasyarakat. Ibarat Bapak Jonan mendapat menantu berharta dan terhormat. Maka Bowo yang kejatuhan bagian keagamaan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya bahkan biarpun berstatus ulama sekalipun. Tapi hanya sekali itulah jatah Bowo, hanya untuk urusan perseteruan pribadi dengan Bapak Jonan. Dan beliau tersudut harus membenarkannya, dan akhirnya takdir harus dijalani karena selesainya masalah dengan pemanggilan beliau menghadap Dzat yang Maha adil bagi seluruh alam semesta. Bapak Jonan menjadi kenangan terdalam dalam hidupnya, bagaimana sebuah perseteruan menjadi ajang adu pendapat dalam ranah agama. Bowo mencoba menghadapinya walau tahu dirinya bukan pakar di dalamnya. Sekarang hal tersebut berakhir. Tinggal istri dan putra-putrinya serta menantunya yang masih menjadi rival. Tapi tampaknya konflik tak akan lagi mengarah ke ranah agama. Tingkatan Ani dan suaminya yang entah tidak terlihat di Yogyakarta adalah bidang akademis. Sedangkan Udin sekarang menjadi ketua RT, tampak berwibawa namun belum jelas track recordnya memimpin dan menjadi tokoh masyarakat warga sekitarnya. Sedikit kelebihan Udin, yaitu ketrampilan di acara seremonial. Orang ini begitu terlatih berpidato dan menambah memimpin berdoa ke pengajian seperti tahlilan walau diketahui sebagai warga penolak bidah. Bahkan menjadi pengajar MC berbahasa Jawa. Begitu juga istrinya mencoba berkiprah dengan mengadakan kegiatan paduan suara di rumahnya. Mulai lagi Bowo menghadapi konflik dengan keluarga Bapak Jonan ini yang sebenarnya berinti pada diri Ani yang masih belum stabil keadaan rumah tangganya. Status Bowo adalah PIL bagi Ani, ah yang benar...... Tampaknya hal tersebut masih bersambut, ini minggu kedua di bulan Mei 2019 setelah meninggalnya Bapak Jonan. Hari Sabtu 4 Mei ada terlihat Ibu Jonan entah memboncengkan siapa seorang perempuan sama-sama sepuhnya. Itu kemunculan pertama anggota keluarga tersebut. Lupakan dulu....... Hari Minggu waktunya berlatih dan menyegarkan tubuh dengan berbagai jenis praktisi yang diterapkan Bowo. Lebih tepatnya ini media hiburan Bowo menjalani hari-harinya di Yogyakarta. Pencak Silat sendiri dalam kenyataannya adalah gabungan dua kata yang berarti semacam pertunjukan hiburan. Silat-silat daerah tertentu menekankan bidang ini, mencapai ibing atau joged. Pencak paling mendekati hiburan. Kalau boleh dikata Bowo dalam prakteknya harus memasukan bidang yang dijalaninya sebagai hiburan belaka. Namun pada umumnya semua orang sepakat Pencak Silat adalah olah raga bela diri prestasi. Sendirian, audisi pribadi. Kejujuran hasil latihan, keterbatasan fisik yang diketahuinya malah bagi Bowo itu sebagai poin utama berhadapan dengan kenyataan hidup. Makanya ketika tahu takdirnya banyak mendapat cobaan maka kemudian dibiasakannya semua itu dengan kerja keras. Hiburan dan kenikmatan, sekarang menjadi poin utama hasil latihannya. Semangatnya berkobar tanpa perlu menyalahkan siapapun, terutama terhadap orang-orang yang menyakiti hatinya. Yang dilatih Bowo adalah campuran Yoga dan Pencak Silat. Keduanya dicoba dalam satu paket. Jadi ada jurus ada asana dan ada warming up. Bowo sendiri sulit menjelaskan detail gerakan-gerakan yang dilakukannya. Urutan-urutannya sudah diatur menjadi semacam menu praktisi. Coba diurut, jurus kedua kanan kiri, jurus keempat kanan kiri, scot jump, push up, sit up, berbagai asana mulai dari paschimotasana, danurasana, dan diakhiri sirsasana. Untuk asana Bowo lebih pada latihan tulang punggungnya. Mungkin itu modal fisik menghadapi usianya yang menjelang kala senja. Bila tulang punggung bisa dipertahankan kelenturannya tentu itu menunjang kebugaran tubuhnya walau makin menua fisiknya. Kalau boleh Bowo memilih hidup awet tua, jadi di usia tua dirinya masih fit beraktifitas tanpa dibebani penyakit golongan geriatri. Semua latihan berakhir dengan puncak kegiatan jogging mencapai rute tertentu dirinya jalan kaki mencapai kembali rumah kontrakannya. Tak terasa bila dirunut dari waktu subuh sampai selesainya di tempat kos yang jam delapan pagi berarti total waktu yang dihabiskannya menghibur diri sekitar tiga jam. Cukup, apalagi bulan Mei awal ini masuk awal bulan puasa Bowo sedikit kesulitan untuk ibadah tarawih, kalau cuma makan sahur tak pernah sampai dibangunkan tetangga kanan kiri. Bowo justru paling disiplin karena jam tubuhnya sudah bertahun-tahun terjadwal latihan rutin. Kembali ke dunia nyata, ya nggak lah.... Apa-apa yang menjadi pemikiran dialami Bowo itu nyata. Hanya tentu bentuk latihan mencapai olah raga sangat menyendiri. Siapa sih orang lain yang hendak mengikuti jejaknya? Setelah meninggalnya Bapak Jonan maka Bowo merasakan berkurangnya tekanan kejiwaan karena almarhumah adalah kekuatan utama keluarga tersebut. “Hmmm suasana duka masih menyelimuti keluarga tersebut, paling tidak sampai tiga harilah,” Bowo bergumam sendiri saat sudah duduk manis di kiosnya. Tapi kiosnya sepi, Bowo cuma iri saja ketika pengunjung berdatangan mampir ke kios tetangganya. Entahlah rejekinya memang sedikit, alirannya hanya tetesan embun di dedaunan. Oh semua itu harus dilalui, takdir dijalani Bowo sebagai karya cipta agung kekuasaannya. Dan kekurangan itulah yang telah dimanfaatkan almarhum Bapak Jonan untuk mempermainkannya. Bowo terlihat bodoh dan harus mendapat pengajaran tinggi dari beliau. Uuufff Bowo melengak heran ketika seorang perempuan bersepeda motor serasa dikenalnya. Memang terlambat karena sepeda motor tersebut melaju cepat, postur tubuhnya mirip dengan Ani. Ah mengada-ada saja Bowo ini, masih saja bentuk maya itu bersileweran di depannya. Ani menyamar dalam berbagai kesempatan itu sudah terjadi sejak awal 2017. Berjilbab, bermasker, berjaket rapat sekali dan mengendarai sepeda onthel federal. Biarpun ketika itu Bowo tak yakin itu Ani, tapi lirikan mata cewek bersepeda kayuh tersebut serasa dikenalnya. Biasanya lewat begitu saja karena tak mungkin menjadikannya sebagai aksi manuver, itu kepentingan rahasia Ani sendiri bersama keluarganya. Sekarang kejadian tersebut terulang lagi, masih berkaitan dengan meninggalnya Bapak Jonan sebelum masuk bulan puasa ini. Bowo tidak menghadiri pemakaman Bapak Jonan. Pemikirannya tertuju akan kemungkinan kehadiran suami Ani, tapi hingga sekarang tampaknya itu tidak terjadi. Seolah semuanya pembenaran sebuah kekalahan pihak suami Ani akibat perlawanan pihak Bowo sepanjang bulan Maret yang lalu. Karenanya sekarang status Ani kembali sebagai pacar Bowo, walau hal tersebut meragukan dan kesia-siaan karena bukan penyelesaian terbaik bagi semua pihak. Penyamaran Ani belum menggerakan Bowo mengirim SMS. Namanya penyamaran tak mungkin dikenalinya, samar-samar dan hanya menimbulkan dugaan buruk. Tapi itu berarti sebuah permulaan, kemungkinan konflik masih bergulir tanpa penyelesaian apapun, sangat merepotkan pihak Bowo bertahun-tahun ini. Penyamaran Ani masih terjadi hari berikutnya, oh sudah tanggal 9 Mei, rupanya Ani memerlukan semacam peluang untuk aksi-aksi selanjutnya di hadapan Bowo. “Pacar tapi tidak mungkin dimiliki karena masih terikat pernikahan. Entah apa yang terjadi di balik rumah tangga mereka, aku ini kurang data, sulit dan sebenarnya tidak perlu ikut campur tangan, sayang hubunganku dengan Ani masih berlanjut walau cuma pacar gelap dan pihak ketiga.” Bowo getun sendiri dengan keadaannya, serba sulit dan hanya membuat jengah pihaknya karena melanggar etika masyarakat yang berlaku. “Tapi sekarang dengan meninggalnya Bapak Jonan kekuatan keluarga tersebut memperkarakan diriku berkurang, bahkan kuharapkan ini menjadi momentum berakhirnya masalah.” Bowo malah beranggapan kini posisinya mulai dari awal karena satu seterunya sudah berakhir. Bapak Jonan dalam pertikaian sangat kuat terutama dalam memegang norma-norma agama. Sekali saja Bowo menyalahinya masyarakat bakalan menghujat dirinya dan dengan demikian terpentallah dirinya dari Yogyakarta. Suatu tujuan yang terasa bagi Bowo sangat benar walau hanya dugaan dan tuduhan sepihak darinya. START Hari Jumat 10 Mei 2019, Awal 2015 Bowo terpuruk, adanya sekelompok preman menyelenggarakan pungutan liar dan berdalih membangun proyek bangunan permanen deretan PKL. Masing-masing dijatah kios seluas 2,5x5 m. Bowo yang megap-megap karena untuk mendapatkan jatah kios harus setor duit sampai 3,5 juta mendapat bangunan beratap seng dan berangka besi galvalum. Saat itu keadaan dirinya bangkrut, Bowo dari awal lagi usaha jasa stempel. Sekarang ia merasakan hasilnya, tidak membuat jadi kaya tapi modal kecilnya tetap berputar untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai perantau. Karenanya ia mulai bisa menghargai dirinya sendiri dalam posisi sebagai PKL. Tetangga kanan kirinya tidak berubah banyak, orang-orang ini bertahan sejak dari kampus Stiekers jaya sampai runtuh dinyatakan non aktif 2007. Eks kampus menjadi lahan kosong tak terurus maka kemudian dimasuki group preman. Dalih utama adalah menyatakan lahan kosong eks kampus sebagai lahan parkir bus wisata. Inilah yang terlihat aktifitasnya hingga kini. Berbagai proyek dari berbagai kalangan bermunculan, namun hingga kini semua itu hanya konon tanpa realisasi apa-apa. Amanlah Bowo Cs meraup rejeki walau cuma jadi pengusaha tingkat gurem PKL. Bowo duduk di bangku plastik menunggu pengunjung stempel. Nah dari mulut gang muncul sepeda motor Mio biasa ditunggangi Ani. Bowo jelas memperhatikan Ani, mau pergi kemana karena ini menjadi manuver resmi pertama setelah Bapak Jonan meninggal dunia. Sedikit sulit menyeberang, perlahan motor tersebut mendekati kios Bowo. Apa hendak pesan stempel? Oh tidak, Ani berhenti dan kemudian menunjuk botol bensin milik tetangga kios Bowo. Celingukan Bowo mendapati pemiliknya sedang pergi, terpaksa Bowo melayani Ani mengisi pertalite, kok bisa kebetulan ya? Bowo tak tahan bertanya, “mau kemana Mbak?” Ani tidak memandang Bowo, menjawab sekedarnya. “Mau ke kantor Disdukcapil.” Biarpun Bowo tak paham urusannya tapi pasti masih terkait dengan urusan almarhum Bapaknya. Bowo cuma bisa menyahut hal lain. “Saya ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Bapak Mbak, semoga semua dalam keadaan baik.” Ani cuma menganggukan kepala, perempuan cantik yang selalu beraksi tertuju pada Bowo ini menjadikan segala penampilan dengan kondisi tertutup, tapi Bowo yakin bila di rumah perempuan ini bebas dandan seksi sekalipun. “Berapa Pak bensinnya?” Ani menyodorkan uang sepuluh ribu. Bowo tak menanggapi mencoba meneruskan pernyataan walau sulit. Dari dulu adegan-adegan seperti ini berlangsung singkat tak pernah mencapai obrolan diantara keduanya, walau juga menjadi bukti kelanjutan hubungan mereka berdua. Kebetulan penjual bensin datang baru dari WC rupanya. Bowo menengok ke Ibu penjual bensin agar Ani memberikan uang dan kembaliannya langsung kepada pemilik dagangannya. Setelah itu Ani mencoba menyalakan mesin motor matiknya. Tampaknya kesulitan membuat Bowo mencoba menawarkan diri karena harus langsung distarter. Oh Ani menolak halus, “Terima kasih Pak, saya masih bisa sendiri menyalakannya.” Memang ternyata mudah, begitu distarter langsung menyala dan Ani menungganginya melaju pelan. Bowo cuma sempat menganggukan kepala dan berkata, “Hati-hati di jalan Mbak.” Oh adegan seperti ini berulang, dihitung Bowo tak banyak selama puluhan tahun ini. Hanya saja keadaan seperti ini memaksa Bowo mengirim SMS melanjutkan hubungan yang tertunda beberapa hari ini. “Saya memandang baik meninggalnya Bapak Jonan, saat meninggalnya berada dalam kondisi beribadah sangat jarang dialami orang lain.” “Beliau adalah orang yang diselamatkan dari kasus-kasus yang menimpa putra-putrinya karena kenakalannya sekarang ini.” Beberapa SMS tidak penting dikirim Bowo untuk meneruskan keadaan yang terjadi pasca meninggalnya Bapak Jonan. Hubungan sambung kembali, tapi Bowo sudah lega kini dirinya merasa lebih ringan menghadapi pertikaiannya dengan anggota keluarga Bapak Jonan. Beratnya menghadapi Bapak Jonan adalah tingkat permasalahan mencapai fatwa hukum agama walau hanya disaksikan oleh mereka berdua saja. Seolah meninggalnya Bapak Jonan karena disadarkan Bowo tentang haramnya urusan pernikahan putrinya yang telah menjadi ajang permainan. Suatu hukum yang bagi Bowo pribadi bukan bidangnya, dan sebagai balasannya bakalan dipertanggungjawabkan di depan pengadil yang maha tinggi Allah SWT. Tuntutan Bapak Jonan terhadap Bowo sangat tinggi, hampir dalam segala bidang. Itu terasa bagi Bowo tidak akan terpenuhi dari pihaknya. Dari tahun ke tahun terbukti, bahkan sampai meninggalnya karena masih berkaitan dengan tuntutan beliau yang tidak terpenuhi oleh Bowo. Yang bisa memenuhi tuntutan ternyata datang, ialah menantunya sekarang. Tapi harus berhadapan dengan Bowo karena hubungannya dengan Ani belum terputus, dari sudut ini Bowo menyatakan berdasarkan bukti banyaknya Ani beraksi mengajukan dirinya membawa permasalahan diantara mereka berdua sejak rmasa remajanya. Walaupun Bowo masih berhubungan dengan Ani tetapi dirinya sadar perempuan ini adalah istri orang. Semua perempuan yang berstatus istri harus diutamakan hak lelaki pemiliknya. Sekarang di mana suami Ani? Inilah yang terus dipikirkan Bowo karena menjadi masalah pelik bagi dirinya. Padahal Ani bukanlah tanggung jawabnya bahkan bilapun ia harus menghadap tuhan saat ini. Bowo tahu sekian puluh tahun statusnya digantung perempuan pacarnya ini agar tetap terikat dengannya dengan resiko menjadi tokoh sentral yang sangat kurangajar. Bila hari Jumat tanggal sepuluh Ani singgah di kiosnya maka di hari Sabtu terlihat berboncengan motor dengan Ibunya. Aninya menganggukan kepala kepada Bowo setiap kali lewat depan kiosnya......Duh Bowo yang kelimpungan jadinya. Dari mana dua perempuan ibu dan anak ini keluar rumah? Bowo menduga mereka berdua belanja kebutuhan rumah. Satu dua kardus dibawa Ani di depan sepeda motor Mio biru sportynya. Tapi kok harus lewat depan kios Bowo ya? Sangat disengaja, inilah asyiknya hubungan pacaran antara Bowo dengan Ani sekian puluh tahun. Cukup hanya mendasarkan pada aksi-aksi kecil isyarat, simbol, bahasa tubuh, dan pergerakan tertentu. Yang sibuk Bowo karena harus menafsirkannya dalam kiriman-kiriman SMS tanpa pernah mendapat balasan. Oh Ani Ani..... SMS- SMS Bowo berlanjut antara pembahasan akan fenomena meninggalnya Bapak Jonan dengan keadaan keluarga yang masih diselimuti duka. Aksi Ani masih menghubunginya terus menunjukan keberadaan suaminya memang misteri. Harusnya saat meninggalnya suami Ani ikut melayat dan tampil mungkin sebagai penerima tamu di keluarga tersebut. Tapi dengan adanya aksi Ani sendirian dan terkadang dengan ibunya malah menunjukan keluarga ini seperti mendukung hubungan tetap terjalin. Sulit bagi Bowo mengingkarinya, semua ada bukti walau tak pernah dirinya menyentuh Ani dalam hubungan percintaan lelaki perempuan. Wajarkah anggapan Bowo ini? Mungkin Bowo memang dibutakan terhadap Ani karena pengaruhnya sebagai perempuan termasuk tinggi. Status Ani yang mahasiswi S2 jelas menyatakan tingkat akademiknya yang tinggi, sulit dicari bandingannya. Juga latar belakang keluarganya cukup berpengaruh walau lingkupnya kecil di sebuah kampung, priyayi bilang orang. Dan yang terpenting di mata Bowo Ani sudah memiliki rumah tinggal di halaman rumahnya sendiri dibangun oleh suaminya, bagian ini yang dibahas Bowo selama tahun 2018, sedangkan lelaki suaminya sering pergi entah urusan apa menjadikan perempuan ini termasuk terlantar. Bowolah yang disambutnya karena memang terhubung sejak dari masa kecilnya. Tidak terputus walau benar-benar dinikahi lelaki dari Bali yang hingga kini tidak melakukan tindak penyelesaian terhadap Bowo maupun Ani sebagai istrinya sendiri. Tuduhan Bowo terhadap suami Ani adalah tindak pidana Human traficking ala Bali. Modus-modusnya sudah terjadi saat anggap saja merebut keperawanan Ani dengan hubungan seks di luar nikah sampai hamil. Sukseslah dinikahinya. Kenyataannya Bowo mendapati sejak awal pernikahan Ani selalu mencoba membuat pendekatan terhadap dirinya. Sementara bukti pernikahan mereka bermasalah, bahkan hingga sekarang sudah mencapai tahun keempat pernikahannya. Itulah SMS-SMS Bowo terhadap Ani di bulan puasa Mei 2019. Malah Bowo yang akhirnya berhitung berdasarkan kemunculan Ani di bulan Mei ini. Tapi semuanya dalam keadaan berpuasa, semua menahan diri. “Biarpun Ani terlihat menyambut diriku tetapi semua masih mengganjal, keterbatasannya sebagai perempuan berstatus istri lebih kuat. Tak mungkin aku meraihnya kecuali bercerai atau pisah ranjang.” Bowo memperkirakan posisi yang didapatinya sekarang sesuai adegan aksi Ani yang seolah-olah tetap berperan sebagai pacar menyambung hubungan yang tidak terputus puluhan tahun sejak dari remajanya. Biarpun Ani adalah pacarnya tetapi tetap meragukan karena aksi-aksinya selalu terselubung dimanfaatkan keluargnya, bahkan suaminya yang entah pergi kemana. Perempuan berstatus isrti yang mendua hatinya, itu dugaan Bowo terhadap Ani. Soalnya banyak saja fenomena seperti ini terjadi di masyarakat, sudah menikah tetapi kemudian jatuh cinta pada pria lain. Perempuan bakal bertahan mati-matian mempertahankan rumah tangganya. Di sinilah dilema perempuan istri orang. Walau tahu dirinya sudah memberikan perhatian tertuju pada lelaki lain yang berbeda jauh profil suaminya yang menjadi pendamping hidup resminya. Njelimet banget Bowo berpikir. Tapi Bowo tahu yang dihadapinya sekarang bukan kisah orang lain. Ia melihat bukti di depannya langsung. Ani adalah istri orang lain tetapi tetap mencoba berhubungan kasih walau tetap membatasi diri. Hari-hari selanjutnya Bowo menyaksikan selebrasi Ani walau hanya sepintas melewati kiosnya di buan Mei saat berlangsung ibadah puasa. Bagi Bowo itu harapan hubungan mereka berlanjut nantinya menuju pernikahan. Tentu setelah jelas status Ani, bercerai ataukah pisah ranjang. Soal suami Ani, Bowo benar-benar belum tahu profilnya hingga sekarang. Namanya pun tidak tahu tapi karena berasal dari Bali ia sering menginisialnya sebagai si B dalam setiap status postingan di dunia maya media sosial Facebook. Kalau SMS kirimannya mudah saja menyebutnya sebagai suami Mbak Ani di nomor yang kemungkinan dipegang Ani. Yang jelas untuk urusan konflik dengan keluarga Bapak Jonan Bowo telah mulai menuliskannya dalam postingan di medsos Facebook sejak akhir 2013. Dari status-status postingan tersebut Bowo bisa melacak segala perbandingan konflik dengan keluarga Bapak Jonan hingga Ani berstatus sebagai istri dari seorang lelaki yang berasal dari Bali. Kesimpulannya Bowo belum menang tetapi berhasil melalui pertikaian dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan ditambah menantunya. Semuanya berbentuk keroyokan hingga menyulitkan posisi Bowo. Hingga saat ini Bowo masih melihat gelagat dirinya tetap diseret dalam masalah internal suami sitri Ani dan suaminya. Tapi sementara ini aman, suami Ani lenyap pergi sudah lebih dari tujuh kali setiap bentrok antar pribadi dengan Bowo. Ah Bowo bangga saja dirinya menjadi pihak pemenang, cuma tidak mudah juga mendapatkan Ani begitu saja. Ani belum memperlihatkan tanda-tanda mau membuka diri, berarti masih banyak kendala di dalam rumah tangga tersebut. Bulan puasa ini Ani setiap minggu ada memperlihatkan diri di depan kios Bowo. Terkadang berboncengan dengan perempuan lain, mungkin itu teman kuliahnya. Bowo terkadang SMS berkomentar, terkadang juga melewati rumah Ani malam hari untuk memantau. Semua terlihat wajar saja, ada sepeda motor Ani Honda Beat lawasnya dibarengi sepeda motor lain, mungkin sesama perempuan. Di sinilah Bowo terus mencoba menghubungi Ani dalam urusan hubungan mereka berdua. Tapi ingat Bowo tidak mengirim SMS-SMS mesra seperti awal tahun 2018, situasi yang berada di depannya dilematis. Bowo meragukan pernyataan-pernyataan yang pernah dikeluarkannya awal 2019 yaitu tentang status pisah ranjangnya Ani yang membolehkan lelaki lain maju membuat pendekatan. Bowo melihat Ani sebenarnya tetap menghubungi suaminya dalam berbagai kesempatan. Ani mendua walau saat ini Bowo tetap diikatnya dalam hubungan lelaki perempuan. Aneh sekali kalau urusan konflik selesai begitu saja..... Terakhir karena mudik ke kampung halamannya di Purwokerto, Bowo jarang menghubungi Ani melalui SMS. Biarlah toh masalah bakalan terus bergulir. BAB 9 Benturan Konflik dimulai Setelah pulang kampung Bowo mendapat semangat baru. Mendapat berbagai kabar keluarganya di kampung halaman dalam keadaan baik dan stabil itu sudah melegakannya. Yah ini karena adanya saudaranya yang mengalami gagal ginjal. Perawatannya sangat merepotkan, boleh dikata hidup saudaranya itu hanya bergantung pada peralatan medis haemodialisa dan tranfusi darah. Jadi boleh dikata saudaranya ini lumpuh tak berdaya. Karenanya Bowo menghitungnya cukup dari stabilnya perawatan dan kejiwaannya. Sulit bila menghadapi langsung seseorang yang sudah divonis menderita gagal ginjal. Banyak sumpah serapah keluar dari mulutnya yang tertuju pada orang-orang dekatnya. Menjengkelkan tetapi harus diterima. Bowo meluncur ke Jogja setelah lebaran Juni 2019. Satu masalah sudah membayanginya, tapi paling penting adalah usaha stempelnya yang berupa kios kecil di pinggiran kota Yogyakarta. Dari sanalah Bowo eksis di perantauan walau hanya berstatus pedagang kaki lima. Hiruk pikuknya Yogya sudah terasa saat Bowo membuka kios di eks kampus Stiekers yang kini menjadi lahan parkir bus wisata dan langsir muatan truck kontainer. Bowo beraktifitas dan juga sudah mencoba lewat samping rumah Ani. Oh ada aktifitas Ani di rumah, bersepeda motor baru pulang entah dari mana. Ah mudah diduga perempuan beranak satu ini membeli bubur bayi di sekitaran ruko Perwita Regency. Aninya tahu Bowo lewat dan memberikan anggukan kepala kepada lelaki yang diketahuinya terus mengejarnya hingga sekarang. Di sinilah Bowo sulit membaca situasi..... Esoknya sama dilewatinya rumah Ani pagi hari sebelum ke kios usahanya. Ternyata sudah siap Ibu Ani dengan menggendong bayi lelaki untuk diperlihatkan pada Bowo. Sebagai lelaki Bowo tahu keadaan dirinya, statusnya dihadapan Ani yang tidak jelas walau tetap punya hubungan khusus. “Bila saja Ani menolak dan konsekuen dengan rumah tangganya itu sudah cukup bagiku, mundur otomatis.” Sikap-sikap Ani terhadapnya tetap, bisa menerima dirinya. Belum pernah ada bentuk penolakan walau sudah menjadi istri orang. Atau memang demikian sejatinya, perempuan menjadi istri orang lain walau tetap mencintai mantan pacarnya. Banyak saja hal tersebut terjadi di masyarakat. Kalau terjadi seperti itu, yang dilematis pihak Bowo. Terpaksa ia tetap memantau situasi, terutama bila ada aksi Ani tertuju pada dirinya di sekitaran kios eks kampus. Kalaupun tidak melewati rumah Ani Bowo tetap melihat keberadaan perempuan tersebut saat membeli bubur bayi di sekitaran ruko Perwita Regency, itu sekitar dua ratus meter dari kios Bowo. Belum lagi terkadang Ibu Ani yang juga sesekali lewat depan kios Bowo kemudian masuk mulut gang. Semuanya itu walau hanya sepintas sepertinya sangat disengaja. Bowo yang berhitung jadinya...... “Sekali saja ada satu manuver yang benar-benar tertuju padaku dari Ani, barulah aku berani mengirim SMS,” keputusan dibuat Bowo akhirnya. Sementara untuk dunia maya Bowo membuat berbagai status berkaitan dengan fenomena yang dihadapinya. Walaupun begitu semuanya dengan inisial nama seperti Ani sebagai perempuan X, suaminya dengan si B, Ibu Ani dengan inisial Bapak Ibu XX, dan sedikit yang cukup jelas namanya adalah Udin karena bukan tokoh utama tetapi selalu membonceng untuk kepentingan pribadinya. Mungkin Udin selama ini cukup banyak mendapat keuntungan dari kekeruhan situasi yang dialami Bowo terhadap hubungannya dengan Ani dan suaminya, dugaan Bowo Udin dibayar suami Ani untuk terus menghadapinya dalam tindak kekerasan. Dengan adanya media sosial Bowo bisa merilis satu demi satu peristiwa yang dialaminya. Bayangkan tahun 2013 akhir baru Bowo memiliki akun Facebook, peristiwa-peristiwa sebelum itu dengan keluarga Bapak Jonan tidak tercatut. Tapi sekarang tahun 2019, dari satu peristiwa demi peristiwa konflik bisa dilacak jejaknya. Untuk dirinya ia sendiri berdecak kagum, hampir tak ada jeda keluarga Bapak Jonan mengurusi dirinya. Tak pernah keluar dari jalur konfliknya dengan Ani putri semata wayang Bapak Jonan. Peran suami Ani minim sekali, hanya menggiring perseteruannya dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Di mana suami Ani sekarang? Pertanyaan tersebut tidak terjawab, tak ada data apapun di tangan Bowo saat ini. Oh akhirnya Ani memang beraksi di depan kios Bowo. Minggu ketiga bulan Juni tanggal 19. Itu di sore hari saat Bowo tutup kios. Bowo sudah berada di jok sepeda onthelnya ketika Ani melintas diboncengkan seorang perempuan mungkin teman kuliahnya. Ani di jok belakang motor temannya bisa leluasa memandang Bowo. Sedikit menganggukan kepala saat menyeberang, dan Bowo sendiri mengayuh sepedanya menuju tujuan yang sama, masuk mulut gang samping kios photo copy. Ani dengan teman kuliahnya lebih dahulu sehingga Bowo tepat berada di belakang mereka menyusuri gang. Sepeda motor belok ke kiri menuju rumah Ani, dan memperlihatkan perempuan cantik pacar Bowo. Uuuh tampaknya Ani begitu bangga bisa mempermainkan Bowo dalam biduk kehidupan rumah tangganya, bahkan menjadikan Bowo sebagai pihak ketiga yang terus bergulir tanpa putus puluhan tahun berhubungan, satu prestasi bagi Ani yang tentu menjadi kenangan manis seumur hidupnya. Bowo yang terus menggiring Ani di belakangnya jelas terus melihat Ani bahkan sampai perempuan beranak satu ini sampai di gang samping rumahnya. Ani tetap memandang Bowo dari kejauhan seolah memberikan sinyal, namun sulit diduga Bowo yang masih mabuk kepayang terhadap dirinya. Di sinilah Bowo menulis status di FB malam harinya, “Hubunganku dengan perempuan X masih tetap samar-samar, tetap bertemu di sekitaran rumahnya dengan berbagai sinyal dan isyarat dari Doi. Mungkin pacaranku dengan perempuan X selamanya abadi seperti ini. Menyebalkan!” Tapi mulai saat itulah Bowo juga mengirim SMS. Walau malam itu hanya berupa ucapan salam belaka, sebuah pembukaan masalah yang terus bergulir. Keesokan harinya baru Bowo mengirim SMS pembahasan masalah, “Melihat keadaan Mbak Ani yang tetap tidak mau membuka diri berarti memang ada kesulitan internal sampean berdua sebagai suami istri.” Dan SMS paling beratnya adalah ini, “Kemungkinan suami Mbak Ani bakalan datang lagi ke Yogya, entah ini sudah yang ke berapa kalinya. Semoga beliau akan segera membuat penyelesaian masalah hingga posisiku tidak terkatung-katung. Aku sudah kepengin punya hubungan dengan perempuan lain......” Beratnya di bagian perasaan, Bowo tahu hubungannya dengan Ani belum putus. Perasaannya masih tertuju pada perempuan yang sudah menjadi pacarnya sejak masih SMP ini. Sulit sekali beralih ke prempuan lain saat ini. Sedangkan keputusan dari suami Ani dinanti Bowo, sebab sebagai suami kekuasaan dan haknya paling menentukan. Sekali saja suami Ani memberitahu Bowo agar meninggalkan Ani itu sudah keputusan terbaik. Maunya Bowo Aninya yang konsekuen berumah tangga, ini yang belum terlihat di mata Bowo. Buktinya walau posisinya salah di mata orang lain hubungan terlarang telah terjadi antara Bowo dengan Ani walau belum sampai selingkuh hubungan seks. Bowo menunggu kios stempel, sepi pengunjung dan tak ada manuver Ani dan keluarganya. Entahlah seolah-olah ada pergerakan dalam keluarga tersebut sekarang ini. Bowo menduga dari aktifitas istri Udin setiap pagi berangkat kerja. Sepintas istri Udin memandang dirinya dari mulut gang, cukup tajam. Bowo tetap dalam posisinya sedang bekerja, sudah puluhan tahun stempel menjadi usahanya. Dua tahun yang lalu ia masih mencoba peruntungan dengan mengasong koran, berhenti dengan sendirinya karena kalah dengan media online yang begitu cepat perkembangannya mengalahkan media cetak. Kepenginnya Bowo bisa tenang, sayang konflik yang masih bergulir tanpa kepastian adanya bentuk penyelesaian menyulitkan dirinya beraktifitas. Sesuatu di sekitarnya biarpun hening tetap menyiratkan hal-hal yang tidak terduga harus dialami dan dijalaninya. Isyarat yang tak terbaca hanya membuat Bowo tegang, mungkin itu sama untuk semua orang bila sedang terlibat masalah yang mendominasi kejiwaan. 21 Juni 2019, Bowo memperhatikan isyarat dari istri Udin yang seolah-olah mengawasi posisinya di kios stempel. Perempuan cantik sudah bekerja sejak menikahnya dengan putra Bapak Jonan itu baru masuk sebagai anggota keluarga tahun 2013. Posisinya jelas netral dalam konflik yang dihadapi Bowo dengan Ani dan suaminya. Walau begitu istri Udin jelas patuh pada perintah-perintah Ibu mertua maupun suaminya bila disuruh memantau Bowo. Tapi bagi Bowo hal tersebut bukan ancaman, justru istri Udin adalah cermin baginya karena adalah seorang janda beranak satu yang menikah dengan bujangan yang sekarang menanjak kariernya menjadi ketua RT. Kemungkinan Bowo pun bernasib sama, bila dengan Ani sekarang mencapai rumah tangga ia pun bujangan mendapat janda beranak satu. Hingga saat ini masalah bergulir masih menuju ke arah itu. Bowo terkejut saat jam setengah sepuluh. Selalu tidak terduga datangnya, untuk kejiwaannya langsung terpukul dan darahnya menggelegak emosional. Sulit memastikan kebenarannya tapi adalah kenyataan, ia diserang kembali di bagian mentalnya untuk yang ke sekian kalinya. Motor Beat lawas milik Ani muncul dari mulut gang, Ani dibelakang menimang bayi lelaki. Dan seorang lelaki yang menjadi misteri selama ini muncul, itu bapak bayi tersebut. Kedua orang berboncengan motor tersebut memandang tajam Bowo memastikan orangnya melihat tindakan mereka berdua. Cepat saja tak lebih dari empat detik, langsung melaju ke arah kota. Tentu saja membiarkan Bowo yang terkesiap tidak pernah siap menghadapi serangan mental seperti ini. Begitu terkesimanya Bowo sulit membenarkan apa yang dilihatnya dan mencoba menyangkal karena segala perasaan yang tertumpah membuat tubuhnya terasa tidak nyaman, sulit sekali mengontrol dirinya agar tenang walau mustahil karena sifat lemah manusiawinya. Itu memang senjata andalan suami istri ini untuk menghancurkan mental Bowo demi tujuan keutuhan rumah tangga mereka. Mungkin juga untuk seluruh anggota keluarga Bapak Jonan karena kebencian dan dendam terpendam bertahun-tahun. Ini adalah serangan mental setelah meninggalnya Bapak Jonan, Bowo masih meragukan apa yang dilihatnya karena fakta suami Ani sudah menghilang beberapa bulan ini. Ketegangan jiwa Bowo naik ke puncaknya, sekali lagi butuh waktu cukup lama untuk menurunkannya karena dirinya hanya manusia biasa saja. Dan juga pasti akan ada kelanjutannya minggu-minggu mendatang sebagai serangan-serangan baru dari orang-orang yang memusuhinya. “Serangan mereka menguat kembali.......” Bowo membatin, sulit menyatakannya karena diiringi sangkalan dari berbagai fakta yang masih disimpannya beberapa bulan ini. Sekali lagi identitas suami Ani masih misteri, ia tak pernah memiliki data dirinya empat tahunan ini. Yang pasti masalah konflik dan bentrok cinta segi tiga berulang kembali. Semuanya bertaruh, mempertahankan pembenaran posisinya akan hak miliknya. Bowo sendiri hanya kuat berargumentasi bahwa hubungannya dengan Ani belum putus hingga hari ini. Bila mengingat kejadian Ani menimang bayi dengan lelaki yang kemungkinan adalah suaminya itu sangat menyakitkan hati Bowo. Ani hanya berkaos dan bertraining, jilbabnya sekedar menutupi rambut masih menyisakan putihnya kulit leher. Sedikit berjarak dengan suaminya saat diboncengan motor. Tetap terlihat betapa tidak nyamannya beradegan drama teatrikal seperti itu, rikuh untuk semua pihak yang bertikai. Rikuh, hal tersebut mendominasi jiwa Bowo. Karenanya sering ia berujar sendiri apa-apa yang dialaminya SARU, merupakan pelanggaran etika terus berlangsung di depan matanya. “Kenapa mereka terus melakukan aksi-aksi saru seperti itu?” Sulit sekali posisi Bowo, serba salah. Dan ia merasakan hal tersebut puluhan tahun bahkan sebelum Ani menikah. Sekarang semuanya berulang-ulang, modus tersebut adalah senjata andalan kaum hawa, dan suami Ani diandalkan dari segi kejantanannya, juga dananya yang terbukti memang milyaran dalam hitungan Bowo. Ada kekurangannya.....Tidak ada watak ksatria dari suami Ani dan itu yang mengherankan Bowo hingga saat ini. Masalah jadi berlarut-larut, berbelit-belit, belum ada satupun bentuk kesepakatan antar lelaki. Itulah yang sangat dibenci Bowo terhadap suami Ani ini. Yang bisa dilakukan Bowo kemudian setelah adanya manuver Ani berboncengan motor dengan suaminya bertiga karena Ani membopong bayi maka dikirimkannya beberapa SMS. Posisi Bowo sudah runtuh karena untuk ke sekian kalinya dikenai serangan mental terjadi. “Bila saja aku sudah putus dengan Ani adegan yang terpampang di depanku tidak berarti apa-apa. Semua hal yang ada pada Ani tinggal kenangan belaka.” Bowo berujar sendiri karena faktanya ia masih menyimpan perasaan terhadap perempuan berstatus pacar gelapnya ini. Ibaratnya sebagian jiwanya masih milik Ani, bila belahan jiwa tersebut disakiti jelas dirinya merasakan guncangan batin. Pelarian kejiwaan Bowo adalah di pengiriman SMS, selain itu ditulisnya melalui media sosial berupa postingan status. Semuanya menjadi dasar pergerakannya menyelesaikan masalah. Tapi paling penting masalah sebenarnya selesainya bukan dari pihak Bowo, di sana anggota keluarga Bapak Jonan dan suami istri Ani beserta keluarganya masih mencoba merusak mental Bowo. Bowo belum pernah melihat keluarga Bapak Jonan menghentikan perkara puluhan tahun ini. Karenanya Bowo merujuk pada kejiwaannya, kemungkinan anggota keluarga paling mendekati kejiwaan psikopat. Hari itu Bowo terpukul batinnya untuk ke sekian kalinya, hal yang sangat dibencinya karena menjadi kelemahan untuk seorang lelaki yang konon kuat lahir batin, itu mitos ribuan tahun. Tempat persembunyian paling amannya adalah di rumah kontrakan. Pulang dari kios segera berebah di tikar lusuh kamar kos, tak terasa hari menjelang malam. Oh rupanya malam itu ada acara di kampung, halal bihalal lebaran 2019. Tempatnya di sebuah ruas jalan kampung mendekati rumah kontrakan Bowo. Sudah didirikan sebuah panggung untuk pengajian. Sebenarnya di beberapa masjid juga mengadakan acara yang sama untuk setiap jamaah yang rutin di masing-masing masjid. Acara ini untuk warga umum, ditujukan pada satu pedukuhan. Bowo tidak ikut, cukup di sekitar rumah kontrakan saja tetap bisa mendengarkan ceramah agama yang dikeraskan sound system. Terutama Bowo menghindar karena pastilah di acara tersebut ada anggota keluarga Bapak Jonan, termasuk Udin yang terpilih sebagai ketua RT. Bowo hanya melihat warga yang menuju ke panggung acara silaturahmi. Terkadang berkelakar bila mengenal siapa yang lewat untuk mendahului bersalaman. Tiba-tiba Bowo mendapati beberapa perempuan yang sangat dikenalnya. Itu adalah Ibu Jonan bersama menantunya yaitu istri Udin. Oh paling belakang adalah Ani bersama keponakannya. Mereka berempat melewati Bowo yang berada di gang, tentu Ibu Jonan sempat menatapnya tajam walau tak berkata apa-apa. Memang selalu begitu walau sebenarnya perempuan paruh baya ini biang keladi semua benturan konflik dengan Bowo. Yang sama-sama terperanjat adalah Ani dan Bowo. Ani lewat memandang tajam Bowo yang segera memberi jalan agar perempuan anak beranak sekeluarga ini leluasa lewat di gang. Bowo memandang tajam Ani, yah perempuan cantik yang masih nyangkut di hatinya itu tidak menghindar, saling memandang. Ani menganggukan kepala, itu spontanitas yang paling jujurnya dari perempuan ini merespon pertemuan dengan Bowo. Tapi setelah itu terjadi semacam pertentangan batin di hatinya. Menganggukan kepala di sore hari dalam pertemuan, sedangkan tadi pagi perempuan ini bermanuver melakukan serangan mental dengan suaminya. Yah sebuah kontradiksi ada di depan mata Bowo. Terbaca dari dulu.....Ani tidak pernah bisa menolak Bowo, itu saja. Biar bagaimanapun perempuan ini sudah menyerahkan hatinya pada Bowo, walau kini sudah diperistri orang lain. Selalu seperti itu yang terbaca di mata Bowo sebagai fakta. Ternyata rombongan-rombangan warga menuju panggung acara terhalang, tak terkecuali rombongan Ibu Jonan ini. Mereka akhirnya berbalik arah menuju gang lain yang pasti melewati Bowo yang tidak beralih tempat karena ngobrol dengan tetangga-tetangga lainnya. Keadaan demikian Ani mau tak mau melewati Bowo lagi. Memang tidak lagi menganggukan kepala tapi dari raut wajahnya sudah mengerutkan kening kebingungan. Jelas di hatinya terdapat banyak perasaan tidak nyaman karena pertemuan dengan Bowo di malam acara lebaran tersebut. Cukup untuk Bowo malam itu mengirim SMS, “Siapapun orangnya yang memanfaatkan Mbak Ani untuk kepentingannya silakan berhadapan dengan saya, adu nyawa sekalipun!” Malam itu Bowo tidak bisa tidur nyenyak tapi tahu esok harinya akan ada benturan dengan siapapun seseorang atau anggota keluarga Bapak Jonan yang telah memancing dirinya dengan umpan perempuan Ani. 22 Juni 2019, Hari Sabtu bagi Bowo penentuan rejeki. Bowo menghitung lima hari sebelumnya sudah mendapat lebih dari lima stempel. Artinya bila hanya untuk makan sudah terpenuhi. Nah tinggal sekali lagi sebelum libur hari Minggu. “Dapat berapapun aku sudah senang, kosongpun tidak mengapa.....,” itu prinsip Bowo bila cukup memuaskan hasil perolehan seminggu ini. Selain rejeki hidup dijalani Bowo beriringan dengan konflik. Nah Bowo masih merasakan ketegangan yang sangat karena adanya manuver Ani bersama seorang lelaki yang langsung diduga suaminya membuat kewaspadaan sangat tinggi. Benar dugaannya, peristiwa berulang, modus tetap sama. Dari ruas jalan lain terlihat motor Supra X merah melintas dengan pengendara motornya lelaki yang kemarin bersama Ani beraksi berboncengan motor. Kali ini sudah tak sangsi lagi itu adalah suami Ani, kehadirannya baru beberapa hari saja di Yogyakarta ini. Biarpun sulit menduga apa yang dilakukan lelaki suami Ani tetap saja nanti beraksi tertuju pada Bowo. Setengah jam barulah motor Supra X merah tersebut melintas, dari arah selatan. Tidak memandang Bowo langsung masuk gang menuju rumah keluarga Bapak Jonan. Sedikit Bowo tahu barang bawaannya, sayur-mayur dan segala tetek bengek belanjaan pasar tradisional. Jadi lelaki ini menjemput barang belanjaan yang mungkin dibeli istrinya yaitu Ani dari pasar terdekat. Hanya saja untuk melintasi depan kios Bowo harus memutar jalan utama lain agar aksinya diketahui ditujukan pada lelaki saingannya itu. Biarpun tegang Bowo mengirim SMS, “Baiklah semua bisa dimaklumi, saya bahkan bisa menurunkan tensi ketegangan karena semua itu adalah kewajaran.” Bowo menyatakan demikian karena inilah profil suami Ani setelah dua bulan menghilang. Kehadirannya cukup jelas di Yogyakarta ini. “Sayalah yang nanti akan menyesuaikan diri terus menerus untuk penyelesaian masalah agar selesai dan memuaskan semua pihak.” Bowo tahu pernyataannya ini basa-basi belaka, tak mungkin masalah selesai hanya dengan SMS seperti ini. Konflik baru mulai bergulir lagi walau sekarang sudah menuju tahun keempat bahkan menuju tahun kelima. Belum selesai. BAB 10 Ditaklukan Perempuan-perempuan Biarpun hari Minggu Bowo tahu semangatnya turun drastis. Tak mungkin melatih jurus dan asana serta jogging. Mentalnya terombang-ambing oleh peristiwa yang sulit dipastikan kapan waktunya selesai. Bahkan sekarang seperti mulai lagi...... Tapi bangun pagi setelah sholat subuh juga tak mungkin tidur lagi di kamar kontrakan. Sudah kebiasannya puluhan tahun keuar beraktifitas, pilihannya akhirnya jalan-jalan saja menyusuri kota Yogyakarta. Rutenya RSUD Wirosaban menuju utara jalan Lowano. Keluyuran Bowo jalan ini sepi walau di tengah kota. Tidak ada obyek menarik di jalan ini kecuali adanya sekolah tinggi ekonomi swasta. Mencapai jalan Taman Siswa baru ada sedikit pemandangan berupa Universitas Islam Indonesia dan UST Taman Siswa. Taman Siswa merupakan lembaga perguruan tinggi tua di Indonesia, menampilkan sejarah pendidikan nasional dengan tokoh utamanya Ki hajar Dewantara. Tapi biarpun bersejarah Taman Siswa tidak bisa dikunjungi umum. Bowo sendiri hanya lewat, toh cuma jalan-jalan kaki mengisi waktu luang. Kalau batinnya sedang berat, beban mental menindih menyulitkan menikmati pagi yang cerah di bulan Juni akhir 2019 ini. Setelah itu LP Wirogunan, juga tak mungkin dikunjungi karena bukan tempat umum. Penjara ini bertembok tinggi dengan luas tiga empat hektar, tidak menarik karena sulit mengetahui isi dalamnya. Barulah terakhir di jalan Sultan Agung, itu Puro Pakualaman, Ini istana adipati merdeka pecahan keraton Yogyakarta. Cukup menarik walau bukan tempat wisata karena mengunjunginya tidak bebas. Hanya di Alun-alun kadipaten saja Bowo duduk mengaso dan mengkhayal, melepaskan diri menghibur tubuh lepas dari semua tekanan mental yang terus dialaminya bertahun-tahun ini. Cukuplah Bowo jalan-jalan hari Minggu tersebut. Semuanya tidak berkesan dalam karena sudah puluhan tahun tinggal di Yogyakarta. Bowo tahu dirinya masih mengalami ketegangan jiwa yang sangat, sulit sekali menyangkalnya. Pelepasan-pelepasan dalam bentuk latihan fisik bisa menguranginya tetapi bukan itu cara penyelesaian terbaik. Sebab hakekatnya masalah selesai harus dari pihak keluarga Bapak Jonan atau dalam arti sempit dari pihak Ani dan suaminya. Merekalah yang bertanggung jawab, sayang hal itu belum terjadi. Senin saat buka kios jelas Bowo menanti adanya pergerakan dari pihak yang memperkarakannya. Sayang sampai sore harinya senyap sampai Bowo menutup kios. Bowo pulang ke rumah kontrakan sempat singgah di warung Mbah Ali. Di sinilah Bowo melihat jelas dari jauh di gang rumah Bapak Jonan. Ada Ibu Jonan memperhatikannya sambil menyapu gang, suatu aktifitas yang jarang dilakukan ibu Ani ini. Bowo mendapatkan isyarat buruk, tapi emosinya lebih mendominasi. Sama saja Ibu Jonan memantau dirinya, dan itu berarti akan ada pergerakan lainnya entah apa. Ah sudahlah hari itu Bowo mencoba istirahat menghitung hasil kerjanya dari kios stempel, lumayan ia masih tetap bisa bertahan di Jogja dengan hidup sebagai pedagang kaki lima. “Tidak bisa dipisahkan, sekali saja ada pergerakan anggota kelaurga Bapak Jonan kemungkinan larinya adalah manuver dengan berbagai tujuan tidak jelas.” Yang membingungkan Bowo adalah kehadiran suami Ani yang tidak menentu. Perkara intinya bila diselesaikan dengan suami Ani kemungkinan bisa cepat selesai......ah itu idealisme Bowo saja. Insiden-insiden terputus seperti ini yang membuat Bowo makin tertekan. Soalnya masalah yang bergulir sangat membingungkan. Kedatangan suami Ani sudah menyebabkan dugaan yang pernah dilontarkan pada Ani dan keluarganya sebagai tindakan pengecut, melarikan diri. Dan itu sesuai dengan tuduhannya, suami Ani pelaku praktek kasus human traficking ala Bali karena bernuansa adat setempat dalam kemasan komplotan dan terselubung. Hal-hal seperti ini membuat prasangka Bowo terhadap suami Ani semakin buruk. Sebab tuduhan seperti ini berarti suami Ani melakukan tindak pidana dengan segala modus liciknya di masyarakat, terutama terhadap korbannya yaitu kaum hawa. Dalam keadaan jiwa tertekan seperti inilah Bowo akhirnya menanti di hari Selasa. Perhatiannya diarahkan ke mulut gang di seberang jalan depan kiosnya. Sebab bila ada aksi dari mulut gang tersebut pasti berunsur kesengajaan. Sampai tengah hari tidak ada satupun anggota keluarga Bapak Jonan yang muncul. Akhirnya Bowo yang berinisiatif mendatangi rumah besar keluarga tersebut. Sekalian istirahat siang di kamarnya. Wah rumah Ani sepi di siang hari itu, tapi tak mungkin kosong. Tapi hawanya memang panas, siapapun enggan keluar. Itu terlihat di gang yang sepi, hanya Bowo yang melintas sendirian. Dari gang sempit sampai halaman rumah Ani kemungkinan Bowo terpantau oleh penghuninya yang tak terlihat. Lebih mudah memantau siapa saja yang lewat dari dalam rumah karena kaca-kaca jendela ruang depan rumah ini melebar sampat teras. Sekali Bowo berhenti....melanjutkan langkahnya. Kemudian berbalik kembali untuk aksi kedua kalinya. Belum sampai halaman rumah HP nya berdering, sebuah panggilan tak terjawab ternyata dari nomor milik Ani. Hmmm.....berarti kehadirannya diketahui oleh Ani sekeluarganya, mungkin juga ini suaminya. Ketika diangkat langsung mati, Bowo tetap melangkah sambil mengirim SMS, “Siapapun yang mengirim miscall silakan menyatakan identitasnya. Silakan membuat pernyataan agar bisa saling berkomunikasi.” Bowo tetap melangkah karena tak pernah mendapat jawaban apapun. Bowo berharap banyak sebenarnya sebab bila yang miscall itu suami Ani maka bila terjadi saling kontak semua masalah bisa terselesaikan. Anggap saja walau tak ada balasan semua itu menjadi permulaan penyelesaian sengketa diantara mereka berdua sebagai lelaki. Pemikiran Bowo seperti inilah, entah di pihak sana...... Bowo langsung pulang ke rumah kontrakannya untuk istirahat dan mandi kemudian melanjutkan buka kios sampai tutup jam lima sore. Tak ada yang mencurigakan, hanya istri Udin saja yang pagi jam 8 berangkat kerja, itu rutin sehingga Bowo tak menaruh curiga. Rabu 26 Juni 2019, Terkadang Bowo mentertawakan dirinya sendiri, memiliki usaha stempel di sekitaran eks kampus Stiekers mendapati peristiwa-peristiwa aneh beberapa orang. Semuanya bermodus hampir sama, menyingkirkan dirinya dengan mengganggu usahanya agar tidak betah hingga ke berbagai tindak konfrontasi dan kekerasan. Bowo sebenarnya tidak menonjol sama sekali dalam bidang apapun yang digelutinya. Merasa rendah diri karena dalam usaha jasa stempel tidak sukses. Perantauannya di Jogja bukan hal yang membanggakan. Satu masalah yang selalu gagal adalah berhubungan dengan lawan jenis. Sudah beberapa kali bentrok yang tidak nyaman dengan keluarga dari pacar cewek yang disukainya. Kali ini dengan Ani yang bahkan paling seru dan lamanya minta ampun!!!! Kini apa adanya Bowo menghadapi benturan dengan Ani dan keluarganya dan mungkin dengan seorang lelaki aneh suami Ani yang belum ketahuan identitas aslinya. Bowo hanya tahu suami Ani orang Bali, berpendidikan S2 dan bukti menunjukan termasuk orang kaya karena sudah membangun rumah di halaman rumah Bapak Jonan. Beberapa kali bentrok belum pernah bertemu langsung dengan Bowo, bahkan sering pergi begitu saja meninggalkan medan pertikaian. Hal ini sering membingungkan Bowo dengan dugaan-dugaan buruk hingga sekarang. Siapa bisa menduga bakal mendapat serangan mental mendadak? Bowo tertegun, perhatiannya tertuju pada melintasnya sepeda motor di seberang kios stempelnya. Motor tersebut berhenti di depan kios sembako, berdesir dada Bowo, nomor polisi motor tersebut DK sekian-sekian, itu motor daerah Bali. Bowo langsung melihat siapa pengendaranya, walau berhelm akhirnya ketahuan itu suami Ani. Sebenarnya Bowo menyangkal sendiri setiap kali ada pergerakan seperti ini, mungkin tidak tertuju pada dirinya. Sayang tetap saja pemuda yang Bowo belum mengenal sepenuhnya itu memandang tajam dirinya, di seberang jalan sekitar tiga puluhan meter. Pandangan mata pemuda bermotor DK tersebut itu yang menyatakan Bowo bahwa ia sedang diperkarakan oleh suami Ani. Tapi untuk bergerak bereaksi langsung dalam aksi manuver seperti itu tak mungkin. Pasifnya Bowo karena motif aksi suami Ani tetap samar-samar baik penampilannya maupun tujuannya. Manuver seperti itu lebih tepat hanya untuk menegangkan jiwa Bowo, bukan satu bentuk penyelesaian mencapai pembicaraan. Terbaca oleh Bowo suami Ani menantang dirinya dengan identitas seorang etnis Bali. Emosi Bowo naik, ini sudah keterlaluan karena tingkatnya menjadi pertentangan antar etnis. Bowo masih memperhatikan dengan seksama, terutama aksi lelaki suami Ani ini. Motor bernomor polisi Bali berhenti di depan kios sembako sudah memberi kesempatan Bowo bereaksi. Kejiwaannya yang diinginkan lelaki tersebut, itu karena menghantam bagian emosi Bowo yang merasakan itu aksi provokasi. Sudah merasa cukup beraksi juga memandang Bowo sebagai tujuan aksinya lelaki bermnotor DK tersebut menyeberang jalan kemudian melintas dalam jarak paling dekatnya dengan kios Bowo. Hanya tidak mungkin Bowo menghentikannya karena cepatnya pemuda tersebut dengan tancap gas. Bowo hanya melihat punggungnya saja yang menunjukan postur lelaki suami Ani. Pertentangan antar etnis, Bowo tertantang! Untuk sesaat Bowo berpikir tindakan apa yang tepat menghadapi situasi ini. “Harus dilawan!” Lelaki bermotor DK tersebut sudah lenyap, tak mungkin Bowo tahu di mana berhenti. Jelas juga bentuk manuver ini disengaja untuk menantang keberanian Bowo. Yang sulit bagi Bowo adalah tidak berhadapan langsung dengan yang bersangkutan. Semua tetap bersumber dari rumah keluarga Bapak Jonan dan hanya itu sasaran yang bisa dikenai Bowo. Segera Bowo beranjak dari kiosnya menyeberang jalan menuju rumah Bapak Jonan. Di dalam rumah ada saja terdengar suara orang-orang bercakap-cakap. Tapi Bowo tak yakin suami Ani berada di dalamnya. Lelaki suami Ani bermotor DK artinya untuk mendapatkannya ia menuju rental atau kenalannya atau jaringan etnis Balinya di Jogja. Kemungkinan hal seperti itu sudah dipersiapkan matang, Bowo ingat sore hari Selasa kemarin sempat melihat ada motor DK muncul dari mulut gang tapi Bowo tidak mencurigainya karena pengendaranya seorang tua tak dikenal. Lagi pula orang tua bermotor DK tersebut tidak reaktif saat bertemu pandang. Tetapi tetap berkaitan karena mungkin dari orang tua inilah suami Ani mendapat pinjaman atau menyewa. Bowo mengarahkan sasaran ke kamar yang kemungkinan dihuninya. Itu berupa kamar yang kemungkinan mewah, satu-satunya yang ber AC. Begitu berada di samping kamar tersebut, Bowo melompat tinggi dan mengetuk kaca ventilasi kamar. DOK! Pasti cukup keras terdengar semua penghuni rumah. Tidak hanya sekali sampai tiga kali Bowo melakukannya. Ada saja suara tidak jelas perempuan entah siapa, Bowo menduga perempuan ini menelepon seseorang. Mungkin melaporkan perbuatan Bowo yang melakukan pembalasan. Bowo menduga pelaporan itu memberitahu tentang sasaran yang hanya mengarah pada rumah keluarga Bapak Jonan. Tak mungkin misalnya Bowo mengejar lelaki suami Ani yang mengendarai motor bernomor polisi Bali itu. “Aku sendiri juga hendak melihat apa yang dilakukan mereka setelah aksi pembalasanku ini.” Bowo tidak peduli atau memang tidak tahu apa yang terjadi di dalam rumah tersebut akibat aksinya. Ditinggalkannya rumah tersebut langsung ke kamar kontrakannya istirahat dan mandi. Setelah beristirahat cukup Bowo kembali ke kios stempelnya menanti bila ada anggota keluarga Bapak Jonan atau menantunya menuntut sesuatu karena tindakan yang dilakukannya bisa diperkarakan ke hukum. Empat tahun masalah dengan rumah tangga Ani bergulir berbagai aksi dari Bowo selalu kandas. Bowo berkeinginan masalah bisa dirundingkan melalui pertemuan langsung dan perjanjian tertulis, hal tersebut tak pernah terjadi. Untuk aksi malamnya Bowo pilih jam 10 ke atas. Sekali lagi aksi-aksi seperti ini membutuhkan mental, harus terlaksana walau timbul keraguan pada diri Bowo. “Bila disebut teror ini sudah termasuk, kapanpun mereka bisa menuduhku.” Beresiko tapi mungkin lebih baik agar cepat selesai. Dari dulu Bowo ini bila dituduh bukan orang baik alias penjahat tak masalah. Yang penting orang-orang yang memperkarakannya mundur tidak berlarut-larut dalam pertengkaran yang tidak bermanfaat selama ini. Coba pikir gara-gara konflik terus bergulir kapan Bowo bisa menjalin hubungan dengan perempuan lain? Makanya malam itu Bowo dengan bersemangat menyatroni rumah Ani seperti hari Rabu paginya Bowo menyasar kamar ber AC yang ditempati Ani dan suaminya. DOK! Dua kali cukup, Bowo segera berlalu. Oh ternyata hari Kamis seperti biasa berulang-ulang kejadian yang lalu. Semua anggota keluarga Bapak Jonan dan menantunya raib tak memperlihatkan diri. Makanya malam Jumatnya Bowo beraksi lagi mengetuk kaca ventilasi kamar Ani dan suaminya. Lumayan emosi Bowo terlampiaskan dari aksi balasannya ini. “Besok Jumat coba beraksi di depan rumahnya....ingin kulihat bentrok perkara apa yang hendak mereka lakukan terhadapku.” Keputusan dibuat Bowo untuk terus berperkara dengan suami Ani. Namanya hari Jumat, ya ke masjid dulu ibadah untuk umat Islam ini. Persiapan mental terus dilakukan Bowo, terutama menimbang baik buruk dan kemungkinan bentuk penyelesaian dari konlik yang terjadi. “Dari dulu bila ada keputusan dariku untuk mundur tidak berlaku. Begitu juga tindakanku, coba kali ini bagaimana hasilnya.” Begitulah Bowo membuat kirologi dalam aksinya. Selesai sholat berjamaah Bowo segera pulang dengan lewat gang samping rumah Ani. Kali ini ia mendahului jamaah lain demi aksi yang sudah direncanakannya. Tentu saja rumah Bapak Jonan ini sepi, penghuni lelakinya jelas sholat Jumat entah di masjid mana. Bowo perlahan berbelok di pintu tembok pagar halaman rumah yang sudah tinggal separohnya karena sudah ada bangunan rumah yang dinyatakan Bowo milik Ani. Tapi setahu orang-orang di sekitarnya sekarang dihuni Udin sebagai ketua RT sekalian untuk semacam kantor kegiatannya. Berbelok ke halaman berdiri di depan teras rumah, sengaja Bowo diam memperlihatkan diri agar penghuninya tahu aksinya yang dilakukannya sebagai kelanjutan balasan tertuju pada suami Ani, atau siapa sajalah orang di dalamnya yang terus berperkara tanpa hasil apapun. Oh ada terdengar suara tangisan bayi dan suara lelaki membujuk agar diam. Siapa? Bowo heran karena tadinya mengira hanya penghuni perempuan saja yang tinggal di rumah karena menurut kebiasaan ibadah Jumat adalah wajib bagi lelaki. Jelas bayi ini perkiraaanya diasuh ibunya, ternyata kemungkinan ini lelaki suami Ani, jadi orangnya jelas melihat aksi dirinya di depan teras rumah tersebut. Cukuplah Bowo beraksi, segera kembali ke kios stempelnya. Aksinya ini baginya menjadi desakan agar keluarga tersebut segera mengambil langkah-langkah penyelesaian. Bowo diadilipun tak apa, bila sampai dipermalukan di depan warga sekitar itu sudah resiko. Beberapa kali dalam hidup menyaksikan polah tingkah orang-orag di sekelilingnya terutama hubungan lelaki dan perempuan mencapai perselingkuhan. Ada sanksi biasanya semacam bentuk pengusiran dari kampung, tapi sepengetahuan Bowo bila sudah berjalan beberapa bulan masyarakat melupakannya. Nah tingkatan resiko seperti ini berada dalam perhitungannya, tinggal pindah kampung BERES. Sementara sebagai pengingat atau membuat jejak, media sosial menjadi andalan Bowo. Status-status tentang Ani dan keluarganya kemudian sampai pernikahannya hingga sekarang terus ditulis. Lumayan bisa mengisi lini masa dan variasi postingan walau diakui membosankan sekali.....coba kapan selesainya??? Itu-itu saja urusan Bowo..... Di kios Bowo menanti bila bakalan diperkarakan anggota keluarga Bapak Jonan. Tidak mungkin aksinya tidak diketahui mereka, dan juga ia tetap memberi jejak agar keluarga tersebut terutama suami Ani melihat jelas pelaku pengganggu rumah tangganya. Perasaan Bowo sendiri tidak menentu, aksi-aksinya ini dilakukan dalam kondisi jiwanya yang labil. Kehadiran suami Ani menghancurkan kembali harapannya terhadap perempuan Ani setelah lenyap beberapa bulan ini. Waktu kosong beberapa bulan membuat harapan Bowo bisa kembali menjalin hubungan dengan Ani tercapai. Status pacar tetap melekat pada dirinya dan itu yang membuatnya cemas. Sulit sekali langsung putus hubungan dengan Ani begitu saja. Keadaannya sama dilematisnya dengan pergerakannya ini, tak mungkin menghentikannya begitu saja, harus mencapai beberapa hari agar kelakuan dan efeknya bisa diperhitungkan Ani, suaminya dan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Yang menyebalkan ternyata bila Bowo yang beraksi orang-orang yang berperkara dengannya semua lenyap, tak satupun muncul melanjutkan perkara atau mencoba menyelesaikannya. Hal yang bagi Bowo memperkuat dugaannya selama ini, sebuah keluarga berkecenderungan psikopat tinggi. Terpikir oleh Bowo, “Malah sebenarnya Ani dan suaminya dipersatukan karena kondisi ini, Ani yang psikopat berjodoh dengan seorang terduga tindak pidana human traficking ala Bali yang bila di daerah tersebut akan disebut mengamalkan ritual.” Bowo menyadarinya sekarang, berarti mereka kompak dan belum bermasalah karena di internalnya banyak tercapai kesepakatan memusuhi dirinya. Mereka seperti orang-orang pelaku kejiwaan, tidak memiliki empati terhadap korban-korbannya bahkan menikmati sensasi-sensasinya dan terus mengembangkannya dalam bentuk permainan. Tetap tidak dipedulikan, keluarga Bapak Jonan dan menantunya kembali ke karakter yang sudah dipahami Bowo, berulang-ulang menghapus jejak. Mereka membiarkan Bowo bertingkah polah semau gue. Bowo sendiri sudah terlanjur, harus beraksi dulu sebelum ada waktu tepat menghentikannya. Malam Sabtu Bowo melakukan aksi seperti malam Jumat. Mengetuk kaca ventilasi kamar Ani. Atau Sabtunya sekedar lewat pergi menuju kios stempel. Semuanya disengaja agar penghuni rumah juga bereaksi membuat balasan. “Suami Ani melakukan aksi dengan identitas etnisnya. Itu tidak bisa diterima, silahkan berhadapan denganku sebagai etnis berbeda. Ini di Jawa, penyelesaiannya harus dengan etika masyarakat Jawa.” Bowo mengirim SMS, itu protesnya karena menghadapi etnis Bali yang rumit dan njelimetnya minta ampun. Terakhir hari Minggu pagi sehabis sholat subuh Bowo mengetuk jendela kamar Ani sekali lagi. Bila dikategorikan pidana perbuatan Bowo termasuk tindakan teror. Tentu setelah mengetuk kamar Ani dan suaminya Bowo segera jalan-jalan melelahkan fisik sebagaimana kebiasaannya berpuluh-puluh tahun di Jogja. Bowo pun menghentikan aksinya, menanti diperkarakan keluarga Bapak Jonan atau suami Ani karena perbuatannya. “Saya bukan orang pengecut, belum pernah lari dari masalah. Silakan siapapun berhak memperkarakan diriku. Saya bertanggung jawab penuh atas namaku sendiri.” Itu SMS Bowo terakhir di hari Minggu yang biasanya diikuti dengan olah raga dan jogging atau refreshing meliburkan diri dari dunia kerjanya. Posisinya sekarang adalah menunggu. Bowo bukan hanya sekali ini saja berurusan dengan perempuan. Dia tahu bila konflik telah berakhir masalah pasti sudah beralih ke hal lain walau bukan urusan dengan lawan jenis. Bowo sendiri bukan lelaki beruntung, setiap tertarik dengan lawan jenis didapatinya terjadi konflik. Hanya biasanya berlangsung singkat, paling lama hitungan satu dua tahun. Pertanda dirinya normal justru bila perasaannya heran atau takjub karena orang lain mengalami masalah dengan perempuan didapatinya sampai mengharu biru. Artinya Bowo mengalami fase-fase kosong, bahkan biarpun didapatinya ada perempuan cantik tetap tidak tergerak hatinya. Sebagai lelaki biasanya bila mendapati perempuan cantik dan seksi tanpa tambahan perasaan saja hanya menarik dari segi seksual, maunya berhubungan seks. Jadi perempuan cantik hanya menjadi pelampiasan berahi tanpa diiringi cinta. Nah Bowo belum mencapai taraf kembali seperti itu jadi tahu masalah dengan Ani masih sebagai hubungan lelaki dan perempuan. Maunya fase kosong tersebut sudah terjadi sehingga walau diperkarakan terus oleh keluarga Bapak Jonan dan menantunya hatinya sudah tenang. Sampai saat ini orang-orang yang memusuhinya ini memanfaatkan benar perasaaan dirinya terhadap Ani sampai menjadi ajang permainan. Berbagai aksi Ani sendiri maupun bersama suaminya dimanfaatkan oleh keluarganya masih berhasil menyakiti hatinya. Senin tidak ada satupun anggota keluarga Bapak Jonan yang muncul, Bowo merasakan kelonggaran dada, “Bila sampai sebulan tidak ada pergerakan dari Ani, suami dan anggota keluarga yang tertuju pada diriku semua kuanggap selesai. Aku tinggal mmebuang perasaan-perasaan tidak nyaman bekas serangan-serangan mental keluarga tersebut.” Semoga demikian yang terjadi mulai hari Senin itu. Apalagi bila usaha stempelnya didatangi pengunjung yang memberinya sampai tiga buah stempel. Rasanya cukuplah untuk menunjang hidupnya sebagai perantau melarat. Tapi apakah Ani, suaminya dan anggota keluarga Bapak Jonan akan memebiarkan Bowo bebas? Apa yang terjadi sekarang adalah berdasarkan subyektifitas dan versi mereka. Harapan Bowo sirna, kembali terjadi serangan psikis, hanya saja ia sekarang lebih siap menata mentalnya. Dua orang berboncengan motor Beat lawas tunggangan Ani muncul dari mulut gang. Siapa lagi kalau bukan Ani dan suaminya, keduanya memandang tajam Bowo langsung yang sedang duduk di kursi plastik dalam kiosnya. Selalu seperti itu, bila saja keduanya tidak memandang dengan tajam tertuju pada Bowo maka subyektifitasnya pasti mereka punya kegiatan lain. Sayang Bowo tak pernah bisa menyangkal bahwa tujuan beraksi kedua suami istri ini tertuju pada dirinya. Sebaliknya tetangga-tetangganya yang lain juga keluar masuk gang tetapi tidak berhubungan apa kecuali lewat menuju ke tempat lain sesuai keperluannya. Bahkan karena mengenal Bowo biasa menganggukan kepala atau melambaikan tangan tanpa beban, itulah perbedaannya dengan pergerakan suami istri yang terjadi di depan mata Bowo. Walau perasaannya masih sakit terhantam serangan psikis dari pasangan suami istri ini tapi Bowo cepat menata nalarnya. Logikanya terus berjalan, itu karena peristiwa ini sudah berulang-ulang, modusnya sudah ketahuan. Bowo segera mengirim SMS setelah memikirkan kalimat yang harus disusunnya, “Terimakasih karena telah memperlihatkan diri berdua, sekarang dari aksi sampean berdua saya menilai sampean sebagai suami istri memang berjodoh. Silahkan lanjutkan rumah tangga dan tinggalkan masalah sebagai sudah berlalu, nwn.” “Sampean berdua berjodoh sudah kehendak Tuhan, walau dari persepsi saya menjadi pasangan serasi karena psikopat dan pelaku sindikat human traficking.” “Dengan demikian kelanjutan hubungan sampean sebagai suami istri akan terus mengalami skandal karena menjadi rumah tangga yang panas di dalamnya, saya memberi tahu agar waspada dalam menyelami biduk rumah tangga.” Bowo puas menyatakan isi hati dan pikirannya. Sayang emosinya masih tinggi, sebab tensi ketegangan dari perkara yang dialaminya tetap belum menurun. Bahkan unsur kesengajaan diterapkan semua anggota keluarga Bapak Jonan ini. “Inilah kenapa diharamkan, status suami istri dijadikan ajang permainan. Ani dan suaminya adalah pelakunya.” Bowo membatin memperkuat argumentasinya sendiri. Hari-hari berikutnya kosong, tak ada pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan menghitung kemunculan Ani atau suaminya sebagai titik permasalahan yang bergulir. Hari Jumat seperti biasa beribadah di masjid. Nah terlihat suami Ani datang juga sholat berjamaah. Kedatangannya sengaja agak terlambat menjelang akhir ceramah. Dengan demikian aksinya bisa terlihat oleh Bowo. Datang ke masjid berjalan kaki, melangkahi shaf dimana Bowo duduk mendengarkan ceramah. Sampai di tempat berwudhu melepaskan sepatu untuk bersuci dan akhirnya mencari shaf di lantai atas masjid. Profilnya diperlihatkan untuk membuat jiwa Bowo tegang karena terus dikuntit kemanapun beraktifitas. Memperkarakan orang ini tak mungkin, itu menjadi poin suami Ani bermain. Malam Senin dari teras kamar kontrakannya Bowo mendapapati suami istri ini berjalan berdampingan. Ani memperlihatkan kemesraannya saat lewat kamar Bowo. Hal yang menegangkan jiwa Bowo terus berlangsung, diserang terus menerus tanpa henti. Bowo mengirim SMS setelah keduanya lewat tanpa gangguan apapun di hari petang yang disinari lampu rumah sekitarnya. “Saya benar-benar menganggap Mbak Ani sudah konsekuen dengan rumah tangganya, silahkan melanjutkan biduk rumah tangga, lupakan semua pertikaian yang terjadi dengan saya selama ini.” Coba pikir mereka berdua sudah tampil begitu rupa, sempurna sebagai suami istri dengan Ani berakting mencurahkan perasaan cinta pada lelaki yang menjadi suaminya. Suatu hal yang harus ditanggapi Bowo sebagai pembenaran bahwa mereka berdua benar-benar konsekuan memperlihatkan rumah tangganya. Ini logika Bowo. Tapi jam 11 malam dinding tembok kamar kontrakan Bowo digedor orang tak dikenal. Bowo yang mulai lelap terbangun, cuma kemudian tahu percuma melayani bentuk teror seperti ini. Bahkan simpatinya pada keluarga Bapak Jonan makin berkurang, semuanya hanya memperkuat dugaannya, berkecenderungan tinggi psikopat. Ah yang melegakan esoknya, dua hari berturut-turut semuanya lenyap seolah menghapus jejak. Bagi Bowo itu berarti serangan balas berbalas telah terjadi, orang-orang ini tetap tidak mau jadi orang kalah, memalukan bagi pihak mereka. 10 Juli 2019, Bowo sudah sulit menyatakan perasaan karena takjub dengan fenomena yang didapatinya di depan matanya. Berbagai analisanya buyar, hal tak terduga muncul kembali. Ani muncul dari mulut gang memperlihatkan diri bermanuver, sebuah skenario apalagi demi tujuan yang sampai saat ini untuk Bowo tidak tahu apa-apa. Jatuhnya tetap saja terdapat mata rantai hubungan batin diantara mereka berdua atau memang di bagian ini Bowo dipermainkan Ani secara pribadi dan suaminya serta seluruh anggota keluarganya menungganginya untuk memuaskan kejiwaan mereka yang sakit. Beberapa hari tidak muncul setelah aksi yang bagi Bowo terbaca sudah konsekuan dengan rumah tangganya tentu ini menjadi kejutan. “Ada apalagi ya?” Tentu saja itu suara hatinya sendiri, Aninya cuek memarkirkan motor Beat lawasnya di kios photo copy. Mungkin menggandakan lembaran file dari flash disk. Dari dandanannya Bowo tidak curiga apa-apa karena berkaos lengan panjang hitam berjilbab. Bowo seperti yang sudah-sudah tak bisa bergerak mengatasi dengan segera, menonton aksi Ani karena perempuan yang masih pacarnya karena belum putus tus. Tetap tertuju pada dirinya aksi Ani ini. Soal kecantikan perempuan ini tak perlu Bowo paparkan. Sampaipun sudah beranak satu tetap menarik dan seksi. Bila satu dari sepuluh perempuan pastilah cantik, maka dari sepuluh perempuan cantik Ani yang paling menonjol. Itu saja perbandingannya menggambarkan profil Ani. Yang mengagumkan Bowo adalah intelektualitasnya, kuliahnya yang S2 menambah tinggi nilainya bagi lelaki seperti Bowo dan mungkin suaminya. “Aku mau menghindar kemana?” Bowo membatin. Dari dulu kiosnya ini jadi sasaran tujuan manuver keluarga Bapak Jonan. Sampai sekarang walau Ani sudah bersuami malah bertambah anggotanya melakukan keroyokan. “Kios antik dewe!” Perempuan pacar Bowo sedang berada di dalam kios photo copy. Bowo tak berdaya, Ani sama saja mengumpankan dirinya untuk didekati kembali. Itu perasaan Bowo saja, mungkin Aninya punya tujuan tersendiri yang jauh lebih penting. Demi kejayaan keluarganya.....? Boleh jadi, karena harapan kejayaan keluarga Bapak Jonan terlihat di Ani dengan segala kemampuan perempuan ini. Bahkan bila berkarier juga tercapai puncak kejayaan. Sekali saja perempuan ini menjadi dosen itu sudah paling tingginya derajat dalam keluarga besarnya yang tinggal di kampung pinggiran kota Yogyakarta. Juga suaminya sekarang, berpendidikan S2 tentu sangat bangga keluarga ini mendapat menantu flamboyan. Makanya lihat penghalangnya kemajuan keluarga ini, hanya Bowo.....seorang pedagang kaki lima yang terseok-seok hidupnya. Harus disingkirkan! Bowo tahu hal seperti itu, tapi prinsipnya tetap mempertahankan apa yang sudah didapatnya. Baginya urusan dengan Ani harus dilaluinya nantipun sirna dengan sendirinya seiring waktu. Itu pengalaman Bowo puluhan tahun berurusan dengan lawan jenis, sayang dengan Ani konflik penuh dengan intrik dan paling lamanya, sangat menyita waktu. Ah Ani selesai memphoto copy, segera menggeber motornya masuk gang. Untuk Bowo sensasinya seperti kembali menjalin kasih walau tak sampai. Biasanya segala perasaan timbul menggelayut mengharap Ani menjadi miliknya, Itu sampai beberapa jam sebelum pudar dan menyadarkan Bowo bahwa Ani memang sudah milik orang lain. Bowo mencoba berkonsentrasi kembali pada usaha stempelnya karena tertarik dengan aksi Ani yang dibiarkannya karena memang harus dianggap selesai. Uhh Bowo kecele...... Ani muncul kembali, hanya berjalan kaki. Di tangannya memainkan HP untuk memesan ojol. Bergaun lebar berwarna merah muda tetap berjilbab dan bermasker. Kali ini Bowo sigap, ada HP segera membuka kameranya untuk memotret adegan Ani beraksi. Ani berada tepat di seberang jalan di samping mulut gang, menunggu ojol datang. Ani memandang tajam Bowo tapi mengacuhkan segala aktifitas Bowo memotretnya. Benar-benar mencukupi untuk sebuah bukti bahwa Ani selama ini mengajukan masalah padanya berkaitan hubungan lelaki perempuan walau diselimuti konflik berkepanjangan. Ternyata ojol yang datang adalah Grab, berbeda dengan tahun 2018 yang Gojek. Ganti aplikasi rupanya pacar Bowo ini. Iya pacar karena bentuk pendekatannya selalu berdasarkan aksi Ani, walau sekarang menjadi orang ketiga yang penuh kejanggalan. Terdengar saja suaranya bercakap-cakap dengan pengemudi ojol, saling memberitahu bila order tidak salah sasaran. Kemana tujuan Ani ini? Ah paling ke kampusnya, tapi Bowo meragukannya walau tujuan lainnya tetap tertuju pada dirinya. Akhirnya cewek Bowo tersebut malah dilarikan ojol Grab kabur entah kemana. Tapi sebelumnya Bowo sempat memotret Ani walau hanya saat mulai melaju ke arah kota Yogyakarta. Cepat Bowo memasukan aksi Ani yang berhasil dipotretnya ke dalam akun media sosial. Benar dengan cara demikian ia sekarang mulai ada bukti aksi-aksi tidak wajar dari seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Kenapa tidak sedari dulu saja Bowo memotretnya? Oh itulah Bowo, walau konflik menegangkan ia tetap mencoba menghormati dan menjaga nama baik orang-orang yang memperkarakannya tersebut. Kali ini ia sedikit membuka tapi profilnya selalu dengan inisial sesuai aturan medsos. Harapan Bowo sebenarnya dari jaman Ani masih berseragam abu-abu putih masalah selesai dari pihak Ani dan keluarganya sendiri. Bukankah harusnya bagi keluarga tersebut Bowo sudah terlihat profilnya sebagai seorang tua yang justru bisa diajak bermusyawarah dengan kedua orang tua Ani? Hal yang tak terjadi, karena ternyata akhirnya keluarga Bapak Jonan bagi Bowo menduga psikopat. Memancing dan memancing penuh jebakan berbahaya yang hanya dirasakan oleh Bowo seorang diri. Hmmm siapa tahu setelah Ani beraksi maka suaminya muncul. Bowo menunggunya, ternyata sia-sia, paling cuma istri Udin yang pulang kerja di sore hari masuk mulut gang. Dengan kembali munculnya Ani perasaan Bowo jelas berharap ada kelanjutannya. Bowo tak menampik bila aksi-aksi seperti itu membuat ketagihan dipihaknya. Ada sensasi menyenangkan walau juga sering disangkalnya sebagai salah tempat. Dari aksi Ani di pagi hari tadi Bowo berpikir tentang suami Ani, “Kapan menangnya suami Ani kalau seperti ini, membiarkan istrinya terus bermain api denganku?” Tapi pemikiran lain timbul, “Beruntungnya lelaki suami Ani ini, dibela mati-matian istri dan semua anggota keluarga Bapak Jonan yang perempuan?” Seumur hidupnya belum pernah Bowo melihat lelaki seperti suami Ani. Berhasil menikahi perempuan dengan menghamilinya duluan dan kemudian dengan dana yang dimilkinya mencari pendukung agar bisa mempertahankan harta kekayaan miliknya. “Justru itu yang tidak kusukai, lelaki ini jadinya hanya berlindung di celah selangkangan perempuan, rendah sekali.” Tapi Bowo malah bangga pada dirinya sendiri, “He He He aku adalah ancaman buat semua pihak, beresiko kehilangan segala-galanya, bangkrut!” Makin dipikir makin panas hati Bowo. Tak mungkin Ani hanya sekali ini saja beraksi, pasti ada kelanjutannya. Mungkin ini balas dendam keluarga tersebut setelah hampir semingguan Bowo menteror rumah milik mereka. Hari Kamisnya, pertama yang terlihat tentu istri Udin berangkat kerja. Tapi kedua bola matanya jelas memandang Bowo, mungkin walau disembunyikan tetap saja itu bagian pemantauan posisi Bowo untuk dilaporkan kepada anggota keluarga yang lain. Oh memang kemudian muncul Ani dari mulut gang, tapi hanya memperlihatkan diri sebentar, kemudian cepat berlalu dengan motornya menuju arah kota. Dari kemarin setelah Ani beraksi sudah berhamburan puluhan SMS, tak terkecuali sekarang ini. Hampir-hampir malam hari Bowo tidak tidur karena ketegangan yang sangat, juga bagaimana menulis SMS membahas masalah. Inti dari pembahasan masalah, cuma urusan pertikaian yang menurut Bowo harus diselesaikan melalui jalur perundingan. Kecurigaannya terhadap suami Ani makin menguat, tuduhannya, “Bila perundingan terjadi semua tuduhanku terhadap suami Mbak Ani sebagai pelaku praktek human traficking hapus, sayang sampai sekarang hal tersebut tetap berlaku.” Bahkan bila dipikir-pikir pembahasan Bowo tentang kasus human traficking yang didapatnya dari lelaki suami Ani sudah bisa menjadi laporan tertulis, bisa diajukan sebagai karya tulis setingkat Tesis. “Di dalam perundingan saya berani adu argumentasi, saya tetap bertahan dengan praktek kasus human traficking, silakan.” Demikian Bowo mengirim SMS. Rupanya hal itu makin membuat ramai di pihak keluarga Bapak Jonan. Buktinya kemudian, muncul Ani berjalan kaki saja seperti kemarin untuk yang kedua kalinya. Berarti yang pagi tadi hanya penjajakan saja memanas-manasi Bowo. “Bagaimana ini, masa aku dikeroyok mereka?” Bowo kebingungan menghadapi aksi-aksi yang tidak lazim tertuju pada dirinya. Kali ini Bowo tidak memotret, hanya menyaksikan Ani beraksi. Ani bergaun biru dengan tas cangklong kecil. Memainkan HP dan pasti menanti ojol pesanannya datang. Tak mungkin bentrok mata, Ani tahu saja bermain sandiwara. Inilah pacar sekaligus musuh Bowo, secara pribadi sulit membedakannya. Mereka berdua selalu terlibat konflik yang sebagian besar ditunggangi orang lain. Ojol datang tapi Ani harus melambaikan tangan karena berada di seberang jalan dan menjauh jaraknya. Bowo cukup leluasa memandang wajah Ani yang kali ini tidak memakai masker. Sekali lagi masih berat untuk Bowo menyatakan hatinya menyangkal tidak tertarik dengan pacar yang sampai sekarang belum putus hubungan ini. Jarang ada perempuan secantik dan sepintar Ani, Bowo tahu banyak saja perempuan lain yang melebihi kecantikannya tetapi sampai berpendidikan S2 itu makhluk langka. Sangat cerdas karena walau diterpa masalah perempuan ini tetap tegar.....Ah semua itu dengan dukungan keluarga dan dana besar, mungkin semuanya juga telah berkorban banyak. Loh....Bowo merasa beruntung, itu berarti tuntutan Ani sebagai perempuan sangat tinggi. Bowo tak mungkin mampu memenuhi tuntutan perempuan dan keluarganya ini. Jadi buat apa Bowo dipermasalahkan? Ya syarat dari praktek human traficking adalah mantan pacar harus tersingkir. Sampai sekarang Bowo masih tetap pada posisinya walau tergempur mentalnya sampai puluhan kali guncang jiwanya. Hampir-hampir gila....... Gila, ya ini Bowo tergila-gila pada Ani. Apalagi sekarang berada di depannya seolah memberi harapan walau palsu. Ketertarikannya pada lawan jenis tetap kuat, sulit sekali Bowo menyangkal. Dan di bagian ini Bowo mengeluh karena tahu di dunia ini jebakan paling berbahaya untuk seorang lelaki adalah seorang perempuan yang mengumpankan dirinya. Wusss....Ani dibawa terbang pengendara ojol, beruntung lelaki tersebut, dapat duit sekaligus tumpangan perempuan cantik sekaligus untuk memprovokasi Bowo. Yang menyebalkan seharian itu adalah istri Udin berseliweran bolak-balik di ruas jalan di mana kios Bowo berada. Tampaknya dengan berbagai keperluan, tapi sekaligus juga memanau dan melihat akibat dari aksi Ani sebelumnya. Bowo sendiri membalas dengan memantau rumah Ani, baik sore malam maupun pagi, dan hari Jumat ketika berangkat ke masjid maupun pulangnya Bowo lewat rumah Bapak Jonan. Sepi, harapannya kandas tidak melihat profil suami Ani. Cuma tentu Bowo tidak membalas dalam bentuk teror. Kejadian Bowo melakukan teror ada alasannya, yaitu suami Ani beraksi dengan profil etnis Bali. Bagi Bowo itu menantang dirinya dengan sekaligus perseteruan antar etnis. Yang dihadapinya sekarang adalah makhluk-makhluk cantik, feminim, dengan berbagai pola peregerakan memancing dalam bahasa tubuh dan penampilan. Seumur hidupnya baru kali ini Bowo dikeroyok makhluk-makhluk cantik untuk menaklukannya. Jadi mereka mengajukan masalah dengan argumentasi bahwa keroyokan kaum hawa adalah untuk internal keluarga, satu tujuan memperkarakan segala yang dimiliki dari gangguan tangan jahat Bowo. Bowo tidak berdaya, takluk itu saja. Bowo menanti aksi-aksi selanjutnya, jelas belum mencapai klimaks. Sabtu 13 Juli 2019, Bowo sangat terkejut dengan apa yang dialaminya. Berhadapan dengan Ani saja sudah sulit menyelesaikannya, apalagi bila Ani bersama dengan Ibunya maju berbarengan. Bowo menyerah bila harus menterjemahkan aksi-aksi Ani bersama Ibunya ini. Itu sudah terjadi di pagi hari, berdua berboncengan motor menuju utara. Jarang ibu anak ini beraksi langsung di depan Bowo berdua. Dulu stelah meninggalnya Bapak Jonan ada aksi seperti ini dan perasaan Bowo saat itu menyatakannya sebagai dukungan hubungan Bowo dengan Ani. Sekarang terjadi hal yang sama lagi, tapi sudah ada suami Ani. Bowo sulit sekali menganalisanya. Ah tak perlu njelimet memikirkannya, semua perasaan datang tak menentu di dada Bowo. Ia hanya manusia biasa, sulti sekali menerima kenyataan bahwa ia seorang diri telah dimusuhi semua anggota keluarga Bapak Jonan. Tapi cara memusuhi kaum hawa terhadap seorang lelaki sangat berbeda. Tidak akan ada benturan tantang menantang seperti antara Bowo dengan suami Ani. Juga sulit bagi kaum adam karena menafsirkan pergerakan perempuan berarti sama dengan membandingkan ibu kandungnya. Kaum Adam sudah ditakdirkan mustahil membenci kaum hawa karena asal-usulnya dari rahim seorang perempuan, bukankah itu sudah pernah dinyatakannya dalam surat tahun 2010. Itulah yang terjadi sekarang, karena adegan aksi Ani berboncengan motor dengan ibunya berulang. Tampak Ani memboncengkan ibunya yang berada di jok belakang membawa satu dua kotak barang belanjaan. Kemungkinan keduanya dari supermarket di sekitaran Prawirotaman. Ya itu yang sulit dimengerti Bowo, bila Ani membencinya atau memusuhinya kenapa saat berada di depan kiosnya memandang Bowo, tersenyum dan kemudian menganggukan kepala. Bowo balas menganggukan kepala sebagai tanda hormat. Itu tindakan spontan karena perhatian dari Ani yang masih memiliki keterikatan batin selama ini. Di bagian ini Bowo merasakan sensasi menyenangkan, bila sudah begitu jelas hatinya girang dan terpancar rasa bahagia. Bowo tak berdaya menghadapi perempuan Ani, entah orang lain. Pastilah di dunia ini lebih banyak orang yang memiliki kemampuan lebih kuat daripada Bowo yang cuma kena perkara dengan Ani. Oh bagi Bowo bila ada lelaki lain mampu menahan diri atau tidak terpengaruh oleh aksi-aksi perempuan dengan catatan menyukainya sampai tidak merasakan sensasi menyenangkan, Bowo anggap itu lelaki munafik. Berarti Ani memang membalas cintanya? Bowo terus terombang-ambing dipermainkan bidadari-bidadari cantik anggota keluarga Bapak Jonan. Hanya itu? Siangnya jam dua belas Ani bersama ibunya lewat lagi, kali ini dari selatan menuju arah kota Yogyakarta. Dandanan keduanya resmi menghadiri sebuah acara. Tentu saja menjadikan profilnya makin menarik. Walaupun Ani tidak lagi memandang Bowo tapi karena paginya sudah bersikap ramah padanya Bowo tetap merasakan sensasi yang menyenangkan sekaligus dilematis. Menghadapi kaum hawa apalagi masih berkaitan dengan hubungan sebagai belahan jiwa Bowo menyatakan tunduk. Bila saat itu Ani meminta sesuatu padanya pasti tangan ini memberi agar belahan jiwanya ini makin menyatu dengan dirinya. Bowo menyatakannya dengan ikhlas, itulah lelaki dengan kebutuhan kasih sayang perempuan. Tak pernah Bowo bisa menyangkalnya, lihat saja bayi dalam gendongan perempuan, tentu saja langsung ketagihan dan mententramkan jiwanya. Itu sudah berlangsung ribuan tahun sebagai takdir lelaki, tunduk. Begitulah Bowo dalam irama permainan yang dikembangkan anggota keluarga perempuan Bapak Jonan. Pikiran Bowo saat itu hanya pasrah diperlakukan ibu dan anak ini. Tak terbersit perasaan benci, mustahil, bahkan makin terpana dengan feminisitas perempuan-perempuan ini. Yang jelas semuanya bukan sihir, ini kelebihan perempuan dalam menaklukan lawan jenis. Sudah selesai...... Tak ada yang bisa diperbuat Bowo setelah kepergian kedua perempuan yang memberi sinyal dan isyarat keakraban. Tidak mesra tapi bagi Bowo tak mungkin memusuhi perempuan-perempuan ini. Klimaksnya sore hari menjelang tutup kios. Dari mulut gang muncul anak perempuan remaja belasan tahun karena sudah bersekolah di SMP. Itu pasti anak tiri Udin dari perempuan janda yang dinikahinya. Biarpun cantik Bowo tidak sampai tersentuh hatinya seperti terhadap Ani di tahun-tahun 2006, saat itu Bowo mulai heran dengan tingkah Ani yang memperlihatkan rasa takut terhadap dirinya. Di sini bedanya, Bowo menganggap putri Udin ini tetap sebagai anak perempuan dengan segala haknya. Jadi tidak mencapai pereasaan mendalam, hal sama terjadi pada anak-anak perempuan lain tetangganya. Kalau Bowo sampai tertarik pada anak-anak tersebut pembaca tahu sendiri kelainan jiwa apa yang diderita Bowo ini, hal tersebut dirasakannya normal. Sedang apa putri Udin ini? Oh tampak menunggu seseorang, pacar? Bisa jadi soalnya banyak saja anak-anak remaja seperti ini sudah janjian bermain dengan teman sebayanya. Lumrah saja walau sering sedikit mencemaskan orang tuanya. Oh ternyata kemudian datang ibunya, bermotor Shogun istri Udin ini sebenarnya sudah sering kali beraksi di depan Bowo tapi tak mungkin masuk perkara. Posisinya di mata Bowo netral walau mungkin tetap mengemban misi dari mertua dan suaminya. Tapi tetap saja aksi kedua perempuan ibu dan anak ini bagian dari manuver menaklukan Bowo. Itu menjadi rangkaian agar Bowo tetap dalam kendali permainan semua anggota keluarga Bapak Jonan. Begitu datang ibunya, remaja putri yang berada di seberang jalan segera menyeberang. Kemudian membonceng motor, sementara ibunya sempat menatap Bowo yang memantau. Setelah itu motor tersebut melaju melewati dan lucunya menyeberang jalan melewati mulut gang lagi, jelas sangat disengaja. Bentuk manuvernya untuk tetap memancing Bowo berada dalam kendali perempuan-perempuan anggota keluarga Bapak Jonan. Kenapa tidak terus ke tempat tujuan tapi malah menunggu anak putrinya menyeberang dahulu ck ck ck...... Begitulah Bowo dipermainkan semua makhluk cantik anggota keluarga Bapak Jonan, sangat nyata peristiwa yang dialaminya ini. Sekali dalam seumur hidupnya Bowo mendapat perlakuan aneh dari kaum hawa. Entah bagaimana sebenarnya versi dari pihak keluarga besar ini. Dan Bowo tetap tidak mengerti manfaat tujuannya. Esoknya karena bingung Bowo ngamuk dengan jogging ke UGM. Di sana ia melelahkan fisik agar terlampiaskan segala uneg-uneg batinnya lewat olah raga. Bowo tahu dirinya telah dikeroyok semua anggota perempuan keluarga Bapak Jonan dan tidak berdaya. TAKLUK BAB 11 Fenomena Komplotan Sindikat Bowo merenungi nasibnya sendiri. “Tak mungkin selesai kecuali diriku sendiri menata mental dari dalam, misalnya semua hal yang terjadi menjadi sebuah kewajaran.” Ada tekad melakukan hal ini tapi suasana hatinya masih ada ikatan kuat dengan Ani. Juga ia meragukan keefektifannya karena konflik yang terjadi seluruhnya bukan berasal dari dirinya. Semua masalah yang bergulir diajukan dari anggota keluarga Bapak Jonan dan menantunya memanfaatkan posisinya yang lemah karena tanpa pendukung, dan yaaa itu Ani sebagai umpan yang paling mengena. “Butuh waktu panjang.......” Bowo mengeluh dan nelangsa sendiri, tapi ia tidak menyesali tindakan-tindakannya karena sesuai dengan etika dan hukum serta norma yang berlaku di masyarakat. Bowo melakukan teraphy kejiwaan tanpa seorang penasehat psikiater. Bila ia bisa melepaskan batinnya dari konflik yang melibatkan psikis itu sudah termasuk baik. “Bisa melalui semua peristiwa dengan selamat saja itu sudah bagus,” itu tujuan minimalnya. Semalam Bowo berpikir keras muncul sebuah fenomena baru yang asing. “Ini siapa?” keheranan Bowo datang tiba-tiba. Ada sepeda motor matik Beat hijau, pengendaranya tidak dikenal serba tertutup mencurigakan karena mencari perhatian dalam aksi manuver yang sering dilakukan anggota keluarga Bapak Jonan. Bowo memastikan pengendara motor Beat hijau tersebut beraksi. Muncul dari mulut gang berhenti sebentar memandang Bowo. Wajah tertutup masker dan helm, jatuhnya mirip lelaki suami Ani. Ragu-ragu Bowo. Sementara motor melaju ke selatan, hanya mencapai toko onderdil kira-kira tiga puluh meter, berhenti memandang Bowo memastikannnya diperhatikan. Ternyata motor tersebut berbalik arah, ke utara kembali lewat kios Bowo di seberangnya. Terus sampai tidak nampak lagi, karenanya Bowo pun mengacuhkannya bila hanya seperti itu. Bowo baru memperhatikannya lagi karena ternyata motor Beat hijau tersebut kembali lewat tepat depan kiosnya dari utara. Pergerakan seperti itu sudah sering sekali dilakukan anggota keluarga Bapak Jonan, entah siapa orang ini? Begitu lewat Bowo coba memastikan keberadaannya, ternyata berhenti di depan Bank BPR Nusamba 30 meter dari kios Bowo. “Pergerakannya jadi mirip Ani yang menyamar di bulan Maret 2019,” heran Bowo. Bowo terus memperhatikan, tangannya bergerak otomatis membuka kamera HP. Pergerakan motor Beat hijau itu jelas berkaitan hubungan dengan keluarga Bapak Jonan. Langsung dipotretnya, sayang obyek bergerak, jadi gagal. Oh menyeberang jalan kembali lewat seberang jalan depan kios Bowo. Sudah tidak mungkin, ini jelas pergerakannya tertuju pada Bowo. Terus pemuda bermotor Beat hijau tersebut meluncur ke utara entah kemana. Bila aksi sudah selesai Bowo tidak akan terlalu memikirkannya, seperempat jam kemudian datang lagi tapi di seberang jalan. Justru berhenti di kios sembako seberang jalan tiga puluh meter dari kios Bowo. Pemuda tersebut turun dari motor kemudian masuk kios entah membeli apa. Bowo cepat-cepat memotret jenis sepeda motor tersebut, sangat mencurigakan. Tidak hanya sekali dua pergerakan seperti ini terjadi di depan matanya. Siapa pemuda ini Bowo tidak tahu, tapi pasti punya hubungan dengan keluarga Bapak Jonan. “Ia punya peran, untuk apa.....?” Sampai akhirnya pemuda tersebut keluar dari kios sembako, menaiki motor Beat hijaunya Bowo terus mengamati. Ia tidak mengenalnya sama sekali, pergerakannya itu saja yang menjadi patokan bahwa aksinya tertuju padanya. Sekali lagi Bowo memperhatikan wajah pemuda ganteng bermotor Beat hijau. Ekspresinya tersembunyi namun matanya awas menantang balik. Akhirnya pemuda tersebut berbalik arah melaju pelan dan belok kiri yang bagi Bowo menduga kemungkinan besar bisa saja menuju rumah keluarga Bapak Jonan. Bowo berpikir lama. Hanya SMS saja bisanya, Bowo tidak bisa menyebut siapa pemuda berkendara Beat hijau yang bermanuver di depannya beberapa kali tadi. “Siapapun yang bermanuver mengendarai motor Beat hijau adalah tertuju pada saya, nuwun.” “Orang ini terlibat berkomplot dengan suami Mbak Ani dengan tujuan buruk.” Seharian Bowo merasakan betapa rumitnya masalah yang dihadapi. Satu masalah dengan Ani dan suaminya belum selesai sudah muncul orang lain walau satu sama lain berkaitan. Sekarang yang berada di depannya adalah masalah baru tapi modusnya lama, pemuda tadi adalah anggota sindikat. “Mungkin eksekutor.” “Jati diri suami Ani semakin terkuak, apapun telah terjadi bentuk komplotan. Sekarang yang berada di depanku semacam cabang dari komplotan sindikat human traficking ala Bali.” Akhir Juni suami Ani bermanuver menggunakan motor bernomor polisi Bali. Sekarang makin nampak modus yang dikembangkannya selama ini. Jadi inilah perkembangan modus permainan dari suami Ani. Orang ini berada di belakang layar tidak tersentuh Bowo yang selama ini diperkarakannya. Esoknya Bowo menanti kelanjutan aksi pemuda bermotor Beat hijau. Sayang seharian tidak muncul, hanya Ani yang lewat dari mulut gang cepat sekali melintas. Dari perawakannya tampak subur, bajunya sedemikian longgar. Motor Beat lawasnya dipakainya sengaja sekali untuk memancing Bowo dalam perkara. Hari Rabu 17 Julis 2019, tepat di jam yang sama muncul lagi pemuda bermotor Beat hijau. Cuma meluncur ke arah kota, tadinya Bowo mengira dugaannya tentang anggota komplotan sindikat salah karena manuvernya hanya sekelebatan lewat yang berarti tidak terkait dengan masalah yang dialaminya. Ternyata hanya lima menit kemudian pemuda bermotor Beat hijau tersebut kembali, kali ini langsung mampir di kios sembako. Bowo langsung menggunakan kesempatan ini untuk mengambil gambarnya. Berhasil, setelah itu dibiarkannya pelaku aksi aneh di depannya berlangsung. Memang kemudian setelah membeli sesuatu pemuda berkaos hitam bergambar Union Jack di dadanya berlalu, masuk jalan ke arah rumah Bapak Jonan. Makin kuat dugaan Bowo tentang fenomena komplotan sindikat terbentuk. Semuanya masih berkaitan dengan menantu Bapak Jonan yang konon berasal dari Bali. “Saya tahu jaringan sindikat telah beraksi, semuanya menunjukan bentuk kecil karena baru permulaan, di sana daerah asalnya Bali sudah terbentuk pusat jaringan yang lebih besar dan mengakar,” demikian Bowo mengirim SMS. “Semua justru membuktikan suami Mbak Ani belum menang, sama sekali belum berhasil mengklaim penuh kepemilikan istrinya. Dengan demikian Mbak Ani masih menjadi perebutan antara diriku dengan suaminya.” Bowo tidak mengira pembahasan makin berkembang, semua masalah berasal dari pihak Ani, suaminya, dan keluarga Bapak Jonan. Semacam pertarungan telah terjadi untuk mengklaim hak milik atas perempuan Ani. “Lucu sekali, dari sudut hukum saja tidak mampu menggugat pernikahan suami istri Ani dan suaminya. Di bagian lain telah berseteru karena adanya praktek ilegal yang dilakukan suami Mbak Ani.” “Kenapa tidak melalui jalan yang wajar saja, misalnya perundingan. Dalam perjanjian tertulis saja saya berani disalahkan asal pertengkaran selesai. Masa depan saya lebih penting dari urusan yang sampaian sekeluarga ajukan.” Beberapa hari walau tidak ada aksi isi SMS Bowo berkisar tentang adanya komplotan sindikat human traficking ala Bali yang beroperasi di Jogja. Puncaknya adalah hari Sabtu 20 Juli 2019, Ani beraksi yang terbaca Bowo memberikan semacam pernyataan beberapa hari berturut-turut tentang suami Ani sebagai pelaku kasus pidana human traficking. Bowo memperhatikan betul perhatian Ani terhadapnya ini, dari dulu perempuan ini belum pernah menyatakan putus hubungan walau sudah bersuami dan beranak satu. Seolah baginya Bowo adalah pacarnya dan menginginkan berlanjut sampai tingkatan berumah tangga. Hal tersebut terasa sebagai dukungan terhadapnya. Apa Bowo yang salah tafsir? “Hmmm dalam hal satu ini harus dari Ani sendiri yang membuat pernyataan baik lisan maupun tulisan. Semuanya tidak pernah terjadi sehingga apa yang kutafsirkan tetap berlaku hingga saat ini.” Makanya Bowo kirim SMS setelah Ani beraksi seperti yang sudah-sudah melewati kiosnya di siang hari. “Mbak Ani masih menjadi hak milik saya karena suaminya gagal menyingkirkan diriku dari Jogja sebagai syarat rtual kasus human traficking ala Bali hingga sekarang. Saya tidak bermaksud melarikan Mbak Ani tetapi faktanya seperti ini di depan diriku langsung.” Perhatian Ani terhadap dirinya terus berlangsung, bagaimana hal bisa terjadi Bowo tidak paham. Padahal suami Ani sudah memberikan segalanya berupa materi. Dan jangan lupa sebagian dana tersebut sekarang sedang digunakan untuk menyingkirkan Bowo dengan membentuk komplotan, jelas ini rumah tangga berbiaya sangat tinggi. “Saya bangga saja dipermasalahkan oleh Mbak Ani sekeluarga, tercatat sebagian dana rumah tangga telah habis untuk usaha menyingkirkan saya dari Jogja sebagai syarat suksesnya suami Mbak Ani mendapatkan haknya. Bila biaya yang dikeluarkan sampai ratusan juta sungguh saya tak mengira dihargai demikian tingginya.” Tapi Seninnya Bowo melihat ada aksi pemuda bemotor Beat hijau di sekitaran eks kampus Stiekers. Justru baginya ia iba karena dengan adanya komplotan yang terbentuk makin menjerumuskan lelaki suami Ani sebagai pelaku tindak pidana. Karenanya kemudian bowo mengirim SMS, “Saya coba akhiri hubungan dengan Mbak Ani sepihak dari saya, silakan teruskan rumah tangga sampean berdua tanpa gangguan dari saya lagi, nwn.” Bowo coba mengakhiri masalah walau sepihak darinya. Sesuatu yang dari dulu sudah dilakukan tapi tetap tidak berlaku dari pihak Ani dan keluarganya. Ada saja kejadian yang menyulitkan Bowo terhadap Ani, ya perhatiannya yang diam-diam secara pribadi. Itu karena bagi Bowo telah bertemu tidak disengaja. Terutama hilir mudiknya Ani kuliah menuju atau pulang dari kampus. Jam 10 siang Bowo mendapat order stempel sehingga langsung menuju kios seting komputer. Sepedanya melaju tadinya masuk jalan kampung, akhirnya tembus ke jalan Imogiri Barat. Terus ke jalan Tritunggal Wirosaban. Uuups menjelang perempatan depan RSUD Wirosaban Bowo melihat sepeda motor Mio karena dikenalinya, dikendarai cewek mantan pacarnya sekalian, Ani. Ruas jalan ini memang menuju kampus UAD, bisa lewat Ringroad tetapi sering sekali bila bermanuver di depan Bowo larinya adalah ke kampus lewat RSUD ini. Tentu saja Ani ngebut mendahului Bowo, tapi kemudian terhenti di perempatan karena lampu merah. Sigap Bowo mengejarnya dari belakang, posturnya Ani yang pernah membuat mabuk kepayang itu tertutup jaket, sangat tertutup tapi tetap membekas sangat dikenalinya. Melihat gelagat Ani tidak tahu Bowo berada di belakangnya. Biasa, perempuan memang tidak fokus terpusat di satu obyek, pandangannya tertuju lebih ke bidang di depannya. Makanya tak melihat Bowo walau sudah di belakangnya seenak udelnya. Bowo berpikir cepat apa yang harus dilakukannya, terbersit kekhawatiran bila bertemu perempuan ini, masalahnya biarpun ada sedikit aksi darinya selalu berbalas dendam sangat menyakitkan hatinya. Namun tangannya tetap gatal berbuat jahil, sepedanya bergerak maju tangan kirinya menyentuh punggung Ani mengagetkan perempuan cantik tersebut. Ani terperangah tidak mengira berjumpa dengan Bowo di perempatan jalan. Juga matanya yang membelak tersebut tetap saja membuat Bowo tertipu, aslinya perempuan ini memiliki tipu daya. Bowo adalah lelaki yang terus dipermainkannya dengan bius bagian feminimnya. Ingat lelaki di dunia manapun memiliki kelemahan di bagian ini. Sekali lagi perempuan ini tidak pernah memiliki hasrat penolakan keberadaan Bowo. Di sinilah titik konflik terus bergulir.....kekaguman Ani terasa oleh Bowo, walau cuma sekejap. Soalnya Bowo harus bergerak, memajukan sepeda onthelnya maju menyeberang bahkan melanggar lampu merah. Kegesitannya itu mungkin seperti penggambaran novel Andrea Hirata yang menyatakan sebenarnya perempuan lebih tertarik dengan ketangkasan lelaki. Jadi simpati perempuan Ani banyak terbangun dari aksi-aksi Bowo menyelesaikan perkara, bukan soal hartanya. Kalau soal harta itu sudah kodrat tubuh perempuan, takdirnya memang minta dirawat agar tampil cantik. Aset-asetnya itu membutuhkan modal besar, karenanya kaum wanita pasti materialistis. Anehnya perempuan itu bila sakit baik fisik maupun batinnya sangat besar. Selalu berkorban seperti pecah perawan, keluar bayi dari rahimnya, selalu tersakiti ketika tampil cantik baik mulai berdandan sampai menghapusnya dll. Paling menakjubkan perempuan itu kuat sekali menahan rasa sakit dalam bentuk apapun, itu juga yang sering menipu lawan jenis di manapun belahan dunia. Bowo pun sukses mengusik Ani, ditancapnya gas sepeda kayuhnya menantang pergerakan arus lalu lintas di sebelah kanannya yang menyala lampu hijau. Tak sampai Bowo mengejutkan pengendara lain yang segera melaju mumpung lampu hijau menyala. Bowo terus bersepeda mencapai kios seting komputer walau pikirannya masih tertuju pada pertemuannya dengan Ani mantan pacarnya ini, rasa kekhawatirannya lebih dominan. Keesokan harinya apa yang dikhawatirkan terjadi. Ibu Jonan yang memberi tanggapan dengan muncul di kios photo copy samping gang. Keberadaannya membuat Bowo tahu itulah jawaban pertemuannya dengan Ani. Seperti sudah puluhan tahun menghadapi Ibu Jonan, perempuan paruh baya ini juga tidak menolak putrinya berhubungan dengan Bowo. Atau Bowo yang salah tanggap? Pokoknya salah terus posisi Bowo di mata masyarakat bila mengungkapkannya kepada teman atau warga lain, selalu menyatakan Bowo mustahil diterima oleh keluarga Bapak Jonan, tidak selevel. Biarpun salah tanggap Bowo tak bisa menyangkal isi hatinya, bahwa pergerakan Ibu Jonan justru mendukung dirinya tetap berhubungan secara pribadi dengan putrinya. Itu memang rahasia perempuan paling dalamnya, sayang itu bukan urusan lelaki di belahan manapun di dunia. Terus Bowo mendapat pembenaran tanggapannya terhadap Ani. Hari Jumat pagi, muncul Ani dari mulut gang. Tidak tampil cantik, seadanya dengan baju longgar seolah-olah ia memang ibu rumah tangga. Tampilan seadanya ini mengindikasikan bahwa terhadap Bowo ia memang apa adanya sesuai dengan kesehariannya. Semuanya bukan berpalsu-palsu tampil mewah, mungkin hal seperti itu adalah jatah seorang lelaki yang sekarang telah berhasil menjadi suaminya. Hati Ani mendua..... Ah sudahlah Bowo selalu menduga, dan buruk akibatnya karena dengan demikian hatinya terus terikat pada perempuan yang terus menerus mencobainya ini. *** “Hanya mantan pacar,” demikian Bowo mulai melangkah walau hanya di dalam hati. Itu penting karena statusnya sulit dijabarkan sejak dari awalnya bertemu Ani remaja di warung Mbah Ali 2006 awal. “Hindari rumah Bapak Jonan,” Bowo berbisik sendiri urusan sensitif yang dihadapinya. “Semua sikapku ini semoga bisa terbaca oleh keluarga tersebut.” Hmmm Bowo sudah sering menyampaikan tujuannya menghentikan masalah walau sepihak kepada keluarga Bapak Jonan, herannya apapun yang berasal dari dirinya tidak berlaku. Tak apalah Bowo kembali melakukan cara-cara seperti ini, maksudnya justru supaya ikatan batin dengan Ani hapus dengan sendirinya. Bila di bagian sensitif ikatan batin dengan Ani selesai, tentu perempuan ini menjadi biasa saja di depannya walau tetap mengakui kecantikannya. Bowo tahu resep seperti ini pernah dilakukannya beberapa kali, terhadap Sinta dan Dian misalnya sudah selesai tak ada perasaan apa-apa terhadap perempuan-perempuan ini walau sosok mereka tetap berseliweran di depannya. Mereka sekarang cuma tetangga biasa di mata Bowo. Oh Dian sudah bersuami dan beranak satu lelaki, sedangkan Sinta terdengar menjalin hubungan serius dengan tetangga desanya di Gunung kidul. Itu berita mantan-mantan pacar Bowo sekarang, tak ada konflik lagi dengan mereka sampai saat ini. Kenapa dengan perempuan lain selesai? Ini perbedaannya, Bowo melihat bagaimana fenomena keluarga Bapak Jonan. Mereka terduga psikopat, dari Bapak Jonan, Udin dan Ani. Mungkin yang bukan psikopat hanya Ibu Jonan dan Jodi yang sekarang sudah bekerja dan berumah tangga di tempat lain. Sebenarnya ada jalan mudah menyelesaikan masalah, yaitu Bowo tampil sebagai orang kaya, orang berpangkat tinggi, punya ini itu yang melebihi kepemilikan keluarga Bapak Jonan. Hanya takdir Bowo bukan itu, juga tujuan hidupnya sederhana saja, mampu mencukupi kebutuhan sewajarnya di masyarakat. Ah sudahlah Bowo terima nasib sebagai pedagang kaki lima di eks kampus Stiekers, itu sudah mencukupi hidupnya sebagai bujangan seumur hidup. Kalau masalahnya sebagai orang ketiga dalam rumah tangga Ani dan suaminya, ia tahu bukan kesalahannya mutlak. Kalau Bowo orang ketiga dalam rumah tangga Ani maka sekarang suami Ani melibatkan orang lain berurusan dengan Bowo. Menambah panjang masalah yang bergulir karena Bowo harus mewaspadai peran seorang pemuda bermotor Beat hijau. Bowo mulai mencoba mengidentifikasi nomor polisi motornya. Ini penting karena indikasi kasus mengarah pada perkara hukum. Juga pelibatan oranng lain dalam kasus yang dihadapi Bowo mengindikasikan pembenaran tuduhannya, suami Ani melakukan praktek teknik ala sindikat. Nah akhirnya Bowo bisa mencatat nomor polisi motor Beat hijau tersebut, tentu ketika pengendaranya bermanuver di depan Bowo. Pengendara motor tersebut setelah lewat di depan kios menuju sebuah warmindo Kuningan. Saat itu Bowo mendapat order stempel segera tancap memantau orang tersebut. Sang pemuda jelas itu bukan suami Ani walau berkaitan dengan keluarga Bapak Jonan masuk warung Kuningan. Orangnya acuh walau pura-pura ketika dipantau Bowo. Ah tidak penting orangnya bagi Bowo, yang bila diperkarakan nantinya bakalan membalas keras, bahkan itu tujuan utamanya. Kena nomornya, AB 4501 UT, catatan itu dihapal sebagai bukti nanti bila kasus makin melebar. Soalnya jelas orang ini bermanuver tertuju padanya mungkin mendapat bayaran. Bagi Bowo ini anggota sindikat yang telah membentuk komplotan seiring kehadiran suami Ani di rumah Bapak Jonan. Kalau dipantau Udin, wah itu juga menjadi catatannya untuk diperhitungkan dalam journal konflik. Itu terjadi sore harinya, Bowo mencorat-coret di kalendarnya dan menulisnya sebagai status di media sosial. Terus menuju Agustus 2019, Bowo mulai menghindari rumah Bapak Jonan. Dari pengamatannya tak perlu beraksi di rumah tersebutpun ia bakalan terus diperkarakan di kios stempel paling antik di deretan PKL eks kampus Stiekers. Sayang sulit sekali menghentikan pengiriman SMS, hanya alat komunikasi ini yang bisa dilakukan Bowo untuk bentuk penyelesaian masalah, bahkan satu kali masuk ke nomor yang lain bisa terhubung media sosial WhatsApp. Walaupun terhubung di WA tetapi tetap saja identitas profilnya gelap. Beberapa kali membalas status malah sepertinya tidak cuma ditulis satu orang, jelas WA ini hanya untuk mengecoh Bowo. Ada sebuah video viral perempuan profilnya mirip kecantikan Ani tapi itu terjadi di Sumatera, jelas tujuannya untuk mengecoh Bowo. Ketika dibalas menambah video lainnya mengejek posisi Bowo dengan adegan seorang anak nekad terjun di lumpur sawah hingga disebut tindakan konyol. Juga ada video karena Bowo menyatakan tentang hubungannya dengan mantan pacar yang hendak menikah itu adalah Sinta yang memberinya undangan, wah langsung disambar dengan video resep cara menghapus keadaan patah hati. Hanya beberapa kali berbalas WA, terakhir Bowo chating menulis, “Mending Video yang sampaen kirim karena jelas tujuannya dari pada diri sampean yang hanya sembunyi di celah selangkangan perempuan hingga saat ini.” Ternyata chating ini mengakhiri komunikasi melalui WA, entah mengapa..... Ya soalnya di status WA nomor milik keluarga Bapak Jonan ini sering mengupload video mengejek posisi Bowo. Bagi Bowo hal tersebut tidak menarik, tidak didapatinya satu argumentasi asli milik pengguna alias ya itu.....hanya berani sembunyi di....perempuan. Melalui WA terhenti dengan sendirinya, bahkan akhirnya diblokir, syukurlah. Yang tetap diwaspadai pengendara motor Beat hijau AB 4501 UT. “Hmmm seolah-olah dengan adanya orang ini semua anggota keluarga Bapak Jonan mengalihkan masalah, berarti memang mereka berkeinginan aku menghadapi orang menjadi masalah baru, mereka berupaya menghindar rupanya.” Itu analisa Bowo beberapa hari setelah dimanuver pengendara motor Beat hijau ini. Di sinilah Bowo merasakan juga perhatiannya terpecah-pecah. Memang ada satu dua kali Ani melintas, cepat. Bowo menghitungnya sampai setiap minggu satu dua kali, sulit Bowo mengambil gambarnya. Justru yang sering di upload adalah pemuda pengendara motor Beat hijau dengan aksi-aksinya memancing perhatian Bowo, soalnya aksi pemuda ini menjadi dominan. “Begitu aku memperkarakannya tersingkirlah diriku dari Jogja,” Bowo tahu resiko tersebut. Pemuda ini tidak sendirian, di belakangnya sudah siap anggota keluarga Bapak Jonan yang akan melibatkan diri berperkara sampai Bowo berposisi salah. “Posisi pemuda ini algojo.” Maka Bowo menonton banyak sekali aksi pemuda bermotor Beat hijau ini. Ada sekali berdua dengan seorang perempuan cantik bersama seorang anak balita. “Seolah menyerang diriku di bagian sensitif, kehadiran anak sebagai penguat status.” Warna Honda Baet itu hijau, menyiratkan suatu aksi damai. Lagi-lagi itu kamuflase dari kaum psikopat. “Keluarga Bapak Jonan jelas tahu karakterku, dari dulu segala simbol dan isyarat diajukan kepadaku agar terbaca tujuan-tujuan dibalik aksi mereka.” Tapi sekarang ini bukan anggota keluarga Bapak Jonan, entah siapa walau aksinya tertuju pada Bowo. Semuanya hanya terjawab, “Telah terbentuk komplotan sindikat, apapun tujuannya termasuk tindak pidana.” Pernyataan Bowo ini beberapa kali terkirim melalui SMS-SMS ke nomor yang kemungkinan dipegang Ani. Pernyataan untuk Bowo sendiri, “Jangan pernah memperkarakan pemuda bermotor Beat hijau ini, bakalan memanjang dan kemungkinan dipasang agar masalah beralih bentrok dengan orang ini sehingga suami Ani lolos dari konflik dengan diriku.” Bowo merasakan dengan adanya aksi orang ini hendak dibuat panik, ketakutan, dan tertekan. Bowo tahu posisinya terancam walau juga tidak tahu akan diapakan oleh orang yang baru muncul sebagai tokoh penting dalam konflik yang sedang bergulir. Yang menyulitkan Bowo itu tak tahu kapan munculnya. Tak mungkin mengorek keterangan dari mulut pemuda tersebut, malah bila ditanyakan tambah repot karena sesungguhnya tujuannya memang mengacaukan Bowo agar beralih masalah yang lain. Itu dugaan Bowo, benar salahnya ya dari dulupun urusan dengan keluarga Bapak Jonan rumit. Bowo tidak memiliki pegangan identitas anggota keluarga tersebut dengan jelas. Yang paling jelas identitasnya cuma Udin, itu gara-gara jadi ketua RT. Dugaan Bowo kalau sudah berperkara dengan pemuda bermotor Beat hijau ini urusan dengan Ani dan suaminya lepas. Bowo akan dibuat repot karena dibelakang pemuda ini sudah siap beberapa orang lain mengeroyok Bowo dalam berbagai perkara, termasuk tindak kekerasan dan permusuhan. Pergerakan pemuda bermotor Honda Beat hijau berlangsung terus mendekati perayaan HUT kemerdekaan RI. Diselingi dengan Udin yang memantau dan satu dua kali diantaranya memarkirkan sepeda motor Beat model baru karena belum bernomor polisi. 22 Agustus 2019, Jam 9 pagi Bowo sudah melihat suami Ani beraksi. Kali ini Bowo memperhatikan kendaraannya, sepeda federal terbaru warna hijau muda bertulisan Aviator. Ini sesuatu hal baru, karena menjadi pertama kalinya Bowo menyaksikan manuver lelaki suami Ani. “Nah apa terkait dengan pengendara motor Beat hijau sepertinya.....?” Bowo berpikir. Coba kalau dibaca fenomena di depan matanya, dengan perumpamaan warna hijau seolah-olah lelaki suami Ani dan orang-orang di belakangnya menyampaikan semacam jalan damai pada warna hijau di kendaraan masing-masing. Bowo memperhatikan aksi suami Ani, memarkirkan sepeda federalnya di kios photo copy dan kemudian sibuk di depan layar komputer. Bowo segera mengambil gambar sepeda federalnya yang saat itu sendirian saja di teras kios photo copy. Cukup lama suami Ani beraktifitas di dalam kios photo copy. Setelah selesai tampak berdiri kemudian memperlihatkan lembaran dokumen entah apa. Kertas penting tersebut diletakan di dadanya diatur sedemikian rupa, semuanya diperlihatkan kepada Bowo. Hebat ya kalau Bowo bisa sampai tahu isi dokumen yang dipajang suami Ani..... Pergerakan seperti itu jelas punya maksud tertentu, Bowo cuma bisa nonton. Yang diperhatikan adalah penampilan suami Ani, agak kucel berkaos biasa dan bercelana jeans pendek robek-robek. Cambang di pipi kanan kirinya sudah lebat belum tercukur, tentu memerlukan waktu sendiri bila tampil klimis. Sulit menerka maksud aksi dari sekedar melihat seringai wajah. Kalaupun mampu ya cuma dugaan, aksi suami Ani adalah semacam aktifitas terbarunya di Jogja, entah apa itu tak mungkin Bowo tahu kecuali bila berdialog. Ngobrol....wah itu belum pernah terjadi menjelang lima tahun konflik. Selesai, suami Ani mengemas dokumen dalam tas punggung. Kemudian dengan sengaja memperlihatkan aksi bersepeda kayuh memutar barang empat meter sebelum berbalik masuk gang. Bowo segera mengupload momen tersebut dalam dunia maya, walau tidak mendapat profil suami Ani. Cukuplah sepeda federalnya sebagai penunjuk bahwa telah terjadi manuver untuk terus memperkarakan dirinya dari sebuah keluarga besar Bapak Jonan dan menantunya. Setelah manuver suami Ani bersepeda federal hijau Aviator, beberapa hari kemudian dipakai orang lain entah siapa. Jadinya Bowo memastikan sepeda tersebut benar-benar milik suami Ani, tampaknya tetap benar karena lebih sering orang yang memusuhinya ini yang mengendarai. “Untuk apa ya?” Jadinya sekarang ada suami Ani yang bermanuver mengendarai sepeda federal hijau Aviator, di sisi lain ada yang beraksi sama tapi tak dikenal mengendarai motor Beat hijau. Keduanya tak pernah saling berjumpa, seolah-olah sudah diatur jadwal aksinya. Bowo yang salah menafsirkan? “Ya tidak apa-apa, semua dihubungkan satu sama lain karena tidak ada satu bentuk penyelesaian dari keluarga Bapak Jonan dan menantunya ini, bahkan sudah melibatkan orang luar sehingga terbentuk komplotan, konspirasi jahat untuk menyingkirkan diriku.” Bowo masih bertahan hingga saat ini makanya orang-orang yang memusuhinya terus melakukan modus jebakan agar Bowo tetap tersingkir dari lingkungan sekitar mereka dengan dana besar yang dimiliki. Minggu akhir Agustus 2019 pengendara motor Beat hijau sangat aktif bermanuver. Ini juga menjadi kesempatan Bowo mengambil gambar walau jauh jaraknya. Terutama bila berada di kios sembako dan singgah untuk makan siang di warung Sunda Kuningan. “Jangan sampai aku yang bikin gara-gara, konflik intinya tetap dengan suami Ani dan keluarga bapak Jonan.” Pokoknya Bowo mengerem dirinya bertindak terhadap orang yang diduganya anggota komplotan sindikat sedang beroperasi. Kalaupun salah tetap saja pemuda bermotor Honda Beat hijau ini terhubung dengan keluarga Bapak Jonan. SMS Bowo mengalir berputar-putar pembahasan adanya modus pergerakan sindikat human traficking dalam bentuk komplotan. “Saya menyayangkan permasalahan makin berkembang, harusnya konflik diselesaikan internal keluarga sendiri, bila seperti ini suami Mbak Ani terindikasi tindak pidana karena menggerakan orang lain menyingkirkan diriku dari Jogja.” Bagaimana reaksi pemuda bermotor Honda Beat hijau saat dipotret Bowo dari kejauhan? Melihat hasilnya gambar tersebut tetap terlihat pemuda bermotor tersebut tahu dirinya telah dipotret dengan memandang Bowo dari kejauhan, justru sangat disengaja. Bowo mendokumentasikan dalam berbagai bentuk misalnya di kalendernya ditandai dengan simbol pelaku dan media sosial dalam bentuk narasi sederhana agar lini masanya terus terisi, beresiko tapi hanya itu untuk memperkuat posisinya bila perkara misalnya mencapai perundingan atau bahkan laporan ke polisi. Yang jelas ketika beraksi melewati kios Bowo pemuda bermotor Beat hijau ini acuh, gelagat seperti ini sudah sangat diatur dalam bentuk skenario. Indikasinya mengancam, sekali Bowo bertindak kepada pelaku provokasi ini menjadi jebakan tak terampunkan. “Habislah diriku, terkena masalah lain yang makin tidak bermanfaat. Pemuda ini memang bertugas mengalihkan masalah agar bergeser dari intinya, yaitu konflik dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan.” Justru ada yang menarik, kemungkinan sangat berhubungan. Dalam salah satu aksi manuver terdapat aksi Ibu Jonan di pagi hari. Memphoto copy di kios samping gang. Hanya itu saja tapi bagi Bowo karena mencapai konflik tetap bergulir menjadi waspada. Sedangkan Ani terlihat di kejauhan jalan lain melintas, memastikan Bowo berada di kiosnya. Selang satu jam pemuda berkendara motor Beat hijau AB 4501 UT beraksi, lewat depan kios Bowo. Seteah itu singgah di kios sembako, ternyata memesan juice buah. Pemuda itu duduk di kios jus buah membelakangi Bowo. Seperti inilah skenario yang dipasang keluarga Bapak Jonan dan mungkin suami Ani di belakang layar sangat berperan penting. Mereka menunggu reaksi Bowo, biarpun misalnya hanya mendekati apalagi bertanya apa yang dilakukannya terhadap pemuda tersebut maka mereka akan berhasil menjebak. Paling tidak Bowo mendapat kesulitan saat berhadapan dengan pemuda ini, itu sudah cukup membuat sensasi kejiwaan mereka yang di belakang terpuaskan. Jadi Bowo ini pasif ataupun aktif sudah menjadi poin terlibat permainan yang dikembangkan keluarga tersebut. Hal seperti itu sudah terjadi bertahun-tahun bahkan sebelum Ani menikah. Bila Bowo berhasil dijebak dan kemudian kelabakan selamanya dibiarkan, makin tinggi kesulitan yang dihadapi Bowo makin meninggi pula sensasi yang didapat anggota keluarga tersebut. Keputusan Bowo pasif, jangan sampai terlibat konflik baru dengan pemuda bermotor Honda Beat hijau ini. Hanya akan menyulitkan posisinya di mata warga sekitar bila terjadi keributan. Bahkan hanya memburukan nama baiknya karena salah sasaran. Akhirnya selesai juga adegan pemuda bermotor Beat hijau ini memesan jus buah. Beliau segera meninggalkan kios dan menebarkan pesona karena tampilannya yang termasuk ganteng dan rapih. Bowo mengira aksi manuver sudah selesai, ternyata motor Beat hijau AB 4501 UT ini muncul lagi sore harinya sejam sebelum Bowo tutup kios. Hanya pengendaranya seorang sepuh agak kurus membawa galon air isi ulang. Biarpun pengendaranya bukan pelaku provokasi tapi motor tersebut tetap menjadi pancingan untuk Bowo. Soalnya orang tua yang membeli air isi ulang ini tak dikenal sebagai warga sekitar dan baru kali ini melakukannya. Berarti Bowo tetap dicoba semacam tindakan provokasi dan ancaman dari orang-orang yang berada di belakang orang tua pengendara motor Beat hijau ini. Suatu pesan tertuju pada Bowo bahwa mereka bakalan terus memperkarakannya hingga tujuan tercapai. Beginilah njelimetnya Bowo berpikir dan membaca situasi yang terjadi di sekitarnya. Semuanya dikirimkan dalam bentuk SMS pada nomor milik Ani walau jelas dibaca oleh orang-orang yang memperkarakannya secara tidak langsung. “Aksi orang tua bermotor Beat hijau ini juga berarti dead line, gagal kembali dalangnya di belakang layar memprovokasi diriku,” itu kesimpulan Bowo. Dan lenyaplah pemuda bermotor Honda Beat hijau AB 4501 UT setelah masuk bulan September. Mungkin tugasnya sudah dianggap selesai oleh pengatur strategi di belakangnya. Hal yang makin mengherankan Bowo jadinya, padahal semua itu hanya dugaan yang kemungkinan banyak salahnya. BAB 12 Pembohongan Publik Skenario jebakan telah gagal. Bowo membuat kesimpulan pergerakan utamanya perempuan Ani beserta anggota keluarga lainnya. Ini melihat fakta semingguan di awal bulan September. Faktanya pemuda bermotor Beat hijau AB 4501 UT tidak muncul lagi. Kemungkinan operasi mencapai dead line tanpa hasil signifikan. Yang sekarang terjadi di depannya adalah jounal keluarga acara keluarga Bapak Jonan. Di awal bulan muncul Ani sendirian, kemudian satu hari selanjutnya bersama ibunya dalam bentuk-bentuk kegiatan keseharian sehingga tidak mencurigakan siapapun. Munculnya Ani dan ibunya berarti menyatakan sikap masalah kembali pada mereka sebagai inti konflik yang tetap bergulir. Di sini Bowo yang sering salah paham, dikiriminya SMS, “Apakah dengan aksi Mbak Ani dan Ibu Jonan berarti suami Mbak Ani pergi kembali, tidak melanjutkan dalam bentuk penyelesaian perundingan?” “Saya menyayangkan aksi-aksi yang terjadi karena pihak suami Mbak Ani terindikasi melakukan tindak pidana dengan terbentuknya jaringan komplotan di Jogjakarta, langsung atau tidak langsung.” Bila Ani dan ibunya muncul beraksi bersama, itu artinya pihak keluarga Bapak Jonan mengakui semacam kemenangan atau berhasilnya Bowo melalui jeratan berbagai jebakan yang dipasang oleh mereka. Jebakan-jebakan itu sangat berbahaya sebab dimulai dari posisi Bowo yang labil karena permasalahannya dengan Ani tidak mencapai bentuk penyelesaian. Keluarga ini memanfaatkan situasi tersebut dengan melakukan berbagai rekayasa berupa serangan-serangan mental. Itu masuk kategori bidang psikologi. Bila Bowo gagal mengatasi kejiwaannya bisa berakibat fatal, terganggu kejiwaannya dan bahkan putus asa membuat keputusan pendek membuat keributan, dan paling tragisnya bunuh diri. Kalau saja Bowo tidak memiliki kegiatan positif untuk melepaskan beban kejiwaan hal tersebut berpotensi besar. Bowo melarikannya dalam berbagai jenis praktisi yang mencukupi untuk berpikir logis. “Aku sendiri merasakan bentuk pertikaian yang menegangkan, semoga beberapa bulan mendatang dari pihakku selesai dengan sendirinya.” Bowo sendiri menghitung sudah sebulan ini berhasil menghindari rumah Ani. Semoga bila dilanjutkan akan terbaca sikapnya tersebut dari pihak Ani dan keluarganya. Ada saja kelegaan ketika Ani bersama ibunya beraksi. Itu sikap seperti menghargai dirinya dengan kemungkinan berlanjutnya hubungan antara Bowo dengan Ani. Entahlah masalah ini selalu ada di pihak Bowo walau sering disangkalnya sendiri. Fakta di lapangan tidak menguatkan, belum ada bukti Ani bermasalah dengan suaminya. Hanya saja keluarga ini puluhan tahun bermasalah dengan Bowo tanpa memberikan penyelesaian, itu berbahaya untuk bentuk etika pergaulan bermasyarakat. “Ibarat data, aku tak pernah mendapatkannya, tidak pernah akurat dan mungkin kesalahannya sangat besar. Di sinilah Ani dan keluarganya bersembunyi bila bertikai dengan siapapun.” Bowo bahkan berani mengirim SMS tuduhan, “Kemungkinan sudah pernah terjadi pertikaian serupa dengan orang lain oleh Bapak Ibu Jonan. Dan sekarang terulang kembali sebagai bahan didikan terhadap putra dan menantunya.” Yang terjadi diketahui Bowo berujung unsur kesengajaan, dan terlanjur basah. Yang penting buat Bowo adalah ketegangan kejiwaannya yang menurun. Itulah yang terus membuat optimis melangkah dengan kegiatannya di Yogyakarta. Ah jalan masih terjal........ Senin minggu kedua bulan September.....saat Bowo mengayuh sepeda onthelnya menuju kios seting komputer, dari ruas sebuah jalan terlihat lelaki suami Ani, sama dengan dirinya mengendarai sepeda federal entah menuju kemana. Berarti dugaan Bowo salah, suami Ani tetap di Jogja tinggal di rumah mertuanya berkumpul dengan anak istrinya. Bowo pusing dengan dugaan-dugaan yang terjadi selama ini, tapi juga yakin itu bukan mutlak kesalahannya. Suami Ani melihat dirinya, acuh tidak mengenal. Keduanya berseberangan jalan, namun lelaki ini menyeberang mendahuluinya, menuju ruko Perwita Regency. Bowo refleks bergerak mengikuitnya bahkan mendahuluinya. Beberapa saat Bowo melihat lelaki suami Ani justru berbelok arah menghindari dirinya. Tapi Bowo cepat mendahului kemudian berbelok arah yang sama. Jadinya Bowo melihat suami Ani di belakangnya, Bowo berhenti menanti lelaki ganteng bercambang lebat melewatinya untuk mendapatkan reaksi bila tahu diganggunya. “Hendak kemana lelaki ini?” Pikiran Bowo berkelebat, kini bila terus seperti ini ia tahu kegiatannya. Selama ini Bowo buntu sama sekali segala identitas suami Ani. Bila ketahuan itu kebetulan, bisa sebagai bahan pembahasan. Biarpun tahu dirinya dicegat Bowo suami Ani tidak peduli. Walau bagai Bowo justru sikap seperti ini berarti lelaki ini tahu siapa dirinya, orang yang telah menjadi pengganggu rumah tangganya. Pemuda ini terus mengayuh sepeda federalnya bahkan akhirnya lewat samping Bowo meneruskan tujuannya. Bowo sendiri serba tanggung, pemesan stempel harus didahulukan. Hal tersebut memaksanya berpikir ulang bila sampai berperkara dengan lelaki seterunya ini. Akhirnya Bowo bergerak ke tujuannya mencari penghasilan, segera dikayuhnya sepeda jeleknya menuju kios seting komputer. Bagi Bowo cukup, suami Ani memiliki kegiatan dan kendaraannya sepeda federal hijau bertulisan Aviator. Itu sudah kemajuan besar sekian tahun tidak pernah tahu identitas orang yang menjadi musuh bebuyutannya. Oh Bowo sempat melihat suami Ani singgah di toko lampu hias kristal. Wuih...masuk dan mungkin melihat-lihat koleksi di dalamnya. Dari segi ini Bowo tahu selera hidup suami Ani tinggi. Nah hari-hari selanjutnya aktifitas suami Ani dengan sepeda hijau federal Aviator menjadi acuannya. Orang ini cukup rutin beraktifitas, terkadang membeli gudeg sarapan pagi atau sore hari mungkin membeli susu dan snack atau cemilan gorengan. Tapi juga sepeda federal hijau Aviator ini kemudian dikendarai orang lain, entah siapa. Bahkan sampai dua orang seakan-akan sudah sepakat bergantian. Lagi-lagi Bowo menduga itu teman-teman lelaki suami Ani, mungkin memiliki persamaan kegiatan. Yah soalnya lima tahun menjelang pernikahan Ani baru kali ini Bowo melihat aktifitasnya. Berarti suami Ani setelah meninggalnya mertuanya yaitu Bapak Jonan benar-benar turun gunung berperkara. Bila ketahuan misalnya jenis pekerjaannya maka itu bisa menurunkan ketegangan jiwa Bowo. Suatu pekerjaan memiliki keterikatan, pegangan Bowo selama ini hanya pendidikannya yang tinggi mencapai S2 itupun sampai digosipkan study di Inggris. Coba saja Ani S2, suaminya S2 ditambah Bapak Ibu Jonan yang kemungkinan S1, belum lagi Udin yang konon pernah nyantri di Ponpes Gontor, dan Jodi S1 di UIN Sunankalijaga. Pendidikannya setinggi itu, sedangkan Bowo? Tak heran serangan-serangan psikis keluarga ini halus tapi sangat mematikan. Belum lagi dari sudut dana besar operasional lima tahun ini, Bowo menaksirnya mencapai milyaran. Memang sih bukan keluarga kaya raya tapi tetap punya aset mencukupi untuk segala operasi dengan tujuan menyingkirkan Bowo dari sekitar tempat tinggal mereka. Bowo selama ini hanya bisa melalui satu persatu gempuran serangan-serangan mental keluarga besar ini, sedikit perlawanan hanya menghentikan sementara, begitu seterusnya...... Modal Bowo yang bentuk praktisi cukup menolongnya, membangkitkan berbagai kepercayaan diri dan memastikan akan tercapai bentuk penyelesaian, optimis. Sering Bowo berseloroh sendiri, “Jangan-jangan tingkatanku sebagai manusia memang tinggi, satu orang lawan enam orang keroyokan semuanya terpelajar dan terhormat.” Perbandingannya seperti itulah, Bowo yang orang biasa berhadapan dalam bentuk keroyokan yang segalanya tidak sebanding dari intelektual dan kekayaan. Lucunya keluarga Bapak Jonan terus memperkarakan Bowo seolah-olah tidak akan melepaskannya. Padahal itu hal yang mudah bagi mereka. Memang Bowo itu tidak bisa menghindar, terutma bila berada di kiosnya, mudah menjadi sasaran serangan psikis tingkat tinggi keluarga ini. “Mungkin ini kiprah menantu Bapak Jonan menghadapi diriku,” Bowo pun siap menghadapi. Yang membuat Bowo heran adalah tetap adanya aksi Ani mengajukan dirinya, itu menjadikan kesulitan sendiri bagi Bowo. Mereka kompak menyingkirkan Bowo tetapi Ani bergerak sendiri tetap tidak mau putus hubungan dengan Bowo. “Jebakan seperti inilah yang membuat lelaki sepertiku mudah jatuh, semuanya berunsur kesengajaan menghalalkan segala cara!” Sekarang Bowo mulai memperhatikan aksi-aksi masing-masing, siapa yang lebih dulu muncul? Ternyata Ani lebih dulu, nmuncul dari mulut gang bermotor Beat lawas. Dandanannya sederhana, bajunya lebar membuat badannya nampak subur. Inilah perempuan dengan aksi yang sering terbaca Bowo menyambung hubungan batin diantara mereka berdua. Apa Bowo yang salah? Bowo lelaki dan dihadapannya perempuan ini memaksimalkan senjata feminitas dan genitalnya yang ditujukan pada sasarannya. Boleh dikata yang dituju Ani Bowo sebagai korban. Jadi posisi Bowo hanya untuk mendapatkan sensasi luar biasa dari segala aset yang dimilikinya sebagai pribadi perempuan. Bowo sering tunduk pada Ani, iya begitulah apa adanya. Sampai sekarangpun hal tersebut masih terjadi, butuh waktu lama menghapus Ani dari bagian hidupnya. Oh Ani cepat berlalu, perempuan ini memang mengobok-obok naluri Bowo sebagai lelaki yang masih menaruh hati terhadapnya. Berbagai SMS melayang pada perempuan ini walau dengan keraguan tinggi, salah satunya adalah, “Hampir-hampir tidak mungkin berurusan dengan Mbak Ani tanpa menyinggung suami sampean. Berdasarkan tuduhan praktek yang dijalaninya adalah dari perspektif orang Bali. Ini adalah Jogja, jadi penyelesaian diantara kami adalah berdasarkan adat etika yang berlaku di Jawa.” Yang sulit bagi Bowo menduga tentang Ani adalah kemunculannya beberapa hari kemudian seperti mendukungnya. Jadinya Bowo berprasangka negatif terus terhadap suaminya. Sampai-sampai Bowo kirim SMS seperti ini, “Keputusan Mbak Ani untuk tetap bertahan di Jogja itu dasar ketidakwajaran dari cara hidup lelaki suami Mbak Ani.” Jadi dalam pandangan hidupnya terhadap lelaki suami Ani pasti ada perilaku yang terasa janggal. Tidak bisa diungkapkan tetapi selalu mengganjal kehidupan rumah tangga mereka berdua. Mungkin misalnya pandangan hidupnya yang terus memusuhi Bowo merupakan perilaku melenceng karena mengakibatkan semua pihak beresiko rugi. Tapi mungkin Bowo memang masih berat hati melepaskan Ani. “Pengaruh Ani sebagai pribadi perempuan terhadap diriku termasuk tinggi. Apa boleh buat hanya aku yang merasakannya, bila kuberitahu orang lain hanya akan ditertawakan.” “Masih butuh waktu cukup lama agar Ani hanya menjadi memori percintaan di masa lalu.” Ini buruknya Bowo, menanti Ani lenyap dari pikiran dan hatinya. Yang menyebalkan dari pihak Ani tampaknya tidak berubah, selalu memberi respon balasan pasrah terhadap kemauan Bowo. Dan lelaki ini yang akhirnya berjuang mati-matian agar semua wajar berjalan dalam etika dan moral bermasyarakat. Kan lucu.....malah Bowo yang berjuang, bukan lelaki suami Ani atau perempuan Ani yang mendapat cobaan hidup. Pemikiran Bowo tentang Ani makin mengada-ada, terutama bila muncul atau melintas dari kejauhan sana yang kemungkinan berangkat menuju kampusnya. “Ani S2 menyusul suaminya, kenapa dengan kemampuan gelar magister mereka tidak menghadapi tantangan di kampus atau sesama kaum akademis?” “Kok jatuhnya ke aku yang dari segi pendidikan tidak memadai, jelas beban berat terasa di pundakku.” Bowo mengeluh terus di bagian ini, tidak terima dengan nasibnya. Soalnya bila putus hubungan dengan Ani maka ia bakalan mencari pengganti yang lebih ringan bobotnya, bahkan dengan usianya yang mendekati setengah abad tidak akan lagi mempermasalahkan status misalnya janda, beranak berapa dll. “Aku sudah terima takdir, sebagai geriatri.....,” katanya sendiri saat sendirian. Sementara di pihak lain selalu ada aksi suami Ani, bermanuver mengendarai sepeda federal hijau Aviator. Hal tersebut jelas sangat menarik perhatian Bowo. Tentu itu bisa mengungkap identitas lelaki yang selama ini bermasalah dengannya sampai tingkat permusuhan. Sekali tahu kegiatannya di Jogja, ia tak perlu bingung mendeskripsikannya. Sebab selama hampir lima tahun ini segala identitas lelaki suami Ani gelap. Sulit menjadikannya dasar kepentingan hidupnya. Bahkan selama ini Bowo hanya menduga-duga, sesuatu yang pasti banyak salahnya walau juga tak pernah dibantah oleh lelaki saingannya ini. Suami Ani kalau tidak pagi-pagi beraksi membeli sarapan juga bisa jam sepuluhan sering hanya berjalan kaki membeli penganan di warung kuningan. Tentu warung Kuningan ini jaraknya dari kios Bowo cukup jauh sehingga Bowo tidak mungkin mendekatinya begitu saja. Lagi pula Bowo bukan pelanggan warung jenis ini karena di kanan kirinya sudah terdapat beberapa warung angkringan bila hanya untuk membeli minuman panas dan dingin. Terkadang Bowo salah mengidentifikasi, soalnya sepeda federal hijau aviator ini dikendarai orang lain. Keperluannya sama membeli sarapan, membeli rokok di kios sembako, terkadang membeli gudeg di deretan kios eks kampus dll. Waktunya tidak menentu makin mengherankan Bowo, “Kemungkinan teman akrab, wong bisa bergantian mengendarai sepeda federal yang kuanggap saja milik suami Ani.” Seperti inilah Bowo dengan segala reaksi hidupnya yang penuh teka-teki. Padahal Bowo tinggal tidak jauh dari rumah Ani. Semua aksi yang terjadi selalu saat berada di kiosnya. Bowo begitu aman tinggal di rumah Mukijo, memang sesekali diteror misalnya dengan orang tanpa identitas menggedor dinding tembok kamarnya. Atau sesekali ada aksi suami Ani lewat mengendarai motornya bersama Ani yang hanya sekilas saja waktunya. Jelas aksi-aksi yang hanya beberapa detik seperti ini sulit bagi Bowo menafsirkannya, lebih-lebih menjadikan pembahasan serius dalam SMS-SMS nya. Bowo sendiri sudah menghindari betul beraksi sepihak di sekitaran rumah Bapak Jonan. Ia berharap cara tersebut terbaca oleh pihak Ani dan suaminya serta anggota keluarga Bapak Jonan masalah selesai sepihak dari dirinya. Bowo penasaran dengan kegiatan lelaki suami Ani. Baru kali ini aktifitas orang yang identitasnya selalu menjadi pertanyaan tanpa terjawab bakalan terungkap. Sekarang yang diperhatikan Bowo adalah kemunculannya pagi hari terutama di jam-jam kerja. Bowo pernah berjumpa di halaman terbuka ruko-ruko Perwita regency yang luas. Sempat menghadangnya walau tak dipedulikan, tetap tak mau kompromi dengan Bowo. Bowo dianggap tidak ada walau selalu diperkarakan, itu fakta dua tahun ini. Itu tidak penting bagi Bowo, yang jelas suami Ani sekarang hadir di Jogja mencoba hidup bersama dengan istri dan anaknya. Dua tahun konflik dengan Bowo tetap bergulir, berarti belum ada tindakan penyelesaian sepihak dari lelaki ini, mungkin karena ia harus berposisi menang sehingga tetap tujuannya harus mencapai tersingkirnya Bowo dari Jogja. “Bila bersepeda kayuh berarti tempat kerjanya tidak jauh....,” kira-kira ini pikiran Bowo. Bowo sering heran karena baru kali inilah suami Ani dalam posisi hadir di Jogja. Selama ini bila ditantang langsung cepat pergi mungkin dengan berbagai alasan yang entah bagi pihak Bowo terlalu bertele-tele. Nah suatu ketika suami Ani beraksi dengan muncul dari mulut gang. Bersepeda federal hijau Aviator, jam 9 pagi, sesuai dengan pikirannya berdasarkan jam kerja kantor. Cepat Bowo memperkirakan dari pakaiannya, apa yang dikenakan akan ketahuan identitasnya. Sayang tertutup jaket tebal sehingga Bowo gagal mengetahui paling tidak semacam atribut atau warna seragamnya. Semua itu penting bagi Bowo karena walau diisukan bergelar magister dari negerinya Ratu Elizabeth tetapi Bowo tak tahu pasti dari Universitas mana. Sedangakan untuk Ani dari aksi manuvernya di akhir tahun 2018 sudah ketahuan kuliah di UAD Ring Road selatan. Sedangkan suami Ani tetap menjadi misteri, dan terkadang Bowo meragukannya. Soalnya dari segala hal lelaki saingannya ini bernuansa lokal walau intelek. Sekarang hal tersebut bakalan terungkap, hari ini belum begitu jelas karena begitu tertutupnya pakaian suami Ani. Juga sore harinya malah suami Ani hanya berjalan kaki menuju warung Kuningan. Juga hanya sebentar saja di dalamnya, mungkin membeli es teh dan makanan kecil. Dari dandanannya yang kaos oblong bukan identitas yang diinginkannya. Dugaan Bowo itu aktifitasnya di rumah Bapak Jonan misalnya bersih-bersih rumah. Yang menyulitkan Bowo setelah suami Ani membeli sesuatu di warung Kuningan muncul sepeda federal hijau Aviator dikendarai orang lain. Menuju kios sembako mungkin membeli rokok. Sepeda federal hijau itu benar-benar yang dipakai suami Ani pagi tadi saat beraksi di seberang jalan depan kios Bowo. “Semuanya semacam isyarat, motor Beat hijau dan suami Ani bersepeda federal hijau.....melecehkan diriku atau simbol perdamaian?” Ya ada dua orang bermotif sama, bulan Juli pertengahan sampai akhir Agustus 2019 itu dilakukan oleh pemuda bermotor Beat hijau AB 4501 UT. Sedangkan suami Ani memperlihatkan diri akhir Agustus beraksi di kios photo copy dengan memperlihatkan semacam berkas agenda kegiatannya sekarang di Jogja. “Seolah-olah keduanya tidak berhubungan, tapi aksi kedua oknum ini modusnya semua berasal dari keluarga Bapak Jonan.” Bowo hanya bisa menduga tetapi jawabannya pasti selalu salah. Satu saja yang paling kuat argumentasinya, sudah terbentuk komplotan sindikat dengan modus praktek teknik ala Bali dengan tujuan menyingkirkan dirinya dari sekitaran tempat tinggal lelaki suami Ani. Kategorinya masuk tindak pidana karena modus seperti ini banyak terjadi di daerah Bali dan Nusatenggara Barat. Bowo beberapa kali kirim SMS, “Saya menyesali tindakan-tindakan dari lelaki suami Mbak Ani karena terindikasi tindak pidana. Padahal masalah ini bisa diselesaikan internal sampean sekeluarga sendiri. Saya tetap menuduh telah terbentuk komplotan sindikat human traficking ala Bali.” Bowo terus mengulangi karena sudah mentok argumentasi, itu sudah yang paling tingginya dari bentuk kriminalitas yang diketahui masyarakat. Bowo mengembangkan argumentasi ke arah ini, soalnya bila dari sudut lain ia telah kalah perkara banyak sekali, hanya bisa minta ampun terhadap suami Ani karena berani menentangnya. Lelaki suami Ani baru terlihat sekali jejaknya selama awal 2019, muncul Maret sebulanan beraksi di depan Bowo mendapat perlindungan penuh anggota keluarga Bapak Jonan. Pokoknya Bowo cuma merasa dikeroyok habis-habisan, tak mungkin menang perkara....Lucunya kok ya suami Ani minggat di bulan April, jadinya Bowo yang merasa menang walau hanya ditingkat perasaan. Sekarang muncul akhir Juni, Juli, Agustus sampai September ini beraksi terus menyerang psikis Bowo dengan berbagai aksi manuver, yang pasti Bowo melihat dengan mata kepala sendiri telah terbentuk komplotan sindikat sebagai latar belakang perilaku negatif suami Ani. Bowo mengagumi lelaki ini dari sudut pembelaan pihak keluarga Bapak Jonan. Seluruhnya membela mati-matian dari Ani, Ibu Jonan, Istri Udin, putri Udin yang masih remaja, Udin sendiri yang sudah ketua RT, dan Jodi yang entah sudah jarang sekali memperlihatkan diri di kampungnya sendiri. Berarti reputasi lelaki suami Ani memang hebat.....tak tertandingi, flamboyan, dan paling benar sendiri. Bowo....dengki, sirik! Bowo sudah tidak berdaya, tunduk oleh status tinggi lelaki suami Ani. 24 September 2019, Bowo sudah mencatat beberapa kali sebelumnya suami Ani beraksi mengendarai sepeda federal hijau Aviator. Terutama beberapa kali bertemu di jam 9 di halaman parkir komplek ruko Perwita Regency. Atau pagi hari sebelum jam 8 mencari sarapan, sore paling ya kebutuhan harian. Yang sebal jaraknya jauh, Bowo tak menganggap penting pergerakan suami Ani. Pagi sebelum jam 9 nampak suami Ani dari ruas jalan lain berhenti sebentar menyeberang. Kali ini firasat Bowo tepat, lelaki muda bercambang lebat ini beraksi tepat melintas depan kios Bowo. Terasa oleh Bowo, lelaki suami Ani membanggakan sesuatu apa yang telah diperolehnya selama ini, termasuk kegiatannya terakhir ini. Sesuatu yang tidak mungkin bakalan diraih Bowo seumur hidup. Jadi suami Ani yakin mampu mengalahkan Bowo dengan metode-metode yang dilakukannya dengan beraksi langsung dihadapan pesaing hidupnya. Bowo hanya yakin, semua yang terjadi di depan matanya bukan bentuk penyelesaian masalah diantara mereka berdua, pasif. Tentu saja walau beraksi pemuda bermuka sedikit botak itu tak peduli pada Bowo. Melintas seolah-olah masalah yang terjadi adalah salah paham dari pihak Bowo, ia lewat adalah bentuk penyangkalan dari segala tuduhan buruk Bowo terhadapnya dan ia santai saja dituduh demikian sekian tahun. Berarti pemuda ini merasa menang..... Bowo memandang pakaian yang dikenakan lelaki suami Ani. Ada seragamnya tapi tertutup rompi tebal, berupa kaos lengan pendek. Ah ada secarik bawahan kaosnya terjulur mungkin lupa dimasukan dalam celana panjangnya. Bowo mengenali kaos seragam seperti ini, banyak beredar di sekitarnya karena lokasinya dekat saja, Bowo tertegun.... “Itu seragam kursus mekanik motor Hendriansyah,” katanya sendiri tak percaya. Langsung Bowo mendapatkan semacam celah menyerang posisi suami Ani, dikirimnya SMS pada nomor Ani, “Ada aksi suami Mbak Ani di depan kiosku, ketahuan olehku berseragam kursus mekanik motor Hendriansyah. Kok cuma seperti tingkatannya?” Bowo geleng-geleng kepala, makanya suami Ani dari dulu sulit diketahui identitasnya. Satu bagian ternyata terkuak di depannya sekarang. “Bila hanya di lembaga kursus mekanik motor tak perlu ijazah S2 menggapainya. Berarti suami Ani tidak mencapainya, itu malah menjatuhkan kehormatannya sendiri di depanku.” Bowo gregetan sendiri dengan kenyataan yang dihadapinya selama ini. Satu tuduhan spontan meluncur, “Berarti selama ini suami Mbak Ani melakukan tindakan Pembohongan Publik di masyarakat, sangat tercela!” “Saya berani menuduh pembohongan publik karena yang ditipu bukan cuma saya, tetapi telah menyebar di warga sekitar.” Bowo tahu beberapa warga yang pernah mencoba konsultasi karena menjadi kasepuhan. Saat konsultasi kandas karena adanya berita yang menyebar ketinggian status suami Ani yang kabarnya mencapai S2 di Inggris. Semua orang tua tersebut memperingatkan Bowo agar segera menyudahi perkara karena tidak mungkin dirinya yang diperkarakan oleh keluarga Bapak Jonan yang dihormati semua warga sekitar. Bowo paling terdampak dari status palsu suami Ani ini. “Mulai hari ini harga diri suami Mbak Ani jatuh di mata saya. Saya tidak perlu memperhitungkannya dalam penyelesaian konflik karena memang kemampuannya di bawah standar.” “Saya sekarang lebih menghargai posisi saya di eks kampus Stiekers, ternyata kami yang hanya PKL lebih jujur berjuang merubah nasib, tujuan kami hidup lebih mulia dari seorang pelaku Pembohongan Publik.” Bowo sekarang tahu bentuk konspirasi modus keluarga Bapak Jonan, sangat tercela di masyarakat. Akibat pembohongan publik seperti ini segala kepercayaan terhadap mereka jatuh. Itu suatu hal yang ironis dilakukan keluarga yang selalu mencoba menjaga kehormatan sebagai status tertinggi. “Rupanya masih banyak bentuk-bentuk lain setingkat pembohongan publik dilakukan suami Ani dan keluarga Bapak Jonan, aku menjadi saksi terurainya masalah yang coba ditutup-tutupi selama ini.” “Ck ck ck karena banyak berbohong seperti ini satu-satunya jalan agar tidak terbongkar aku yang harus disingkirkan dengan segala cara, itu tujuan seluruh keluarga Bapak Jonan dan menantunya.” Ada perasaan lega karena musuh yang identitasnya gelap ini sulit diketahui maksud dan tujuannya bila bentrok dengan Bowo. Pantas saja bila lelaki suami Ani berusaha menyalahkan Bowo sampai tersingkir saat belum ketahuan belangnya. Bila Bowo tersingkir sejak tahun 2016 tentu menantu Bapak Jonan leluasa menyatakan kemenangan dan merusak hingga menghina nama baiknya di tempat umum seenak udelnya. Makanya pergerakan menyingkirkan Bowo sebisa-bisa menjadi rahasia keluarga besar tersebut. Sampai sekarang rahasia tersebut masih bergulir yang bila terbaca di pihak Bowo adalah sampai dirinya terdongkel keberadaannya dari kios stempel deretan kios eks kampus Stiekers. Hal seperti ini pernah dikeluhkan Bowo kepada beberapa kenalannya pengusaha di eks kampus tapi tidak mendapat tanggapan, apalagi karena kasusnya urusan cewek si Ani, bilang tetangga kiosnya, “Wah berarti Bowo paling ganteng sendiri di sini, selalu diuber-uber cewek bahkan biarpun sudah jadi istri orang.” Begitulah pandangan tetangga sekitarnya bila Bowo menceritakan kesulitannya mempertahankan kios stempel di deretan eks kampus Stiekers. Fakta yang ada malah Bowo yang mbagusi.....(kemaki, kere munggah bale dll). Terakhir Bowo SMS terhadap fenomena maya di depannya tentang identitas suami Ani, “Mulai sekarang saya tidak menganggap tinggi derajat lelaki suami Mbak Ani, kuharapkan juga ada itikad baik darinya menyelesaikan masalah internal sampean berdua sendiri. Kurangi segala sikap permusuhan terhadap saya, nwn.” Bowo pulang ke tempat kontrakannya tanpa ada kehadiran anggota keluarga Bapak Jonan sore itu, aman. 25 September 2019, Saat duduk di bangku plastik kios Bowo merasakan kehadiran seseorang mendekati. Ya mendekati, tentu Bowo tidak mengenal lelaki ini yang hanya datang sedikit berdiri tegak di depannya kemudian berlalu. Bowo memperhatikan ke arah mana lelaki yang barusan mendekatinya itu menuju, masuk ruas jalan masuk kampung. Bowo tahu sedikit, lelaki ini sering mengendarai sepeda federal hijau Aviator milik suami Ani. Berarti pergerakan lelaki yang mungkin teman suami Ani semacam isyarat dari pihak suami Ani terus berperkara, mungkin semacam peringatan keras terhadapnya. Sekarang malah terbuka jadinya, ada dua pengendara sepeda federal hijau Aviator milik suami Ani. Berarti itu teman akrabnya di kursus mekanik motor Hendriansyah. Itulah jejak suami Ani, Bowo ingat pernah memotret dan mengupdate di medsos keberadaan sepeda federal hijau di kios photo copy samping gang akhir bulan Agustus. Ternyata suami Ani menyatakan dirinya dalam suatu aktifitas baru di Jogja berupa kursus mekanik motor, hal yang jelas sulit bagi Bowo menduga karena hanya berdasarkan bahasa tubuh dan isyarat belaka, wah Bowo kan bukan ahli ilmu melihat kejadian masa datang wkwkwkwk. Oh kursus mekanik motor Hendriansyah..... Itu kursus ternama di Jogja dan mungkin di Indonesia. Hendriansyah dikenal sebagai pebalap motor cros di Indonesia. Berbagai kejuaraan dalam negeri maupun luar negeri sudah dijajalnya. Karena hobinya itu kemudian mendirikan usaha yang berkaitan dengan dunia balap motor, namanya berkibar dalam group Hendriansyah. Bowo tahu ada beberapa toko miliknya, berupa toko asesoris bengkel suku cadang onderdil motor balap dan di belakangnya yang luas sebagai tempat latihannya. Hendriansyah mengembangkan usahanya mendirikan lembaga kursus mekanik motor. Ada beberapa cabangnya, dari segi biaya kursus paling mahal karena ketenarannya. Jadi suami Ani berlabuh di lembaga kursus mekanik motor maksudnya adalah tetap meninggikan statusnya. Kursus yang bonafid, karena bila kursus di lembaga ini paling sedikit biayanya dua puluh lima juta hingga lima puluh juta setahun. Entah benar tidaknya....yang jelas slogannya, “Belajar kapanpun sampai bisa.” Tapi bagi Bowo itu bukan gengsi, kursus mekanik motor biar bonafidnya bagaimanapun tetap tidak memerlukan ijazah pendidikan tinggi. Jadi buat apa suami Ani memiliki gelar magister kalau akhirnya cuma lari jadi montir sepeda motor. Di sini jatuhnya harga diri suami Ani di mata Bowo. 26 September 2019, Pagi-pagi sudah ada pemesan stempel, karena minta cepat Bowo pun segera meninggalkan kios menuju kios seting komputer. Biar bagaimanapun sulitnya Bowo tetap bekerja, toh sudah setengah abad hidupnya tidak menjadi kaya. Berarti bekerja memang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan berkarya. Sampai saat inipun andalan Bowo masih berupa sepeda kayuh, cukup menguras tenaga walau menghemat biaya. Mungkin gara-gara irit makanya awet tinggal di Yogyakarta, itu belum bayar rumah kontrakan yang sudah sangat murah untuk ukuran Jogja. Lewat arah selatan, siapa tahu ketemu dengan suami Ani di jam berangkat kursus mekanik motor. Memang kursus motor Hendriansyah ini termasuk terkenal. Banyak peserta kursus dari luar Jawa sampai ngekos di beberapa kampung sekitar. Terlihat saja beberapa orang berseragam kursus gonta-ganti ke kios photo copy dengan berbagai keperluannya. Eeeehhh.... Bowo berhenti di sebuah kios buah-buahan Perwita Regency. Ada sesuatu yang menarik hatinya, itu motor Honda Beat lawas dikenalnya milik Ani parkir. Benar perhatian Bowo tertuju pada Ani bersama ibunya sedang memilih-milih buah segar. Bowo mendekati perempuan-perempuan yang masih ada ganjalan hidup karena konflik tak terselesaikan. Cinta....Iya Bowo mengakui. Tapi apa bisa dilanjutkan, tidak! Sekarang Bowo berada paling dekatnya dengan perempuan yang mampir dalam hidupnya mencapai segala sayang-sayangan berbarengan konflik benturan nilai dan pergulatan antara kebenaran, kesalahan, etika dan moral. Contohnya ya seperti sekarang bertemu Ani di kios buah. Bertemu langsung jadinya Ani adalah hak miliknya, itu menjadi masalah bagi Bowo karena Ani tidak melihatnya. Yang tahu hal tersebut ibunya, serba salah saat hadir Bowo di dekat mereka. Aninya belum tahu, walau Bowo hanya dua meter di depannya. Lucunya ketika melihat Bowo berada di dekatnya tidak terkejut. Memandang sebentar, membelakan matanya yang indah kemudian memilih-milih lagi buah yang akan dibelinya. Adegan tersebut berlangsung dua tiga menit, Bowo leluasa memandang perempuan yang menjadi konflik puluhan tahun ini, menjadi dilema karena tidak kunjung memberi kepastian.....TOLAK, beres! Perilaku Ani terhadapnya tidak pernah mencapai penolakan, satu bentuk penyerahan diri pasrah terhadap Bowo. Kalaupun lari berjingkat, itu mengundang Bowo untuk terus mengejar dan mendekatinya. Selalu terbaca seperti itu, nun jauh di hati perempuan ini tetap menikmati sensasi dari pancingannya tertuju pada Bowo apapun akibatnya bagi lelaki yang puluhan tahun ini hadir di sekitar lingkungan hidupnya. Ada bagian sensitif Ani yang tidak pernah tersentuh suaminya, hanya kepada Bowo hal tersebut diserahkan. Bowo yang puluhan tahun kebat-kebit melalui berbagai rintangan hanya untuk disebut sebagai lelaki normal, berjuang menaklukan dirinya sendiri. Ya seperti sekarang, di sadel sepeda memandang Ani dan ibunya, bila ketahuan pengunjung lain bakalan kena tegur. Hatinya sendiri jengah karena statusnya di hadapan ibu dan putrinya ini pengganggu, selalu buruk memikirkan resikonya. Perasaan risih bermunculan.... Sekali saja ditegur orang, Bowo kehilangan muka. Sadar akan hal itu Bowo melanjutkan perjalanannya, toh aksinya di depan Ani dan ibunya bakalan berbuntut panjang. Tidak akan selesai saat itu juga. Padahal itu tidak disengaja Bowo, hanya suatu kebetulan ia mendapat order stempel minta cepat, jadi ia segera mencoba memenuhinya pagi-pagi, mungkin di luar dugaan Ani dan ibunya berbelanja buah. Karena kepergok Bowo, esoknya hari Jumat muncul Ibu Jonan sengaja memphoto copy. Coba baca apa maksud beliau beraksi setelah perjumpaan di kios buah Perwita Regency. Untuk Bowo terbaca Ibu Jonan hadir diantara semua pihak yang bertikai menenangkan keadaan. Beliau semacam jaminan agar tidak terjadi keributan diantara semua pihak. Sayangnya Bowo tahu kepentingan Ibu Jonan hanya untuk keluarga besarnya, tidak pernah ada keadilan atau kebijaksanaan terhadapnya. Sabtunya, yah yang muncul Udin. Itu pagar betis, siapapun yang hendak mengganggu keluarganya hadapi Dia, biar adu kekerasan sekalipun. *** 7 Oktober 2019, Suami Ani muncul kembali dari mulut gang, kali ini bersepeda motor, sempat berhenti sebentar di mulut gang memberi kesempatan pada Bowo melakukan aksinya. Dan itu berarti aksi lelaki ini menekan kembali tertuju pada Bowo dalam perseteruan. “Kembali tampil terpelajar......,” Bowo merasakan sinyal ini. Aksi suami Ani kali ini seperti penuh paksaan. Memaksa Bowo membaca suatu argumentasi dengan penampilan dan bukti, bahwa ia membantah berbagai peristiwa yang terjadi bulan sebelumnya. Jadi ia membantah persangkaan Bowo bahwa dirinya tidak mencapai S2 gara-gara ikut kursus mekanik motor. “Justru langkah itu strategi di Yogyakarta ini berarti mengalami kegagalan gara-gara aku mampu membongkar ketinggian gengsinya.” Terbongkar oleh Bowo karena kursus mekanik motor seperti itu tidak membutuhkan sekolah sampai S2 maka berarti jatuhlah harga diri pemuda suami Ani di mata Bowo. Itu yang tidak diinginkan semua anggota keluarga Bapak Jonan. Sekarang muncul terpelajar lagi walau tanpa atribut, jadinya Bowo berkesimpulan telah berhasil menggagalkan langkah-langkah suami Ani di Jogja. Kemungkinan tadinya dengan ikut kursus selain bisa mendongkrak harga dirinya juga menjadi bekal mencari penghasilan di Jogja. Tak tahunya harga dirinya yang mati-matian dipertahankan jatuh begitu saja di mata Bowo. Makanya sekarang tampil seperti dulu lagi, penuh misteri karena identitasnya belum ketahuan oleh Bowo. “Bayang-bayang maya, semuanya semu......,” Bowo geleng-geleng kepala. Semua hanya dugaan tanpa bukti, bergulir terus tanpa diketahui faktor penentunya. “Wong harusnya keluarga inilah yang menghentikan, aku cuma terdampak saja diseret terus dalam urusan internal keluarga Bapak Jonan.” Oh suami Ani sudah meluncur pergi, tapi membawa pengaruh perseteruan dengan pemuda ini masih tinggi, masih menegangkan buat pihak Bowo. Nah siangnya muncul sepeda hijau federal aviator dikendarai satu orang yang kemarin pernah mendekati dirinya di kios. Aktifitasnya cuma beli sebungkus rokok di kios sembako. Cukup menarik karena untuk beraksi di depan Bowo kios ini menjadi tempat mangkal seluruh anggota keluarga Bapak Jonan dan suami Ani serta anggota komplotannya. Yah dari pandangan luar kios sembako ini cukup laku dibandingkan usaha sejenis karena buka tutup dan berganti-ganti pengusahanya. Bowo kini tahu walau cuma berdasarkan perasaan, dimata-matai. Begitu juga esok harinya berseliweran seorang lelaki berbeda tapi mengendarai sepeda federal hijau Aviator. Biarpun tidak mempedulikan Bowo tetapi besar kemungkinan memantau keberadaannya di kios stempel. Bowo yang gregetan, akhirnya memotret orang tersebut. Lumayan buat dokumen dan diupload di media sosial, bisa mengisi lini masanya dengan berbagai peristiwa nyleneh yang dihadapi. Soal benar tidaknya.....Bowo tahu hal tersebut menjadi tingkat kesulitan bagi pihaknya. Tidak ada data identitas satupun orang-orang yang terasa telah melakukan berbagai tindakan tertuju padanya. Misalnya memantau, mengawasi, berpura-pura membeli sesuatu di kios sembako, membeli makanan di warung Padang, Siomay, Gudeg dll. Selasa sorenya Bowo tidak sengaja bertemu dengan suami Ani di kios photo copy. Bowo membeli nota blok dan pulpen lebih dulu mencapai kios photo copy. Nah sebuah sepeda motor mendatangi kios, suami Ani sedikit terperanjat saat parkir. Tidak mengira akan bertemu Bowo tepat waktunya bersama di kios photo copy. Bowo sempat menganggukan kepala kepada suami Ani, “Silakan Mas,” Bowo berkata kepada pemuda ganteng yang kali ini cambangnya bersih, harum parfum lumayan menjadikannya kaum metroseksual. Suami Ani tidak berkata apa-apa, karyawan photo copy yang melayani. Bawaan map suami Ani sempat dilirik Bowo, ada saja berkas berlogo tapi sulit diidentifikasi, berbagai surat penting keluarga dan foto copy semacam organisasi Peradi (Perhimpunan Advokat Indonesia). Mungkin semacam proposal atau entahlah, selama ini Bowo beberapa kali diperlihatkan dokumen milik Ani dan suaminya tanpa kejelasan apapun. Mereka seperti sengaja memperlihatkan hanya untuk menyatakan ketinggian derajat, suatu hal yang telah mati-matian dijaga selama ini di depan Bowo. Di bagian ini Bowo sering terguncang batinnya, betapa hebatnya status menantu Bapak Jonan ini. Hampir seluruh hidupnya berada di situasi penting dan formal. Apa-apa yang dilakukannya tak mungkin disamai Bowo. Perbandingannya.....suami Ani memphoto copy berkas-berkas penting dan formal, Bowo cuma beli pulpen dan note block untuk kebutuhan usaha stempelnya. Terlalu dalam jurang perbedaan diantara keduanya. Tapi Bowo telah menjatuhkan harga diri orang ini. Sekarang lelaki suami Ani mati-matian mengangkat harga dirinya dengan melakukan bentuk-bentuk manuver tentang ketinggian derajatnya langsung di depan Bowo. “Ha Ha Ha.......!!!” Bowo tertawa dalam hati ketika meninggalkan kios photo copy. Dan hari-hari selanjutnya lelaki suami Ani tidak pernah terlihat mengendarai sepeda federal hijau Aviator. Tampil kembali sebagai seorang lelaki terpelajar yang entah bagi Bowo belum tahu sebenarnya jati diri pemuda ini. Namun hari-hari berikutnya Bowo merasakan tekanan keras terus berdatangan dari seluruh anggota keluarga Bapak Jonan dan lelaki suami Ani. Tujuan paling terasanya bagi Bowo ialah dirinya harus tersingkir dari Jogja dengan mengobrak-abrik mental sampai menyerah atau pasrah dan tidak memiliki alasan bertahan hidup di kiosnya mencari penghasilan. Ya mereka tahu andalan Bowo dalam hidup hanya dari kios stempel. Bila Bowo tidak nyaman hidupnya di kios atau terancam hingga ketakutan maka akan menyingkir dengan sendirinya. Pergerakannya yaitu keluarga Bapak Jonan dan komplotannya sudah mencapai teror, dalam perhitungan mereka keadaan Bowo hanya tinggal menghitung berapa daya tahan di kios stempel, hitungannya ada semacam target setahun ini. Ini karena suami Ani hadir di tempat tinggal yang sekarang telah berdiri rumah yang dibangun dengan biaya dari pemuda ini. Itu yang dipertahankan mati-matian walau dengan praktek busuk yang bila dari kaca mata Bowo adalah praktek sindikat human traficking ala Bali. Sekarang hal tersebut terus berlangsung....... Bowo berteori, suami Ani setelah lepas dari kursus mekanik motor Hendriansyah memiliki dua anggota. Memang kemungkinan hanya solidaritas pertemanan, tetapi dimanfaatkan dengan semacam upah untuk beraksi mengganggu Bowo dalam berbagai aksi dan manuver, keduanya berganti-ganti mengendarai sepeda federal hijau Aviator. “Sekarang dimana pemuda bermotor Beat hijau AB 4501 UT, bulan September tidak menampakan diri mungkin misinya dianggap selesai. Suatu ketika bisa muncul karena kemungkinan mendapat upah untuk merecoki diriku.” Pemuda bermotor Beat hijau AB 4501 UT hanya aktif pertengahan Juli sampai tanggal 31 Agustus. Kini bulan Oktober awal, perannya belum nampak lagi. Padahal perannya bagi Bowo terasa mengancam sekali dibandingkan dua lelaki berkendara sepeda federal hijau Aviator. Mungkin perannya sampai eksekutor, penyeret Bowo dalam masalah pertikaian bentuk lain hingga Bowo terusir, bila perlu dengan tindak kekerasan. “Bila warga biasa tentu sudah ketahuan identitasnya,” Bowo berujar sendiri. Oh ya Bowo jadi tahu keadaan suami Ani, ini penting bagi dirinya. Itu menjadi identitas bila beraksi, motor suami Ani memiliki ciri khas yang berbeda dengan milik pengendara lain. Mungkin itu semacam kebanggaan keluarga mereka. Kekurangan Bowo selama ini adalah identitas orang-orang yang memperkarakannya. Almarhum Bapak Jonan cukup jelas, tapi itu sudah berlalu. Udin sudah diketahui karena menjadi ketua RT, namanya panjang berunsur dominan Islam. Karena tidak tahu identitasnya status-status di medsos untuk setiap pelaku disebutnya dengan inisial, misalnya Ani perempuan X, Ibu Bapak Jonan Keluarga XX, dan suami Ani sebagai si B, pengendara motor Beat hijau AB 4501 UT si C, dan yang sedikit terjelaskan si Udin saja. Tapi semua itu juga untuk etika di dunia maya, tidak elok menyebut identitas seseorang karena bisa mencapai tindak pidana pencemaran nama baik dan fitnah. Apakah hal tersebut sudah berlangsung? Kenyataannya keluarga Bapak Jonan dan menantunya memperkarakan dirinya sangat bandel, tidak pernah tercapai penyelesaian mencapai perundingan. Padahal dari sudut unsur pertikaiannya pihak satu dan pihak dua sudah tercapai, hal seperti ini yang membuat Bowo menuduh suami Ani melakukan praktek tindak pidana human traficking ala Bali walau semuanya masih bayang-bayang maya. Walaupun konflik masih bergulir, mungkin bahkan masih tinggi tensinya untuk sementara ini Bowo cukup puas, mampu menjegal langkah-langkah suami Ani menyingkirkan dirinya. Yaitu menjatuhkan harga diri lelaki saingannya ini karena ketahuan hanya kursus ketrampilan mekanik motor. Jelas kuliahnya yang S2 tidak mencapai. Jadi tuduhannya tetap suami Ani telah melakukan tindak pembohongan publik tak mampu dibantah suami Ani dan keluarga Bapak Jonan. Bowo menjadikannya sebagai poin penting, suami Ani mati langkah di Jogja. BAB 13 Selubung Tirai Bowo duduk di kursi plastik membelakangi etalase, terdiam lama dengan pandangan mata tertuju pada mulut gang. Itu sudah menjadi semacam kejiwaan karena dari mulut gang tersebut bisa mendadak muncul siapa saja seseorang menyerang mentalnya. Hal tersebut bisa mendadak terjadi, orang-orang yang memusuhinya ini bergerak pasti memperkarakan dirinya, cuma kapan......, ya selera mereka. “Hei!” Seorang sepuh bersepeda onthel menegurnya. Orang tua ini dari kios photo copy samping gang menyeberang jalan langsung menyapa dirinya. Bowo tersentak, biarpun tidak kaget agak kesulitan menyahut. “Melihat siapa dari tadi, seperti tertuju padaku di kios itu. Kayak gak kenal saja kamu denganku!” Orang tua dikenalnya sebagai office boy di sebuah kantor ini menegur Bowo karena tingkah lakunya yang tidak wajar. “Oh ya, maaf....maaf,” Bowo tergagap tahu keadaan dirinya menjadi sorotan orang tua ini karena perilakunya. Ah orang tua tersebut memaklumi saja tingkah Bowo yang tidak wajar, terutama karena beliau juga sibuk dengan berkas-berkas yang harus diserahkannya pada pemimpin kantor. Beliau segera melaju menuju kantor sebuah PT distributor barang supermarket. Semua masalah yang dihadapi Bowo telah mempengaruhi kejiwaannya. Walau bagaimanapun ia manusia biasa, salah satu yang paling menyulitkannya bergaul, menjadi pengkhayal tingkat tinggi. Sedangkan ketegangan jiwanya karena terus menerus bentrok dengan orang-orang yang memperkarakannya Bowo melihat dari sisi lain. Misalnya minat baca buku, koran dan lain-lain turun drastis. Semua hal yang dialaminya menimbulkan rasa cemas, dan mungkin depresi. “Salah-salah bisa gantung diri,” ujarnya sendiri ngeri. Mungkin itu juga tujuan keluarga Bapak Jonan memperkarakannya, itu sudah menjadi metoda ajaran orang tuanya terutama dari Bapak Ibu Jonan. “Tapi bila mempraktekannya tidak semua orang mampu, kemampuan seperti ini hanya bisa dilakukan orang-orang psikopat karena membutuhkan kekejian dan penyiksaan terhadap orang yang diincarnya.” Inti masalah ini sudah didapatinya akhir 2016, karena upayanya menyelesaikan masalah tidak menghasilkan apapun, malah terus bergulir sampai saat ini, sesuatu yang tidak wajar hidup di dunia. Tapi tak apa-apa, jiwanya masih tegang dan labil, untuk latihannya ternyata sudah normal. Bahkan tetap membanggakan diri Bowo karena berhasil mempertahankannya hingga menjelang usia setengah abad ini. Ibaratnya bila dirinya tidak berlatih, olah raga atau kegiatan fisik sesungguhnya fisiknya sudah didera berbagai penyakit. Memasuki masa geriatri dirinya tahu fisiknya semakin ringkih, satu-satunya jalan makanya dengan olah raga dan kegiatan kreatif. Latihannya cukup semangat, dari satu sesi ke sesi lain tidak terhalang rasa enggan. Berarti ketegangan-ketegangan yang terjadi masih menyisakan ganjalan di hati dalam minat yang membutuhkan pikiran, misalnya membaca. Saat sekarang ketika mendapat teguran dari orang tua yang memphoto copy itu menunjukan tingkat khayalan Bowo terlalu tinggi. Sedangkan olah raga adalah dunia fisik paling nyatanya, tak mungkin pikiran membohongi diri sendiri saat berlatih fisik materi apapun. Keengganan menggerakan fisik selalu ada, terutama di pagi hari saat bangun tidur. Rasa pesimis karena bakalan melakukan aktifitas berat dari satu sesi ke sesi lain adalah penghadang utama. Baru setelah dimulai dan mampu menyelesaikan satu sesi maka sesi yang lain terus mengikuti hingga tunai seluruhnya. Jadinya Bowo jogging menuju Alun-alun kidul pagi hari. Jogging di Alkid terbilang paling nyamannya, ini bukan untuk Bowo saja. Buktinya mayoritas pengunjung Alkid menyatakannya. Jogging satu dua putaran lapangan atau hanya jalan-jalan melemaskan kaki. Desain alun-alun selatan ini cocok untuk satu putaran lari jarak empat ratus meter. Jika Bowo mampu sepuluh putaran maka akan tercapai jarak 4 km, sebanding satu jam jalan kaki. Banyaknya pengunjung yang melakukan jogging juga memacu semangat tersendiri, terjadi semacam persaingan balapan walau sulit menjadi ukuran juara. Soalnya masing-masing menempuh rute jarak dan kecepatan berbeda. Jumlah orang yang banyak hingga terjadi kerumunan satu kegiatan menjadikan perasaan seolah-olah tersaingi hingga memunculkan semangat tersendiri menyelesaikan rute tempuh. Di akhir jogging Bowo sekelebatan melihat sepeda motor Beat hijau mirip orang yang pernah beraksi manuver di depan kiosnya. Pengendaranya bukan pelaku aksi manuver tetapi segera terpikir Bowo nanti membuat SMS, semacam pancingan. Bila dalam sinetron kegiatan Bowo jogging di tempat umum akan diperlihatkan atau diadegankan bertemu cewek cantik. Kemudian bisa kenalan dan bahkan sampai akhirnya terjadi konflik dengan klimaks happy ending atau berakhir tragis. Dalam kenyataan hal tersebut tidak akan terjadi, begitu seorang individu entah lelaki atau perempuan berada di tempat umum, masing-masing akan membuat perlindungan jiwa sendiri-sendiri. Paling-paling ketemu teman atau sanak saudara baru bisa berkomunikasi bebas. Jadi Bowo tidak pernah berpikir bakalan dapat cewek ayu di Alkid, ini dunia nyata bukan bayang-bayang maya episode hidup yang sedang dijalaninya. Ke Alkid jogging pulang ke rumah kontrakan Mukijo jalan kaki nyeker. Ini gaya hidup Bowo, bukan kelas tinggi bahkan boleh disebut primitif. Tapi konsepnya sama dengan yang dilakukan kursus yoga, kursus senam aerobik, Bina Raga, komunitas sepeda dll. Beginilah Bowo...... Sampai di tempat kos Bowo berpikir juga, rasanya urusan dengan Ani dari sudut hatinya sudah selesai, tetap berproses tapi tujuan akhirnya adalah penyelesaian sepihak darinya. Tak mungkin memasukan Ani terus sebagai masalah hidupnya biarpun wanita tersebut misalnya menjadi istrinya sekalipun. Pasti ada masalah lain bergulir dengan keadaan berbeda, dan harus dari sekarang! “Emangnya perempuan lain tidak berhak kudekati.....?” Bowo pun mengambil hal posisif, ini keputusan paling nalar dan normalnya biar bagaimanapun. Mulailah Bowo menulis SMS dan segera dikirimkannya ke nomor milik Ani, “Saya melihat sepeda motor Beat hijau AB 4501 UT di sebuah lokasi di kawasan kota, saya tahu betul hal ini.....” Bowo menulis untuk pancingan karena harus mendapat bukti kuat sesuatu. Setelah itu Bowo istirahat total, tidur siang sepuasnya. Hari Senin tentu Bowo kembali buka kios stempel. Memang mau apalagi di Yogyakarta sebagai perantauannya, hanya ini tempat mencari penghasilan. Dan kiosnya yang kemudian menjadi sasaran serangan-serangan berbagai aksi anggota keluarga Bapak Jonan. “Aku berharap ada penyelesaian, tapi sekarang masih bergulir. Kemungkinan inilah pergerakan suami Ani membuktikan dirinya mampu mempertahankan rumah tangganya.” Penyebab utamanya adalah klaim Bowo yang tetap menyatakan Ani sebagai hak miliknya karena beberapa sebab. Bukan bantahan tapi balasan aksi pihak keluarga Bapak Jonan bertujuan mengusir dirinya dari Yogyakarta atau dari kiosnya saat ini sebagai mata pencahariannya. Senin 14 Oktober 2019, Buka kios dan menungguinya, itu rutin setiap hari. Bowo tidak sendirian, walau teman sesama usaha stempel lebih siang datangnya tapi bila sudah buka ya harus sabar mendapatkan pengunjung. Bowo tidak mendapatkan pengunjung pemesan stempel tetapi di kejauhan jarak 50 meter datang seorang bersepeda motor Honda Beat hijau AB 4501 UT di kios sembako seberang jalan. Bowo tidak terkejut, semuanya terjawab karena hari Minggu pagi ia SMS menyatakan melihat pergerakan pemuda ini walau berupa rekaan saja, jenis motornya sama tetapi pengendaranya berbeda. Berarti SMS nya terbukti cukup ampuh sebagai strategi agar orang-orang yang memperkarakannya memperlihatkan diri. Pemuda bermotor Beat hijau ini terlihat hanya berhenti saja di depan kios sembako, tidak masuk berbelanja apapun, berarti membenarkan pernyataan Bowo hari Minggu setelah Jogging di Alun-alun kidul. Pemuda yang dicurigai Bowo sebagai anggota komplotan sindikat yang beroperasi di Yogyakarta, jelas itu atas perintah sang pemimpinnya. Kemungkinan adalah suami Ani yang tak pernah membantah tuduhannya. Ini penampilannya setelah sebulanan lebih menghilang, Bowo anggap tujuannya mengecoh Bowo agar perhatian dan perkaranya beralih pada pemuda ini sudah gagal sehingga mundur dengan sendirinya. Tampaknya karena di SMS Bowo maka diperlihatkan lagi mulai menghadapi Bowo. Tapi Bowo sendiri hanya menduga berdasarkan versinya, entah di sana tujuannya sampai dimana Bowo tak tahu menahu. Soalnya bergulir terlalu njelimet, selalu berakhir dengan masalah inti konflik pribadi dengan Ani. “Seperti apapun pemuda ini hanya pembantu, tingkatnya kroco suruhan saja. Tapi bila berhasil memancing diriku maka bisa menjadi eksekutor.” Bowo tidak memandang lama pemuda bermotor Beat hijau ini, dalam posisinya akan konyol bila memperkarakan lelaki yang identitasnya gelap, melakukan provokasi terhadap dirinya selama pertengahan Juli hingga Agustus akhir, setelah itu lenyap. Sekarang muncul lagi seiring Bowo menyinggungnya dalam SMS terhadap nomor Ani. Berarti semuanya tetap terhubung, dan akan terus memprovokasi Bowo sampai tujuan utama mereka sukses. Tidak lama pemuda bermotor Beat hijau ini beraksi seolah tetap berperkara dengan Bowo. Setelah itu kembali melaju setelah memasang helmnya. Hanya seperti itu aksi pemuda bermotor Beat hijau ini, memperlihatkan diri dan memprovokasi modusnya dan selalu beriringan dengan konflik yang dihadapinya. Sekali Bowo menyalahi pemuda ini, di belakangnya semua sudah siap anggota lainnya membuat keributan yang akhirnya Bowolah yang dianggap bersalah oleh warga sekitar. Kira-kira seperti itu tujuan munculnya pemuda bermotor Beat hijau AB 4501 UT ini. Setelah kemunculan pemuda bermotor Beat hijau ini tidak ada lagi aksi dari anggota keluarga Bapak Jonan. Ini yang terkadang membuat Bowo lega, berarti bisa dianggapnya selesai walau meragukan. Tetap saja dugaan Bowo salah, tanggal 18 Oktober hari Jumat suami Ani beraksi di depan kios Bowo. Sekarang Bowo mencoba memperhatiakn motor yang dipakainya, berhasil Bowo mendapatkan nomornya AB 6335 VL. Rupanya sampai dua kali suami Ani menggertak Bowo dengan melewati kiosnya. Bowo sampai tahu jenis motor suami Ani Vega dan berciri khas yaitu ada kaca depannya, sebuah selera tinggi terhadap motor yang dipakainya yang berarti aset miliknya ini selalu dalam perawatan khusus. Rasanya cukup Bowo mengetahui bagian-bagian ini, soalnya awal 2019 terutama bulan Maret dimana merupakan puncak ketegangan dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan berlangsung, suami Ani masih mengendarai motor-motor milik keluarga tersebut. Pegangan Bowo bila pun tidak tahu identitas suami Ani ataupun pengendara motor Beat hijau tersebut, ia tetap tahu jejak mereka dari pemilik motornya. Misalnya motor milik orang lain tetap ketahuan siapa pengendaranya saat beraksi di waktu-waktu tertentu. Memang njelimet tapi apa daya inilah yang dihadapi Bowo sebagai kenyataan hidupnya. Andaikan Bowo tahu siapa nama lengkap orang-orang yang dihadapinya atau tahu akun media sosialnya pastilah ia tidak kebingungan sampai sekarang. Tentu saja Bowo pernah mencoba mencari nama Ani di media sosial, ribuan nama muncul tapi tak satupun identik dengan Ani putri Bapak Jonan. Gagal total bowo jadinya hingga sekarang. Bayang-bayang Maya.....Paling tepat istilahnya. Ada nomor Ani, hanya bisa di SMS, seluruh kiriman-kiriman SMS hanya berupa dugaan walau bila ditelusuri tetap banyak kebenarannya. Itu satu-satunya alat komunikasi yang mencapai kontak dengan Ani sekeluarga termasuk suaminya. Terus masalah bergulir. Yang membingungkan Bowo adalah bila muncul Ibu Jonan. Perempuan sepuh yang sudah janda ini perannya vital tapi begitu terselubung. Bila muncul bisa menjadi penanda akan adanya aksi-aksi seluruh anggota keluarganya. Itu terjadi tanggal 21 Oktober. Bila saja ibu ini netral dari masalah yang menimpa putra-putri dan menantunya masalah menjadi ringan bagi Bowo. Perempuan paruh baya ini jelas memiliki peran penting dalam konflik tapi banyak berada di belakang layar. Sekali muncul itu tanda dimulainya masalah baru, dan Bowo menyaksikannya sekarang ini. Cuma memphoto copy, walau memandang Bowo tapi dari dalam kios. Tapi selalu saja dari sejak tahun 2009 bahkan sebelumnya aksi ibu yang masih tampil kecantikannya di masa muda ini terkait anak menantunya. Sudah selesai ya pulang ke rumahnya masuk mulut gang. Kalau sampai urusan gelagat pasti dari bahasa tubuhnya. Bisa tertipu karena keramahannya, atau dari pandangan matanya yang tajam terhadap Bowo. Duh Bowo berharap selesainya konflik dari perempuan sepuh ini. Iya selesai esoknya tak ada satupun anggota keluarga Bapak Jonan yang muncul, sampai-sampai Bowo menganggap kemunculan Ibu Jonan kemarin memang untuk mendinginkan suasana agar tidak makin menegangkan. Ah hari itu Bowo mendapatkan stempel, lumayan bisa meninggalkan kios. Jam dua belas Bowo istirahat, sempat tidur di kamar kos satu jam, setelah itu mandi untuk kembali menunggui kiosnya. Bowo berjalan menuju kiosnya di gang kampung. Terik matahari pas siang itu, Jogja terlambat datang musim hujannya. Saat berjalan terdengar suara klakson motor di perempatan gang, berarti ada yang hendak lewat melintas agar tidak tubrukan dengan pengendara lain. Tapi Bowo benar-benar tabrakan dengan pengendara motor tersebut, siapa lagi kalau bukan Ani dengan motor Beat lawasnya. Ani jelas terkejut hendak membuang muka, tapi mukanya tidak tertutup masker sehingga nampak gigitan bibirnya. Motornya tetap melaju di gang sampai mencapai rumahnya yang hanya sekitaran 70 meter. Bowo tahu Ani jarang lewat gang ini, perjumpaannya menunjukan tetap ada kesengajaan. Jalan lain masih banyak, bila berjumpa akan ada bentrok lain hari-hari berikutnya. Benar saja sampai hari Sabtu Ani terlihat muncul walau dikejauhan, masih dengan aktifitasnya menuju kampus UAD. Hendak membiasakan diri tetapi tidak mengingkari dirinya berhubungan dengan Bowo diam-diam. Posisi Ani tetap seperti itu, bukan penolakan. Bowo meneruskan langkah, menyeberang jalan mencapai kiosnya. Lagi-lagi dikejutkan seseorang, lelaki bersepeda federal hijau Aviator muncul berpapasan dengannya, tepat seperti hendak menabraknya walau tak mungkin membentur karena kecepatannya rendah. Bowo menghindar sedangkan pemuda bersepeda hijau federal tersebut berlalu tidak mempedulikan insiden kecil tersebut. Bowo mencoba melihat, hanya punggungnya saja tak menoleh ke belakang. Sepeda federal hijau Aviator ini pernah dipakai suami Ani dalam aktifitasnya di kursus mekanik motor hendriansyah. Sekarang seperti dimiliki pemuda ini, setahunya ada dua orang yang rutin mengendarainya. Semacam pelimpahan hak milik telah terjadi karena suami Ani tidak meneruskan kursus, dihalangi Bowo, atau Bowo yang menggagalkannya, itu nyata. Pergerakan pemuda ini tertujua padanya, mungkin solidaritas antar teman karena pernah satu tempat kursus. Tapi juga berarti mendapat imbalan untuk ikut memperkarakannya. Menjadi semacam komplotan dalam bentuk lain di samping pemuda bermotor Beat hijau AB 4501 UT. Setelah itu terbukti dirinya dipantau kembali oleh pemuda bersepeda federal hijau Aviator karena berbalik arah, melaju di seberang jalan depan kios Bowo walau juga membawa nasi bungkus. Berbelok masuk mulut gang entah dimana rumahnya Bowo tak tahu. Kemungkinan pemuda ini bukan warga Jogja karena lebih sering berbahasa Indonesia saat mengunjungi kios sembako. Setahu Bowo kursus mekanik motor Hendriansyah siswanya banyak dari luar Jawa. Itu karena tenarnya Hendriansyah yang pernah menjadi pebalap motor cross. Kursus seperti ini menjadi jalan pintas memiliki pekerjaan dari pada kuliah tinggi-tinggi tapi setelah itu tetap saja jadi pengangguran. Memang betul beberapa hari berturut-turut Bowo merasa seperti dipantau dua orang yang bergantian mengendarai sepeda federal hijau Aviator yang pernah dinyatakan Bowo dalam kiriman SMS sebagai milik suami Ani. Sementara suami Ani sekarang beraksi memakai motor Vega dengan berbagai ciri khas yang terus dihapal Bowo. Bahkan diketahuinya ada dua jenis motor berwarna sama berbeda nomor walau seleranya sama, berkaca depan. Coba kalau Bowo tahu nama dan latar belakang keluarga ini, tidak akan sesulit ini Bowo dimusuhi orang. “Rupanya ini pergerakan suami Ani di Jogja, itu setelah meninggalnya Bapak Jonan yang menjadi perisai semua pihak dalam keluarga mereka.” Sekarang Bowo tidak bisa menilainya baik, semua tujuan keluarga Bapak Jonan ditambah menantunya ini tetap, Bowo harus tersingkir dari Jogja. Karenanya Bowo tetap merasa terancam. Untung secara kejiwaan Bowo sudah menurun ketegangannya, itu karena rasa sukanya pada Ani memudar, satu hal alamiah sebenarnya. Terus untuk apa dipertahankan? “Waktunya mundur mungkin sudah tepat,” Bowo menyatakannya dalam hati. Tapi ancaman-ancaman dari pergerakan komplotan untuk menyingkirkannya masih berlangsung, mungkin masih lama karena itu obsesi suami Ani dan anggota keluarga Bapak Jonan. Itu yang terus membuatnya meneruskan SMS-SMS kepada nomor Ani. Yang menyebalkan Bowo bila berjumpa dengan Ani dan suaminya misalnya di jalan. Solanya kan Bowo juga suka jalan-jalan untuk kesehatan. Bertemu suami istri ini di sore hari di kampung lain, mungkin juga tujuannya sama sambil mengasuh anak balitanya. Apa itu disengaja Bowo? Tidak, cuma hari Seninnya suami Ani beraksi di depan kios Bowo. Lewat depan kios, menyeberang jalan tapi dilambatkan sehingga Bowo tahu benar dirinya dimanuver. Untuk oranglain yang tidak berperkara bila diberitahu Bowo bakalan menyalahkannya, “Tidak ada apa-apa!” Bowo lah yang sibuk mengkait-kaitkan dengan pertemuan tidak disengaja saat jalan-jalan di sore hari Minggu. Tetap sebagai ancaman bila Bowo mengganggu ketentraman keluarga kecil yang baru menginjak lima tahun berumah tangga. Bowo terus sibuk sendiri dengan kegiatannya, biarpun direcoki keluarga Bapak Jonan tapi tidak mengganggu pekerjaannya. Aksi-aksi orang-orang ini mengarah pada mentalnya, ibaratnya bila ada serangan psikis maka jantung Bowo yang diguncang agar tidak betah hidupnya di sekitaran tempat tinggal mereka. Makanya saat mendapat order stempel Bowo tidak perlu menunggu lama, segera meninggalkan kiosnya menuju kios seting komputer, hanya dengan modal sepeda kayuh mencapai lima kilometer. Ada beberapa rute yang biasa ditempuh, pagi ini lewat ringroad selatan mencapai ringroad timur, kios seting komputer hanya lima puluh meter dari ringroad, tembusannya adalah pasar Kota gede. Dua puluh lima menit sampai, Bowo segera menyerahkan konsep stempel yang sudah dikirimkannya melalui media sosial WhatsAp. Lebih cepat lebih ringkas dan praktis mengikuti kemajuan teknologi informasi. Bowo terkejut ketika menengok keluar kios seting komputer. Seorang pemuda berboncengan dengan perempuan. Motornya itu yang segera dikenali, Beat hijau AB 4501 UT. Jelas dirinya telah diikuti pemuda bermotor Beat hijau ini, suatu tindakan tingkat tinggi karena mengancam keamanan hidupnya di Jogja. Cepat Bowo keluar kios mencoba mengejar motor Beat hijau tersebut. Motor tersebut tadi sempat berhenti di depan kios seting komputer tapi begitu ketahuan langsung menyeberang berbelok arah menuju pasar Kota gede. Mungkin saat Bowo berbelok dan parkir di kios seting komputer pemuda ini kehilangan jejak hingga akhirnya menyusuri jalan untuk mengintai dirinya, toh mudah diduga mencari kios seting komputer karena tidak akan jauh. Itu karena usaha stempel sepanjang jalan tiga empat kilometer hanya satu saja. Ketika pemuda ini tahu letak kios seting komputer langganan Bowo segera mengintai, tapi keburu kepergok orang yang dimata-matainya hingga cepat berbalik melarikan diri. Bowo sempat melihat perempuan yang diboncengkan pemuda bermotor Beat hijau ini, cukup cantik berambut lurus bertraining hitam berkaos biru gelap, tidak berjilbab. Bowo menduga permpuan ini seperti masih dalam kondisi acara berolah raga senam. Motor Beat hijau terus melaju meninggalkan Bowo yang jelas-jelas mengejarnya. Tapi itu juga membuktikan adanya operasi praktek komplotan suami Ani, dan keluarga Bapak Jonan terlibat di dalamnya. “Mana mungkin aku melawan mereka.....,” Bowo membatin karena fenomena bayang-bayang maya di depannya. Pergerakan sampai membentuk komplotan seperti ini jelas butuh dana besar, siapa penyandangnya? Jelas itu suami Ani, makanya biarpun Bowo menuduhnya tindak kriminal tetap benar, tujuannya buruk karena mengincar diri Bowo. Komplotan ini sekarang tahu dimana Bowo beraktifitas, mungkin nantinya mereka punya tindakan lain terhadapnya. Tapi saat ini Bowo masih aman, pemuda bermotor Beat hijau ini hanya memata-matai, belum sampai langsung memperkarakannya dalam tindak kekerasan, arahnya tetap ke sana bila Bowo yang terpancing menggebraknya. Kira-kira seperti itu skenarionya..... Selesai menyeting konsep stempel Bowo pulang ke kiosnya penuh kewaspadaan, siapa tahu dihadang di tengah jalan. Tapi hal itu sulit, tipe permainan komplotan ini halus berkelas tinggi sesuai tingkat sasarannya yaitu Ani yang terpelajar, itu hanya dugaan saja dari Bowo. Masih terus Bowo mendapati semacam digelarnya operasi sebuah komplotan sindikat. Ini sejalan dengan kehadiran suami Ani yang mencoba mempertahankan rumah tangganya dari ancaman pihak Bowo sebagai penggugat, tukang rebut hak milik orang lain. “Modalnya milyaran, tak mungkin aku menang perkara. Paling memberi perlawanan sekedarnya agar mereka tahu eksistensiku di Jogja tidak tergoyahkan.” Bowo lebih tertuju pada soal perasaannya terhadap Ani, bila sudah tidak memilik perasaan suka bahkan sampai bukan pacarnya, selesai. Sekarang tahapannya sudah paling dasarnya, lenyap dari lubuk hatinya. Ani sebenarnya bukan apa-apanya lagi, mantan pacar sebagaimana perempuan-perempuan lain yang pernah singgah di hatinya. Paling cuma Ani menjadi lemabaran-lembaran peristiwa-peristiwa paling lamanya berhubungan sebagai pacar, itu saja. *** Masuk bulan November 2019, Saking hafalnya dengan pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan Bowo seperti membuat jurnal aksi manuver sama seperti agenda bentuk praktisi yang dilatihnya. “Keduanya beriringan, seolah-olah bila seseorang berlatih jenis praktisi seperti ini cobaan hidupnya bakalan setara timbangan perolehannya yaitu tingkat serangan mentalnya.” Levelnya tinggi sesuai latihannya yang berhubungan dengan spiritual mental. Jadi Bowo mendapat cobaan karena memang berlatih pencak silat dan yoga. Kemudian mendapat permasalahan dengan pendalaman materi yang sama cuma di bagian mental spiritualnya. “Sebalnya dari konflik ini aku bukan pahlawan, larinya urusan rendahan malah selalu aku harus menghindarinya, SARU!” Fakta ini yang terus membuat Bowo menutup-nutupi semua yang dialaminya di Jogja, tak pantas dibanggakan. Yang sulit adalah memenuhi tuntutan keluarga Bapak Jonan dan menantunya, ia harus menyingkir dari lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Sama saja itu menghancurkan reputasi yang dibangunnya bertahun-tahun di Jogja. Sampai sekarang hal tersebut menjadi medan benturan konflik tak berujung penyelesaian. Pagi di kios Bowo sudah termangu melihat aksi Ibu Jonan di kios photo copy samping gang. Terbaca akan ada aksi-aksi lanjutan dari pihak mereka menyerang Bowo. Peran Ibu Jonan setelah suaminya almarhum sangat vital. Tapi juga sering bersembunyi, membiarkan putra-putri dan menantunya terus menggempur Bowo dalam aksi-aksi drama teatrikal skenario jebakan, sangat berbahaya bagi pihak Bowo. Bowo tidak memiliki persiapan apapun, Ibu Jonan ini apapun aksinya bukan ancaman. Sekarang yang tetap mengandalkan adu fisik diantara anggota keluarga Bapak Jonan hanya Udin, itupun ia harus jaga image karena menjadi ketua RT. Larinya yang diwaspadai adalah anggota-anggota komplotan sindikat yang jelas rahasia pergerakannya, lebih seperti menteror aksinya. Paginya dimanuver Ibu Jonan yang entah ngapain di kios photo copy, bawaannya juga cuma selembar kertas. Munculnya jalan kaki dari mulut gang, dandanannya cantik habis mandi berjilbab hitam. Selalu ada sesuatu dari pergerakan Ibu Jonan, tapi tak mungkin diduga langsung, apalagi dinyatakan buktinya. Itu semua selubung tirai dari pihak seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Sudah cuma itu saja aksi Ibu Jonan. Siangnya berseliweran seorang pengendara sepeda federal hijau Aviator di sekitaran eks kampus. Hanya lewat, singgah di kios sembako mungkin membeli rokok, singgah lagi di warung Padang, setelah itu masuk mulut gang. Tapi jam dua siang pengendara sepeda federal hijau Aviator kembali muncul, mendadak berada dalam jarak paling dekatnya dengan kios Bowo, tetapi cepat berbalik arah pulang entah lewat mana Bowo tak tahu lagi, mungkin kepergok Bowo yang juga memandang tajam mengawasinya. “Tidak membahayakan, tapi harus diwaspadai, tingkat pergerakan pengendara sepeda federal hijau bekas tunggangan suami Ani hanya seorang kroco, tidak signifikan perannya,” Bowo memberi penilaian. Bila Bowo terpancing dari orang yang pernah hendak menabraknya ini malah menyulitkan posisinya sendiri. Masalah inti bergeser, ia bisa jadi bulan-bulanan anggota komplotan yang lain untuk bikin kesibukan. Sorenya kembali Bowo melihat seseorang, itu pemuda pengendara motor Beat hijau AB 4501 UT, singgah di kios jus buah. Bowo sendiri sedang menutup kios, merasakan pemuda tersebut seperti menunggu reaksi dari pihaknya. Bowo memandang pemuda tersebut, membelakangi dirinya di seberang jalan. Menunggu pesanannya selesai, ini kemuculannya yang kesekian kali setelah terakhir kepergok di kios setting komputer Kota gede. Ibaratnya pemuda ini telah tahu segala detail aktifitas dirinya, tinggal melakukan provokasi untuk melakukan eksekusi. Makanya Bowo mewaspadai, syaraf-syarafnya menegang, tahu tingkat ancaman kehadiran seorang mata-mata yang diketahuinya muncul pertengahan Juli 2019. Bowo sendiri menutup kios paling lama sepuluh menit, pemuda bermotor Beat hijau sudah mendapatkan bungkusan pesanannya, segera berlalu entah kemana. Belum satu menit berlalu muncul suami Ani bermotor Vega merah AB 6335 VL dari mulut gang. Tujuannya sama menuju kios sembako, berhenti tanpa menengok ke belakang. Bowo sendiri sudah selesai berkemas-kemas, siap meluncur dengan sepeda kayuhnya. “Semuanya benar-benar aksi skenario drama teatrikal. Saling terhubung, menunjukan selubung adanya operasi komplotan walau tidak akan bersama-sama agar terlihat sewajarnya.” Bowo bergegas mengayuh sepedanya menuju suami Ani yang sudah masuk kios sembako membeli sesuatu. Saat melewati kios terlihat suami Ani sedang membuka lemari es mencari kebutuhannya. Kemungkinan tahu saja Bowo lewat, toh sebelumnya dari kios sembako ia bisa saja memantau Bowo yang sudah duduk di sadel sepedanya. Bowo meneruskan jalannya, menuju rumah kontrakan. Tapi dengan melewati kios sembako Bowo harus memutar dalam gang sempit. Justru itu kesempatannya mampir di warung langganannya untuk membeli sayur dan buah. Saat memilih sayur-mayur, lewatlah suami Ani sehingga Bowo cukup jelas melihat wajahnya. Lelaki muda brewokan ini tidak terkejut melihat Bowo yang seperti menghadangnya. Tetap melajukan motornya menuju rumah tempat tinggalnya bersama istri dan anaknya. Memandang Bowo sebentar, seolah tidak mengenal walau sudah bentrok menuju tahun kelima ini. Bowo tahu saja perjumpaan seperti ini tidak pernah mencapai penyelesaian, seluruh aksi suami Ani bersama anggota keluarga Bapak Jonan ditambah anggota komplotannya bertujuan menyingkirkan Bowo dengan merusak kejiwaannya. Atau dibuat tidak betah tinggal di areal kawasan anggap saja Udin sebagai ketua RT. Tapi karena tidak efektif maka keberadaan Bowo di kios stempelnya yang lain kampung menjadi sasaran. Itu kios antik bagi Bowo, karena selama memilikinya banyak sekali kenang-kenangan konflik terjadi, bukan hanya dengan keluarga Bapak Jonan, juga orang lain yang memilik tujuan sama. Bowo tahunya peristiwa yang dialaminya dari pagi tadi hingga sore sebenarnya sedang diperkarakan sebuah komplotan sindikat, menteror hingga ketakutan karena dikeroyok, atau bila melabrak malah jadi biang keributan hingga Bowo bisa dipermalukan komplotan ini sebagai pihak yang mencari gara-gara dan sebagainya. Apakah itu selesai? Masih bergulir esok harinya. Kali ini Bowo belum selesai membuka kios, lewat Ani bermotor Beat lawasnya. Hanya lewat saja, Bowo berpikir bila Ani beraksi tentu akan ada tambahan aksi mencapai semacam manuver, misalnya singgah di kios photo copy atau kios sembako atau pergi menuju kampusnya. Perkiraan Bowo Ani baru selesai kuliah pertengahan 2020. Kiriman-kiriman SMS nya masih berlangsung, “Seharusnya masalah ini diselesaikan internal keluarga, saya melihat dan menjadi saksi suami Mbak Ani bertindak mencapai kategori pidana. Telah terbentuk komplotan sindikat, mumpung belum terjerumus makin dalam.” “Saya tidak bisa ikut campur urusan keluarga, saya masih dianggap hadir dalam keluarga sampean itu sudah mengherankan, secara etika tidak wajar lagi.” Tapi SMS-SMS Bowo tetap tenggelam, keluarga ini berkeras untuk tetap pada tujuannya yang bagi Bowo justru sudah sulit tercapai karena dari pihaknya makin menguat dari segi kejiwaannya. Setengah jam setelah Ani ternyata suaminya muncul juga bermanuver. Hanya tidak berada di depan kios Bowo, bermotor kemudian singgah di kios photo copy tetangganya sekitar lima puluh meter. Bowo sampai bingung harus bereaksi apa, semuanya provokasi agar Bowo melakukan tindakan yang bisa disalahkan. Dengan demikian akan menyingkir dengan sendirinya, kalah jumlah soalnya. Bowo yang terus menata batinnya, rasanya biar dikeroyok tapi beban mentalnya sudah tidak berat. Malah melihat bila aksi keluarga ini diteruskan justru merugikan reputasi mereka sendiri karena masuk tindak pidana. Suami Ani menghilang, dalam kios photo copy cukup lama. Bowo membiarkan saja karena sudah kirim SMS tanpa mendapat tanggapan. Akhirnya lelaki yang menjadi saingan Bowo meninggalkan kios photo copy menuju arah kota setelah menatap tajam Bowo dari kejauhan. Setelah satu jam suami Ani pergi muncullah pengendara motor Beat hijau AB 4501 UT. Melaju pelan di seberang jalan depan kios Bowo, ternyata menuju warung Indomie Kuningan. Untungnya Bowo mendapat order stempel, cepat meninggalkan kios menghindari ancaman provokasi komplotan yang terbentuk beberapa bulan ini. Sempat Bowo memandang dari seberang jalan warung Kuningan, orang yang diwaspadainya sedang sarapan di dalamnya. Entahlah Bowo tidak mengenal pemuda ini, munculnya bulan Juli pertengahan langsung beraksi manuver di depannya. Pergerakannya sudah diatur sedemikian rupa hingga Bowo menganalisanya sebagai perilaku yang biasa dilakukan keluarga Bapak Jonan. Sepanjang jalan menuju kios seting komputer Bowo waspada bila diikuti orang-orang yang terus memperkarakannya tapi sedemikian terselubung. “Aku ini sudah tidak terlibat apa-apa dalam konflik ini walau tujuan mereka tertuju padaku. Ini versi mereka, rasanya kuakhiri masalah inipun tidak apa-apa, biarkan saja mereka bergerak tanpa mendapat tanggapan lagi dariku.” Bowo memiliki pemikiran seperti ini. Sedangkan SMS Bowo terkirim seperti ini, “Yang dihadapi diriku sekarang ini adalah komplotan aktif yang beroperasi di Jogja. Di daerah asalnya ada jenis komplotan sama lebih menyebar dan mengakar organisasinya, silakan itu dipertimbangkan keluarga Bapak Jonan untuk menyelesaikan dari dalam sendiri karena pelakunya adalah anggotanya, saya tidak mungkin ikut campur dalam urusan internal sampean sekeluarga, nwn.” Nah ternyata esoknya semua lenyap, hanya pengendara sepeda federal hijau Aviator yang tampak memantau Bowo dalam berbagai keperluan berdasarkan kebutuhannya seperti beli rokok dan makanan. “Saya tidak berkenan dengan orang-orang tak dikenal yang mengendarai sepeda federal hijau Aviator, memata-matai saya seperti agen inteligen. Kuharapkan semua merubah tindakan, tidak apa-apa saya mengundurkan diri agar permusuhan terhenti dengan sendirinya, nwn.” Bowo mencoba menyelesaikan dengan bentuk seperti ini, bila membalas apalagi memperkarakan orang-orang yang berkomplot posisinya konyol sekali. “Saya tidak mungkin menang perkara, dengan modal besar keluarga sampean menyewa pembunuh bayaranpun mampu, silakan.” Beberapa berita dari surat kabar dicontohkan, hanya membayar sepuluh dua puluh juta satu komplotan berani membunuh orang. Kasusnya sederhana saja cuma selingkuh dan ingin merebut perempuan selingkuhan dari suaminya yang sah. Lebih lucu lagi dalam berita kasus kriminal tersebut, justru perempuan yang punya pacar gelap itulah yang menjadi dalang dan penyandang dananya. Jadi bila dikaitkan dengan fenomena yang dialaminya, Bowo tahu bisa saja semua itu terjadi. Tirai sudah terbuka, pergerakan suami Ani selalu terselubung, menggunakan tangan orang lain dalam bentuk komplotan. Hal tersebut walau tidak disengaja sekalipun masuk kategori tindak pidana. Komplotan ini menunggu Bowo melakukan tindakan, terutama dari kemampuannya menghadapi situasi berbahaya. Akan fatal bila Bowo memperkarakan komplotan ini, siap-siap dikeroyok dalam berbagai perkara berbeda-beda. Ah semua itu masih dugaan, tapi Bowo yang terlatih menghadapi sinyal-sinyal pergerakan dari orang-orang yang memperkarakannya tetap menyatakan itu benar. Satu-satunya jalan adalah membiarkan orang-orang ini beraksi tapi juga jangan sampai menyentuh dirinya. “Untuk ukurannya adalah bila posisi pekerjaanku tidak terganggu, biarkan mereka!” Keputusan diambil Bowo. Sedangkan terhadap nomor yang kemungkinan dipegang Ani Bowo SMS terakhir kalinya, “Komplotan yang terbentuk karena kehadiran suami Ani di Jogja tidak berbahaya untuk saya, saya tak perlu membesar-besarkannya, nwn.” Bowo menutup pernyataannya dengan membiarkan orang bersepeda federal hijau Aviator yang beberapa kali seharian itu memperlihatkan diri. Terkadang melihat keberadaannya di kios. Hal tersebut berlangsung beberapa hari seolah-olah di sana orang-orang yang memperkarakannya seperti tidak berdaya karena gagal memancing keributan dengan dirinya. Hari-hari terus merangkak menuju pertengahan November 2019. Bowo merasakan suasana tegang terus berlangsung, rupanya tidak mudah semua pihak menerima keadaan seperti ini. Sementara Ani beberapa kali terus muncul walau hanya dari ruas jalan lain di kejauhan sana. Seolah-olah semua pihak masih penasaran dengan berbagai tanggapan Bowo di kiriman-kiriman SMS nya. Juga Udin terkadang muncul dengan rona muka tetap mengancam Bowo. 20 November 2019, Ani muncul dari mulut gang, hanya berkaos dan celana training hitam. Seperti biasa perempuan ini berhenti sebentar, memandang tajam Bowo yang duduk di bangku plastik kiosnya. “Perempuan ini selalu menimbulkan kontroversi, perempuan ini bebas bergerak, suaminya sendiri tidak berkuasa apa-apa, jadi sekarang tinggal aku menghilangkannya dari episode hidupku.” Apakah untuk Ani apa yang dipikirkan Bowo ini berlaku? Keputusan berada di tangan Bowo, itu hak mutlak demi keselamatan semua pihak. Tidak ada tindak penyelesaian dari pihak keluarga Bapak Jonan menuju perundingan. Padahal tingkatan konflik yang terjadi semua sudah terlibat hukum, dari awalnya adalah pernikahan Ani dengan suaminya. Sebab setelah menikah apa-apa yang terjadi bukan rebutan pacar antara Bowo dengan lelaki yang telah menikahi Ani. “Tingkatan konflik atau pertikaian telah menjadi tingkat paling tingginya, bila tidak terselesaikan aku harus mundur, tindakan mundur bukanlah pengecut lagi.” Sementara Ani di seberang jalan kemudian melajukan motor entah menuju kemana. Bukan hal yang mengherankan lagi bagi Bowo, manuver seperti ini dilakukan Ani tetap melanjutkan perkara, dari sudut kejiwaannya Bowo telah mengetahuinya. Bowo mengirim SMS, “Saya berterimakasih atas perhatian Mbak Ani selama ini. Silakan meneruskan rumah tangga tanpa kehadiranku lagi. Semua akan kulakukan agar tidak terjadi pertikaian apapun lagi diantara kita bertiga, nwn.” “Tirai sudah terbuka semua masalah yang pernah terjadi dimana saya sebagai pihak ketiga bisa diselesaikan internal sampean berdua dan seluruh keluarga, silakan.” “Saya akan menghentikan SMS agar terbaca pihak sampean, masalah selesai sepihak dari saya, cukup.” Bowo tetap duduk di bangku plastik menunggu bila ada pengunjung memberinya order stempel. Sudah tekadnya masalah selesai walau itu mulai dari dirinya sendiri. Ternyata hanya untuk mundur dari perkara yang membelitnya ia harus berjuang ekstra tersendiri lagi. Satu jam kemudian Bowo tertegun, Ani muncul lagi dari mulut gang. Kali ini berdandan serba coklat, sampai tas punggungnya walau sedikit lebih cerah bernuansa coklat. Selalu begitu sedari remajanya, Bowo seperti harus membaca aksinya dari apa-apa yang dikenakannya. Tapi Bowo tahu tujuannya melihat dari tas punggungnya, akan menuju kampus menimba ilmu S2 nya. Bowo tinggal menonton aksi Ani. Ani membiarkan sepeda motor Beat lawasnya di depan kios photo copy samping gang. Tidak melirik ke arah Bowo, seperti yang sudah-sudah menghadap layar komputer sesuai keperluannya. Walau itu juga kamuflase tertuju pada Bowo. Aksinya ini jawaban dari SMS Bowo sebelumnya, sulit menafsirkannya, seolah-olah Bowolah yang dijebak masuk perangkap untuk kelanjutan bersenang-senang dalam permainan. Bowo melihat jam, masih pagi setengah sembilan.Tak ada cara lain mengabadikan momen ini kecuali mengambil gambar, Segera disiapkan kamera kemudian menanti bila Ani keluar dari kios. Hanya sepuluh menit Ani di dalam kios, Bowo tidak mendapatinya menatap dari kejauhan. Ada sedikit ngobrol dengan karyawan kio photo copy, akhirnya keluar menggapai motornya. Uuuff beraksi melajukan motor, mundur sedikit, berputar arah akhirnya menghadap Bowo yang berada di seberang jalan. Tepat sekali Bowo segera mengambil momen tersebut, lumayan bisa disimpannya sebagai kenang-kenangan. Sementara Aninya tahu saja dipotret Bowo, sengaja. Merapikan sedikit dandanannya, mengegas seperti percobaan. Malah melaju pelan tidak menyeberang berlalu di seberang jalan depan kios Bowo. Walau akhirnya menyeberang jalan ke ruas jalan masuk kampung yang akhirnya tembus jalan besar lain menuju kampusnya. Bowo memandang hasil jepretannya, momen paling dekatnya Ani berada di sekitar kiosnya. Disaat ia mencoba mengakhiri konflik. Tekadnya saja sudah bulat, semua harus berakhir! Sorenya Ani melintas kembali dari ruas jalan kampung, langsung menyeberang jalan membelakangi Bowo yang hanya tahu kehadirannya sekedar bayang-bayang maya profil Ani. Cepat Ani lenyap masuk mulut gang mengakhiri acaranya sore itu memancing perhatian Bowo. Sejak itu ternyata Bowo mampu menahan diri untuk tidak lagi menghubungi dengan SMS ataupun miscall terhadap nomor milik Ani, Bowo menyatakannya sebagai kemenangan di pihaknya. BAB 14 Modus yang berulang-ulang? Bowo sudah bertekad untuk menghentikan perkara, tapi itu sepihak darinya saja. Misalnya dari dirinya tidak mengunjungi rumah Bapak Jonan, itu sudah dilakukannya beberapa bulan dari Agustus 2019, ternyata hal tersebut tidak menyelesaikan masalah. Nah sekarang Bowo menghentikan kiriman-kiriman SMS terhadap nomor milik Ani, itu juga sepihak darinya, tak mungkin langsung terbaca pihak anggota keluarga bapak Jonan. Semuanya butuh waktu..... Yang ada konflik masih bergulir, Bowo sendiri masih merasakan dampak yang menegangkan jiwanya dari petualangan beberapa peristiwa dengan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Masih berinti pada profil Ani sebagai klaim hak kepemilikan. Padahal Bowo sudah pasif, tak ada alasan satupun yang menguatkan untuk pihak Bowo mendapatkan Ani. Bila dalam perspektif masyarakat, dirinya sebagai lelaki harus legawa pacarnya itu menjadi milik orang lain. Ini lucunya, wong sebenarnya sejak Ani menikah Oktober 2015 Bowo jelas-jelas mundur karena masalah dianggapnya berakhir. Ternyata justru itu dimulainya pertikaian rebutan cewek antara dirinya dengan suami Ani hingga sekarang, dengan latar belakang permusuhan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Dimusuhi, dikeroyok agar tersingkir dari lingkungan tempat tinggal keluarga Bapak Jonan. Namun kemudian diketahui Bowo semuanya permainan tingkat tinggi karena berupa skenario jebakan berbahaya terutama menyerang mental sebagai sasarannya. Bila orang biasa tak mungkin membuat trik-trik jebakan ala keluarga Bapak Jonan ini, belum-belum orang yang melakukannya dilanda rasa iba dan empati. Jadi metoda yang dikembangkan keluarga Bapak Jonan bisa ditelusuri dari latar belakang kejiwaannya yaitu perilaku orang-orang berkecenderungan tinggi psikopat. Menghentikannya? Tidak ada rumusnya, bila Bowo meninggalkan tempat tinggal dan kios usahanya di sekitaran tempat tinggal keluarga ini mungkin selesai. Apalagi bila Bowo tidak hidup di Jogja, mereka sukses. Biarkan saja....oke, tapi itu pasti sedikit menyiksa batinnya, sudah resiko yang dialaminya puluhan tahun konflik ini. Yang jelas Bowo tetap diperkarakan keluarga ini dengan berbagai trik-trik skenario, cuma alurnya lambat. Bila dirasakan pengatur di belakangnya seorang feminim, karena kepala keluarga yang lelakinya sudah almarhum yaitu Bapak Jonan. Makanya Bowo tidak merasakan klimaks apapun dari fenomena yang dialaminya, tidak bakalan menarik dibaca bila ditulis karya fiksi, ini kenyataan. Bowo saja menggambarkannya sebagai Bayang-bayang Maya, ada namun tak tersentuh. Bisa saling balas membalas aksi, tidak bersentuhan apalagi mencapai dialog, semua yang dinyatakannya ini versi dirinya saja. Sedangkan di sana dalam keluarga Bapak Jonan memiliki versi sendiri, dan Bowo tak tahu menahu. Tinggal Bowo melalui episode demi episode, tak mungkin menghindar karena aksi-aksi keluarga ini tertuju pada dirinya dalam bentuk manuver-manuver provokasi. Itu semua semacam kelakuan keluarga Bapak Jonan, tujuannya lebih pada untuk mendapatkan sensasi kepuasan jiwa dari siksaan-siksaan terhadap obyek penderita dalam hal ini Bowo. Pokoknya bila Bowo membalas, kandas! Akhir November 2019, Hari pagi di kiosnya Bowo sudah melihat pergerakan Ani dan keponakannya dari jauh. Menuntun sepeda motor menuju bengkel tambal ban tetangga kios Bowo. Jaraknya hampir seratus meter hingga aksi kedua perempuan tersebut tidak dibacanya sebagai aksi manuver. Menambal ban sepeda motor yang bocor itu hanya sesuai kebutuhan, hal yang lumrah. Bowo melihat saja Ani menutup wajahnya dengan kain panjang, mungkin saat itu tidak berjilbab. Kalau keponakannya apa adanya, wajah centil remaja SMP. Nyatanya Bowo tidak tertarik dengan keponakan Ani walau termasuk cantik, lebih berat tertuju pada Ani. Ani saat SMP begitu menyihirnya. Jadi Bowo menyatakan dirinya normal-normal saja sebagai lelaki yang punya hasrat seksual, orientasinya wajar heteroseksual dan tidak memiliki kelainan sebagai paedofilia karena tertarik dengan Ani yang masih pubertas di tahun-tahun 2006. Ah mungkin juga karena hormon testosteronnya sudah menurun, usianya lebih 40 tahun menuju setengah abad, andropause. Tapi malah itu membahagikan Bowo, karena testosteron turun, yang aktif erotisme yang dialaminya juga menurun, dirasakannya ereksi anak kecilnya tidak sesering saat dibawah usia 40 tahun. Dulu satu jam sekali melintas pikiran terhadap lawan jenis, langsung anak kecilnya mengeras lama sangat mengganggu aktifitasnya dimanapun. Siapapun lelaki normal mengalaminya. Ani dan keponakannya akhirnya pulang tetap ke arah ruas jalan lain menuju rumahnya. Bowo anggap wajar saja yang dilihatnya pagi itu. Tapi sayangnya jam 9 Ani muncul sendirian dari mulut gang. Kali ini terlihat dalam seragam jas mahasiswinya membawa tas ransel. Perempuan cantik berjilbab ini menoleh ke Bowo yang berada di kios, mungkin memperkirakan dirinya tampil benar-benar harus mendapatkan perhatian lelaki paling kurangajar sedunia ini. Bowo tidak merasakan hal itu? Tidak mungkin menyangkal dirinya yang dipandang Ani sambil berjalan dan akhirnya menyeberang ke kios tambal ban. Mungkin juga menanti reaksi Bowo bila ada kemungkinan beraksi mengikutinya. Tidak, Bowo membiarkan saja Ani mengambil motor yang ditambalnya tadi pagi. Dari jarak seratusan meter terlihat saja Ani akhirnya menaiki motor Beat lawasnya, dan setelah berbasa-basi dengan tukang tambal ban segera menggeber motornya lewat depan kios Bowo, aksi manuverpun terjadilah..... Bowo menyatakan sebagai aksi manuver karena unsur kesengajaannya sangat tinggi. Itulah Ani dengan muka duanya, setingkat agen ganda inteligen. Bowo mengakui kecerdasan cewek yang puluhan tahun ini diakuinya sebagai pacar. Apa cuma itu saja? Siangnya gantian Udin bermotor Supra X merah mendatangi kios photo copy samping gang. Cukup lama di dalamnya, Bowo tetap melihatnya sebagai aksi manuver. Jadi siap-siap saja konflik kembali bergulir. Dan dirinya dipantau seperti itu tidaklah hanya hari dimana ada Ani menambal ban karena bocor, tetapi esok dan esoknya lagi walau Udin ini hanya melintas sekedar lewat. Ah biarlah, Bowo fokus ke jurnal kegiatannya dulu. “Latihanku berulang-ulang, kok sama dengan konflik yang kuhadapi sekarang ini ya?” Semuanya pengulangan belaka, semuanya seperti bayangan tubuh yang terus mengikuti perjalan hidup Bowo. Cuma untuk latihan-latihannya Bowo menikmatinya, berbanding terbalik dengan konflik yang dihadapinya, sangat menyiksa. “Tubuh ini batasannya, hati sekeras apapun bila tubuh sudah mentok kemampuannya terpaksa dituruti.” Buktinya Bowo berlatih puluhan tahun, kemenangan besar menaklukan jarak jauh untuk jogging, atau melenturkan tubuh dengan asana-asana yang sulit, jurus-jurus dengan tenaga besar, semuanya tidak tercapai, semuanya harus disiasati agar tunai dan mendapatkan keuntungan. “Kenyataan hasil latihan menghasilkan fisik yang biasa saja, tidak seideal fiksi yang kubaca atau iklan lifestyle.” Ah Bowo saja yang tidak serius melatihnya...... Wow bukan begitu, dihitung perminggu jadwal latihannya tiga empat hari dengan durasi waktu setengah jam. Biarpun tidak mencapai atlet olah raga itu sudah sangat luar biasa karena Bowo berbagi dengan kegiatan lainnya seperti bekerja dan beribadah. Latihannya hari itu lancar, itu pertanda konflik dengan keluarga Bapak Jonan tidak memberatkan dirinya lagi. Dasar yang lain kegiatannya seperti membaca koran bisa dinikmatinya. Berarti urusan hati terhadap Ani bertahap luruh dengan sendirinya. Seharusnya sudah bebas, sayang orang-orang yang memusuhinya masih terus menyeretnya dalam pusaran masalah internal keluarga ini. Hal yang ajaib bagi Bowo karena menjadi pengalaman level tertinggi seumur hidupnya. Nah setelah berlatih di hari Minggu sebagai realita hidupnya gantian esok harinya Bowo menghadapi realita lain yang sayangnya hanya mencapai “bayang-bayang maya”. Hari Senin 2 Desember 2019 setelah membuka kiosnya, duduk di bangku plastik menanti kunjungan pemesan stempel. Rutinitasnya baca koran berita terbaru. Di sebuah negara raksasa China sedang ditemukan penyakit radang paru-paru yang sangat mematikan dikarenakan sejenis virus. Kecepatannya menular sangat tinggi diperkirakan berasal dari hewan yang dikonsumsi manusia seperti kelelawar dan ular. Otoritas China langsung menginvestigasi pasar tersebut dengan menutupnya. Hingga kini berita ini adalah yang terbaru di sebuah kota besar China Wuhan. Ilmuwan dari berbagai negara memperingatkan bahayanya penyakit ini. Berbagai pandemi global pernah terjadi seperti Flu burung, flu Hongkong dan lain-lainnya. Setingkat itulah penyakit yang sekarang dinyatakan mematikan tersebut. Ah ini di China, belum tentu sampai di Indonesia. Berita itu tidak penting bagi Bowo, tidak seperti konflik yang dialaminya bertahun-tahun. Keadaan masih menegangkan walau untuk Bowo mustahil mencapai penyelesaian. Semua pergerakan memperkarakan Bowo berasal dari pihak keluarga Bapak Jonan. Tidak ada tanda-tanda selesai apalagi duduk di meja perundingan. Bowo segera tertarik melihat munculnya seorang pemuda bermotor Vega merah AB 6335 VL dari mulut gang. Itu suami Ani beraksi memprovokasi Bowo. Tergetar juga syaraf-syaraf di tubuhnya, tapi sadar lebih penting membaca gelagat dari pada mengurusi hatinya yang terpukul karena aksi pemuda ini masuk serangan psikis. Refleks Bowo mengambil HP dari saku celananya. Langsung membuka kamera, ini satu-satunya kesempatan mengupload momen dirinya dimanuver suami Ani. Hanya ada kesempatan beberapa detik, harus jadi gambar bukti. Berhasil. Suami Ani tampak terkejut juga dipotret saat beraksi. Sempat menutup wajahnya, kemudian merasa aman karena tertutup masker. Tidak penting bagi Bowo soal beresiko atau tidak, pertemuan itu diabadikannya dalam media sosial sebagai statusnya, juga bukti bahwa ia terus diperkarakan menantu Bapak Jonan yang identitasnya hingga kini masih gelap bagi Bowo. Dengan adanya foto tersebut maka bila ada perkara berlanjut misalnya tingkat pengadilan ia sudah memegang bukti. Suami Ani tetap melanjutkan aksinya, menyeberang jalan melewati depan kios Bowo. Mungkin agar Bowo emosi, kemudian memperkarakannya seperti yang sudah-sudah misalnya mendatangi rumahnya beraksi balasan. Bowo membiarkan malah melihat jam di HP mengetahui waktu kejadian, pukul 7.30 WIB. Tapi kemudian Bowo lebih terkejut lagi, dari arah berlawanan di seberang jalan melintas Honda Beat hijau AB 4501 UT. Pengendaranya sangat dikenal Bowo itu orang yang sejak pertengahan Juli 2019 beraksi memancing perhatiannya agar masalah bergeser terhadap orang ini. “Sangat disengaja dan bukan kebetulan,” cepat Bowo menduga. Jelas ada skenario tersembunyi di belakang aksi kedua orang ini walau tidak akan tampil bersama-sama. Mungkin Bowo dipancing emosinya oleh suami Ani untuk kemudian menyerang, saat menyerang itu sudah siap pemuda bermotor Beat hijau ini memperkarakan Bowo lebih ke arah dirinya agar bergeser. Suatu skenario hebat, semuanya rekayasa memanfaatkan posisi Bowo yang terjepit dan dalam keadaan tegang jiwanya. Boleh dikata itu tingkat trik jebakan tinggi dengan persiapan yang matang dan terencana. Bowo waspada. Diperhitungkannya area seluruhnya, tak ada yang mencurigakan. Namun pergerakan suami Ani dan pemuda bermotor Bet hijau tersebut jelas menjadikan adanya komplotan untuk berperkara dengannya. Tetap saja larinya telah terbentuk jaringan sindikat, sengaja atau tidak sengaja suami Ani terlibat di dalamnya. Satu jam kemudian lewat lagi pemuda bermotor Beat hijau kemudian belok masuk kampung, entah kemana. Dan seharian itu Bowo terus memperhatikan area sekitarnya karena membuat tegang dan gelisah yang biasa dialaminya sampai beberapa hari mendatang karena adanya insiden tersebut. Soalnya ini berkaitan dengan posisinya di kios, tempat hidupnya mencari penghasilan, harus dipertahankan mati-matian. Tapi Bowo tidak begitu mempedulikan pemuda bermotor Beat hijau AB 4501 UT, “Biarpun berperan besar tapi hanya diupah, bukan inti masalah.” Pikirannya tetap tertuju pada pergerakan suami Ani memperkarakan dirinya. Itulah sepak terjang suami Ani yang sebenarnya, selama ini kehadirannya di Jogja sejak akhir Juni 2019, mencoba hidup bersama di rumah yang telah dibangunnya sebagai jatah semacam pembagian warisan milik Ani. Begitu keras Bowo berpikir, dan sorenya Bowo melihat hal menarik. Pemuda bermotor Beat hijau muncul dari ruas jalan kampung menuju kios sembako. Sekali lagi kameranya beraksi, dan juga diuploadnya dalam medsos. Diperhatikannya pergerakan pemuda bermotor Beat hijau tersebut, seolah-olah wajar saja, kegiatannya seperti tidak ada hubungannya dengan aksinya berlainan waktu tadi pagi beriringan dengan aksi suami Ani. Kali ini terlihat kaos yang dipakainya sama dengan 17 Juli 2019, berkaos hitam berbendera Inggris. Apa yang dibelinya? Memborong berbagai makanan dan minuman dalam kemasan kotak. Semuanya diletakan di bagian depan motor, harus ditata agar semuanya bisa muat terangkat. Akhirnya berhasil dan kemudian mengendarai motornya berbalik arah masuk ruas jalan kampung. Bowo sendiri mengambil momen tersebut berurutan sebagai dokumentasi. Semuanya tergambar jelas oleh Bowo, itu adalah aksi tertuju pada dirinya untuk operasi eksekusi sesuai tujuan keluarga Bapak Jonan. Besok pasti berlanjut karena bakalan terangkai semacam skenario. Bowo mewaspadai pergerakan pemuda bermotor Beat hijau ini karena jelas menjadi pergerakan komplotan. Mungkin dari pihak keluarga Bapak Jonan bermaksud baik karena melindungi keluarganya dari ancaman tindakan buruk pihak Bowo. Tapi sebaliknya di pihak Bowo terbaca buruk karena bila terjadi benturan fisik diantara siapapun orang-orang yang memperkarakannya jelas masuk ranah tindak pidana tidak peduli siapapun yang memulainya. Tolak..... Menghindarinya, Bowo yang geleng-geleng kepala. Yang jadi sasaran dirinya saat berada di kios kerjanya. Tak mungkin memindahkannya begitu saja kecuali ganti profesi. Wah ya lebih sulit ganti pekerjaan, semua yang memulai profesi baru pasti merasakan sakitnya menjadi pemula. 3 Desember 2019, “Sikapku tetap tidak terbaca sebagai bentuk penyelesaian, yah semua itu keputusan sepihak dariku,” Bowo berujar sendiri. Bowo terus memantau perkembangan, tidak mungkin skenario hanya berjalan satu kali, pasti terangkai sampai semingguan ini. Ia hanya bisa menghindarinya hari Minggu karena aktifitas kerjanya libur. Paginya sudah ada pemuda lain mengendarai sepeda hijau federal Aviator dalam berbagai aktifitas. Bowo tak memandang serius aksinya karena tingkatnya paling rendah, memanas-manasi situasi atau sekedar memantau keberadaannya. Ternyata siangnya Ibu Jonan terlihat, sayang hanya melintas walau memandang dirinya sebentar, langsung berbelok jalan menuju kampung. Tunggangannya motor Beat lawas milik Ani. Itu sudah cukup bagi Bowo bahwa besoknya pasti berlanjut entah apa dalam bentuk manuver. 4 Desember 2019, Akhirnya muncul juga Ibu Jonan pagi hari, ini bukan kejutan. Jam menunjukan masih pagi setengah sembilan, keperluannya membeli makanan untuk sarapan. Dari mulut gang, berhenti sebentar untuk ancang-ancang menyeberang jalan. Perempuan paruh baya yang memiliki peran penting dalam konflik dengan Bowo atas nama seluruh anggota keluarganya. Makanya Bowo memusatkan perhatian, terutama menafsirkannya walau sudah tidak akan menghubungi lagi melalui kiriman-kiriman SMS maupun pergerakan berbalas di sekitaran rumah mereka. Perempuan ini menyeberang dalam jarak paling dekatnya dengan kios Bowo, lima meteran tapi jangan harap matanya bakalan mau memandang Bowo, lelaki yang diperkarakannya ini dianggap tidak ada. Tentu tujuannya ke warung gudeg paling pojok selatan deretan kios PKL eks kampus. Seperti biasa Bowo tidak bisa berbuat apa-apa, semuanya merupakan hal remeh temeh walau kait mengkait dengan peristiwa sebelumnya. Seperti inilah aksi-aksi keluarga Bapak Jonan, mencapai isyarat, bahasa tubuh, simbol dan penafsiran aksi, selalu bermakna simbolik skenario yang bila sudah diterjemahkan berbahaya. Apalagi bila Bowo maju memperkarakan salah satu anggotanya, bisa semua bergerak mengeroyok Bowo dalam beberapa peristiwa seperti di awal tahun 2019. “Sudah benar-benar terbentuk komplotan, anggota intinya Ani dan suaminya ditambah Ibunya ini dan lain-lain ck ck ck.......” Bowo tetap berada dalam kios, tak akan bereaksi dalam pergerakan apapun terhadap aksi Ibu Jonan. Memang akhirnya Ibu Jonan keluar dari warung gudeg menenteng bawaan berupa sarapan ala Jogja, nasi gudeg. Tapi tangan Bowo bergerak mengambil HP dan membuka kamera. Aksi Ibu Jonan pun masuk dokumentasi pribadinya. Lumayan dengan cara ini ia bisa membuat status di Medsos untuk menjalin satu persatu peristiwa demi peristiwa yang mencapai konflik aneh bertahun-tahun. Eeeehhh.....seperempat jam setelah Ibu Jonan masuk gang muncul suami Ani. Bersepeda motor Vega Merah AB 6335 VL langsung menuju arah kota walau sempat berhenti di mulut gang memandang Bowo. Jelas maunya skenario seperti ini menjadi kejutan untuk Bowo dan menjadikan pihaknya sebagai ancaman berbahaya. Tujuan skenario seperti ini adalah membuat Bowo terus berada dalam situasi panik, kemudian tidak tahan mentalnya, dan klimaksnya Bowo yang pergi menyingkir dengan sendirinya. Karena cepatnya melintas Bowo tak sempat mengambil gambar adegan yang diperagakan suami Ani. Bowo menganalisa dirinya sendiri, memang tertekan jiwanya mencapai ketegangan tapi menilai pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan ini sudah tidak berbahaya. “Sulit membuatku hilang kontrol apalagi melabrak mereka sampai tingkat emosi tidak terkendali.” Itu semua karena sudah terduga, semuanya modus yang berulang-ulang. “Bilapun aku membalas cukup di sekitar area eks kampus STIEKers ini, soalnya anggap saja ini masuk wilayah kekuasaanku, atau area jelajahku,” coba Bowo memastikan hal-hal seperti ini. Yang menjengkelkan setelah adanya pergerakan suami Ani bermanuver, seharian kemudian seseorang bersepeda federal hijau Aviator juga beraksi walau hanya memantau Bowo dalam berbagai aktifitas. Njelimet sekali walau terbaca semuanya terhubung satu sama lain tapi tidak akan pernah bersama-sama dalam satu waktu beraksi. Lucunya di hari Kamis semua orang yang memperkarakan Bowo secara tidak langsung ini lenyap. Sia-sia Bowo menunggu seharian penuh tanda tanya..... 6 Desember 2019, Jumat Bowo tidak menggagas apa-apa, khusus harinya ibadah walau sudah tidak lewat rumah Bapak Jonan. Tapi jam 10 pagi sudah lewat Ibu Jonan memantau, hanya lewat kemudian masuk ruas jalan menuju rumahnya. Setelah ibadah Jumat Bowo hanya menyaksikan orang bersepeda federal hijau Aviator dalam berbagai aktifitas, semuanya tertuju pada Bowo walau hanya membayangi. Yah tingkatan pergerakan komplotan ini hanya berupa bayang-bayang. Harus terbaca wajar oleh orang-orang sekitarnya, tapi tujuannya menginginkan Bowo tertekan dan terdesak jiwanya hingga membuat keputusan pendek yang akan mencelakai dirinya sendiri, suatu taktik halus penuh muslihat. Tidak ada klimaks, bila Bowo hancur dan menyingkir selesailah semuanya. Dugaan itu selalu menyelinap dada Bowo dan ia bandel tetap bertahan apapun keadaannya. 7 Desember 2019, Efek dari pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan adalah pasti membingungkan posisi Bowo. Seluruh orang-orang ini mengeroyok dirinya tanpa ada sinyal atau titik penyelesaian. “Malah aku yang menyelesaikannya sepihak, menghapus dan tidak lagi menggugat Ani untuk kelanjutan hubungan.” Uhhh baru saja Bowo bicara sendiri seperti itu muncul Ani dari mulut gang, sempat berhenti dengan motor Beat lawasnya. Mata Ani tajam memandang Bowo yang duduk di belakang etalase kiosnya. Bowo tahu diri, ini kesempatan mendeteksi batinnya dikala Ani beraksi. Tidak mendebarkan seperti tahun-tahun dahulu, masih tersisa perasaan ingin memiliki tapi dengan penyangkalan “Haram”, bila menyatakannya sebagai hak milik itu berarti berulang kesalahan dari pihaknya, sungguh itu kebodohan. Bowo menantikan fenomena seperti ini sudah sangat lama, jauh sebelum Ani menikah karena menyadari tingkatannya sebagai anggota masyarakat yang rendah. Tak bisa lagi menggapai Ani yang terus menanjak menjadi mahasiswi berprestasi 2011 hingga kini mencapai S2. Juga kemunculan-kemunculan dari pergerakan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan sudah tidak mengherankannya lagi, modusnya berulang-ulang. Sementara Ani setelah berhenti sekedar memperlihatkan aksinya tertuju pada Bowo segera melajukan sepeda motornya menuju utara arah kota. Ah tidak seperti itu saja, seperempat jam kemudian lewat lagi tepat di depan kios Bowo. Benar-benar berunsur kesengajaan terhadap seseorang yang pernah menyatakan punya perasaan sayang terhadap dirinya. Biarpun lewat depan kiosnya Bowo tidak menganggap penting lagi aksi Ani, terakhir Ani memperlihatkan diri dan sempat mengambil gambarnya 22 November. Setelah itu perempuan ini selalu mengambil jarak saat beraksi, berarti sudah punya perhitungan bahwa Bowo terus terpengaruh walau mustahil memilikinya. “Alurnya lambat tetapi buatku makin mengerucut tindak penyelesaian,” Bowo berpikir demikian. Bowo terus menjaga usaha kiosnya sambil berpikir puluhan tahun hal-hal yang dihadapinya. Di Jogja sambil mencari uang ia telah mendapatkan pengalaman berurusan dengan perempuan yang memecahkan rekor paling lamanya, lebih dari sepuluh tahun. “Aksi-aksi seperti ini akan terus berulang, mereka tidak pernah berhasil menghentikannya karena misi terbesar tidak tercapai, boleh dikata gagal.” Bowo terus mengamati sekelilingnya, mana mungkin mereka begitu saja menghentikannya, pasti berlanjut. Bila pun tidak ada aksi lanjutan hari ini mingggu depan terus berlangsung karena ada pengatur skenarionya. Oh ternyata sorenya ada aksi lanjutan sesuai perkiraan Bowo, itulah suami Ani bersama seorang anak lelaki tetapi bukan balita putranya. Anak lelaki ini mungkin keponakannya dari lelaki yang menjadi saingan Bowo berebut cewek Ani.....wow bila bilang bagian ini Bowo saja risih kok!! Hanya berjalan kaki, Bowo leluasa memandang postur dan wajahnya yang kali ini tidak tertutup masker. Lamat-lamat ada cambang jenggot memenuhi pipi dan dagunya. Suatu hal yang sulit disamarkan karena dalam waktu cukup lama bakalan tumbuh lebat. Kemudian rambut kepalanya yang menunjukan tanda kebotakan bila usianya bertambah. Terus juga kaca mata minusnya yang tebal, lelaki ini hanya bersandal jepit dan bercelana pendek. Bowo bersiap-siap ambil gambar, inilah lelaki yang selama lima tahunan ini menjadi seterunya. Di pihaknya menjadi berat menekan karena identitasnya hingga kini belum diketahui. Berbagai pergerakannya sangat terselubung, bila disebut juaranya harusnya tetap ada pertarungan fisik, karenanya Bowo cenderung melihat motifnya lebih mengarah pada penampilan jahat, komplotan sindikat. Justru terpikir oleh Bowo, “Akan jadi apa rumah tangga mereka bila aku tetap menggugat pernikahannya, hanya akan menambah angka perceraian di masyarakat karena adanya orang ketiga. Bukankah buatku masih ada perempuan lain yang mungkin lebih berhak kumiliki!” Bowo trenyuh dan tidak tega sendiri. Tapi di pihak sana jelas suara hati Bowo tidak sampai...... Suami Ani terus berjalan bersama anak lelaki menuju kios sembako langganannya. Kemungkinan membelikan beberapa jajanan pada anak tersebut. Bowo menanti cukup lama, akhirnya selesai juga kedua orang sanak famili keluar dari warung. Saat berjalan pulang itulah Bowo mengambil gambarnya, cukup lengkap sampai tiga gambar yang semuanya menunjukan lelaki ini menggandeng tangan anak lelaki umur empat tahunan dengan tangan kirinya membawa sejenis snack kemasan sachet. Selesai sudah, suami Ani lenyap masuk mulut gang. Bowo segera melihat gambar yang berhasil dipotretnya tadi, biarpun dalam jarak cukup jauh Bowo cukup tahu detail raut mukanya. Bowo tidak bisa menipu, pikirannya tertuju pada nasib suami istri ini bila sampai bercerai. Rumah tangga yang berantakan akan membuat buah hatinya terpengaruh juga kejiwaannya, anak hasil hubungan mereka itu lebih penting yang diselamatkan. Ah Bowo tahu sebenarnya, inilah kelemahannya sebagai manusia. Memiliki empati terhadap orang lain bahkan terhadap orang-orang yang memusuhinya tak berkesudahan yang menurutnya anti sosial hingga berkecenderungan psikopat tinggi. Bowo merasakan betapa normalnya keadaan dirinya walau lemah hatinya, memiliki rasa iba yang tinggi terhadap seterunya dan akhirnya membuat keputusan bijak. Mundur! Soal orang-orang di pihak keluarga Bapak Jonan, itu versi mereka sendiri. BREAK.... Hari libur Minggu, kesempatan Bowo merevisi segala olah fisik dan batinnya. Masih butuh waktu cukup lama untuk pulih dan melupakan “Bayang-bayang Maya” di depannya, tapi ia optimis bisa. Sementara modus yang berulang-ulang terus terjadi, seolah dari pihak keluarga Bapak Jonan tidak pernah terselesaikan bahkan sampai masuk tahun 2020. Sungguh Bowo tak menyangka orang-orang ini begitu terobsesi untuk mengalahkan dirinya. Tanggal 10 Desember sekali lagi terlihat aksi suami Ani memboncengkan balita putranya ke kios photo copy memprovokasi Bowo, “Anak itulah poin kemenangan sampean, saya tidak akan mengusiknya sebagai konsekuensi selesainya perkara sepihak dari saya.” Bowo berkata sendiri terhadap dirinya walau di pihak sana tak mungkin mendengar suara hatinya. Justru setelah aksi suami Ani memboncengkan balita putranya di kios photo copy, lelaki ini lenyap. Hanya anggota keluarga Bapak Jonan yang terus melanjutkan aksi-aksi manuver sampai akhir tahun 2019. BAB 15 Kasus Dunia Maya Tidak berakhir, Bowo sudah berusaha membuat sikap dan keputusan sepihak, tapi apa daya pihak keluarga Bapak Jonan tetap melakukan aksi-aksi jebakan dan provokasi yang tujuannya terbaca oleh Bowo dirinya harus tersingkir dari lingkungan tempat tinggal mereka. Januari 2020 sudah terlampaui, semuanya tetap bergulir tanpa ada bentuk penyelesaian apapun. Bowo menghitungnya sia-sia semua usaha baik dari dirinya maupun pihak keluarga Bapak Jonan. Bowo sudah tidak menghubungi satu nomorpun milik anggota keluarga Bapak Jonan, ternyata hasilnya tetap ada tujuan besar yang diinginkan keluarga Ani dan suaminya tersebut. Sementara Bowo memposting berbagai peristiwa yang terjadi di media sosial. Tak ada yang menggubris, hanya ada tambahan pertemanan dari tetangga tempatnya mengontrak kamar. Satu informasi akhirnya masuk, didapatinya nama akun media sosial Ani. Mulailah Bowo menggali identitas orang-orang yang telah memperkarakannya sekian puluh tahun. Identitas yang gelap selama ini menyelimuti kasus yang menimpanya, pegangannya hanya kabar-kabar yang tidak jelas saja terutama dari gelagat aksi-aksi seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Terakhir Bowo menyatakan ia sudah kehabisan bahan pembahasan karena tidak memegang data orang-orang yang memperkarakannya ini, oh terakhir Bowo SMS bulan Oktober 2019. Setelah itu jalan menghentikan kiriman SMS sebagai satu bagian penyelesaian sepihak darinya dicoba, tapi hingga sekarang tidak digubris. Perubahan-perubahan terjadi tidak terelakan, posisi Bowo di rumah kontrakan sekarang sulit dipertahankan. Mukijo boleh dikatakan tidak terkontrol setiap kali mabuk. Larinya aneh, Bowo sering jadi pelarian kemarahannya. Itu yang menggerakan Bowo untuk mencari tempat kos lainnya. Sulit bila pemilik rumah kontrakan bertingkah, biarpun bodohnya bagaimanapun Mukijo punya kekuasaan hak milik. Tak mungkin berbantahan seperti dengan anggota keluarga Bapak Jonan melalui kiriman SMS. Dengan Mukijo Bowo tidak ada konflik, yang ada hanya Mukijo yang bermasalah dengan dirinya sendiri, terjerumus ketergantungan pada alkohol. Bowo pun keluyuran selama bulan Januari 2020 mencari tempat tinggal baru menjauhi kampung Krapyak Wetan yang puluhan tahun seperti kampung halamannya sendiri. Ia optimis saja dalam waktu dua tiga minggu sudah mendapatkan kamar kos, ini Jogja tempatnya pelajar dari berbagai pelosok Indonesia. Kebetulan atau tidak perpindahan tempat tinggal menjadi strateginya juga. Kan ada kemungkinan di tempat baru pandangannya juga berubah. Yang pasti segala kasus-kasus yang sekarang dihadapinya bisa selesai dan dari segi kebiasaan Bowo bisa merubah beberapa wataknya sendiri yang terkungkung di kampung Krapyak karena sudah terlanjur. Makanya tahun baru 2020 ini Bowo sibuk, memiliki agenda tersembunyi untuk dirinya sendiri. Yang tidak berubah adalah aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Terutama Ani, suaminya, Udin dan Ibu Jonan. Yang tidak nampak adalah Jodi, semenjak Bapaknya meninggal bulan Mei 2019 ia seperti cabut dari rumah milik keluarganya. Konon kakak Ani yang kedua ini mendapat jatah waris tempat tinggal peninggalan bapaknya di lain kecamatan. Yang penting adalah identitas Ani dan suaminya mulai terkuak...... Modus yang berulang-ulang mulai diperhitungkan Bowo, itu terjadi dari suami Ani 31 Desember 2019 tepat menjelang tahun baru. Suami Ani melintas pura-pura berbelok di depan kios Bowo pagi-pagi. Ini kehadiran suami Ani setelah lenyap dua mingguan lebih. Memang misterius lelaki ini, biarpun bersengketa dengan Bowo tetapi belum pernah ada satupun argumentasi keluar dari mulutnya atau melalui SMS dan telepon. Seluruh pergerakannya hanya bisa disaksikan berdasarkan aksi-aksi provokasi di depan Bowo. Yang menyebalkan adalah aksinya dalam seminggu hanya satu dua kali. Keadaan seperti ini menyulitkan Bowo untuk memberi tanggapan atau reaksi. Makanya Bowo yang sudah mencoba memberi kabar selesainya perkara sepihak kadang sengaja membiarkan pemuda ganteng ini memprovokasi. “Kecuali sudah sangat mengganggu baru aku bertindak, itupun masalahnya sebenarnya bukan rebutan cewek.” Di sini Bowo memperhitungkan, perkara apa yang bisa diajukannya bila terjadi pembicaraan langsung dengan suami Ani. Rasanya nihil..... “Aku ini cuma harus eksis saja di kios usahaku,” ujarnya sendiri sambil mengamati kios miliknya yang terlalu amat sederhana. Ya kios inilah satu-satunya sumber penghasilannya, harus dijaga mati-matian, dipertahankan semampunya. Bukan cewek! Urusan cewek sudah selesai, apa yang diharapkannya dari Ani atau cewek lain yang pernah singgah di hatinya? Semua itu hanya mantan, pihak Aninya sendiri yang tidak berusaha menepisnya misalnya demi keutuhan rumah tangga dan anak hasil pernikahan mereka. Anehnya Ani adalah cewek ini mengajukan dirinya terus tertuju pada Bowo selama lima tahun berjalan ini walau sudah bersuami, beranak dan bahkan dengan segala embel-embel seperti fasilitas rumah, biaya pendidikan tinggi S2 dan mungkin berbagai bantuan keuangan lainnya. Bowo tahu persis anggota keluarga Bapak Jonan yang sudah bekerja itu hanya Ibu Jonan dan istri Udin, sedangkan Jodi mungkin bekerja di lokasi yang jauh dari rumahnya ini. “Itu semua proyek besar, dananya berasal dari suami Ani,” Bowo menyimpulkan hal itu. Memasuki tahun baru 2020 Bowo waspada, “Semua masalah jangan terulang lagi, terutama urusanku dengan Ani yang mencapai hubungan pacaran. Aku menjadi pihak ketiga hingga kini walau kucoba selesai sepihak dariku.” Jadi aksi-aksi sudah tidak berasal dari pihak Bowo, ini yang sangat mengherankannya, “Tetap saja tuduhanku berlaku baik pada suami Ani sebagai pelaku sindikat human traficking ala Bali maupun pada anggota keluarga Bapak Jonan yang terduga psikopat.” Kombinasi kedua tuduhan tersebut melekat menjadi aksi-aksi keroyokan tanpa bantahan. Apapun keadaannya bila begini Bowo menyatakan, “Pihakku tetap bakalan salah dan tetap kalah, tak mungkin menang walau dengan cara apapun.” “Huuu.... untuk mengundurkan diri baik-baik saja aku harus berjuang mati-matian??” Tapi kenyataan bagaimana bisa mundur, kemudian seminggu dua minggu di bulan Januari 2020, masalah dengan keluarga Bapak Jonan masih menguntitnya. Inilah beberapa kejadian sebelum Bowo pindah tempat kos. Satu persatu Bowo menyaksikan begitu banyak aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Perhitungan antar lelaki dalam pertikaian adalah Bowo versus suami Ani. Itu cukup banyak fakta dan beruntun kejadiannya. Dengan Udin kakak Ani, bapak satu anak ini memusuhinya secara pribadi. Alur kejadiannya selalu mengikuti pertikaian Bowo dengan Ani dan kemudian setelah Ani menikah dengan suami Ani dan terdapat banyak bukti Udin diperintah kedua orang tuanya mencapai eksekusi tindak kekerasan. Itu terjadi sejak Bowo menjadi masalah besar keluarga tersebut karena tidak merestui hubungannya dengan Ani putri semata wayang Bapak Jonan. Udin yang sudah menjadi ketua RT sampai sekarang tetap mencari celah memperkarakan Bowo dengan segala cara, yang paling terasa adalah mendompleng perselisihan Bowo dengan suami istri internal keluarga tersebut. Bowo menduga Udin memang mendapat keuntungan paling besarnya dari pertikaian antara dirinya dengan suami Ani. Sebab tidak mungkin Udin berperkara secara pribadi tanpa mendapat imbalan apapun. Siapa lagi sumber dananya kalau bukan dari suami Ani. Bukti-bukti Udin mendapat keuntungan besar dari pertikaian Bowo dengan suami Ani justru karena Jodi kakak kedua Ani sekarang tidak melibatkan diri lagi. Terbaca Jodi mengundurkan diri lebih baik mengurusi dirinya sendiri dan mungkin sudah berumah tangga hingga tak mau ikut campur dengan pihak manapun, Jodi kemungkinan netral dalam segala hal. Ani adalah pihak paling kontroversialnya, maunya Bowo dalam segala hal perempuan inilah yang mengambil keputusan banyak. Bila ia konsekuen dengan rumah tangganya pastilah dari dahulu masalah selesai. Hingga sekarang Bowo masih merasa dilibatkan sebagai pihak ketiga dalam urusan rebutan cewek. Hal yang mengherankan karena Ani sudah punya anak dan suaminya sudah hadir dengan aksi klaim-klaim hak kepemilikan penuh atas diri Ani. Aninya masih sering beraksi, sendirian memancing Bowo tetap memiliki hubungan khusus dengannya. Itu bila sendirian..... Yang membingungkan Bowo, Ani oke saja dijadikan umpan pancing kepentingan keluarga dan bahkan kemungkinan besar suaminya sendiri. Ani inilah yang sering beraksi seolah-olah dirinya adalah korban penderita sehingga Bowo berinisiatif mencoba menolongnya. Berbagai peristiwa benturan Bowo dengan pihak keluarga Bapak Jonan adalah karena posisi Ani yang sulit diketahui arah tujuannya. Bila memihak suaminya pasti Bowo merasakan, pasti Bowo menyingkir dengan sendirinya sebagai konsekuensi. Semua orang di dalam keluarga Bapak Jonan memanfaatkan Ani! Untuk apa? Tujuan utama mereka adalah mengeroyok Bowo, mempermalukan dan menyingkirkannya dari Jogja, sangat kompak sehingga Bowo menyatakan tak mungkin menang perkara. “Bisa melaluinya saja sudah baik,” ujar Bowo sendirian. “Mereka pemain watak, berakting dalam skenario drama taetrikal, memancing dan memprovokasi diriku sampai terjebak, itu semacam persekusi walau dari awalnya puluhan tahun yang lalu tidak berhasil.” Dari satu jebakan ke jebakan lain Bowo lolos, bahkan menjadi poin kemenangan, entah mungkin sampai 90%. Sedangkan keluarga Bapak Jonan tetap tidak terima, satu-satunya tujuannya sekarang hanyalah menyingkirkan Bowo dari Jogja apapun jalannya. Bowo adalah kambing hitam dalam segala hal. Makanya hingga sekarang terus bergulir penuh intrik jebakan. *** “Unsur kesengajaannya sangat tinggi,” begitu Bowo menyatakannya setiap kali ada manuver anggota keluarga Bapak Jonan. Seminggu bisa dua tiga kali mendekati kios Bowo atau di depan kios walau hanya di seberang jalan atau lewat saja. Terutama adalah suami Ani, bila hanya lewat atau muncul dari mulut gang kemudian berlalu itu tak akan dihitung Bowo sebagai kesengajaan. Nah yang sangat disengaja untuk memprovokasi adalah kejadian seperti ini. 18 Januari 2020, Bowo baru saja membuka kios, nah dari jauh muncul sepeda motor Beat merah AB 6722 KL ditunggangi suami Ani. Ternyata kemudian parkir di kios gudeg tetangga Bowo. Hanya sekitaran dua puluh meter saja dari kios Bowo, pemuda ganteng suami Ani segera masuk warung gudeg memesan makanan dibungkus. Setahu Bowo warung ini memang menyediakan gudeg dalam kemasan box, malah jarang orang langsung makan di tempat karena kiosnya tidak bagus. Warungnya cukup dikenal karena cabang dari Taman sari. Bowo berpikir cepat, momen seperti ini jangan sampai lenyap. Segera HP nya digunakan, memotret keberadaan motor Beat merah yang dikendarai suami Ani. Tentu Bowo harus berjarak sekitar 7 meter agar motor bisa difoto jarak dekat. Berbagai foto yang pernah dipostingnya selalu dalam jarak jauh, lebih dari dua puluh meter, 7 meter sudah paling dekatnya walau tanpa profil orangnya. Cukuplah motor ini sebagai bukti untuk postingannya di media sosial. Setelah memotret segera Bowo kembali ke kiosnya, duduk manis mengawasi pergerakan pemuda suami Ani. Nah suami Ani sudah memegang bungkusan makanan, memandang Bowo sebentar kemudian menunggangi motor yang memiliki ciri khas milik keluarganya. Selalu berkaca depan, mungkin untuk mengurangi tiupan angin walau sebenarnya hanya untuk asesoris tambahan. Saat hendak melaju menyeberang jalan baru suami Ani memperlihatkan segala gerak-gerik memancing perselisihan dengan Bowo. Yah inilah susahnya bila Bowo menerangkan pada orang lain bila ia diprovokasi anggota keluarga Bapak Jonan. Jawaban orang terhadapnya, “Tidak ada apa-apa, mereka cuma beraktifitas biasa tidak tertuju padamu, kamu saja yang mengada-ada.” Tapi mana mungkin Bowo membenarkan pernyataan orang yang tidak mengalaminya langsung, dari aura wajah suami Ani ketahuan mereka tetap memperkarakan dirinya untuk memancing keributan. Bowo terus dijebak agar emosinya meledak, menyerang salah satu anggota keluarga tersebut, kemudian dikunci sebagai kesalahan fatal pihaknya. Puluhan tahun seperti inilah dugaan Bowo, bahkan sebelum pemuda ini menikahi Ani. Pergerakan suami Ani memprovokasi Bowo tidak lama, setelah ada peluang menyeberang segera melaju masuk mulut gang, mungkin sudah dinanti istri dan anaknya tercinta. Bila suami Ani yang memprovokasi Bowo rasanya itu setimpal, sayangnya bentuk pergerakan suami Ani hanya seperti itu sejak menikahnya. Belum pernah ada dialog atau perundingan, terbaca oleh Bowo pihak suami Ani menghindari kekerasan dan juga tidak mau perkara sampai pengadilan atau hukum. Karenanya dari tahun 2018 sampai 2019 akhir Bowo selalu menuduh pihak suami Ani melakukan praktek sindikat human traficking ala Bali karena mencapai ritual. Pergerakan suami Ani terulang kembali 22 Januari 2020, kali ini Bowo sedang membeli nasi kucing di angkringan setelah membuka kios. Dari kios angkringan Bowo melihat suami Ani melintas, ternyata singgah di warung gudeg seperti 18 Januari 2020 yang lalu. Jadinya Bowo melewati kios gudeg dan melihat sepeda motor Vega merah AB 6335 VL milik suami Ani. Sama persis dengan motor Beat merah, ada kaca penghalang angin di stang depannya sebagai ciri khas keluarga tersebut, ya itu semacam tingkat prestise keluarga suami Ani. Bowo sempat memandang pemuda ganteng suami Ani yang saat itu ngobrol dengan penjualnya, sempat saja Bowo dihardik penjual gudeg karena lewat tanpa menyapa. Bowo senyam-senyum saja segera menghindari karena adanya seorang seterunya yang sedang beraksi manuver memancing emosinya. Bowo duduk kembali di kursi plastik sembari menikmati nasi kucing sarapan. Nah saat itulah suami Ani keluar dari warung gudeg dan jelas beraksi memprovokasinya. Beberapa kata keluar dari mulutnya tapi tak jelas terdengar karena cukup jauh. Nadanya jelas tidak nyaman bila didengar Bowo langsung, mungkin semacam tantangan atau makian. Aksinya makin kuat ketika hendak menyeberang jalan, memandang Bowo mempermainkan gas sedikit mengeras suara motornya. Stang motornya mengarah tepat di kios Bowo, sengaja tertuju pada Bowo walau akhirnya mendapat celah menyeberang berlalu. Tentu saja Bowo sangat memperhitungkan pergerakan suami Ani, ini rivalnya paling utama karena sengketa rebutan cewek. Dari tahun 2015 hingga kini awal 2020 belum berakhir, bagi pihak Bowo sendiri mencoba menyudahi perkara karena klaim hak kepemilikan sudah mencukupi bagi lelaki suami Ani menguasai sepenuhnya perempuan bekas pacar Bowo. Jadi kalaupun Bowo bergerak, ia hanya beradaptasi terhadap situasi-situasi yang terjadi di depannya agar konflik tetap terkendali. Posisinya malah mengontrol agar semua pihak tetap berada dalam koridor moral dan etika. Ah itu hanya alasan sepihak Bowo, nyatanya sikap dan keputusannya tidak terbaca semua anggota keluarga Bapak Jonan. Aksi-aksi sepihak anggota keluarga Bapak Jonan penuh dalam sebulanan ini. Memang hanya lewat depan kios Bowo, muncul dari mulut gang seperti Ani atau Ibunya atau kakak iparnya bersama putrinya. Terkadang Udin muncul jalan kaki saja menuju warung sembako hanya sekedar membeli rokok ketengan, tetapi semuanya adalah bentuk aksi manuver tertuju pada Bowo, sebab semuanya saling terkait selalu dalam bentuk keroyokan. Ah lebih baik Bowo melakukan agendanya sendiri, pindah tempat kos dahulu. Itu terjadi awal Februari 2020, pindah ke kampung lain menjauhi Krapyak dan Salakan. *** Aksi-aksi Bowo makin merasuk dalam dunia maya. Itu setelah didapatinya akun facebook milik Ani dan suaminya. Semua data pribadi mereka terungkap. Bowo mengucapkan syukur, “Alhamdulillah.” Perasaan Bowo meledak dalam emosi, ketidak percayaan dan gregetan. Begitu lama ia menanti momen seperti ini, bila semua data milik orang-orang yang berseteru didapatinya kemungkinan masalah tidak begitu membabi buta seperti tahun-tahun yang lalu. Pantas Bowo berusaha mencari kata yang paling mendekati dengan nama panggilan Ani tidak ketemu. Nama panjang depannya jauh dari nama panggilannya, semacam nama islami sesuai keinginan orang tuanya. Nama suaminya sebenarnya lebih mudah dicari karena hanya mendasarkan pada ketokohan kesatria Pandawa. Tetapi akun FB nya tidak akan mudah dicari karena identitasnya dengan nama tokoh pewayangan ala Jawa. Misalnya tokoh Arjuna di Jawa memiliki alias Janoko dan Bambang Permadi, atau Bima alias Werkudara, Yudistira sebagai Puntadewa dll. Yang dicari cepat oleh Bowo adalah pertanyaan tentang pendidikan suami Ani, sekarang terjawab. Ada profil depannya bikin Bowo langsung terhenyak, menempuh S2 di Wegeningen University and Research. Hebat sekali, tapi bila diperhatikan itu belum dilakukannya karena dimulai September 2019 hingga September 2022 yang berarti belum kesampaian, itu hanya profil cita-cita atau untuk menyembunyikan rahasia. Suami Ani kemungkinan hanya S1 sesama jurusan dengan Ani walau senior, itu sudah bikin Bowo berdecak kagum karena keduanya di UGM. Mereka ternyata S1 Fakultas Biologi, jadi apapun yang diketahui Bowo salah semua, itu gara-gara informasi yang didapat dari Bapak Jonan tahun 2011 di mana orang tua itu menyatakan Ani masuk jalur undangan Fakultas Farmasi UGM. Bowo menggali lebih dalam identitas suami Ani, ternyata yang diberitakan orang luar tentang suami Ani yang menempuh pendidikan S2 di Inggris tidak ada. Hanya lelaki ini sempat ke Inggris selama satu bulan mengikuti training pelatihan. Itu berkaitan dengan pekerjaannya yang sekarang diketahui Bowo adalah di Kebun Raya Bali Tabanan. Itu terjadi Juli sampai Agustus 2016, setelahnya Bowo mendapati kabar akhir tahun dari beberapa sesepuh masyarakat sebagai kehebatan suami Ani. Kabar itu dibuat mungkin sangat disengaja oleh keluarga Bapak Jonan karena menjadi tingkat karier terbaik suami Ani. Bekerja di kebun raya Bali, hmmmm.....bukan orang Bali. Ternyata hanya orang Sleman, tapi diselidiki oleh Bowo tetap saja mereka memiliki asal-usul dari daerah tersebut. Tuduhan Bowo terhadap suami Ani sebagai pelaku sindikat human traficking adalah salah. Tetapi bila dipikir-pikir tetap ada pembenarannya, suami Ani jelas sudah sangat akrab dengan lingkungan Bali sejak masih mahasiswanya, itu dari berbagai foto dirinya di berbagai daerah Bali ketika mengadakan penelitian. Jadi bisa saja metode tersebut diadopsinya berdasarkan praktek di lingkungan sekitar kebun raya Bali. Yang menyebalkan Bowo ternyata mereka berpacaran sejak akhir 2012, “Sebenarnya hubunganku dengan Ani sudah diakhiri tahun tersebut oleh keluarga ini, suami Ani sudah hebat segala-galanya, posisiku sebenarnya sudah tergeser tinggal nama....kenapa hal tersebut tidak terjadi?” “Kan bila hubunganku dengan Ani berakhir 2012 aku segera mencari pengganti yang lebih sesuai dengan derajat dan kondisiku, kenapa terus bergulir hingga hari ini?” Kedua akun milik suami istri ini profilnya demikian baik, tanpa satupun bagian menunjukan kelemahan mereka. Itu biasa dalam medsos, tidak ada satupun postingan menyinggung seseorang yang menjadi rival dan musuh, atau pesaing keduanya bahkan sampai tidak aktif. “Kuakui lebih jujur orang Barat ketimbang orang Indonesia bila di medsos,” Bowo berujar sendiri. Itu karena untuk pendidikan suami Ani tercantum masuk jenjang S2 di luar negeri. Itu sebuah universitas di Belanda, Wegeningen University and Research, itu universitas terbaik untuk kehutanan dan pertanian. Kalau di Indonesia adalah Institut Petanian Bogor. Tapi tercantum tahunnya, September 2019- September 2022...... Berarti tidak terealisasi, sebab sampai saat ini suami Ani masih hadir di sekitaran rumah keluarga istrinya. Atau itu profil yang sengaja dicantumkan demi....., Bowo terhenyak. Ya profil pendidikan S2 di Belanda ini adalah untuk menghantam dirinya yang menjadi saingannya agar menyerah kalah. Sebab setelah dicantumkan profil ini akun suami Ani tidak pernah diaktifkan lagi. Terakhir diaktifkan awal 2019 sebelum bulan Juni. Sampai April 2019 masih aktif setelah itu tidak pernah memposting apapun hingga ketahuan akunnya ini oleh Bowo Februari 2020. April 2019....., suami Ani pergi begitu saja dari pertikaian dengan Bowo. Hal tersebut membuat Bowo heran karena untuk kesekian kalinya lelaki ini melarikan diri begitu saja saat sedang bentrok panas-panasnya dengan dirinya. Kalau akun Ani sudah tidak aktif lama, akhir 2016. Hanya ada satu kali dicoba menghubungi suaminya awal 2019, ah itu saat Ani beraksi di depan Bowo dengan segebok paper disertasi dan ujiannya. Kalau melihat akun keduanya tidak mungkin ada yang bilang Bowo adalah pihak orang ketiga bagi suami istri ini, akun yang sangat ideal bahkan menakjubkan. Bowo meneliti untuk satu peristiwa, kegugurannya Ani di awal 2016. Tidak ada satupun postingan menyinggung hal tersebut. Baik itu di akun Ani apalagi suaminya, ini bukti bahwa semua orang dalam keluarga tersebut menyembunyikannya. Padahal itu peristiwa biasa dalam usia kehamilan muda, kenapa disembunyikan? Bowo tidak perlu tahu, yang penting postingan tentang hal tersebut tidak ada, sangat disembunyikan karena menyebabkan citra buruk bagi mereka sekeluarga yang dibangun melalui medsos. Padahal untuk Bowo peristiwa kegugurannya Ani adalah sangat pribadi, karena Ani muncul dan masalah mereka berdua bergulir menjadi konflik lima tahunan ini adalah awal Maret 2016. Gara-gara Bowo bertemu dengan Ani dan keponakannya di hari Maghrib, esoknya Bowo mulai diganggu nomor-nomor milik keluarga Bapak Jonan, sampai empat nomor. Tentu saja Bowo tidak satu hari tuntas menggali postingan-postingan akun Ani dan suaminya. Satu postingan dikupas ia juga merasakan jiwanya menggelegak. Emosinya meluap....dan itu ditulisanya sebagai postingan akun medsosnya sendiri. “Hmmm justru karena sudah kudapati akun-akun mereka, sekarang menjadi tawanan walau hanya bangkainya saja.” Ungkapnya sendiri karena kedua akun suami istri ini sudah non aktif lama. Mungkin mereka berdua sudah memiliki akun baru yang tidak mungkin diketahui Bowo lagi. Tapi ini juga sudah cukup, bila pun punya akun baru isi-isinya tidak akan berbeda jauh. “Malah sekalian kurusak akun mereka agar tidak pernah dipakai lagi selamanya.” Dendam Bowo terlampiaskan di bagian ini. Hanya bisa dimasuki dengan komentar di setiap postingannya. Kalau inboks atau massanger masuk tapi tak mungkin dibaca karena non aktif bahkan mungkin sudah duluan diblokir karena mereka sekeluarga sudah tahu nama akun facebook Bowo. Dalam satu dua bulan akun suami istri dimasukinya dalam bentuk komentar. Hanya di bagian ini saja bisanya, itu karena semua orang bisa masuk dan keluar, tentu itu bagian bebas dari setiap akun medsos. Satu kali komen, seminggu kemudian ditambahinya lagi, begitu seterusnya. Bila suami Ani sesuai kabar burung benar-benar menempuh S2 di Inggris maka pertikaian berakhir. Pencantuman S2 yang hendak ditempuhnya ternyata baru mulai September 2019 sampai September 2022. Berarti itu bukti bahwa suami Ani mencantumkannya agar sesuai dengan pernyataan-pernyataan dari Bowo yang keheranan bila benar berpendidikan S2 di Inggris maka jelas cara-cara menghadapinya sesuai jenjang profesinya yang pasti gentelman ala Barat. Yang terasa oleh Bowo, suami Ani begitu lokal tingkatannya walau tetap cerdas dan masalah kehidupannya di luar negeri memang hanya tingkatan pelatihan training peningkatan ketrampilan karyawan kebun raya Bali itupun hanya satu bulan di negerinya Ratu Elisabeth. Selalu terselubung dan terlindung, itu fakta yang didapati Bowo sekian tahun bertikai dengan suami Ani. Persinggahan suami Ani terutama di bandara Hethrouw, itu bandara tersibuk di dunia. Kedua di Edinburgh Skotlandia, semuanya dikirimkannya istrinya tercinta Ani. Pernyataannya suhu di Inggris sama dengan Bedugul di kebun raya Bali tempatnya bekerja. Kebun raya Bali? Bowo sedikit sekali pengetahuannya tentang kebun raya, setahunya di Purwokerto ada juga kebun raya yaitu Baturraden. Kemungkinan waktu pendiriannya tidak berbeda jauh antara kebun raya di Bali dengan di Baturraden, yaitu era Presiden Megawati. Kebun raya tertua di Indonesia ada di Bogor, tepat di samping istana kepresidenan. Bowo pernah berkunjung di kebun raya Baturraden. Melihat koleksi-koleksi tanamannya belum banyak, lebih tepat hutan lindung yang dibuat taman. Kebanyakan tanaman produksi adalah pinus dan damar, itu banyak ditanam tahun-tahun 1950 an. Yang menarik dan sesuai dengan jurusan suami Ani tentang jenis tanaman langka bunga bangkai Raflesia padmasana. Ada pembahasan dari suami Ani berupa artikel yang dikomentari olehnya. Itu tanaman parasit berasal dari cagar alam ujung Pangandaran. Ternyata berhasil ditumbuhkan di kebun raya Bali sebagai koleksi unggulannya. Kalau akun FB Ani terakhir aktif 2016, jadi Bowo tidak bisa mendalami peristiwa beberapa tahun mereka bentrok. Paling cuma pesta pernikahannya dan kemudian upacara wisudanya yang terakhir di UGM, bulan Februari 2016. Ya bulan Februari 2016, ahhh....saat itu Bowo merdeka, mengira permasalahan sudah selesai. Jadi dirinya tinggal beralih masalah mencari cewek pengganti yang lebih sepadan dengan dirinya. Sayang bulan Maret 2016........START. Konflik berlarut-larut hingga sekarang ini. “Hmmm perempuan ini sedemikian suksesnya, 2015 menikah, 2016 wisuda sarjana, 2017 pertengahan menempuh S2 di UAD, awal tahun 2018 membangun rumah, beranak satu Agustus 2018, kurang apalagi ya......??” Demikian Bowo memposting di foto acara wisudanya dalam akun FB miliknya. Postingan wisuda Ani terkirim oleh dekan Fakultas Biologi tak bisa dikomentari langsung hanya bisa dibagikan kepada umum karenanya Bowo bisa mengambilnya, juga tak mungkin dihapus Ani karena bersifat umum. Bowo sempat membaca berita di koran soal dekan Fakultas Biologi ini, wah bakalan berdecak kagum karena mendapat kesempatan menerima tamu dari Belanda yaitu Ratu Belanda dengan memberi kenangan bunga anggrek silangan dengan menyematkan nama latin permaisuri raja Belanda tersebut. “Semua dugaan dan tuduhanku salah? Tidak. Semua itu tetap berlaku karena tidak ada bantahan ataupun klarifikasi dari pihak mereka. Malah itulah sebenarnya hakekat mereka sekeluarga dalam lingkup psikologis.” Ada momen Ani terlibat dalam penelitian bersama beberapa pakar, di sebuah laboratorium. Dengan bahasa Inggris cewek ini menyatakan acaranya. Itu adalah penelitian penting untuk organisme sel kanker payudara. Momen ini mungkin menjadi kebanggaannya karena terlibat penuh dalam penelitian, sesuai dengan jurusannya fakultas Biologi. Ck ck ck pokoknya Bowo yang statusnya cuma PKL kalah bongkokan, kok ya terus diperkarakan mereka ya? Diketahui Bowo banyak sekali acara suami istri ini diberbgai tempat wisata dari sejak menikahnya yang mungkin sebagai bulan madu. Sampai keduanya tidak mengaktifkan lagi akun FB penuh mereka berdua mejeng di berbagai daerah. Ada di Bali danau dengan latar belakang gunung Agung, di pantai Pandawa dengan latar belakang patung sesuai nama suaminya sang ksatria....., di gunung Merapi berupa lava tour mengendarai jeep, di Bandung menjajal alat musik angklung dll. “Rupanya bila Ani sudah pulang dari berbagai acara wisata yang menyenangkan itu kemudian dirinya bergerak sendiri mempermasalahkan diriku, sesuatu yang aneh menjadikan diirnya umpan dengan karakter ganda karena mengemban misi menyingkirkan diriku sesuai tujuan keluarga besarnya,” itu kesimpulan Bowo terakhirnya. *** Tergerak juga Bowo untuk membalas aksi-aksi lelaki ganteng suami Ani, “Aku eksis di Jogja, itu dasarnya.” Bowo mempertimbangkan hal itu, baginya urusan rebutan cewek sudah berakhir. Sekarang yang ada di depannya juga aksi-aksi sepihak anggota keluarga Bapak Jonan. Orang-orang ini tidak mampu membaca sikap dan keputusannya beberapa bulan ini, bahkan sudah lebih dari setengah tahun. “Mereka malah sibuk membuat trik-trik jebakan untuk mempermalukan dan menyingirkan diriku,” itu kesimpulan Bowo. “Hmmm sampai aku tidak merasa bersalah di pihakku......,” herannya Bowo di bagian ini. Di rumah kontrakannya yang baru Bowo sibuk memposting berbagai kejadian yang dialaminya dengan berbagai bukti foto aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Tak lupa ia menambah pertemanan dengan warga sekitar rumah Bapak Jonan. “Sekarang semuanya mulai dibuka, apapun resikonya harus diambil daripada tidak ada penyelesaian sama sekali,” Bowo nekad. Mau diapakan lagi konflik yang bergulir, Bowo tidak mendapatkan satu manfaat apapun. Begitu juga untuk apa mengkaitkan persoalan dengan keluarga Bapak Jonan sampai tingkat hukum. Wong semuanya adalah aksi-aksi sepihak versi mereka yang tidak diketahui Bowo. Konflik bergulir puluhan tahun, Bowo sudah takjub dirinya bisa bertahan. Padahal untuk pihaknya ia tak mungkin menang, apapun usaha sepihak darinya adalah proyek gagal untuk pihak keluarga Bapak Jonan. Tapi Bowo bersyukur, konflik yang dialaminya lingkupnya begittu kecil. Hanya dirinya seorang yang mengalami, tidak menyeret anggota keluarganya sama sekali. Nun di sana di China wabah sedang melanda, WHO menyatakan sudah menjadi pandemi. Menyebar begitu cepat di seluruh dunia. Jenis penyakit baru dari virus, dinamai Covid 19 atau Corona Virus Desease 2019. Gejalanya adalah pneumonia yang memberat, cepat sekali mengakibatkan kematian. Yang bikin rumit, belum ada obatnya. Karena virus jenis baru maka harus dibuat vaksin untuk orang yang belum tertular memiliki kekebalan. Sedangkan bagi yang sudah terinveksi harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit dan sangat menguras dana negara. Biarpun bisa sembuh setelah perawatan dan kebal mantan penderita masih mendapat stigmasi buruk di masyarakat. Sedangkan untuk membuat kekebalan komunitas diperlukan jumlah vaksin yang banyak mungkin masing-masing negara membutuhkan 70% warga harus kebal dengan memberi vaksin. Dan vaksin tersebut belum ada karena membutuhkan waktu cukup lama, bisa lebih satu tahun baru bisa dinyatakan produksi, mungkin itu baru tahun 2021 awal. Semua negara terancam, virus telah menyebar ke belahan negara mana saja tak terkecuali Eropa dan Amerika. Semua kelabakan karena harus menutup diri agar penyakit bisa dikucilkan. Malah China yang tadinya menjadi awal adanya virus perlahan bisa mengendalikan. Tapi tetap saja terancam karena dengan menyebarnya virus ini maka pelaku perjalanan dari belahan negara manapun tetap bisa menularkan. Justru yang sangat banyak penderita penyakit ini adalah Amerika Serikat, walau negara maju tetap tak mampu membendung penyebaran virus ini di negaranya. Amerika Serikat menempati peringkat pertama negara paling terdampak virus ini. Situasi di Indonesia, mulai bulan Maret sudah ada yang tertular, mulai dari dua orang. Pertengahan bulan Maret semua wilayah sudah terinfeksi, kemudian menutup diri dari dunia luar. Tiba-tiba dunia ini begitu heningnya, tingkat polusi udara langsung turun karena kegiatan manusia berkurang drastis. Dunia usaha terpuruk, jenis usaha apa saja tiarap. Tak terkecuali Bowo dan teman-temannya. Herannya aksi-aksi keluarga Bapak Jonan tidak terhenti menyesuaikan dengan situasi dunia. Bowo pun terus mewaspadai karena mengakibatkan kejiwaannya terganggu. Ini peristiwa-peristiwa sepanjang bulan Februari, Maret, April hingga bulan Mei. 1 Februari sudah terlihat, pagi jam 10 lebih Udin berada di kios photo copy samping gang. Sebelumnya pagi saat Bowo buka kios Ibu Jonan sudah melintas di depan kios Bowo. Terkadang Bowo menyangkal sendiri aksi-aksi mereka tertuju pada dirinya, namun bila dirangkai dari peristiwa-peristiwa yang lalu masih terus berkaitan. Itu karena sulitnya Bowo mengidentifikasi masing-masing perannya. Ibu Jonan, anggota yang tertua setelah suaminya meninggal dunia. Tetap dalam sikap-sikapnya yang memberi perhatian pada Bowo agar terus berperkara. Padahal seyogyanya beliau netral, tak perlu ikut campur urusan anak menantunya. Untuk Udin, sekarang ketua RT. Kepentingannya di kios Photo copy jelas berurusan dengan berkas-berkas kegiatan warganya. Sayang urusan dengan Bowo belum selesai sehingga tumpang tindih dengan keperluan pribadinya. Udin selalu memperkarakan dirinya dengan pernyataan melalui SMS di tahun 2012. Bowo dinyatakannya sebagai musuh besarnya, jadi ini adalah hal yang sangat pribadi. Sedangkan untuk Bowo tidak pernah merasakan Udin sebagai musuh, orang ini menunggangi konflik yang terjadi antara dirinya dengan Ani dan suaminya untuk kepentingan pribadi, kemungkinan orang inilah yang mendapatkan keuntungan paling besarnya dari masalah yang terus bergulir. Ancamannya selalu mengarah pada tindak kekerasan dan provokasi. Bowo tidak berharap ada penyelesaian dari dua orang yang tetap mengepung dirinya selama ini, karena adanya orang-orang ini Bowo merasakan dirinya dikeroyok terus. Yang paling sering muncul adalah istri dan putri Udin. Tapi Bowo malah tidak merasakan bahaya apapun dari pihak ibu dan anak ini. Sebabnya mereka adalah pihak paling netralnya dalam konflik, memang istri Udin jelas ditunggangi dengan perintah ibu mertua dan suaminya, misalnya memantau Bowo dan melihat situasi. Tapi tidak pernah sampai perempuan yang cukup cantik ini terlibat memperkarakan Bowo. Berbagai aksi dari anggota keluarga Bapak Jonan selalu berbentuk drama teatrikal, di belakangnya sudah dibuat sebuah skenario. Karenanya tujuan utama keluarga tersebut dipastikan adalah Bowo harus dipermalukan kemudian disingkirkan dari Yogyakarta. Puluhan tahun berlangsung, Bowo yang sebal jadinya. Sementara aksi-aksi sepihak terus berlangsung. Bowo tidak mampu menyelesaikannya, ia memposting aksi-aksi pergerakan anggota keluarga bapak Jonan. Disamping itu ia terus bergerilya mencari teman FB warga sekitar rumah Bapak Jonan. Tidak mudah, hal ini sebenarnya dari dulu dihindarinya puluhan tahun ini. Tapi tampaknya sekarang Bowo membuat keputusan untuk membuka kepada publik. Siapapun pelakunya dicantumkan dengan nama aslinya, supaya jelas identitas dan peran-perannya. Bowo bisa mendapatkan akun-akun FB warga sekitar rumah Bapak Jonan. Ia mendapatkan narasumber karena ada seorang teman Udin yang di add nya kemudian meminta informasi walau juga menyatakan Bowo lah yang salah karena berperkara dengan keluarga terpandang di kampung mereka. Dari satu akun terus ditambahnya akun milik tetangga kanan kiri rumah Bapak Jonan. “Hanya ini kemampuanku, di dunia Maya,” Bowo berbisik sendiri. Semuanya beresiko, Bowo nekat. Bowo sendiri terus menyaksikan aksi-aksi pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan yang bila dianalisa bisa disebut rangkaian. Semuanya mengarah pada provokasi dan ancaman. Bowo merasakan ancaman paling bahayanya justru pada nama baiknya di mata masyarakat. “Sekali saja aku berbuat asusila terhadap mereka maupun obyek-obyek aset rumah tangganya namaku hancur, bisa dituduh perusak, pencuri, atau pelecehan seks, pencemaran nama baik, fitnah dan perbuatan yang tidak menyenangkan dll.” “Apa sih maksudnya?” Herannya Bowo disini setiap ada manuver anggota keluarga Bapak Jonan. Ada tiga titik lokasi yang menjadi favorit anggota keluarga ini beraksi, yaitu kios foto copy samping gang, kios sembako sebelahnya jarak dua puluh meter, sesekali di counter pulsa, atau kios phoot copy lima puluh meter jauhnya dari gang yaitu FC Milan. Suami Ani misalnya nampak di kios sembako pagi hari setelah Bowo membuka kios, mungkin membeli jajan atau susu untuk putranya. Setelah aksi suami Ani, siangnya Udin beraksi walau hanya membeli rokok di kios sembako, memantau. Lagi Udin tanggal 10 Februari memarkirkan mobil bak terbuka tepat di depan kios Bowo jam dua siang. Kemungkinan dari profesinya sebagai pemborong bangunan kecil-kecilan ada order. Turun dari mobil menuju rumahnya, setengah jam kemudian kembali untuk mengambil mobil, sebelum pergi sempat membeli siomay yang lewat berkendara roda dua, seolah-olah sangat akrab. Tanggal 14 Februari pagi melintas suami Ani dari mulut gang. Mungkin menuju tempat kerjanya? Ah Bowo tidak tahu pekerjaan dan jadwal kemungkinan lelaki ini dalam aktifitas kerjanya. Oh ternyata jam sembilan seperempat justru Ibu Jonan berjalan kaki saja muncul dari mulut gang, ternyata langsung masuk kios photo copy samping gang. Ibu Jonan berpakaian biru tua dengan rok panjang corak batik. Seperti biasa bila memphoto copy selalu membawa satu tas berkas. Bowo mengambil kesempatan mengambil gambar. Lumayan karena biarpun alurnya lambat semua kejadian terangkai dengan modus yang seperti Bowo nyatakan, “Terus berulang-ulang”. Ibu Jonan malah makin ramai acaranya karena datang dua kenalannya sesama guru dari beberapa TK dan SD sekitar kampungnya. Notabene Bowo mengenal saja satu diantaranya karena menjadi pelanggan stempelnya. Cukup lama mereka bertiga ngobrol, sampai-sampai Bowo mengambil gambar tiga kali. Ada seperempat jam lebih, karena berkas photo copy sudah selesai diphoto copy Ibu Jonan segera keluar, menjadi kesempatan Bowo mengambil gambar untuk diupload dalam medsos. Wah ternyata belum sampai jauh masuk gang Ibu Jonan kembali ke kios samping gang, sengaja karena tahu dirinya telah dipotret Bowo dari kejauhan. Tapi Bowo membiarkannya kali ini karena gambar yang ada sudah cukup banyak. Begitulah Ibu Jonan kembali ngobrol bertiga di kios samping gang menunggu teman-temannya dengan tujuan menggandakan berkas. Acara mereka bubar karena agenda masing-masing ada waktunya di tempat kerja. Kelanjutannya bisa ditebak, aksi-aksi berulang dengan tujuan memancing dan memprovokasi Bowo, entah sampai kapan...... Argumentasi Bowo, “unsur kesengajaannya sangat tinggi tertuju padaku.” Bowo sendiri mencatat beberapa aksi-aksi anggota keluarga ini, jadi ada suami Ani berangkat kerja tapi memancing Bowo dengan parkir di kios photo copy, ada Udin dijemput temannya mungkin ada order proyek, ada Ani yang bisa pagi-pagi melintas cepat sekali dalam balutan jas mahasiswinya, dan Ibu Jonan yang singgah pagi-pagi di rumah tetangga depan kios Bowo dengan bawaan perlengkapan bayi untuk diberikan pada istri tetangga rumah depan kios Bowo. Semuanya diposting Bowo dengan sejumlah tulisan paparan pendapat, masalah konflik yang bergulir dengan penuh rasa heran karena bergulir terus tanpa ada tanda-tanda penyelesaian. 12 Maret 2020, Pagi-pagi Bowo sudah sampai di kios, tetapi belum dibukanya. Ia sudah melihat satu adegan drama teatrikal. Adalah munculnya suami Ani dengan bermotor Beat merah AB 6722 KL memboncengkan seorang perempuan yang menimang bayi. Bowo langsung waspada, hal ini sering terjadi. Tapi segera ia memotret adegan tersebut. Siapa perempuan menimang bayi yang hitungannya masih satu dua bulan umurnya tersebut? Bowo tidak merasakan trik-trik itu Ani, berarti seorang lain yang sengaja disajikan untuk Bowo agar terprovokasi. Bowo tidak pernah tahu siapa perempuan tersebut, yang pasti aksi tersebut sangat melecehkannya. Itu berarti sama saja dirinya yang disalahkan karena memperkarakan Ani yang kini dinyatakan oleh pihak suaminya bahwa perempuan yang diboncengkannya adalah penggantinya. Sinis Bowo, “Jadi selama ini Ani adalah perempuan paling suci dibandingkan dengan perempuan yang sekarang diumpankan padaku?” “Keterlaluan!” Yah orang-orang yang memperkarakannya ini sudah melibatkan banyak orang lain hanya untuk berperkara dengannya. Sekarang perempuan yang menimang bayi ini diikutsertakan tanpa tahu latar belakangnya sama sekali, sungguh kasihan..... Permainannya tetap ala sindikat, menyatakan Bowo salah karena memperkarakan mereka bukan pada tempatnya, buktinya adalah salah sasaran karena yang diincar Bowo bukanlah perempuan Ani tetapi orang lain yang memiliki balita. Begitulah pemikiran Bowo, pikiran-pikiran tersebut timbul karena sulitnya konflik yang bergulir dipegang tata etika bahkan moralnya. Semuanya bergulir hanya versi sepihak keluarga besar Bapak Jonan. Bowo merasakan dampaknya tanpa perlawanan, pasrah. Oh tidak.....harus dibalas, apa sebenarnya kerjaan suami Ani ini. Begitulah jalan pikiran Bowo. Sementara saat dipotret suami Ani acuh, perempuan yang diboncengkan menimang bayi tertutupi oleh punggungnya yang lumayan tinggi tersebut. Kemudian ketika ada kesempatan menyeberang segera menggeber motornya sampai jarak paling dekatnya dengan kios Bowo. Lagi-lagi Bowo tahu dirinya sangat dipermainkan suami Ani ini. Ternyata melajunya motor tidak jauh hanya sekitaran lima puluh meter saja. Segera suami Ani membelokan motor, sempat terhenti karena perempuan yang diboncengkan menimang bayi tidak nyaman duduknya. Barulah melajukan motornya di seberang jalan depan kios Bowo, langsung masuk mulut gang. Ini manuver yang sangat disengaja dan menantang Bowo dalam pertikaian. Bowo marah, iya tapi tahu dirinya memang ditantang membalas kelakuan suami Ani dalam bentuk permusuhan. Hanya saja semuanya dalam bentuk aksi drama teatrikal yang berupa isyarat dan simbol menyerang mental. Tetap suami Ani memiliki kebencian secara pribadi terhadap Bowo, hanya memang tekniknya sesuai dengan tuduhan Bowo terhadapnya, tidak akan secara jantan berhadapan langsung dengan Bowo. “Selalu sembunyi dalam celah selangkangan perempuan....,” itu tuduhannya dalam media WhatsApp tahun 2019. Bowo menunggu bila ada kelanjutannya, sayang nihil.....tak ada yang muncul satupun. Itu juga sangat disengaja, menjadikan alur konflik menjadi lambat sekali. Sasarannya yaitu Bowo agar timbul rasa jerih dan takut karena menghadapi lawan yang kuat segala segi baik kekuatan maupun mental dan kalah jumlah mencapai keroyokan. Esoknya pagi-pagi tidak ada manuver, hanya siangnya Udin bermotor Supra X merah membeli rokok di kios sembako. Tapi semua itu rangkaian dari aksi-aksi suami Ani, ibaratnya bila berani Bowo juga harus berhadapan dengan Udin sebagai kakak iparnya. Berturut-turut hari berikutnya malah Ibu Jonan muncul pagi hari, bermotor Beat lawas milik Ani. Memarkirkan motor di kios photo copy samping gang tetapi orangnya setelah masuk kios dengan kepentingannya segera berlalu membiarkan kendaraannya tetap terparkir di kios photo copy. Ibu Jonan menuju utara jalan kaki saja, hanya sesekali menyapa tetangganya yang tentu menghormati kedudukannya sebagai orang terhormat. Ngobrol sebentar, berlalu lagi menuju utara ketemu lagi dengan tetangganya, ngobrol lagi. Sempat saja dari kejauhan memandang tajam, sekilas namun sangat berarti bagi Bowo. Setelah keperluannya yang entah Bowo tidak tahu itu baru kembali ke kios samping gang mengambil lembaran berkas yang digandakan. Barulah setelah itu masuk gang dengan kendaraan yang sangat dikenali Bowo untuk mempengaruhi kejiwaannya karena menjadi tunggangan Ani selama ini. Sepuluh menit,.......WUUSSSS....motor Vega merah AB 6335 VL dengan pengendaranya pemuda ganteng bermasker, berkaca mata minus, suami Ani melintas. Coba pertanda apa itu? “Nah aku fokus saja pada berperkara dengan suami Ani.” Bowo membuat keputusan. Sayangnya alurnya sangat lambat, menunggu adanya aksi lelaki suami Ani yang bisa didekatinya dalam jarak paling dekatnya. Satu dua minggu di bulan Maret nihil, suami Ani hanya melintas dalam aksi seolah-olah menuju tempat kerjanya. Sedangkan yang beraksi manuver mudah dijangkau cuma Udin, seenak udelnya jalan kaki pura-pura membeli rokok di kios sembako seberang jalan. Itu hampir setiap hari, waktunya bisa pagi atau siang hari. Terbaca bila Bowo mendatangi Udin, siap-siap saja dirinya mendapat balasan tak terampunkan. Terasa saja bulu kuduk Bowo berdiri bila melihat kelakuan Udin ketua RT ini. Psikopatnya sangat tinggi, itu profil yang diduganya dari dulu. Pihaknya adalah korban perilaku darah dinginnya, kejam selalu menyiksa untuk kepuasan jiwa dibalik wajah dan penampilannya yang mempesona. Wah Udin ini tidak terlihat kasar walau berbadan tinggi besar, di kampungnya dulu selalu aktif mengikuti berbagai acara formal, terutama di pernikahan teman atau keluarganya. Selalu didapuk sebagai MC dan berpidato mewakili keluarga. Setelah menjadi ketua RT bahkan menambah sebagai pembawa acara pengajian, tahlilan, rapat, kematian dll. Berbanding terbalik jika berhadapan dengan Bowo, berangasan maunya main pukul terus. Kini Udin adalah tulang punggung keluarga Bapak Jonan dalam soal keamanan. Konfliknya dengan Bowo tetap diteruskan sebagai urusan pribadi. Dasarnya adalah kebencian dan permusuhan, Bowo adalah musuh besarnya. Ah lupakan Udin, Bowo fokus memperkarakan lelaki suami Ani. Apa sebabnya? Ha Ha Ha Bowo tahu walau hanya dugaan, lelaki suami Ani tetap penasaran terhadapnya. Mungkin ia tidak mengira bila dirinya menjadi saingan dalam rebutan perempuan Ani. Dengan segala modal besarnya hingga sekarang tidak kunjung berhasil menyingkirkan Bowo, baginya itu satu-satunya untuk menguasai perempuan Ani. “Coba apa yang akan dilakukannya bila aku membuat aksi balasan,” Bowo berpikir demikian. Bila bisa berunding walau sulit karena tidak terbaca masalah sampai ke jalan ini tetapi paling tidak Bowo membuat aksi balasan sebagai eksistensi dirinya di Jogja. Tetap tidak terpengaruh oleh aksi-aksi serangan mental suami istri ini. “Semuanya itu skenario, paling tidak tujuannya tidak menyulitkan diriku terus menerus atau bisa kulalui dengan resiko sekecil-kecilnya di pihakku.” Bowo pun mencari-cari momen yang tepat, itu adalah bila lelaki suami Ani singgah di kios sembako atau kios photo copy yang saat ini unsur kesengajaannya sangat tinggi untuk terus berperkara dengan Bowo. Yah di akhir bulan Maret kesempatan itu datang. Pertama ketika suami Ani singgah di kios sembako. Segera Bowo mencoba masuk ikut berbelanja sebuah kebutuhannya. Ah lelaki ganteng bermasker medis berkaca mata minus itu tidak mempedulikan Bowo yang sudah masuk kios. Dirinya sedang sibuk memilih-milih sesuatu di frezeer, sekaleng susu kecil sudah dipegangnya. Bowo menyapa, “Itu untuk putranyakah?” Bertanya sambil menunjuk susu kotak yang dipegang suami Ani. “Iya Pak,” lelaki suami Ani menjawab agak tergagap. Hanya itu saja percakapan yang terjadi, kebalikannya Bowo sendiri akhirnya membeli pisau cukur sesuai kebutuhannya. Bowo yang lebih cepat selesai keperluannya keluar dari kios sembako tanpa ada respon apa-apa dari suami Ani. Bowo kembali ke kios stempelnya, melihat bagaimana reaksi suami Ani setelah didatanginya. Lelaki ganteng tersebut akhirnya selesai berbelanja, keluar kios menaiki motor Veganya, sempat melirik Bowo dari jauh akhirnya pulang masuk ruas jalan lain ke tempat tinggalnya. Kalau saja setelah Bowo beraksi mencoba membuka komunikasi terus diacuhkan keluarga Bapak Jonan pastilah bakalan malu. Ternyata selang sehari pertemuan Bowo dengan suami Ani di kios sembako ada gelagat peningkatan aksi pergerakan. Bowo pun makin tergelitik mencobai suami Ani. Seperti esok harinya, pagi-pagi jam delapan suami Ani muncul dari mulut gang, kemudian melintas tapi sangat dilambatkan kecepatan motornya. Sampai di kios photo copy FC Milan lima puluh meter dari mulut gang berhenti, memarkirkan motor masuk kios photo copy. Sayang cuma sebentar saja langsung menjalankan motornya walau juga memandang tajam Bowo dari kejauhan. Siangnya Udin yang jalan kaki bersarung menuju kios sembako membeli rokok. Mungkin itu acara istirahat siangnya sembari memantau Bowo. “Mereka ini beranikah membuka jalan menyelesaikan masalah?” Bowo bertanya dalam hati. Jelas bentuk-bentuk aksi seperti itu membuat Bowo mencari momen yang tepat untuk berperkara dengan lelaki suami Ani. “Ikuti skenario mereka!” Bowo terus menjalankan rencananya. Nah benar sorenya suami Ani muncul kembali, mungkin dari tempat kerjanya sekarang yang tidak diketahui Bowo. Sayang hujan gerimis, Bowo ragu-ragu. Oh ternyata suami Ani dalam balutan mantel hujan singgah di kios photo copy FC Milan. Bowo cepat memburu untuk paling tidak beraksi di hadapan suami Ani agar memberikan respon. Hujan mengguyur membuat Bowo membatalkan diri menyeberang jalan. Aksinya hanya dari seberang kios photo copy Bowo memantau suami Ani yang ternyata sudah menunggu dengan beberapa kali menengok keberadaan Bowo, lelaki paling nyebelin sedunia. Jadi sekarang Bowolah yang menjadi penantang. Karena hujan Bowo memantau sambil berteduh di pinggir kios tambal ban tetangganya. Tentu saja sambil ngobrol sekedarnya. Bowo baru kembali ke kiosnya setelah suami Ani yang saat memphoto copy tetap memakai mantel hujan berlalu dan berbelok arah menuju rumah tempat tinggalnya. Yang jelas Bowo sudah beraksi balasan, “Coba aku ini mau diapakan oleh suami Ani, syukur bila ada ajakan perundingan.” 1 April 2020, Ani sudah melintas ketika Bowo sedang menyiapkan etalase kiosnya. Hanya lewat tanpa ekspresi apapun, mungkin sekalian belanja ke pasar karena dandanannya tidak mencolok ke sebuah acara apapun. Jelas menarik perhatian Bowo. Cuma tak bisa diapa-apakan, lagi pula untuk Bowo urusannya sekarang bukan rebutan perempuan. Cukup bagi Bowo eksistensinya dengan profesi tukang stempel tidak terganggu. Nah betul saja, jam setengah sembilan muncul suami Ani dengan kendaraan kebanggaannya langsung menuju kios FC Milan. Ini menjadi kesempatan Bowo beraksi sesuai tujuannya, yang penting eksis di Jogja. Kalau skenario tujuan suami Ani Cs, ah itu versi sepihak mereka, Bowo buta dan tuli. Bowo cepat bergerak, langsung ditujunya tempat suami Ani memphoto copy. Ia harus hadir di kios photo copy tersebut, siapa tahu mendapat sambutan. Syukur bila terjadi percakapan karena puluhan tahun bergulir hal tersebut tidak pernah terjadi. Bowo tiba di kios photo copy mendapati suami Ani sedang memphoto copy beberapa lembar surat. Selalu sibuk karena kepentingannya, sedangkan keperluan Bowo cuma membeli note block dan pulpen. Bowo justru menunggu suami Ani selesai menggandakan berkasnya. Cepat saja selesai, begitu membayar langsung menuju sepeda motornya yang parkir manis tepat di depan Bowo. Bowo sendiri pasang aksi, berdiri langsung membelakangi etalase kios photo copy, jadi langsung berhadapan dengan suami Ani dalam jarak dua meter. Bowo menunggu bila akan diperkarakan suami Ani. Satu dua tiga detik.....lima enam tujuh...... Hanya ada suami Ani yang terus melanjutkan agendanya seolah-olah dunia ini tidak ada apa-apa atau tidak ada di dunia ini pokoknya.... Saat mesin menyala motor diundurkannya mencari celah bermanuver membelokan motor menuju jalan. Tidak memandang Bowo, berarti Bowo tidak terlihat di matanya, Bowo gaib. Dan terus melaju pergi entah kemana. Bowo nyinyir sendiri, NIHIL. Jam 11.30 siang. Bowo terbelak saat dari utara meluncur sepeda motor Vega merah suami Ani singgah di depan kios photo copy samping gang. Benar-benar menantang Bowo berperkara. Sekarang Bowo benar-benar beraksi, apapun masalahnya bakalan dihadapi. Jelas sekali suami Ani terus memperkarakan dirinya, walau tak juga keluar satu pembicaraan muncul dari mulutnya. Suami Ani sengaja membuat konflik makin menegangkan, melanjutkan pertikaian walau hanya aksi fisik yang harus ditafsirkan. Bowo mendatangi kios photo copy samping gang seberang kios stempelnya. Ketemu suami Ani yang berada di pojok memberikan berkas yang akan digandakan. Oalah itu sebuah surat perjanjian entah apa pokoknya bermaterai antara pihak satu dan pihak dua. Jelas penting sekali bagi suami Ani, mungkin untuk sebuah usaha karena melihat kegiatannya bermotor di depan Bowo sering waktu jam kerja. Bowo sendiri menyodorkan nota kwitansi, tidak banyak hanya lima ribu rupiah saja. Hanya itu alasan yang tepat mendatangi kios photo copy yang kedua karyawannya sempat ngobrol dengan Bowo. Melihat Bowo suami Ani tidak bereaksi, mulutnya yang tertutup masker tidak menampilkan ekspresi apapun. Tapi jelas aksinya ini walau juga memiliki kepentingan sendiri tetap tertuju pada Bowo dalam sebuah sengketa lima tahun ini gara-gara menikah dengan Ani. Suami Ani terlibat aktif berperkara dengan Bowo bahkan dari sejak pernikahannya 17 Oktober 2015. Jadi lelaki suami Ani tahu segala hal tentang Bowo, walau orang ini berada di Bali bekerja di Kebun Raya Bali kabupaten Tabanan. Tetap bungkam. Bowo jengkel jadinya, ketika keluar dari kios ditendangnya ban depan motor suami Ani. Aksinya harusnya diketahui lelaki ganteng tersebut yang terus berperkara tanpa sebuah sambutan yang semestinya. Seolah-olah Bowo sendirilah yang salah, kelakuannya salah total berpuluh-puluh lipat dari pada mencuri, merampok, nyopet dll. Kelakuan Bowo itu SARU karena mengganggu seorang terhormat lelaki suami Ani, seorang lelaki yang tidak butuh disentuh karena sudah unggul. BAH!! Bowo menyeberang jalan tapi tetap menunggu sambil duduk di sebuah kursi kios tetangganya penjual pecel lele yang buka nanti sore. Menunggu bila suami Ani mendatanginya mulai membahas persoalan diantara mereka berdua. Akhirnya suami Ani keluar dari kios photo copy, cepat-cepat menaiki motornya. Sempat dipotret Bowo untuk bahan postingannya di media sosial. Suami Ani tidak berani memandang Bowo, tak terlihat ekspresi wajahnya karena tertutup masker, hal yang lumrah saat pandemi sekarang ini. Setelah itu suami Ani menggeber motor Vega merahnya AB 6335 VL melaju ke utara berbalik arah, tidak masuk gang tetapi tetap menuju rumahnya karena berbelok di ruas jalan lain. Perseteruan tidak mengahasilkan apa-apa, tidak bermanfaat, nihil. Tapi setelah perseteruan adu aksi simbol dan isyarat tersebut, suami Ani menghilang. Tidak hanya satu dua hari, bahkan lebih dari tiga minggu. Perseteruan-perseteruan yang sudah berulang-ulang, bagi Bowo mestinya hal seperti ini sudah selesai karena lawan tandingannya meninggalkan gelanggang. Setelah itu sejak lenyapnya suami Ani hanya ada aksi-aksi dari Udin, terkadang Ani, terkadang Ibu Jonan atau istri Udin dan putrinya. Semuanya tetap dengan unsur kesengajaan sangat tinggi, belum selesai. *** Lock Down. Seluruh dunia sepi, aktifitas dikurangi bagi species manusia. Semuanya menghindari ancaman virus Covid 19 yang dalam waktu singkat menjadi pandemi. Seluruh negara-negara di dunia dilanda penyebaran virus yang menyebabkan penyakit sangat menular dan mematikan, bisa itu negara yang paling maju sekalipun tak terkecuali Indonesia. Bowo tak mempedulikan lagi aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Bahkan biarpun suami Ani muncul kembali di akhir bulan April 2020. Bowo tak mempedulikannya, apalagi kemudian masuk bulan puasa Mei 2020. Tak ada yang bisa diperbuat, biarpun Bowo dan kawan-kawan tetap buka kios semuanya sepi pengunjung. Begitu juga jalan-jalan raya, semuanya sepi karena sekarang jamannya tinggal di rumah, kerja dari rumah, pembatasan kegiatan masyarakat Lock Down. Juga karena lock down tanpa penghasilan Bowo dan pedagang-pedagang lainnya di deretan kios eks kampus cuma mengandalkan hidup dari bantuan sosial. Ada sembako, uang tunai bantuan, kadang-kadang ada yang membagi nasi bungkus. Pokoknya hidup dari sumbangan-sumbangan sosial. Tak ada acara mudik kampung, Bowo lebaran tahun 2020 ini bokek. Bukankah Bowo juga termasuk menjadi pengungsi ketika gempa Jogja melanda 27 Mei 2006? Itulah mula pertama Bowo mendapati adanya gelagat pergerakan Ani remaja yang mengherankan Bowo dalam segala hal, kini semuanya masih berlangsung walau cuma kasus dunia maya. Terus Bowo mendapati fenomena tersebut. BAB 16 Quarter Out Law Walau masa pandemi kegiatan Bowo tetap normal, segala latihannya berjalan tanpa kendala berarti. Begitu juga beban mentalnya sudah menurun, buktinya tidurnya nyenyak saja beberapa bulan ini. Bowo langsung membuka kios setelah libur lebaran. Tidak berharap banyak karena lebih penting eksistensinya ketimbang hasilnya, dunia usaha sedang kolaps, hidup segan tidak mati-mati. Yang berguguran sudah banyak, apalagi kondisi pandemi dimana-mana perusahaan melakukan PHK karyawan karena merugi. Yang masih aktifpun bekerja di rumah, bergantian atau dirumahkan dll. Untuk kaum terpelajar melakukan pembelajaran jarak jauh, semua merasakan dampaknya. Ternyata yang nasibnya tidak berubah-ubah itu Bowo. Perkaranya terus bergulir tapi hanya sepihak dari anggota keluarga besar Bapak Jonan. 2 Mei 2020, Baru saja membuka kios sudah melintas Ani di depan kiosnya. Sebuah pembukaan masalah yang tidak dikehendakinya, untuk Bowo tekadnya cuma satu, menghindar. “Semuanya versi pihak sana, satu poin kesalahanpun tidak terjadi pihakku....hmmm memang ada, aku sudah diperingatkan temanku karena memposting aksi-aksi pihak keluarga Bapak Jonan.” “Resiko......!!!” Batinnya sendiri. Esoknya gantian Ibu Jonan yang terlihat bermotor Beat lawas milik Ani, memantau Bowo. Dua hari kemudian tidak ada pergerakan, Bowo lega. Hari Sabtu pagi lelaki suami Ani muncul dari mulut gang, hanya melintas saja. Segala pergerakannya seolah-olah tidak memandang Bowo yang sudah menuju tahun ke enam diperkarakan. “Minggu depan pasti ada lagi pengulangan masalah seperti yang dulu-dulu,” Bowo benar-benar bosan. Tujuan keluarga ini berperkara seperti itu adalah menimbulkan rasa takut pada diri Bowo. Mereka tahu Bowo sendirian posisinya, bila dikeroyok juga sulit membalas karena tidak pernah mengajak orang lain ikut campur konflik yang bergulir, berarti posisi Bowo sangat lemah di Jogja ini. Sangat mudah menyerang posisi Bowo, dan bakalan tersingkir bila melakukan balasan karena kemungkinan pandangan warga sekitar pihak Bowolah yang bersalah karena telah mengganggu ketentraman keluarga Bapak Jonan. Itulah keadaan sulit yang dirasakan Bowo puluhan tahun menghadapi agresifitas anggota keluarga Bapak Jonan. Bowo tidak memiliki amunisi apapun membela diri. “Hanya di dunia maya saja aku eksis,” Bowo menilai di bagian ini. Hari Senin kembali Bowo melihat pemuda yang dulu bermotor Beat hijau AB 4501 UT beraksi, tidak kentara karena hanya lewat dan kemudian singgah di warung Sunda Kuningan makan siang. “Jaringan ini seperti aktif kembali, padahal sudah menghilang semua karena terkena pandemi Covid 19.” Bowo tak akan pernah berperkara dengan pemuda yang kini sepeda motornya berganti tetapi aksinya tetap memancing dirinya bertikai. Hanya orang luar yang diikutkan agar posisi Bowo makin terkepung dan membuat tindakan gegabah karena panik. “Bagaimana mungkin aku menghindari semuanya, suatu ketika bakal terjadi bentrokan dalam waktu dekat ini.” Semuanya tertuju pada Bowo, sekali saja dirinya agresif menyerang, itulah yang diinginkan pihak seluruh anggota keluarga Bapak Jonan. Bowo tertuduh salah dari tindakan cerobohnya sendiri. “Jebakan seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang pintar dan berdana besar. Juga hanya orang-orang yang berjiwa psikopat yang mampu melakukannya, orang normal sudah jauh hari membuat penyelesaian karena secara kejiwaan sulit diterima logika.” Bowo mengkhawatirkan dirinya tapi tahu masalah yang bergulir dominan dari pihak keluarga Bapak Jonan. Satupun tidak ada kesalahan di pihaknya, makanya Bowo tetap beraktifitas seperti biasa. Minggu pertama bulan Juni sudah terlihat berbagai aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Semuanya menggelitik Bowo untuk membuat postingan-postingan di media sosial. Lumayan dalam postingan-postingan di medsos Bowo mengembangkannya dalam bentuk narasi singkat. Jadi tetap merupakan pembahasan masalah sambung menyambung. Ini suatu hal yang tidak mungkin dilakukan orang yang tidak pernah membuat semacam tulisan. Hal tersebut banyak saja terjadi, walau Ani dan suaminya berpendidikan tinggi tetapi akun medsos mereka hanya heboh berupa foto-foto dengan sedikit keterangan. Mereka melakukannya hanya untuk tampil di level kelas menengah sebaik mungkin tanpa cacat. Wew pagi-pagi sudah dimanuver keluarga Udin ketua RT. Tiga orang anak beranak menggunakan sepeda angin berada dalam jarak paling dekatnya dengan kios Bowo. Semuanya mengenakan masker hingga sulit Bowo mengetahui reaksi wajahnya. Yah ini jaman lagi trend acara ngonthel massal, mengisi waktu karena banyak warga yang menjalani kerja dan belajar dari rumah. Kesulitan menyeberang masuk gang, akhirnya mereka bertiga melaju terus melewati depan kios Bowo. Acara keluarga Udin yang memperlihatkan betapa kompaknya mereka sebagai rumah tangga. Tapi bagi pihak Boo itu adalah provokasi. Udin sendiri sering bergerak sendiri dengan pura-pura membeli rokok di kios sembako. Dan tak lupa seorang pemuda yang dulu bermotor Beat hijau AB 4501 UT namun kini berganti Honda Revo sering melintas, padahal saat awal pandemi hingga bulan puasa Mei 2020 lenyap. Disinilah Bowo sering menduga semuanya saling terhubung. Itu juga terjadi mulai bulan Juli 2019 dimana pemuda bermotor Beat hijau ini mematai-matai dan memantau Bowo. Ya Juli 2019 Bowo ingat betul, setelah dikerubuti cewek-cewek cantik anggota keluarga Bapak Jonan, muncul pemuda bermotor Beat hijau AB 4501 UT ini menggantikan peran suami Ani. Bowo saja tadinya mengira itu suami Ani karena termasuk ganteng, aksi provokasinya sangat jelas tertuju pada Bowo dengan motif pararel tujuan keluarga Bapak Jonan. Aksi pemuda ini berakhir 31 Agustus 2019, beberapa bulan kemudian selalu muncul menggiring konflik antara Bowo dengan keluarga Bapak Jonan. “Aku ini dibuat serba salah, dikepung agar melakukan semacam tindakan balasan yang mudah disalahkan dalam pertengkaran yang sudah dirancang anggota keluarga bapak Jonan.” Selalu seperti ini larinya pemikiran Bowo. Sekarang aksi-aksi mereka meningkat dan makin memanaskan situasi walau untuk pihak Bowo hanya berulang-ulang, justru itu yang bagi Bowo menyatakan tak ada kesalahan fatal di pihaknya. “Kecuali aku menyerang secara fisik pada mereka atau merusak aset seperti property rumah dan sepeda motor baru aku bisa disalahkan.” Peristiwa terus bergulir, hiarpun lambat tetap ada pergerakan Ani, suaminya dan Ibu Jonan. Bila Bowo menyatakan tak ada kaitan dengan dirinya malah gagal. Orang-orang ini bergerak dengan unsur kesengajaan yang sangat tinggi, ibaratnya ada aura di sekitar tubuh mereka yang pancarannya sampai kepada Bowo yang berjarak 20-30 meter saat ada aksi-aksi sepihak mereka. Senin 15 Juni 2020, Bowo sudah getun ketika melihat suami Ani bermotor Vega merah AB 6335 VL menyeberang jalan menuju kios gudeg tetangganya. Ia baru saja mulai membuka kios dengan menyapu lantai dulu. Masih jam 06.40, suatu posisi yang sangat disengaja mendatangi kios Bowo dalam jarak paling dekatnya. Kios gudeg ini menjadi alasan persinggahannya mudah menyangkal bila diperkarakan Bowo. Suami Ani hanya berkaos training, tidak seperti biasanya beraksi dalam posisi berangkat kerja. Setelah sedikit beraksi dengan membuka helm meletakannya di stang segera masuk kios gudeg. Bowo langsung mendekati kios gudeg, ambil kamera mengambil gambar motor Vega kebanggaan lelaki suami Ani. Ada dua kali, cukuplah. Segera ia kembali ke kiosnya meneruskan membuka kios stempelnya. Cukup lama suami Ani di dalam warung gudeg. Bowo belum pernah berhadapan sampai ngobrol, begitu berhasil menikahi Ani sudah menjadi musuh yang terus menyembunyikan diri tanpa komunikasi, rasanya Bowo belum mendapat satu argumentasi ataupun satu kalimatpun dari lelaki ini. Nah sudah selesai, Bowo sendiri masih sibuk menyiapkan etalase kiosnya. Sempat bertemu pandang dengan suami Ani, apalagi lelaki ini sengaja memperlihatkan acaranya menyeberang jalan. Mendekati suami Ani? STOP Di pihak suami Ani belakangnya sudah siap beberapa orang yang mungkin bakalan melabrak Bowo bila mengganggu lelaki flamboyan bagi keluarga Bapak Jonan ini. Mereka selalu menanti insiden-insiden di bagian ini karena bisa membuka poin kemenangan. Bowo membiarkan suami Ani menyeberang jalan masuk mulut gang. Sebaliknya Bowo kemudian mengupdate status di FB dari gambar yang didapatnya walau hanya sepeda motor yang parkir. Ditambahi narasi beberapa kalimat sudah cukup sebagai bukti dirinya dimanuver dan diprovokasi oleh lelaki suami Ani. Pendapatnya saja adalah walau ada aksi-aksi seperti ini tidak bisa diperkarakan olehnya walau tertuju padanya. Bowo mengambil keputusan tidak akan mengambil langkah apapun, semuanya batal demi hukum. Ternyata hari itu banyak ada hal aneh, semuanya dari pihak keluarga Bapak Jonan. Selesai suami Ani membeli gudeg, tak lama Udin bermotor singgah di kios sembako, sebentar saja kemudian berbalik ke mulut gang. Siangnya ternyata istri Udin dan putrinya entah dalam kegiatan apa beberapa kali pulang balik dalam waktu berlainan. Bowo jelas tidak merasa ada satu kepentingan apapun dengan pergerakan istri Udin dan putrinya ini walau mungkin mereka tetap memantau dirinya. “Berarti ini semacam tekanan dari pihak mereka,” dalam batin saja Bowo menyatakannya. Dan juga itu menandakan keluarga ini tetap memperkarakannya, bakalan ada kelanjutannya sampai tujuan mereka tercapai. Bowo semakin kesulitan memahami semua yang terjadi di depan kiosnya ketika sore hari. Waktu menunjukan pukul 16.30 setengah jam sebelum Bowo menutup kios. Ibu Jonan muncul dengan balita cucunya dalam kereta bayi. Perempuan sepuh berjilbab dan bermasker serta bergaun merah pola bunga mendorong kereta bayi dan mengajak cucu lelaki pertamanya bercakap-cakap. Ternyata Ibu Jonan tidak kemana-mana, dari mulut gang kemudian singgah di kios photo copy samping gang. Nampaknya kehadiran perempuan yang dikenal juga sebagai pelanggan photo copy segera dihormati dengan memberikan tempat duduk di teras parkir kios yang sempit. Ibu Jonan meletakan kereta bayi tepat di depan kios, tidak nampak matanya ke arah Bowo. Jadi Bowolah yang memperhatikannya untuk memastikan semua peristiwa yang terjadi semacam rangkaian aksi provokasi terhadap dirinya. Ada sepuluh menit berdiam, Ibu Jonan terkadang menarik kereta bayi dan mangajak cucunya itu berjalan di sekitar kios. Ah pukul 16.45 Bowo bersiap-siap menutup kios, dan ternyata Ibu Jonan segera mengakhiri aksinya setelah tahu Bowo sedang berkemas pulang. “Unsur kesengajaannya sangat tinggi, tapi tak bisa diapa-apakan,” itu kesimpulan Bowo. Berarti sedang terjadi peningkatan tekanan mental dari pihak keluarga Bapak Jonan. Aksi Ibu Jonan adalah faktanya, terus melibatkan diri dalam urusan rumah tangga putra-putrinya. Padahal dari sebelum menikahnya Ani, Bowo berharap penyelesaian terbaik berasal dari orang-orang tua keluarga ini. Selesainya sebenarnya mudah, Bowo melarikan diri dari Yogyakarta. Meringis sendiri Bowo jadinya. Nah balita cucu Ibu Jonan terus dilibatkan dalam aksi-aksi keluarga ini selanjutnya. Bowo tidak mmapu membaca dan menafsirkan maksud dari aksi-aksi seperti ini. “Itu masalah internal mereka sendiri, aku tidak terlibat apa-apa walau semuanya ditujukan untukku.” Di sinilah Bowo menyatakan tidak merasa bersalah. “Aku di sini mempertahankan pekerjaan, bukan mengurusi tetek bengek keluarga ini.” Di sini Bowo tegas menyatakan sebagai prinsip hidupnya. Bowo yang pasif tidak pernah membuat balasan apapun sejak Agustus 2019. Masalahnya penyelesaian dari pihaknya tidak terbaca oleh keluarga tersebut, mereka memiliki tujuan utama dimana Bowo harus tersingkir dari lingkungan tempat tinggal mereka. Ini kenyataan yang mencengangkan Bowo. Seminggu ini sudah kelihatan aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Ani ada melintas cepat saja hari Rabu pagi. Kemudian ada Udin membeli rokok di kios sembako Kamis dan Jumat. Terus Sabtunya suami Ani melintas cepat juga di siang hari. Dan sorenya muncul Udin dari mulut gang membawa balita menyeberang jalan ternyata menuju kios pigura. Setelah mengambil pigura kembali menyeberang jalan di depan kios Bowo untuk pulang ke rumahnya. Semuanya sudah keluar, itu ditambah cewek bermotor Beat merah AB 6722 KL di hari Jumat, Bowo menduga ini saudara perempuan suami Ani. Beraksi dua kali muncul di mulut gang. Ada lagi berseliwerannya pemuda bermotor Revo merah, dulu adalah pengendara Beat hijau AB 4501 UT memantau Bowo. Bowonya sendiri cuma sibuk memposting aksi-aksi yang terjadi di depan kiosnya baik itu tulisan maupun bila ada foto yang berhasil diambilnya. Minggu akhir bulan Juni orang-orang yang memperkarakannya sempat lenyap. Seolah-olah sudah diatur bila nantinya awal bulan Juli masalah bergulir kembali. Bowo yang sibuk membuat dugaan-dugaan seberapa tingginya masalah akan mencapai klimaks. Ini penting karena Bowo sudah tidak berkeinginan meneruskannya, baginya semua sudah berakhir selamanya. Akhir bulan Juni Bowo memposting dengan menguak identitas sebenarnya pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan. Itu sudah dilakukannya sejak bulan Februari karena sudah pindah rumah kontrakan. Itu kebebasan baginya walau beresiko dituntut UU ITE. Dalam postingannya Bowo menyatakan dirinya akan terus menghindari semua masalah dengan keluarga Bapak Jonan karena batal demi hukum. *** 30 Juni 2020, Sore sebelum tutup kios Ibu Jonan muncul bersama balita cucunya di kios photo copy samping gang. Semuanya seperti dimulainya sebuah pertikaian tak berkesudahan antara satu keluarga dengan Bowo seorang diri. Balita putra pertama Ani dengan suaminya ternyata ditampilkan sebagai tameng untuk terus memperkarakan Bowo. Jadi ibaratnya mereka menuduh ketentraman anak cucu keluarga Bapak Jonan adalah karena kehadiran Bowo sebagai biang keladinya. Di sini Bowo sendiri risih sekali, “Kasihan anak balita ini bila sampai kedua orang tuanya bercerai....Aku menjadi penyebabnya?” Secara simbolis keluarga Bapak Jonan memang menuduh Bowolah biang keladinya. Bowo pun mengamati pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan semingguan di awal bulan Juli. Sebab walau Bowo berkeinginan konflik selesai itu hanya sepihak dari dirinya. Dari pihak keluarga Bapak Jonan Bowo menyatakan tidak tahu. “Mereka punya versi sendiri yang mungkin kuat dasar perkaranya.” Bowo tidak bisa menduga apapun. Tanggal satu Juli Bowo sudah dibingungkan dengan beberapa orang yang memantaunya. Cewek bermotor Beat merah AB 6722 KL mampir di kios celana kolor tetangganya. Bowo sedang duduk membaca koran, tahu kehadirannya tapi segera mencoba tidak balas memandang. Kemungkinan cewek berjilbab berbodi sedang ini adalah adik lelaki suami Ani. Bowo tahu nama akun facebooknya dan beberapa kali melihat kronologinya. Namanya tak usah disebutkan, lulusan ISI tapi mungkin D3 saja, melihat profilnya kemungkinan mengambil program jurusan Media Rekam karena yang tampil di berandanya cuma beberapa video karyanya. Itu tidak seperti teman facebooknya yang lain misalnya yang dari jurusan Tari tentu banyak postingan menari atau memamerkan lukisan bila jurusn seni rupa. Cewek ini sekarang mengelola sebuah toko dan menyatakan dirinya sebagai owner toko asesoris. Mungkin asesoris HP dan sejenisnya. Cewek tersebut memilih celana kolor, mungkin sambil melirik Bowo yang acuh tidak peduli. Jelas-jelas seperti inilah perkara Bowo yang bikin senewen selama ini. Kalau disukai cewek Bowo merasa tidak pernah, tapi kalau ribut dengan cewek kan terbukti di depannya sekarang ini. Setelah memilih dan membayar cewek tersebut segera berlalu, tapi sebelumnya membuka HP entah berkomunikasi dengan siapa. Jaman sekarang ya WA lah yang paling praktisnya. Bowo bisa apa? Membiarkan semua itu terjadi. Siangnya juga ada hal yang mengherankan Bowo. Datang permpuan demikian tertutup dandanannya, sampai cuma matanya saja yang terlihat. Tapi sedikit ada tanda yang bagi Bowo cukup hafal, itulah bagian pantatnya cukup menonjol. Cewek tersebut membeli koran di kios tetangga sebelah kiri, sempat melintas depan Bowo yang sedang duduk di balik kaca etalase. Ya itu penyamaran Ani, tapi namanya menyamar tak mungkin akan diketahui identitasnya. Bowo saja hanya tahu cewek tersebut melintas seperti mengenalnya namun samar-samar. Baru setelah pergi dengan kendaraannya yang tidak dikenal Bowo terpikir tetap saja itu Ani. Bowo yang tidak memikirkan lebih lanjut kejadian-kejadian di depannya. Toh ada yang lebih penting dari konflik yang dihadapinya, cari duit untuk isi perut. Dua hari kemudian tidak ada pergerakan dari orang-orang yang memperkarakannya. Yang ada cuma istri Udin, entah kemana. Sekarang sulit diperkirakan istri Udin dengan segala jadwal kerjanya. Mungkin sebagaimana yang lain bekerja dari rumah, dirumahkan atau malah kena PHK. Bisa dikatakan tetap beraktifitas kegiatan rumah tangga, dan bila lewat sekitar kios Bowo memantau situasi. Bowo waspada, tanggal 4 Juli 2020 hari Sabtu, Udin terlihat memarkirkan motor Supra X merahnya di kios photo copy. Anggap saja itu sesuai keperluannya kegiatan sebagai ketua RT. Apalagi sempat ngobrol dengan seorang kenalannya tukang parkir di kios Siomay. Setelahnya selesai dan kembali ke rumahnya, dari ruas jalan lain muncul pemuda bermotor Revo. Ini adalah pemuda bermotor Honda Beat hijau AB 4501 UT yang selalu beraksi memancing dan memprovokasi Bowo walau juga belum pernah sukses tercapai bentrokan. Setelah melintas Bowo memperhatikannya ke arah mana, seperti yang dulu kebiasaannya masuk warung Sunda Kuningan mungkin untuk makan siang. Tidak akan ada benturan apapun dengan pemuda ini walau jelas perannya cukup signifikan. Sering memantau semacam inteligen, mungkin diharapkan tercapai pertikaian dengan Bowo agar konflik meluas sehingga urusan dengan Ani dan suaminya tidak mendominasi. Tentu repot sekali bila Bowo memiliki pertikaian dengan orang yang sangat tidak dikenalnya ini walau kemungkinan sampai berperan menjadi eksekutor bila terjadi keributan dan pertikaian diantara mereka berdua. Berbagai pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan ini sudah menjadi kebiasaan. Tapi tetap sulit sebagai kewajaran, itu karena masih banyaknya pertikaian dengan Bowo. Bila pergerakan orang-orang ini tertuju pada orang lain, Bowo tak akan merasakannya. Itu sudah aura manusia, bila ada skenario dari orang lain di sekitar kita maka sudah terkirim semacam getaran-getaran tidak kasat mata. Bowo merasakan ancaman tapi sulit menjabarkannya. Oh ternyata jam dua siang Udin kembali melintas, jalan kaki saja ke kios sembako. Paling-paling beli rokok ketengan, dugaan Bowo ini tepat tapi bagi dirinya membuat kewaspadaannya meninggi. Sudah..... Sorenya Ibu Jonan memphoto copy di kios samping gang. Cuma sebentar saja, Bowo menghindari pandang dengan ibu sepuh ini. Semuanya menandakan posisinya di kios terus diawasi dengan resiko besar bila berperkara. “Jangan-jangan postinganku di medsos sudah terbaca oleh mereka,” Bowo menduga. Mungkin ada aksi-aksi lainnya tapi Bowo tahu keterbatasan dirinya yang hanya berada di kios, bila ada order jelas ditinggalkannya menuju kios seting komputer. “Aku ditekan tetapi hanya dengan semacam bahasa simbolik, sedangkan dari pihakku sudah membuat keputusan selesai karena tidak ada unsur kesalahan dariku.” Bowo tetap pada prinsip ini. Minggu seperti biasa Bowo berlatih Pencak silat dan Yoga. Saat pulang Jogging melewati eks kampus Stiekers melihat sekelebatan lelaki suami Ani masuk gang. “Sebulanan ini mereka aktif sekali, hmmmmm......” Bowo selalu menebak tapi tak pernah mengharapkan yang buruk, bahkan berpikir kalau-kalau dirinya mendapat hadiah suka rela. Ada rasa khawatir tapi dari segala aktifitas dan kondisi batinnya tidak terkendala. Biasanya bila terjadi benturan keteganganpun timbul bisa sampai beberapa hari, sekarang ini hal tersebut tidak dialaminya. “Konflik sudah puluhan tahun tanpa penyelesaian, malah pihak keluarga Bapak Jonan yang wajib hukumnya menurunkan ketegangan.” Belum terjadi, karenanya tujuan utama belum berhasil, hmmm Bowo cuma merasakan tujuan mereka adalah menyingkirkan dirinya dari lingkungan tempat tinggal keluarga terhormat ini. Senin pagi tak perlu menunggu sudah melintas perempuan Ani dengan motor Beat lawasnya. Dandanannya ala kadarnya mungkin sekedar membeli sarapan. Bila sudah ada perempuan ini yang terlihat wajar saja melintas rasanya Bowo tak akan membahasnya berlebihan. Seharusnya mereka sudah tidak terancam oleh dirinya dengan beraktifitas di sekitar eks kampus Stiekers dengan berbagai kebutuhannya. Hal tersebut belum terjadi, kemungkinan pembahasan masalah lebih ramai di pihak keluarga besar ini. Sorenya jam setengah lima muncul Ibu Jonan dengan balita cucunya singgah di kios photo copy samping gang. Tentu saja karyawan photo copy menyambutnya dengan memberi bangku untuk duduk. Walaupun lumrah satu dua bayi memang sering dibawa masuk dalam kios photo copy oleh tetangga sekitar kampung. Tapi lebih sering langsung main menyeberang jalan masuk lahan eks kampus yang luas untuk mengasuh dan bermain. “Sangat disengaja.....” Ini adalah permainan baru keluarga Bapak Jonan setelah lebaran 2020. Berarti taktik mereka dengan menyertakan balita tersebut agar terbaca oleh Bowo sebagai hak kuasa di sekitar kampung mereka. Bowo jelas mencoba menterjemahkannya walau sering banyak melesetnya, itu sama saja menuduh Bowolah biang keladi tidak tentramnya hidup anak cucu mereka....dan seterusnya. Bowo berpikir terus tetapi pasif karena bukan dirinya yang wajib menyelesaikan. “Mundur dan menghindari pertikaian, itu saja kewajibanku.” Kalau melihat tingkah polah Ibu Jonan, tak mungkin mendapati ekspresi yang tidak wajar. Ibu Jonan sangat berpengalaman menghadapi situasi dimana seluruh urusan keluarganya dalam kontrol dan pengawasannya. Apalagi untuk urusan dengan Bowo yang hanya pertikaian dan permusuhan, walau diliputi rebutan perempuan yakni putrinya sendiri. “Sekali saja Ibu Jonan ini menghentikan perkara, ya sudah akupun tak akan berani melanjutkan apa-apa.” Ketika Bowo berkemas-kemas pulang, Ibu Jonan juga surut kembali ke rumah kediamannya. Bowo cuma bisa memposting kejadian-kejadian aneh yang dialaminya. Yang jelas keluarga Bapak Jonan selama puluhan tahun ini memang selalu mengajukan masalah dengan cara-cara seperti ini. Puluhan kali berhasil memecahkannya tetap saja tidak memuaskan pihak mereka. Hari Selasa kejadian berulang, tapi hanya Ibu Jonan bersama balita cucunya beraksi sore hari. Hari Rabu semuanya lenyap, hanya ada aksi Udin memantau situasi itupun tidak kentara karena hanya melintas bersepeda motor. Hari Kamis Bowo mewaspadai, suami Ani melintas dari mulut gang sama persis dengan aksi istrinya hari Senin, menghindari bentrok mata dengan Bowo. “Semuanya masih terangkai dengan aksi-aksi beberapa minggu berturut-turut,” seperti ini kesimpulan Bowo. Tak ada yang bisa diceritakan Bowo karena cepatnya aksi-aksi berlangsung. Dugaan Bowo tetap mengena karena sore harinya gantian Ibu Jonan mengulang aksi-aksi beberapa minggu ini dengan menyertakan balita cucunya di kios samping gang. “Semuanya menyulitkan diriku, berbelit-belit ramai sekali tapi hanya di pihak keluarga ini.” Siapapun berpikir bakal berlanjut aksi-aksi keluarga ini, Bowo yang bingung tujuannya cuma terus mengupdate dalam bentuk narasi di medsos. Untuk mengambil gambar Ibu Jonan sedang mengasuh balitanya tidak tega, seperti apapun itu orang tua yang harus dihormati. “Modusnya berulang terus, sekali saja aku berkehendak sesuatu pada mereka bakal menjadi pintu terbuka pembalasan yang keras.” “Termasuk juga postinganku di medsos yang langsung menyebut nama jati diri mereka masing-masing.” Jumat 10 Juli 2020, Bowo tenang saja bila hari Jumat, soal ibadah sekarang karena pandemi jadi punya alasan mengerjakannya di kios dengan menggelar sajadah sholat dhuhur sendirian. Masjid tertutup untuk umum entah sampai kapan. Kalaupun ada yang tetap menyelenggarakan sholat berjamaah harus dengan protokol kesehatan yang ketat. Makanya Bowo tak mungkin lagi dipantau Udin di masjid yang menjadi jujugan keluarga mereka sebagai jamaah tetapnya, itu masjid paling dekatnya dengan kios eks kampus Stiekers. Jam sepuluh sudah ada Ani melintas dari selatan, lewat di seberang kiosnya. Bowo tahu tapi bagi dirinya harus menjadikan fenomena dan kebiasaan baru perempuan tersebut. Konflik belum selesai tetapi untuk beraktifitas di sekitar eks kampus Stiekers sebenarnya bebas saja, jadi Bowo tidak terlalu memperhitungkannya sebagai hal penting. Sayang Ibu Jonan kembali muncul bersama balita cucunya di kios samping gang. Biarpun membingungkan aksinya Bowo tetap harus memandang hal tersebut sebagai kewajaran. Aksi Ibu Jonan tetap tertuju padanya namun tidak berdampak ancaman apapun terhadap dirinya. Bowopun sebagaimana biasa berkemas-kemas tepat pukul 16.45. Bowo hanya tahu begitu dirinya mempersiapkan diri menutup kios Ibu Jonan juga beranjak pulang seolah-olah sudah cukup aksinya di depan Bowo. Hal seperti ini sudah berlangsung dalam minggu-minggu ini. “Aku diam seperti ini saja sudah menjadi ancaman, apalagi beraksi menyerang anggota keluarga ini,” Bowo geleng-geleng kepala. Bowo segera menaiki sepeda anginnya untuk pulang ke rumah kontrakan yang baru sekitar sepuluh menit bersepeda. Biarpun menegangkan konflik yang dialaminya tidak sampai mengganggu pekerjaannya. Semua masih mampu dipertahankan karena konflik bukan berasal dari pihaknya. Jalan Parangtritis ramai sore itu, Bowo harus sering mengalah pada pengendara motor yang memang lebih bertenaga dan cepat melaju. Hanya Bowo seorang diri yang ngonthel, tetangga kiosnya semua sudah punya motor. “Lah....!” Bowo yang ngonthel membelakan mata saat di seberang jalan di Toko Pigura melihat perempuan dan balita cucu Ibu Jonan memperlihatkan diri. Itu adalah Ani dan anak lelakinya, kereta bayinya ya yang didorong neneknya seperempat jam sebelum Bowo tutup kios. Ani dan balita berkaos biru tua tidak berjilbab. Rambutnya yang lurus sebahu sedikit terkena angin. Ani berdiri sedikit membungkuk melayani anaknya diajak ngobrol mengacuhkan Bowo yang lewat. “Semuanya sudah diatur sedemikian rupa!” Bowo terus melaju memikirkan fenomena yang dialaminya. Jelas itu sudah menjadi agenda Ibu dan putrinya memberi sinyal pada Bowo. Unsur kesengajaannya sangat tinggi, mengatur skenario bermanuver, tertuju pada Bowo agar tahu mereka tetap memperkarakannya. Jelas bentuk manuver seperti ini menghendaki semacam kemenangan dengan optimis tinggi di pihak Ani dan keluarganya. Makanya sinyal-sinyal yang dilakukan begitu terbuka menunjukan akan adanya insiden entah apa yang akan terjadi, cepat atau lambat. “Mereka seolah-olah berargumentasi kebenaran mutlak milik mereka,” hanya itu yang terbaca oleh Bowo. “Aku tetap biang keladinya.” Kejadian ini jelas menekan batin Bowo, tetap mencemaskan bila sampai ia lepas kontrol. Tadi saja saat melewati Ani dan putranya terpikir memotret atau bahkan mendatangi karena penasaran adanya momen janggal tersebut. Hal yang segera dibatalkannya karena sudah berbahaya terutama untuk mentalnya. “Bentuknya tetap serangan mental dan keroyokan.” “Mereka tidak main-main, banyak ancaman di belakangnya.” Kini Bowo sulit menyangkal akan keamanan dan posisinya di tempat perantauannya ini. Semuanya merupakan ancaman bahwa dirinya memang harus tersingkir dari Yogya. Bowo saja yang tetap ngotot, “belum tentu aku yang bersalah!” Bowo berpikir tentang kejadian yang dialaminya tadi. Ibu Jonan beraksi muncul dari mulut gang bersama cucunya. Ketika dirinya berkemas-kemas pulang Ibu Jonan segera ikut pulang. Ternyata di rumahnya sudah siap Ani yang segera beraksi mendorong kereta bayi menuju ruas jalan yang biasa Bowo lewat yaitu di depan teras toko pigura. Seoalah-olah Ani beraksi menghadang Bowo agar perkara makin meninggi ketegangannya, mungkin Aninya juga agak tergesa-gesa karenanya tidak sempat memasang jilbab.Yang jelas Bowo ditantang menghadapi mereka sekeluarga, dan mereka optimis bakal memenangkannya. Bowo menduga terus tujuan aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan ini, semuanya sudah keluar beraksi, sesuatu akan terjadi tapi kapan........? Bowo tidak memiliki satu jalan keluar apapun. Seluruh aksi-aksi ini berasal dari anggota keluarga Bapak Jonan. Ia cuma pasrah, bila mampu menghindar. Tapi untuk menyingkir dari Jogja, wow.....tunggu dulu, tidak ada alasan kuat apapun walau bentuk-bentuk manuver mereka adalah sebuah perintah, PERGI!!! Sabtunya hanya Udin yang terlihat memantau, tetapi jelas akan terus berlanjut sampai tujuan keluarga ini tercapai. *** Dimanuver terus beberapa minggu malah Bowo yang jengah sendiri. Sebab apa yang terjadi hanya bentuk modus yang berulang-ulang beberapa tahun ini. Makanya minggu ketiga Bowo tidak memposting apapun. Lagi pula hari Senin dan Selasa tidak ada satupun anggota keluarga Bapak Jonan beraksi di depan kiosnya. Paling-paling ada pemuda berseliweran bermotor Revo merah yang dikenal Bowo dulu bermotor Beat hijau AB 4501 UT memantau. Biarin saja....terhadap aksi-aksi keluarga Bapak Jonan saja Bowo sudah pasif apalagi terhadap pemuda ini. Bowo hanya memperhatikan semacam tulisan di belakang kaos hitam yang dikenakannya. QUARTER OUT LAW Entah apa artinya. Biarpun beraksi orang-orang yang dihadapinya pandai menyenbunyikan perasaan, semua berlangsung wajar. Hari Rabu 15 Juli 2020 ada massenger masuk, dibuka Bowo hanya dari seorang kenalannya seorang tetangga di gang sebelah saat masih di Krapyak. Itupun hanya memperlihatkan profil orangnya bersalaman dengan seorang yang dikenal lama tidak jumpa. Bowo balas berbalas kabar sekedarnya dengan orang ini walau juga merupakan tetangga keluarga Bapak Jonan. Sedangkan sore hari Selasa itu kembali Ibu Jonan muncul mengasuh balita cucunya di kios photo copy samping gang. Bowo tahu itu tertuju pada dirinya tapi bukan bagiannya membalas, coba harus dibalas dengan apa aksi Ibu Jonan ini. Seolah-olah semua orang menegur pihaknya sebagai orang yang kurangajar. Bowo hanya berpikir kemungkinan bekas tetangganya mengirim massanger ada maksudnya, tapi Bowo tidak biasa membuka akun medsos saat bekerja di kios. Baru di rumah kontrakan setelah istirahat Bowo membuka akun medsosnya. “Oh ini........,” Bowo mulai tahu ada notifikasi ancaman terhadap dirinya, segera saja dibukanya. Benar sebuah akun tak dikenal nyelonong masuk mengomentari beberapa postingan dari bulan Februari 2020. Bowo mendapati akun tersebut menamakan dirinya Pring Sewu. Komentar-komentarnya tidak enak dibaca hanya berupa kata-kata makian. Bowo memperhatikan profilnya, hanya diketahui domisilinya di Jakarta, sedangkan fotonya hanya berupa rumpun bambu hijau. Kata-kata makiannya buruk, singkat-singkat saja di beberapa postingan yang terkait dengan aksi-aksi suami Ani. Tampaknya baru masuk tanggal 14 Juli 2020 hari Selasa. Beberapa postingan Bowo dikomentari kata-kata makian kasar, ASU, Tukang fitnah, Ngarang. Bowo memperhatikannya benar, yaitu pada postingan bergambar sepeda motor Beat merah AB 6722 KL yang parkir di kios gudeg Mak Ndut, saat itu suami Ani membeli gudeg untuk lauk sarapan. Itu bertanggal 18 Januari 2020, Bowo ingat betapa herannya dirinya karena tetap diperkarakan suami Ani, padahal dari pihaknya sudah selesai. Dan keputusannya saat itu pasif hanya mengambil gambarnya sebagai bukti pegangan bila perkara yang bergulir betul-betul sepihak dari anggota keluarga Bapak Jonan. Dipostingan tersebut Pring Sewu menyatakan sebagai fitnah. Sedangkan di postingan lain yang berupa tulisan saja ada komentar ASU dan Tukang Ngarang. Bowo baru membukanya 16 Juli, berarti dua hari berturut-turut Pring Sewu ini sempat memantau puluhan postingan tentang aksi-aksi keluarga Bapak Jonan. Satu tuduhan justru melayang pada postingan tentang pertemuan dengan seorang perempuan lain, Ani hanya disinggungnya sebagai perbandingan. Yaitu saat bertemu dengan cewek tetangga yang juga sering memberi perhatian pada Bowo karena kenal baik dengan keluarganya. Bowo jelas membandingkan dengan konflik yang bergulir. Andaikan konflik sudah selesai tentulah ia sudah bersama perempuan lain, bukan dengan Ani yang sepertinya terus menguntit tanpa kejelasan masalah. Bowo memposting betapa keadaan seperti itu menjadikannya bernasib sial, ‘Mati Jodoh’. Di sinilah Pring Sewu menuduh Bowo tukang ngindik cewek tetangganya. Bowo pun segera membalas dengan pernyataan tentang siapa yang dimaksud tetangganya itu. Bowo coba membahas identitas Pring Sewu yaitu domisilinya yang di Jakarta sedangkan dari logatnya sangat kental Yogya. Ternyata ada jawaban Pring Sewu bahwa ia kerja di Jakarta, Bowo meragukannya dengan menyatakan sulit keadaan pandemi saat ini berada di Jakarta. Bowo mentertawakannya dengan menyatakan silahkan pulang saja ke Jogja dari pada kena Covid 19. Ternyata setelah itu tak ada balasan sama sekali. 16 Juli 2020, Sudah terdapat dua insiden dalam konflik yang dihadapi Bowo. Yang kesatu adalah berbagai pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan di sekitar kiosnya selalu berupa aksi manuver mencapai tujuan tertentu. Nah sudah ada aksi Udin di jam sepuluh pagi. Pergerakannya seolah-olah hanya membeli rokok di kios sembako. Hanya berjalan kaki saja, tetapi dari pancaran wajahnya sudah penuh ancaman tindak kekerasan. Bowo mencoba menghindari tatapan mata dengan Udin, kalau menatapnya bisa menjadi alasan orang ini berperkara. Orang ini jelas memancing dirinya membalas aksi agar skenario jebakan yang dipasang berhasil. Yang tetap membingungkan adalah pergerakan pemuda yang dulu bermotor Beat hijau AB 4501 UT. Terkadang bermotor Revo terkadang ngonthel, yang tidak lepas adalah kaos hitam bertulisan Quarter Out Law di punggungnya. Bowo hanya bisa memandang curiga tapi pasif saja. Nah malam harinya seperti biasa Bowo membuka akun medsosnya. Akun Pring Sewu masuk di postingan berupa kenangan. Tertulis 15 Juli 2017 tentang peristiwa aneh di kamar kontrakannya. Yaitu ditemukannya pecahan kaca cukup besar, yang berarti untuk kedua kalinya kaca jendela kamarnya dilempar benda keras seperti tahun 2014. Bowo menyatakan dugaan pelakunya langsung yaitu Udin Jogja sesuai aku FB yang dimiliki dan telah memblokir akunnya sejak 2016. Bowo menduga akun Pring Sewu ini milik keluarga, tapi paling mendekati justru milik komplotan, karena penggunanya tidak mungkin hanya satu orang. Karenanya setiap berkomentar berbeda karakternya. Namun juga selalu kasar, caci maki dengan sebutan segudang isi kebun binatang. “Ih congir asu, raine kaya itil wedos.....!!” Bowo menilai dari tata bahasanya saja sudah tidak beraturan, kemungkinan yang membalas status ini orang lain sesuai perintah pengguna asli, itu modus yang biasa diterapkan keluarga Bapak Jonan. Bowo cukup membalas dengan beberapa pernyataan agar Pring Sewu bisa saling berkomunikasi, yang ditunggunya adalah statemen dari masalah yang bergulir. Tapi tetap saja urusan caci maki seperti ini bila terbaca orang lain sangat kasar dan tidak beretika. Justru ada orang lain teman FB yang menyanggah agar tidak membalas dengan kata-kata yang sama. Hal ini yang kemudian membuat Bowo yang tadinya terpengaruh caci maki Pring Sewu tersadar untuk kembali memegang etika bermedsos. Itu juga yang membuat Pring Sewu terdiam. Hari itu tidak ada balasan apapun sampai Bowo menutup FB nya. Sedangkan hari Jumat 17 Juli tak ada pergerakan apapun dari anggota keluarga Bapak Jonan.Yang menetap adalah seorang pemuda bermotor Revo berkaos hitam bertuliskan Quarter Out Law. Berulang-ulangnya aksi pemuda ini jelas membuat Bowo berpikir terus menerus. Malamnya Bowo kembali membuka akun FB dan mempsoting sesuatu, ternyata langsung ada yang menyambar memberi komentar, siapa lagi itu adalah Pring Sewu. “Untung po kekancaan ro wong koyo koe, mending kekancan ro wong ayu mulus la kowe butek ngono ngopo. Eling Pak mambu lemah garek sesok.” Bowo membalas, “Mending komen gitu Bos, dunia ini kan cuma dua teman musuh. Sampean memusuhi saya itu hak sampean. Dimaki sampean itu menunjukan sejatinya diri sendiri.....aku tak perlu menuduh.” Beberapa kalimat terus diungkapkan Bowo, sayang tak ada balasan lagi dari Pring Sewu sampai Bowo menutup medsos. Bowo memperkirakan orang yang membalas statusnya ini hanya orang lain yang tidak berkaitan dengan masalah yang bergulir, hanya disuruh melayani sebagai pernyataan kosong untuk berhadpan dengan Bowo. Senin 20 Juli 2020, Tekanan terhadap Bowo makin keras, di dunia maya ada akun Pring Sewu yang terus memperingatkannya dalam berbagai tuduhan kasar, karena tindakan yang pernah dilakukannya terhadap seseorang tanpa menyatakan identitas siapapun. Sementara di kiosnya seperti biasa Bowo di hari Senin sore hendak menutup kios dimanuver Ibu Jonan yang beraksi dengan mengaasuh balita cucunya. Semakin ramai saja konflik yang bergulir, dengan Bowo sebagai titik biang keladi tuduhan penyebab terganggunya sebuah rumah tangga di sekitar kiosnya. “Jelas bakalan terus bergulir, aku tidak tahu akan berakhir kapan. Mereka belum menang sama sekali, mungkin resikonya aku bakal tersingkir.....sayang aku tidak bersalah apapun.” Ini saja yang dirasakan Bowo sekaligus membantahnya sendiri. Saking lamanya masalah bergulir Bowo sampai tidak bisa menyalahkan dirinya sendiri, bahkan semua tergantung dari penyelesaian pihak keluarga Bapak Jonan itupun internal mereka sendiri. Selasa 21 Juli 2020, Kembali Bowo mendapat aksi provokasi dari anggota keluarga Bapak Jonan. Bowo cepat-cepat mengambil kamera untuk mendapatkan gambar agar bisa diupdate dalam postingan status FB. Dari arah selatan muncul suami Ani mendorong kereta bayi yang ditunggangi balita putranya. Bowo sampai tercengang karena masalahnya sampai sedemikian serius tapi hanya berdasarkan aksi manuver yang pasti sulit menafsirkannya. Dengan suami Ani Bowo belum pernah berkomunikasi antar pribadi. Jadi belum ada satupun argumentasi keluar dari pemuda seterunya untuk konflik yang sedang berlangsung. Padahal pihak pemuda inilah yang paling memungkinkan masalah selesai, karena posisinya adalah suami Ani yang berarti kepala rumah tangga. Segala keputusan berada dalam genggaman dan kekuasaannya. Dari akun Pring Sewu tidak didapatinya satupun pernyataan yang kemungkinan berasal dari lelaki ini. Semuanya pernyataan dengan menuduh Bowo asal-asalan, jelas dilakukan orang lain mungkin dibayar segala. Lelaki suami Ani bercelana jeans biru gelap, berkaos putih dan bermasker. Mendorong kereta bayi dengan putranya yang berumur dua tahun masih sangat polos, dengan ekspresi girang karena diajak jalan-jalan bapaknya. Berkali-kali bertanya dan menunjuk hal-hal yang jarang dilihatnya di sekitar kios Bowo karena permasalahan yang membelit kedua orang tuanya. Sungguh kasihan....... Suami Ani tidak memandang Bowo sama sekali, tertuju dengan putra semata wayangnya yang terus mengekspresikan jiwa anak-anaknya mengeksplorasi lingkungan sekitar yang jarang dijamahnya. Bowo memotret dua kali sebelum suami Ani masuk mulut gang kembali ke rumahnya. Aksi ini jelas merupakan bentuk provokasi tertuju pada Bowo walau dengan skenario halus mengasuh balita putranya. Bowo sendiri bersyukur karena kemudian ada order stempel. Dengan adanya kegiatan bisa mengurangi ketegangan jiwanya yang melonjak tinggi. Sekali lagi dari pihaknya bingung, “Aku sudah tidak merasakan kesalahan apapun di pihakku, bukan kewajibanku menyelesaikan perkara ini dll.” Tidak selesai begitu saja..... Suami Ani muncul kembali sore harinya jam setengah empat. Dari mulut gang, tetap berkostum sama dengan pagi hari tadi dan tetap mendorong kereta bayi bersama putranya jalan-jalan sore yang cerah karena kemarau di pinggiran kota Yogyakarta. Tentu menyenangkan sekali bagi anak untuk haknya bermain di lingkungan sekitar sesuai dunianya. Tapi tidak dengan Bapaknya yang masih bersikeras dengan Bowo yang hanya menonton, walau aksi suami Ani tertuju padanya. Harus diapakan? Tidak bisa diapa-apakan, bukan Bowo yang berkewajiban menyelesaikan. Perasaannya saja yang tahu dirinya tertuduh telah berbuat kurangajar dan saru karena menjadi kambing hitam pelaku perusak rumah tangga orang. Bowo tertekan dan sorenya makin tertekan, itu ketika seorang perempuan sepuh Ibu Jonan muncul dari mulut gang, tetap dengan mendorong kereta bayi mengasuh balita cucunya. Ibu paruh baya ini singgah di kios photo copy samping gang dan diberi bangku untuk duduk istirahat. Tidak ada yang mengira bahwa kehadirannya tertuju pada Bowo dengan tuduhan “Biang Kerok” seluruh kekacauan rumah tangga anak menantunya. Di sinilah Bowo sulit sekali memposisikan diri, harus bagaimana membuat sikap. Karena kehadiran seluruh anggota keluarga Bapak Jonan beraksi manuver mencapai provokasi benar-benar tertuju padanya. Tingkatannya sudah sangat tinggi karena dilakukan oleh seorang ibu, putra-putri, dan menantunya yang berarti mewakili seluruh anggota keluarganya. “Jelas itu menyatakan pada diriku sebagai pelaku pengganggu rumah tangga anak menantunya,” berbisik Bowo dalam hati. Bowo tak berani mengambil gambar Ibu Jonan bersama balita cucunya, ia harus menghormati orang tua tersebut sebagai perlindungan nama baik dari mata warga sekitar. Itu karena ia memposting di akun FB malam harinya. Oh sudah ada akun Pring Sewu masuk sebuah postingan. Itu postingan berupa pendapat saja tentang masalah yang lagi viral di medsos. Tentang klepon, jajanan pasar yang dinyatakan oleh seorang beridentitas kelompok islam fundamental yang membuat pernyataan klepon tidak islami, lebih baik kurma. Postingan Bowo, “Klepon tidak islami, gak papa....apalagi yang bikin status ini....lebih kkkk deh....” Pring Sewu langsung mengomentari, “Apa mneh kowe ra nde agama, wong jahat tukang ngindek wedok, tukang fitnah dll masih ra gelem ngoco....” Bowo memperhatikan tulisannya, sulit menyebut orang yang mengomentari memiliki pengetahuan tinggi, susunan kalimatnya masih kekanakan berlogat kental Jogja sekali. Akhirnya Bowo coba memastikan, siapa tahu ada sedikit kejelasan identitas. “Nah gitu Bos terus komen paling tidak aku tahu seberapa besar sih anumu itu....anak pintar sekali.” Ternyata malam itu Bowo tercengang mendapat jawaban Pring Sewu, “20 cm coba punyamu paling cilik hiii, jelek guteng tukang ngindek cewek. Yang lelaki saja wedi karo kowe!” Bowo tertawa dalam hati karena ternyata tanggapan Pring Sewu lari ke aset celana dalam lelaki. Terlalu pintar untuk berdebat mencapai penyelesaian, kemungkinan orang ini hanya diperalat oleh pemilik akun hanya sekedar membalas komen agar jejak pemiliknya tidak terbaca. “Ya ya besar banget, asli Indian itu,” Bowo sekedarnya menambahi. Justru makin gayeng Pring Sewu berkomentar, merasa pede sekali mampu menandingi debat dengan Bowo. “Wo ini asli Amerika, eh asli Afrika loh gak kayak kowe yang guteng bikin takut hiiii...”(kayaknya jijik sekali terhadap Bowo). Bowo terus menanggapi, dan tidak mendapat kemajuan apa-apa sampai Pring Sewu sendiri berhenti membalas komentar Bowo. Bila diperhatikan Bowo jelas menduga oknum ini hanya sekedar diperalat, mungkin tak lebih tetangga sebelah rumah Bapak Jonan, Bowo malah mengenal profilnya dari kata-katanya sehari-hari. Tapi tidak perlu mengungkapkannya dalam pertikaian dunia maya seperti ini. Bowo sulit menjadikan akun Pring Sewu ini sebagai bentuk komunikasi dengan orang-orang yang memperkarakannya. Tidak ada titik penyelesaian dalam bentuk statemen di bagian konflik. Hanya bayang-bayang saja bentuknya, tapi makin berbahaya karena berarti pihak di sana bakalan bertindak dalam bentuk pergerakan rahasia. Entah apa nantinya...... Eeehh paginya jam 09.15 terlihat motor Beat lawas milik Ani terparkir di kios photo copy samping gang. Pengendaranya begitu tertutup tak diketahui wajahnya, tetapi dari profilnya itu lelaki suami Ani sedang beraksi memancing dan memprovokasi Bowo. Hanya sebentar saja suami Ani di dalam kios, tujuan utamanya memang membuat situasi makin memanas dengan beraksi manuver seperti itu. Bowo memotretnya dan mengunggahnya di FB dengan keterangan, “hampir-hampir tidak mengenal profil pengendara motor tersebut kecuali dari motor Beat lawas milik Ani.” Karenanya ia tidak merasa terprovokasi walau jelas dimanuver suami Ani. Pemuda yang segalanya tertutup itu akhirnya memang mengendarai motor Beat lawas millik Ani langsung menyeberang melintas depan kios Bowo dalam jarak paling dekatnya. Hanya saja itu tidak mempengaruhi posisi Bowo bagaimanapun kuatnya, boleh dikata gagal total. Bowo menganggap aksi suami Ani memanas-manasi situasi gagal karena sampai hari Sabtu tak ada lagi pergerakan anggota keluarga Bapak Jonan kecuali pemuda bermotor Revo yang gonta-ganti kendaraan berseliweran di depan kiosnya, tetap memakai kaos hitam bertulisan Quarter Out Law di punggungnya. Senin 27 Juli 2020, Seharian hanya Udin ketua RT yang nampak dalam berbagai kegiatannya. Sampai tiga kali, yang diperhatikan Bowo adalah ketika singgah di kios photo copy samping gang. Tapi Bowo tidak tertarik mengambil gambarnya, rasanya tidak penting karena profil Udin dengan segala pergerakannya mudah diduga Bowo dari dahulu, selalu berujung tindak kekerasan dan berdarah dingin karena terduga psikopat. Selasa 28 Juli 2020, Bowo hari itu sibuk urusan stempel. Tidak ada minatnya hari itu walau tahu siang hari dipantau Udin. Aksi-aksi Udin sudah rutin tak perlu diperhitungkan sebagai masalah penting. Bowo secara pribadi tidak memiliki masalah apapun dengan seseorang yang memusuhinya jauh sejak lama. Lagi pula Udin walau sampai singgah di kios sembako tidak menunjukan tingkah yang aneh-aneh, kehadirannya selalu memantau Bowo tapi untuk berperkara langsung orang ini sulit diajak kompromi, kalau pernah tercapai obrolan, hanya ancaman dan tindak kekerasan pencapaian paling tingginya. Juga Bowo bila diperlakukan oleh Udin hanya berada pada posisinya yang bersalah, itu bagian yang diincar pemuda tinggi besar yang berkategori berdarah dingin ini. Bila Udin yang muncul rasanya syaraf di tubuh dan kepalanya menegang karena berbagai isyarat akan rasa sakit bila mengalami tindak kekerasan, entahlah. Bowo sering menduga dan mengira-ira apa yang akan terjadi, tetapi menjawabnya dalam kalimat sebagai kepastian adalah mustahil. Masalah intinya adalah sudah puluhan tahun dirinya diperkarakan anggota keluarga Bapak Jonan dengan berbagai insiden benturan tingkat tinggi ketegangan kejiwaan. Yang jelas dalam hati yang paling dalamnya Bowo menyatakan tidak terima dengan segala perlakuan dari pihak seluruh anggota keluarga Bapak Jonan, Ani sekalipun. “Mereka sendirilah pihak yang wajib menyelesaikannya, internal!” Demikian kata hatinya. “Masa-masa pandemi kayak gini keluarga ini tetap saja beraksi, aku saja rikuh melanjutkan perkara sepihak dariku.” Faktanya pergerakan keluarga Bapak Jonan tertuju pada dirinya menetap. Bahkan mengalami kenaikan ketegangan setelah lebaran Mei 2020. Mereka memulai seluruh pergerakan tertuju pad dirinya setelah lebaran, hampir dua bulan hingga akhir Juli ini. Yang penting bagi Bowo walau diperkarakan seluruh anggota keluarga Bapak Jonan dari segi kejiwaannya sudah tidak terganggu. Puluhan tahun diperkarakan dari segala kegiatannya seperti buka kios sampai aktifitas kreatifitas yang dilakukannya tetap berlangsung. Standar kejiwaannya stabil juga tidurnya di malam hari tetap nyenyak beberapa bulan ini. “Paling enak tetangga-tetangga kiosku, mereka tak pernah mengalami konflik dengan orang lain di sekitar deretan kios eks kampus ini. Hanya diriku seorang yang mengalaminya,” Bowo membuat perbandingan. Faktanya memang demikian. Tidak apa-apalah toh walau tahu sedikit-sedikit konflik yang dialaminya, tetangga-tetangga kios Bowo tak paham masalah yang jadi inti pertikaian. Kalau dibahaspun paling dasarnya wajar saja, hanya urusan demenan dengan perempuan. Semua orang lelaki di dunia ini pasti pernah merasakannya. Yang penting Bowo masih bisa bertahan di Jogja dengan pekerjaan yang tetap ditekuninya ini. Masih lumayan dari pada hidup menganggur, Bowo masih optimis stempel bisa menjadi andalannya mencari makan di perantuannya ini. Seperti hari itu sudah ada order maka ia terus mengerjakannya sampai sore tutup kios. Ketika pulang dikayuhnya sepeda onthelnya menuju rumah kontrakan ke selatan. Hari sore itu cerah seharusnya pikirannya juga terang dan tenang. Saat melintas sebelum mencapai toko pigura Bowo tercengang. Suatu aksi manuver drama skenario sedang berlangsung, tertuju pada dirinya. Itu suami istri ternyata bertiga karena ada kereta bayi yang ditunggangi balita putra mereka. Ani dan lelaki suaminya, Ani memegang kereta bayi mengajak bercanda bocah tercintanya. Sedangkan suami Ani dua meter di belakang Ani memegang smart phone dan memainkannya. “Jelas ada maksud tujuan dari aksi mereka,” Bowo membatin. Bowo tidak bisa menduga apa-apa karena muka suami istri ini bermasker. Kehadiran mereka menghadang Bowo, walau tidak mungkin akan menghentikan perjalanan Bowo. Mereka memperlihatkan diri dan harus ditafsirkan oleh Bowo, itu berupa ketidak sukaan dan tidak terima terhadap Bowo yang telah mengganggu ketentraman keluarga kecil tersebut. “Demi kehormatan dan derajat yang lebih tinggi mereka melakukannya, dan demi keluarga besar mereka di belakangnya.” Kira-kira seperti itu keadaan situasi yang mampu ditafsirkan Bowo dari aksi-aksi suami istri dan keluarganya yang terus berkonflik puluhan tahun ini. “Coba aksi seperti ini, justru tuduhan mereka bila aku ingin memiliki atau selingkuh dengan Ani malah batal. Wong mereka sudah hidup berumah tangga bersama, lantas apa salahku?” Bowo menjawab dalam hati sendiri, “ Semua kurangajar, secara tidak langsung situasi ini yang terjadi di depanku.” Bowo tetap meneruskan perjalanannya, dari dulu hal tersebut berlangsung tanpa penyelesaian, aksi-aksi seperti ini sering menimbulkan perasaan tidak nyaman di hati karena berarti seluruh masalah selalu berujung pada pelanggaran etika walau tidak terjelaskan. Pertarungan terjadi bukan dalam bentuk bentrok fisik, semua berlangsung adu mental mempertaruhkan status kehormatan. Suami istri Ani dan suaminya adalah inti masalah, ditunggangi Udin dan Ibu Jonan yang memperkarakan Bowo tersendiri. Dalam kurun waktu tidak ada ujung penyelesaian masalah, mereka malah merekrut orang lain untuk menambah daya serangan psikis terhadap Bowo hingga ia menuduh adanya sebuah komplotan yang dinyatakannya paling tingginya mencapai konspirasi. “Oh tadi ada suami Ani bermain HP, mungkin malah memasuki akun FB ku......,” sekilas pikiran ini masuk. Makanya cepat Bowo kembali ke rumah kontrakannya, kemudian membuka akun FB nya yang mudah saja dilacak orang lain karena menggunakan nama asli. Ada notifikasi masuk di postingan tanggal 26 Juli 2020. Postingan membahas latihan Pencak Silat dan Yoga di sebuah teras ruko K-Link Ringroad selatan. Itu hari Minggu sore, sedangkan latihannya pagi hari, merupakan kegiatannya di Jogja yang paling dibaggakan karena itulah jatidiri Bowo yang sebenarnya. “Tukang ngapusi. Tukang ngarang. G tau diri!!” Itu komentar akun Pring Sewu. Bowo coba menanggapi tanpa emosi terhadap tuduhan Pring Sewu ini. Ia melihat waktu Pring Sewu berkomentar, tepat saat Ani dan suaminya bertiga bersama balita putra mereka beraksi menghadang dirinya di teras halaman toko Pigura Langgeng. Jadi sekarang kesimpulannya berarti Pring Sewu itu adalah suami Ani. Kalau soal latihannya.....wah itu agenda Bowo puluhan tahun di Jogja. Jadi suami Ani hanya berkomentar ngawur saja, lelaki suami Ani punya tujuan mendiskreditkan Bowo terhadap kegiatannya sebagai sebiah penghinaan. Bowo membalas komentar Pring Sewu, “Coba jabarkan tuduhan sampean itu, Tukang ngapusi bagaimana, Tukang ngarang yang mana, G tahu diri itu harus bersikap bagaimana di depan sampean. Semua itu ada jalannya, harus dibahas bila sudah masuk berkomentar.” Tentu saja Bowo menyatakannya dalam beberapa komentar, itu intinya saja. Tak ada tanggapan sampai setengah jam. Akhirnya Bowo yang membuat status baru. “Oh jadi Pring Sewu ini suami Ani, ini gara-gara tadi saat pulang dari kios bertemu dengan suami istri beraksi manuver tertuju pada saya. Walau begitu Pring sewu ini tidak hanya dipakai yang bersangkutan, yang lain entah siapa ikut-ikutan.” “Dengan demikian jelas permasalahan ini hanya ramai di pihak suami Ani Cs, di pihak saya nyaman tentram tidur selama ini.” Tidak ada tanggapan langsung, tapi Bowo memperkirakan di pihak Pring Sewu jelas memantau terus dua mingguan ini sesuai dengan kemunculannya masuk akun FB Bowo. “Hmmm....dimassage pun tak bisa, orang-orang ini tak mau identitasnya diketahui orang lain. Padahal bila pun sembunyi aku itu hanya punya satu perkara di Jogja ini. Ya hanya dengan anggota keluarga Bapak Jonan seluruhnya.” Menurut Bowo sebenarnya peristiwa yang dialaminya ini ramai sekali. Tapi ini di pihak Bowo dengan keluarga Bapak Jonan dalam pertikaian selama ini. Soalnya pertikaian yang terjadi benar-benar di dunia maya internet media sosial, ataupun di dunia nyata hanya bayang-bayang maya karena hanya aksi simbolis bentuknya. Baru setengah jam kemudian ada notifikasi masuk, Bowo membuka dan terbaca itu komentar langsung tertuju pada dirinya dengan segala kehendaknya yang tidak masuk akal bagi Bowo. “Suami Ani siapa nah? Suami Ani tai po? Urusanmu karo Aku su. Rasah gowo2 wong liyo. Dasare wong kakean musuh. Gatokke kene ro jenenge suami Ani endi. Ra sah lali koe ro polahmu biyen. Ngindek2 wedok barang. Nyatane kabeh wong tok ganggu. Edan. Dasar wong ra payu. Ra eneg gawean kabeh2 diributi.” Makin geleng-geleng kapala Bowonya, jelas peran Pring Sewu sudah ganti entah siapa lagi. Tapi kali ini semua pernyataannya sangat menyebalkan, tidak ada argumentasi yang bisa jadi pegangannya untuk tercapainya suatu penyelesain. Juga sama sekali tidak elok, tidak beretika. “Niatnya memang buruk.....,” dalam hati Bowo menyatakannya. Coba Bowo membalas, “Lari lagi ganti orang. Pola seperti ini hafal Brow, hanya dari keluarga Bapak Jonan. Seharusnya akun sampean ini sudah kublokir, itu sudah saran dari pengelola FB.” Uuuff rupanya cepat saja Pring Sewu menanggapi, “Basane koyo bencong.” Makin tidak bermutu, Bowo menjawab, “Saya tidak tersinggung dibilang seperti itu, jadi tidak sesuai dengan caci maki sampean sekeluarga. Malah jadi makin jauh dari kenyataan, tuduhan tidak bermutu Bos.” Masih ada Pring Sewu mengintimidasi, “Duwe keluarga po kowe.” Biarpun tahu itu kenyataan bahwa Bowo sendirian tapi menyanggah pernyataan seperti ini mudah. “Lah pripun kathah Bos.” Pring Sewu makin senewen tampaknya, “Kathah do mengakui kowe po. Tukang ngaku-ngaku....!!!!” Bowo ya makin mudah menjawab, “Itu sampean sendiri yang mengakui.....begitu memberi perhatian padaku.” Ternyata tidak ada lagi Pring Sewu menyanggah. Akhirnya sebelum tidur Bowo mengomentari Pring Sewu, “Diselesaikan sampean sendiri coba Bos. Aku tuh sudah nyaman karena ada yang masuk FB ku, tambah tenar loh.” Berakhir. 29 Juli 2020, Tak mungkin berakhir, Bowo menanti bila ada pergerakan manuver di sekitar kiosnya hari Rabu ini. Tentu sambil menerima pesanan stempel demi hidupnya di Jogja ini walau diperkarakan keluarga Bapak Jonan. “Aku yakin masalah ini hanya bisa diselesaikan internal keluarga itu sendiri, aku tidak merasa bersalah tingkat apapun, aku ini hanya mantan pacar Ani. Itu saja posisiku selama puluhan tahun ini.” Lumayan hari itu Bowo cukup sibuk dengan profesi jasa stempelnya. Ada beberapa pesanan ssampai sore hari sebelum tutup kios. Karena sering meninggalkan kios Bowo tidak melihat satupun anggota keluarga Bapak Jonan beraksi. Tapi ya itu pemuda yang dulu bermotor Beat hijau AB 4501 UT berseliweran, memakai kaos hitam bertulisakan Quarter Out Law di punggungnya. Bowo yang harus waspada, tapi tak pernah bisa mempertanyakan atau memperkarakan pemuda ini, itu bagian dari anggota komplotan suami Ani walau susah juga membuktikannya, pokoknya terhubung dengan keluarga itulah. Malamnya kembali Bowo membuka akun FB nya, ternyata kembali Pring Sewu berkomentar tetap di status tentang suami Ani sebagai pemilik akun Pring Sewu. “PD banget kowe dadi uwong. Pantes ra payu.” Bowo merasakan sulit menanggapi, tapi tetap dicoba menjawab, “Galake ilang sampean Bos.” Sampai Bowo menutup FB tak ada tanggapan. Tapi sebenarnya setelah itu ada komentar tapi tidak terbaca Bowo karena sudah ditutup akunnya dan malam itu bahkan sampai esok harinya. “Blokir wae. Tekan kiamat ora bakalan ngaku koe Su. Sok ngendik wong.” Demikianlah Bowo tidak tahu karena sudah tutup FB, nyaman tidur daripada mengurusi tuduhan tidak berdasar seperti itu. 30 Juli 2020, “Bukan kewajibanku menyelesaikan masalah, Aku hanya diseret terus dalam masalah keluarga Bapak Jonan, internal keluarga itu sendiri yang bisa menghentikannya.” Bowo tetap pada prinsip ini. Dan bagi dirinya seluruh kegiatannya tetap berjalan biasa. Semua seperti hari sebelumnya ia membuka kios, sedikit berjaga-jaga bila ada aksi anggota keluarga Bapak Jonan. Benar saja jam sembilan pagi muncul Ibu Jonan dari mulut gang bersama balita yang sedang lucu-lucunya naik kereta bayi. Entahlah kali ini Bowo sedikit emosi terhadap aksi Ibu Jonan karena modusnya tidak berubah-ubah. Tidak bermanfaat dan walau tertuju pada dirinya tidak bisa diapa-apakan. “Selalu seperti itu, keluarga ini mengajukan masalah padaku tapi semuanya hanya untuk menguji mentalku agar timbul perasaan tidak tega. Sangat menyakitkan.....” Bowo menonton Ibu Jonan yang sedang mengasuh balita cucunya. Memang terbersit rasa empati pada balita tersebut, coba bila balita tersebut kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya gara-gara orang ketiga yaitu si Bowo......itulah pesan yang disampaikan mereka sekeluarga. Ah betapa mulianya.....sayang itu juga kan menyerang bagian hatinya yang tertusuk sembilu tajam karena berarti bila membenarkannya Bowo adalah pihak yang bersalah. TIDAK DAN TOLAK!!! Bowo memotret dan menguplod foto adegan aksi Ibu Jonan bersama balita cucunya dalam medsos, ditulis komentar bernada emosional. “Untuk apa beraksi modus seperti ini, sudah tidak ada lagi bahan yang menjadi rebutan!” Bowo cepat-cepat menutup medsos, kepentingannya hanya itu untuk menunjukan sebuah bukti dirinya terus diprovokasi untuk tujuan-tujuan aneh anggota keluarga Bapak Jonan. Toh kenyataan sekarang cukup banyak tanggapan dari orang-orang sekitar tetangga kanan kiri rumah Bapak Jonan. Ditambah dengan akun Pring Sewu yang berani masuk berarti konflik sudah sedemikian tinggi tingkatannya walau dari pihak Bowo biasa saja. Ternyata saat Ibu Jonan beraksi ada pemesan stempel datang memberi order. Bowo segera saja konsentrasi mengurusi kewajibannya. Lebih penting cari duit ketimbang menonton pertunjukan yang tidak berujung penyelesaian. Segera Bowo meninggalkan kios setelah transaksi selesai. Bowo sempat memandang sedikit aksi Ibu Jonan yang sedang mengajak bercanda cucunya. Ibu Jonan membelakangi dirinya saat difoto, tentu saja angle seperti ini tidak akan jelas untuk gelagat raut wajah emosi, kemarahan atau isyarat dan simbol dari aksi Ibu Jonan terhadap dirinya. Dari dahulu bentuk-bentuk aksi yang sulit diterjemahkan seperti inilah yang berlangsung. Dan banyak saja orang meragukan status-status di medsos miliknya itu salah. Mereka menyatakan aksi-aksi seluruh anggota keluarga Bapak Jonan dan menantunya adalah biasa saja, Bowolah yang salah bahkan mengada-ada sebagai orang luar yang memiliki anggapan buruk terhadap keluarga ini. Jadi jangan heran masalah yang bergulir tidak pernah menyatakan Bowo pemenangnya, selamanya. Setelah Bowo mengupdate foto dalam medsos dan mendapatkan order stempel cepat-cepat meninggalkannya menuju kios seting komputer. Dari dahulu hanya jalan ini saja yang bisa dilakukannya menghindari serangan-serangan mental keluarga Bapak Jonan. Paling tidak satu jam ia meninggalkan kios tak tahu lagi keberadaan anggota keluarga Bapak Jonan. Sayang satu jam lebih kemudian setelah urusannya selesai dan kembali ke kiosnya Bowo mendapati Ibu Jonan bersama cucunya beraksi yang sama, ini sudah menuju jam sebelas, jelas aksi Ibu Jonan adalah yang kedua kalinya. Tentunya sulit Bowo menduga apa keinginan Ibu Jonan yang aksinya benar-benar tertuju padanya ini. Sudah hampir dua bulanan ini aksi-aksi mereka meningkat segala-galanya. Berarti harus mencapai suatu tujuan kemenangan, dan Bowo pasti kalah telak dalam perkara yang sedang bergulir. Sering Bowo meraba-raba klimaksnya.....suatu bentuk klimaks tragis dan dramatis. Ketika sepeda onthelnya mencapai kios, Ibu Jonan melihat dirinya, sempat terlihat emosi wajah tidak senangnya atau kebencian yang sangat terhadap Bowo. Sayang cepat ditutupi Ibu sepuh yang jelas sudah berpengalaman ini. Dan tak lama kemudian Ibu Jonan mendorong kereta bayinya kembali masuk gang. Lagi-lagi tak ada suatu sinyal adanya penyelesaian masalah. Bila saja Ibu inilah yang menentukan, itulah haknya....... Ah Bowo hanya berharap, tak ada yang ideal dari seluruh masalah yang dihadapinya. Tak ada kebijaksanaan, semuanya jatuh kepada Bowo sebagai kambing hitam, tanpa satu katapun penjelasan. Bowo tetap pada kegiatannya, apa-apa yang terjadi di depan kiosnya merupakan masalah internal keluarga Bapak Jonan yang tidak pernah melepaskan dirinya sebagai biang keladi kericuhan rumah tangga mereka seluruhnya. Bowo saja tidak percaya dugaan seperti ini karena terlalu melankolis, faktanya rumah tangga Ani dan suaminya yang menjadi sengketa ternyata baik-baik saja dan tidak pernah disentuhnya sama sekali. Atau kebalikannya, merekalah yang terus memprovokasi Bowo agar menyerang emosional sehingga tercapailah tujuannya, Bowo dinyatakan salah oleh masyarakat sekitar dan harus pergi dari lingkungan sekitar mereka. Satu dua jam tidak ada kelanjutannya, “Seperti biasa esok......esoknya lagi, berulang-ulang terus.” Oh ada pengunjung datang ke kiosnya, lumayan sekali lagi bila jadi Bowo bisa menghindari kiosnya yang menjadi sasaran manuver anggota keluarga Bapak Jonan. Wah Bowo ketiban rejeki, pemesan memberi dua stempel satu diantaranya berukuran besar semacam tabel, pemesan bilang, “Jadinya kapan Mas?” “Oh bila cepat nanti sore Pak,” jawab Bowo. “Nggak buru-buru kok Mas, hari Senin saja kuambil,” ternyata pemesan memberi tenggang waktu. “Yang penting kukerjakan hari ini Pak, soalnya besok libur hari raya Idul Adha,” Bowo memberi tahu alasan penting. Tetap mengerjakannya karena libur hari raya Idul Adha dan Sabtunya hari kejepit nasional, bila buka bakalan sepi karena masih suasana lebaran. Sepeninggal pemesan Bowo segera meninggalkan kios. Bowo memang berusaha menghindari suatu kejadian tidak nyaman sebulanan ini karena konflik tidak berkesudahan dan sangat menyebalkan. Mengerjakan stempel besar jelas cukup lama, sampai sore Bowo di kios seting komputer milik temannya. Oh ya temannya ini hanya karyawan tingkatnya, kios stempel milik juragannya yang memiliki beberapa cabang di beberapa jalan strategis kota Yogyakarta. Stempel cukup besar Bowo tidak berpikir menyelesaikannya langsung toh diambil hari Senin, masih tiga hari lagi, santai. Makanya ketika pulang ke kiosnya, tetangga-tetangga kanan kirinya sudah pulang karena lebih konsentrasi pada persiapan lebaran Idul Qurban berupa acara pemotongan hewan untuk dinikmati seluruh umat dan warga manapun. Bowo nyaman saja, pikirannya sama hendak menutup kios karena tak berharap mendapat order lagi, kan sudah sore. Mending pulang istirahat menikmati hamparan tikar tidur nyenyak. Sebelum menutup kios Bowo menyempatkan diri menuju WC buang hajat. Setelah selesai belum sampai kios Bowo dipanggil tetangga kiosnya yang jualan pecel lele malam hari. “Hei itu ada yang mencarimu di kios,” katanya sambil menunjuk seseorang di kios stempel milik Bowo, “sudah dari tadi mencarimu,” kata Bapak tua penjual pecel lele menerangkan. Bowo sudah berdesir dadanya, sudah terlihat siapa yang mencarinya, itu adalah Udin Ketua RT. Pemuda tinggi besar itu duduk menantinya tepat di boks kiosnya menyimpan berbagai alat-alat kerjanya. Darah Bowo terkesiap, mengalir deras......apa yang dibawa Udin? Sebuah golok dalam sarangnya, terlihat ditimang putra Bapak Jonan ini. Berarti suatu pertaruhan besar untuk posisi Udin yang selama ini adalah palang pintu anggota keluarga besarnya. Bowo mendekati penuh was-was, dada dan seluruh syaraf tubuhnya bergetar. Sebuah resiko menghadangnya tapi justru ia tidak ingin menghindarinya, harus dihadapinya..... Ketika sudah dekat Bowo bertanya, “Ada keperluan apa Mas?” Udin tidak pernah bersikap ramah, dan kemungkinan besar orang inilah yang terakhir menyatakan dirinya sebagai Pring Sewu. Dari dahulu hanya orang inilah yang dihindari secara fisik oleh Bowo karena ancamannya selalu tindak kekerasan. Kali ini Bowo tidak menghindar, bahkan berharap bisa terjalin komunikasi. Sudah sangat lama ia menantikannya, apapun hasilnya yang penting berakhir episode konflik dengan keluarga besar Bapak Jonan. Udin memberi isyarat Bowo mendekat, ya Bowo turuti saja. Kemudian mulai memberi pernyataan, “Kowe sing gawe status keluargaku, hadapi aku, berani sekali sampai ada laporan dari tetangga-tetangga sekitarku!” Bentaknya keras langsung pada Bowo, meraih kaos dadanya jelas unjuk kekuatan. “Oh kalau itu salahku silahkan laporkan kepada yang berwajib Mas, saya punya alasan kuat soal isi status saya!” Bowo tak mau kalah gertak. Bowo boleh salah karena memang ia yang mengupdate status di akun medsosnya, boleh saja diperkarakan bahkan sampai tingkat undang-undang ITE. Tubuh tinggi besar itu makin sulit dihadapi Bowo saat memegang kaos di dadanya, jelas hanya ada kemarahan dari orang yang dari dulu tak pernah ada kata kompromi, memang tugasnya adalah sebagai algojo setiap kali dalam bentrok, berdarah dingin, sadis, kemungkinan memang psikopat. Kata-katanya menggelegar keras di telinga Bowo karena saking dekatnya, “Alasan apa lagi sudah jelas salah kowe! Mengganggu keluargaku terus, kurangajar!” Bowo sedikit menepis, sedikit menjauh seraya membantah, “Kan urusannya bukan cuma status di medsos, urusan lainnya sampean sekeluarga sendiri tidak pernah menyelesaikan.” Tiba-tiba Bowo merasakan sakitnya bagian pelipis kepalanya. Satu pukulan dari Udin menghunjam dalam jarak dekat tak bisa dihindarinya. Sakit sekali, menggetarkan seluruh syaraf tubuh dan sendinya, meruntuhkan segala kemampuannya, tak berdaya. Lagi-lagi semuanya terulang, ini seperti kejadian awal tahun 2013 dimana Bowo juga mengalami kerasnya pukulan tinju Udin yang memang kuat sekali. Saat itu bagian pundaknya yang kena, membuat dirinya tidak bisa lagi membalas karena rasa sakit yang sangat di seluruh tubuhnya. Andai saja Bowo orang cengeng ia bakalan merengek-rengek minta ampun. Tidak berdaya karena sudah terpukul Bowo tetap mengeras pada sikapnya. Perasaan ngeri jelas ada, sakit yang luar biasa, tapi lebih penting memberi penjelasan walau tetap tidak menguntungkan karena tidak pernah ada kompromi dari pihak Udin sang Algojo. “Silahkan sampean ke Polisi, sampean sulit sekali diajak bicara!” Udin tampaknya mulai beringas, pukulannya mengena itu sebuah kesempatan bagi dirinya yang sudah lama mengincar Bowo. Ibarat mangsa Bowo seperti tikus tertangkap kucing, bakalan dimainkan untuk memberi kepuasan kejiwaannya yang ganas. Bress!! Bowo tak melihat lagi kepalan tangan tinju Udin, hanya rasa sakit di kepalanya trauma kena bogem mentah lelaki ini mengenai sasarannya tanpa bisa menghindar. Oalah dimana ilmu Pencak Silat yang dimilik Bowo sih......Kok tidak bisa seperti kisah Kho Ping Ho yang selalu memilik iwekang, ginkang dll. “Sudah tahu salah, kowe ndemeni adikku, bikin status keluargaku, semua salah. Berani sekali menghina keluargaku ya hadapi aku!” Makin beringas Udin, satu kali senjata tajam dalam sarungnya dihunusnya, kilatan putih besi tajam dan dingin itu mengincar nyawa Bowo. “Apa hanya itu masalahnya, banyak sekali masalah dari sampean sekeluarga, bukan cuma urusan dengan adikmu itu saja!” Bowo tetap ngeyel tidak terima. Beberapa orang di sekitar kios jelas menonton tapi tidak ada yang datang, semuanya dari jarak jauh di seberang jalan. Juga orang tua penjual pecel lele kebingungan melihat Bowo diserang seperti itu, pikirannya malah lari jauh itu urusan hutang piutang. Oh ada yang datang itu seorang tua biasa jamaah masjid dari warga RT yang diketuai Udin. Tampaknya ia sendiri belum tahu apa-apa cuma datang melihat situasi tanpa bergerak apapun. Tapi Udin jelas kenal dan mengambil kesempatan, buktinya langsung ditunjuknya Bowo sebagai biang kerok keributan keluarganya. Bowo sendiri tahu sebenarnya inilah resiko terbesar berhadapan dengan Udin Cs. Mereka memang menghendaki dirinya berada di posisi salah dan warga sekitar yang diberitahu inilah yang akan menghakimi dirinya, dari dulu resiko seperti inilah yang dirasakannya dan selalu coba menghindarinya karena membuat nama dan kehormatannya jatuh....jatuh....bila terjadi ia pun tersingkir begitu saja. Orang tua yang datang ini sendiri nampak di mata Bowo memang membela Udin dan menguatkannya. Itu tampak dari Udin yang kemudian meraih kaos dadanya diperlihatkan pada orang tua tersebut, diketahui adalah orang yang dituakan warga sekitar karena menjadi anggota takmir masjid. “Ini orangnya yang bikin keluargaku terganggu selama ini, kesalahannya sudah jelas harus dihajar biar kapok!” Kata Udin kepada orang tua tersebut. Bowo tak mau diraih lagi kaosnya, segera mundur membuat Udin mengejarnya. Bowo terus mundur hanya di belakang kiosnya. Sementara orang tua tersebut mengikuti, tampaknya agak bimbang karena Bowo ini juga cukup dikenalnya, memang masih tetangganya satu RT. “Sampean ini sulit sekali diajak berunding, kalau saya salah silahkan laporkan ke Polisi Mas!” Bowo masih ngeyel. “Atau silahkan bikin surat pernyataan bisa kutandatangani, tidak apa saya disalahkan toh semua bisa diselesaikan dalam perundingan.” Seperti inilah Bowo ngeyel. Udin makin emosi, “Kalau cuma aku yang dijadikan status tidak apa-apa, ini seluruh anggota keluargaku dilibatkan sialan kowe!” “Lah masalahnya kan memang dengan keluarga sampean, secara pribadi aku tak bermasalah apa-apa dengan sampean!” Bowo terus berargumentasi. Hanya terasa kepalanya terbentur keras, demikian sakit, bahkan langsung menetes darah entah dari bagian mana Bowo tak tahu. “Saya NON KEKERASAN!” Bowo berujar mengangkat tangan tapi bukan menyerah, menerangkan prinsip setiap kali bentrok dengan anggota keluarga Bapak Jonan, sudah sejak tahun 2012.....ingat sejak tahun 2012 melalui SMS, puluhan bahkan ratusan kali. Bowo merasakan sakitnya kepala lagi yang sudah berdarah. Bahkan tersungkur jatuh serasa kesadarannya hilang walau coba bangkit kembali. Sementara Udin terus mengancam dengan menghunus senjata tajam mengincar nyawa Bowo. Akhirnya Udin berkata pada orang tua yang hadir menyatakan sesuatu, “Pak foto orang ini, bisa dijadikan bukti bahwa dialah pelaku pengganggu keluargaku,” katanya seraya menyerahkan HP pada lelaki tua tersebut. Orang tua tersebut menerima Hp tapi kebingungan, “Wah aku tak bisa memakai HP, ini bagaimana?” Bowo sendiri juga mengeluarkan HP, ganti dirinya yang hendak memotret adegan Udin membawa senjata tajam. Pikirannya sih pokoknya ada dokumentasi. Udin tampaknya tergeragap melihat kelakuan Bowo, segera meraih HP dari tangan Bowo, tentu saja Bowo tidak mau, tarik menarik segera terjadi. Udin yang makin marah, gagal merampas HP dari tangan Bowo segera meraih kaos Bowo seraya memukul lagi kepalanya. DES!!! Bowo yang makin merasakan kesakitan mulai tidak mampu mengontrol kata-katanya. Teriakannya melengking aneh karena tidak terima diperlakukan ganas dan keji oleh Udin. “Nggak!....Aku nggak mau!” Teriaknya seraya memberontak, terdengar suara, Bret....brebet....!!! Kaos Bowo robek karena selain berteriak tidak terkontrol juga mencoba menghindari Udin sejauh-jauhnya. Karena kaos robek lepaslah Bowo dati terjangan Udin, langsung menjauh dalam jarak dua puluh meter. Ketika menengok masih dilihatnya seorang tua yang kali ini tampaknya mencoba mencegah Udin mengejar dirinya lagi. Bahkan akhirnya mungkin dengan terpaksa orang tua itulah yang menyeret Udin agar menjauhi Bowo dan mungkin mengajaknya pulang. Bowo masih terkesima, dirinya sekali lagi lolos dari amukan Udin...... “Seperti itulah tingkat kebencian dan permusuhan keluarga Bapak Jonan padaku, sangat tinggi melebihi pelanggaran yang pernah kulakukan,” batinnya dalam hati. Bowo mengusap hidungnya yang ternyata mimisan akibat bogem mentah Udin, sudah tidak mengalir darah. Debar jantungnya masih keras dan tegang, ia waspada bila Udin berdua orang tua yang bersamanya tadi masih menunggunya di kios. Kepalanya berdenyut-denyut tanda adanya luka di kepala, oh hanya trauma tanpa ada robekan kulit di pelipis maupun pipinya. Berarti tidak parah, tapi juga tidak bisa diremehkan, soalnya pasti sampai beberapa hari akan terasa memar. Namanya terluka tak bakalan satu dua hari langsung sembuh bahkan bila berobat ke dokter sekalipun. Bowo akhirnya berjalan menuju arah lain mencapai kiosnya, dilihatnya di seberang jalan maupun warung pecel lele orang-orang memperhatikannya tanpa ada yang berani mendekatinya. Tampaknya tak mungkin mereka membela Bowo begitu saja, atau bingung harus berbuat apa karena Bowo juga tidak memperlihatkan kelemahannya. Hmmm Bowo melihat kaosnya yang sebenarnya dekil itu robek di bagian belakangnya karena mencoba menjauhi Udin. Makanya bagian kaos belakangnya yang robek, sedangkan di bagian depannya bersimbah darah karena pendarahan dari hidungnya. Ia menyadarinya saat terpukul tinju Udin tak bisa mendeteksi bagian mana yang berdarah karena harus mewaspadai tindakan musuhnya ini, juga membuat pernyataan bantahan sekuat tenaga tetap NGEYEL, wuih itu senjata utamanya seumur hidup. Bekas darah itu jelas bakalan menarik perhatian siapapun, sempat berpikir keras Bowo. Jelas bila pulang ke rumah kontrakannya bisa ketahuan bila dirinya baru berkelahi.....eeeehhh dihajar babak belur oleh Pendekar hebat Udin ketua RT. Ada kok kaos calon lap pembersih di kiosnya, itulah yang akhirnya dipakai Bowo pulang ke rumah kontrakan di seberang Ringroad selatan, berpapasan dengan tetangga kamar kosnya tanpa kecurigaan apa-apa, suksesnya Bowo di bagian ini ternyata. Mungkin tidak terlihat kulit wajah memar karena hari sudah agak gelap senja temaram. *** Hasil terbesar kasus Bowo adalah, “Akibat dari tindakan Udin menyerang diriku di kios, terbongkarlah semua kasus dari pihak keluarga Bapak Jonan terhadapku.” Bowo menyimpulkannya. Suasana masih tegang, Bowo saja di deretan kios eks kampus Stiekers harus menjelaskan perkara yang dihadapinya kepada tetangga samping kanan kirinya, begitu kerepotan menerangkan kejadian dan sebab akibat peristiwa yang terjadi dimana dirinya menjadi sasaran serangan Udin. Sesingkat-singkatnya karena tidak mungkin menceritakannya satu dua hari. Rata-rata orang menyalahkan Bowo dari tindakannya menyebarkan aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan di media sosial. Mereka menyatakan bila Bowo membiarkan saja apapun aksi-aksi anggota keluarga Bapak Jonan pasti selesai dengan sendirinya. Bila melakukannya Bowo mungkin adalah manusia ajaib, melebihi superhero. Karena dirinya adalah manusia biasa yang terdiri dari darah daging dan perasaan. Di sini Bowo yang sulit menyatakan bila berdiam diri dimanuver anggota keluarga Bapak Jonan. “Hebat banget, mungkin aku sudah jadi malaikat karena tahu aksi-aksi keluarga Bapak Jonan bakalan sia-sia terhadapku.” Sesuatu yang mustahil bagi Bowo. Tapi itulah pendapat orang-orang di sekitarnya, mungkin mereka memang tidak pernah mengalami kejadian-kejadian seperti yang dialaminya puluhan tahun ini. Bowo memaklumi hal tersebut, lagi pula ternyata orang-orang di kanan kiri kiosnya kemudian tidak berani lagi bertanya macam-macam pada Bowo, jadi mereka tidak ingin terlibat apapun dengan urusan Bowo walau menjadi tetangga usahanya. “Kalau aku berdiam diri saja terhadap aksi manuver seluruh anggota keluarga Bapak Jonan yang berunsur kesengajaan sangat tinggi dengan tujuan memprovokasi, menjebak dengan tingkat resiko bahaya begitu tinggi......hmmmm sepuluh tahun yang lalu aku sudah pulang kampung, KALAH PERKARA.” Dalam batin saja Bowo menyatakannya. Bowo masih menunggu, terutama bila konflik berlanjut. “Bila aku dinyatakan bersalah, akan datang perwakilan warga yang pasti memberi teguran padaku.......” Hal tersebut tidak terjadi sampai akhir bulan Agustus 2020. Begitu juga beberapa bulan kemudian, sampai November 2020. Bowo dibiarkan saja apa adanya. TAMAT SINOPSIS Kejadian demi kejadian dialami Bowo dalam konflik dengan keluarga besar Bapak Jonan, salah satunya tindak kekerasan yang dilakukan oleh Udin, ..............Bowo sendiri mengeluarkan HP, ganti dirinya yang hendak memotret adegan Udin membawa senjata tajam. Pikirannya sih pokoknya ada dokumentasi. Udin tampaknya tergeragap melihat kelakuan Bowo, segera meraih HP dari tangan Bowo, tentu saja Bowo tidak mau, tarik menarik segera terjadi. Udin yang makin marah, gagal merampas HP dari tangan Bowo segera meraih kaos Bowo seraya memukul kepalanya lagi. DES!!! Bowo yang makin merasakan kesakitan mulai tidak mampu mengontrol kata-katanya. Teriakannya melengking aneh karena tidak terima diperlakukan ganas dan keji oleh Udin. “Nggak!......Aku nggak mau!” Teriaknya seraya memberontak............ Bowo menyatakan betapa peristiwa yang dialaminya sebagai “Bayang-bayang Maya” karena tidak terjelaskan dan tidak selesai walau sudah mencapai klimaksnya di akhir tahun 2020. Hingga saat ini masuk tahun 2021 Bowo masih menyaksikan pergerakan aneh anggota keluarga Bapak Jonan yang dinyatakannya dalam berbagai tuduhan. Tapi untuk dirinya secara pribadi urusannya dengan keluarga ini berakhir jadi TAMAT lah kisahnya sementara ini. Kelanjutannya masih dalam dunia maya media sosial...... PROFIL PENULIS Saya Jusnu Juli Wibowo sebagai Author sudah tinggal di Yogyakarta masuk tahun ke delapan belas. Lumayan lama untuk sebuah perantauan di daerah lain. Memang sih tidak jauh dari tempat kelahiran Penulis. Purwokerto – Yogyakarta cuma berjarak 175 km masih dalam lingkup budaya Jawa jadi masih merasa di daerah sendiri. Mencoba tetap konsisten menulis inilah hasil karya fiksi penulis, semoga cukup berkenan bagi yang sudi membacanya. Menulis......menulis.......menulis walau cuma author amatir, jangan sampai berhenti deh. Hidup ini cuma sekali makanya bikinlah sebuah kenangan manis walau kenyataannya pengalaman menunjukan kita bukanlah seorang tokoh utama dalam alam semesta. Selamat berkarya.

No comments:

Post a Comment