Monday, September 11, 2017

Karya Tulis Tarung Jurus versi I



      TARUNG JURUS versi I
                                                         (Sebuah Karya Tulis)
Tulisan ini tidak bermaksud merubah jenis nomor Tarung Pencak Silat yang sudah berlaku baik itu dari IPSI, Kejuaraan Tingkat Nasional maupun Internasional. Bahkan bila ada kejuaraan terbatas dalam sebuah Perguruan maupun kejuaraan yang berunsur kedaerahan.
Tujuan Penulis adalah memperkaya nomor Tarung Pencak Silat sehingga makin menambah khasanah yang sudah diakui, mungkin bila disamakan dengan Tarung Derajat yang sudah resmi sebagai bela diri baru, tulisan ini tidak mencapai bentuk seperti itu. Tulisan ini hanya merupakan turunan dari nomor kejuaraan Pencak Silat.
Sumber-sumbernya berasal dari banyaknya teknik-teknik dalam kandungan jurus yang ada di Perguruan maupun Pencak Silat daerah di wilayah Nusantara agar tetap bisa dilestarikan. Akar masalahnya adalah Pencak Silat memiliki kekhasan di berbagai daerah dan Perguruan atau aliran yang tidak terakomodasi dalam nomor Tarung yang sudah diakui sebagai kejuaraan. Misalnya berdasarkan aliran, kedaerahan, komunitas, bahkan mungkin sebagai milik keluarga turun temurun.
Penulis mencontohkan diri sendiri atas latihan-latihan jurus yang dikoleksi, misalnya jurus satu yang dinamakan Jurus Teguh mengandung teknik sebagai berikut,
Dalam kuda-kuda kanan depan, PUKUL….tangkis kanan pukul kiri, Tendang kaki kiri lakukan teknik yang sama dengan di atas….TAHAN, Pelintir tangan kanan yang ditahan BESETdengan tangan kiri, kuda-kuda direndahkan….SIKUT kanan sambil majukan kaki kanan…PUKUL atas….
SELESAI
Ada teknik pukulan, tangkisan, tendangan, pelintir pergelangan tangan yang berarti tangan dalam keadaan terpegang lawan, beset berarti melepaskan diri dari kuncian lawan, sikut kanan sebuah teknik yang jarang ada di perguruan lain, dan sebagainya.
Teknik-teknik inilah yang ditekankan untuk bisa diperagakan dalam nomor Tarung gagasan Penulis.
Gagasan ini massih mentah dan baru terealisir dalam imaginasi, masih harus dijabarkan dalam praktek dan peragaan untuk diakui resmi sebagai nomor Tarung dalam sebuah kejuaraan, hal ini masih cita-cita terpendam hingga saat ini.
Penilaian utama adalah siapa Petarung yang berhasil melakukan teknik jurus terhadap lawan, Petarung tersebut berhak mendapatkan nilai (Poin) berdasarkan kriteria yang sudah diatur. Dari selisih nilai (Poin) yang didapat antar Petarung bisa diketahui seorang Pemenang dan Peringkatnya dalam sebuah Even Kejuaraan.
Anggap saja tulisan ini masih teori belaka. Walaupun begitu Penulis mencoba menelaahnya dengan fakta-fakta, yaitu latihan jurus yang rutin dilakukan harian selama ini.
Penulis berargumentasi nomor tarung ini untuk mengakomodasi Petarung yang lebih mengutamakan teknik sebagai perolehan nilai untuk kemenangan.
Alasan paling kuatnya menjadikan nomor tarung ini menjadi sebuah nomor tersendiri adalah adanya nomor seni yang merupakan penilaian jurus berdasarkan nilai estetika jurus dan kerapian teknik yang diperagakan. Jurus yang diperagakan harus juga bisa dipraktekan saat bertarung.
Penulis menganggap ada dua tipe Petarung pertandingan Pencak Silat. Maaf anggapan ini ada karena tidak didukung dengan pengamatan di lapangan. Tipe pertama adalah Petarung yang mengandalkan serangan keras biasanya berupa pukulan dan tendangan untuk menjatuhkan lawan hingga Knock Out.
Petarung ini memang berlatih dengan menu latihan seperti memukul sansak, menendang dengan sasaran benda keras, menyerang bagian tubuh yang lemah seperti kepala, perut bawah, leher dll. Selain itu biasanya Petarung tipe ini mengandalkan fisik sebagai penunjang meraih kemenangan.
Pertarungan selalu seru, keras lawan keras. Siapa yang lebih dulu mampu memasukan serangan ke bagian tubuh yang diincar menjadi poin (Nilai) atau bila tercapai lawan jatuh hingga tidak mampu memberikan perlawanan lagi (Knock Out).
Seorang Petarung yang berhasil meng KO lawan langsung menjadi Pemenang, dan bila tidak terjadi insiden KO tinggal dihitung selisih nilai serangan yang masuk sebagai kemenangan angka.
Untuk Petarung tipe ini Penulis mengusulkan nomor Tarung tersendiri yaitu TARUNG JURUS versi II.
Tipe kedua adalah Petarung yang mengandalkan teknik untuk mendapatkan Poin. Tipe Petarung ini berlatih teknik-teknik yang cukup rumit agar bisa diterapkan dalam pertarungan. Kemenangan diperoleh karena seorang Petarung memiliki banyak teknik serangan dan berhasil menyarangkannya pada tubuh lawan.
Penulis membayangkan sebuah masalah bila dua tipe Petarung diatas tersebut melakukan pertarungan, tentu akan terjadi kontradiksi. Sulit seorang Petarung tipe kedua melayani Petarung tipe pertama yang hanya mengincar tubuh menyerang sampai Knock Out.
Untuk itulah dibedakan nomor Tarung tipe pertama dan kedua.
Dalam kejuaraan Pencak Silat tak ada pembagian nomor tarung, kedua tipe Petarung bisa berjumpa saling kalah mengalahkan. Untungnya sasaran serangan dalam kejuaraan Pencak Silat sudah dibatasi hingga tidak mencolok adanya kedua tipe Petarung tersebut.
Dengan adanya aturan hanya boleh memasukan serangan ke bagian dada dan perut lawan maka kedua tipe Petarung tersebut hanya samar-samar keberadaannya. Apa lagi setiap Petarung dilindungi dengan kostum di tubuhnya menghindari cedera bila terkena pukulan dan tendangan.
Penulis tidak menyebut ini kelemahan di kejuaraan Pencak Silat, teruskan saja yang sudah ada karena sudah menjadi nomor yang diakui secara internasional.
Nomor Tarung yang digagas Penulis adalah penyesuaiannya dengan Jurus. Misalnya dari sepuluh jurus yang dilatih selain bernama juga terkandung banyak nama-nama tekniknya. Dalam jurus satu diatas sudah diterangkan.
Jurus-jurus lainnya makin banyak jumlah nama tekniknya, ada kelit, sempok, pukulan dobel, tendangan putar, sapuan, bantingan, giles, pancingan, dorongan kaki dll. Nah teknik-teknik dalam kandungan jurus inilah yang menjadi tujuan Penulis menjadi poin meraih kemenangan terhadap lawan.
Karenanya Penulis menamakan nomor ini sebagai nomor TARUNG JURUS versi I.
Jadi TARUNG JURUS versi I ini sesuai dengan tipe Petarung kedua yang lebih mengutamakan teknik hingga mengumpulkan nilai untuk meraih kemenangan.
Penulis mencontohkan diri sendiri.
Berlatih jurus puluhan tahun tidak pernah bertanding dengan siapapun, hasilnya pukulan dan tendangan tidak keras. Tubuh Penulis sendiri biasa saja karena berlatih lebih banyak sebagai hobi. Tapi kalau stamina lumayan masih bisa diandalkan untuk kegiatan lapangan.
Pencak Silat menjadi gaya hidup, menyesuaikan dengan latihan. Bila menghadapi masalah dengan orang lain mencoba mampu membatasi mana yang diprioritaskan dan berpikir logis. Dan yang jelas latihan jurus itu bermanfaat mengurangi naluri berkelahi, soalnya berlatih saja sudah capai apa lagi berkelahi sungguhan!
Pencak Silat menjadi seni budaya yang dikuasai Penulis sebagai penghayatnya. Jangan sampai budaya Melayu ini hilang ditelan jaman. Semoga Penulis cukup diperhitungkan sebagai pelaku budaya bidang bela diri ini.
Penilaian Nomor Tarung Jurus versi I
Penulis mulai menjabarkan detail gagasan karya tulis ini, bila disebut pencipta Tarung syukurlah. Bisa masuk Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) bukan benda, apa lagi bila Penulis sampai dinyatakan sebagai nama penciptanya.
Nomor tarung ini tidak mengubah peraturan yang sudah diakui secara internasional. Sampaipun pelindung badan masih tetap bisa diberlakukan. Begitu juga untuk arena pertandingan, tidak ada yang berubah.
Dua orang Petarung berada di arena matras saling berhadapan sesuai dengan kelasnya masing-masing. Untuk kelas Petarung Penulis cenderung memakai sistem lama yaitu,
Kelas Usia Dini- A B C Putera/Puteri
Kelas Remaja   - A B C Putera/Puteri
Kelas Dewasa   - A B C Putera/Puteri
Penulis menyukai bentuk kelas seperti ini untuk mendekatkan pada budaya sastra lisan Melayu yaitu Pantun. Pantun memiliki bait kata persamaan bunyi sebagai puisi yang begitu indah dengan tingkatan usia. Tingkatannya adalah pantun anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua (Pantun nasehat). Jika diterapkan dalam kelas Tarung Pencak Silat tentu menambah banyak perolehan pemenang dan kriteria prestasinya. Penulis lebih berkeyakinan menghidupkan Pencak Silat dengan dasar budaya setempat agar mudah dijadikan model pendidikan karakter Nasional.
Bentuk kelas-kelas pertarungan Pencak Silat seperti ini menyesuaikan dengan tradisi perguruan-perguruan yang sudah ada. Penulis berargumentasi bahwa Perguruan Pencak Silat termasuk sistem pendidikan kuno yang masih bertahan hingga era modern ini.
Saat masih berlatih di perguruan Penulis masih kecil menjadi tingkatan yunior, sistem perguruannya belum berkembang jadi setiap angkatan bisa menerima siswa segala usia. Rata-rata perguruan Pencak Silat di seluruh Indonesia adalah seperti ini. Jadi bila menjadi komunitas maka akan berkumpul dalam ragam usia, terkadang prestasi tidak terlalu ditonjolkan dalam perguruan tradisional, cukup loyalitas pada Guru besarnya saja.
Perguruan Pencak Sialt menjadi komunitas sendiri membentuk pengajaran dari seorang Guru Besarnya. Ada yang bertahan hingga sekarang seperti Cimande, Cikalong, Syahbandar dll. Banyak juga yang musnah tinggal cerita tutur saja, atau bahkan cuma legenda rakyat setempat saja.
*Coba pikir misalnya adanya legenda di daerah kelahiran Penulis yaitu Banyumas. Ada legenda Ksatria Kamandaka dengan kemampuannya menyaru sebagai Lutung Kesarung. Legenda tersebut selalu disertai bukti adanya benda cagar budaya dan klaim tentang desa-desa yang selalu menyatakan mereka adalah turunan dari tokoh tersebut.*
Dengan demikian jangan heran siswa-siswa perguruan dalam setiap angkatan tahunnya bisa terdiri dari anak-anak, remaja, hingga dewasa dan mungkin orang tua yang masih mencoba berolah raga untuk kesehatan. Perguruan juga tidak mutlak pelatihan bela diri saja, juga mungkin menjadi komunitas pengajian, seni pertunjukan, atau praktek asketik. Warga di dalamnya sering bergabung karena loyalitas dan keterikatan sebuah keluarga.
Cukuplah argumentasi Penulis tentang kelas dalam Tarung Jurus versi I ini, pendekatannya selalu budaya Melayu atau daerah setempat.
Nilai/Poin teknik Tarung Jurus versi I
-Pukulan                     - 1(Satu)
-Tendangan                 - 2(Dua)
-Menjatuhkan lawan   - 3(Tiga) terdiri dari, 1. Bantingan
                                                                      2. Kuncian
                                                                      3. Menggempur kuda-kuda lawan dll
Bentuk Teknik Pasif   :
-Menangkis                                                           - Poin 1(Satu)
-Melepaskan diri dari teknik menjatuhkan lawan - Poin 1(Satu)
Yang termasuk Teknik Pasif dalam jurus contohnya adalah Kelit, Giles, Melepaskan diri dari kuncian, bantingan, sapuan, cekikan di leher dll.
Bila itu berupa hindaran, elakan, sempok, pancingan dalam tarung terpaksa bernilai 0 (Nol) karena tidak bersentuhan tubuh antar Petarung. Biarpun begitu bila terjadi jenis teknik ini lihat segi estetika, etika, dan sportifitasnya. Nantinya rangkaian hindaran dan elakan yang berhasil diterapkan bisa mendapat kategori Keindahan sebuah pertarungan. Dan untuk kedua Petarung bisa mendapat kategori ini baik untuk yang kalah maupun yang menang.
Ingat dalam Tarung Pencak Silat menghindar, mengelak dari serangan memungkinkan cukup dengan menggeser langkah, merubah posisi kuda-kuda, membuang badan menjauhi lawan dll. Semua teknik itu ada dan mungkin terjadi dalam pertarungan karena berlakunya langkah/tapak sebagai ciri bela diri ini. Makanya bila terjadi teknik-teknik tersebut biarpun tidak bernilai tetapi bisa masuk kategori estetika, etika, dan sportifitas.
Pencak Silat adalah dua kata yang selalu dilakukan bersama-sama, jadi dalam tarung ini kedua Petarung wajib memperagakan estetika berupa langkah/tapak saat peragaan teknik jurus mencapai nilai (Poin). Langkah/tapak ini yang membedakan Pencak Silat dengan bela diri lain.
Dengan demikian segi sportifitas dan estetika selalu diterapkan bersama-sama. Makanya dalam sebuah even pertandingan nantinya ada kategori pertarungan yang tersaji paling indah dan sportif. Penghargaan ini diberikan untuk sebuah pertarungan baik bagi pemenang maupun Petarung yang kalah.
Peraturan Tarung
Untuk Wasit dan Juri Penulis mengadopsi peraturan Tarrung Etang. Begitu juga untuk pengaturan Ronde. Karena Pencak Silat berasal dari Indonesia untuk penanda ronde gunakan saja alat musik tradisional Nusantara, misalnya bunyi Bende (Gong) atau Bedug dll.
Seorang Wasit selain memandu pertarungan juga penentu mana serangan yang masuk sebagai Poin. Titik beratnya adalah keberhasilan seorang Petarung memperagakan teknik mencapai Poin.
Kejelian Wasit sangat diperlukan karena ia juga bertindak sebagai Pengadil. Diperlukan syarat Wasit pertandingan yang berkompeten dan netral supaya tidak memihak seorang Petarung.
Mungkin terjadi subyektifitas diri seorang Wasit. Hal ini karena Wasit berbeda penguasaan materi teknik sebagai Poin. Sedangkan Petarung berlatar belakang perguruan dan aliran yang sangat berbeda saat bertarung. Dalam hal ini penilaian Wasit tetap menjadi acuan semua pihak. Mungkin aliran-aliran atau latar belakang perguruan disesuaikan agar setiap Petarung bisa meksimal melakukan peragaan teknik yang dikuasai untuk meraih Poin sebanyak-banyaknya.
 Untuk itu seperti pada Tarung Etang, diperlukan Tiga Juri sebagai penilai dan penentu kemenangan seorang Petarung. Dua orang adalah Juri dari dua kubu masing-masing Petarung dan satu Juri netral agar terjadi selisih poin yang adil.
Setiap Wasit menyatakan berhasilnya sebuah teknik diperagakan seorang Petarung. Maka Wasit tersebut segera memberi Poin dengan pengesahan dari Tiga Juri pertandingan.
Wasit cukup melihat dua Juri menyatakan sahnya sebuah teknik diperagakan Petarung sebagai Poin. Misalnya tiga Juri diberi bendera merah dan biru untuk penanda Petarung berhasil melakukan teknik mencapai Poin (Nilai) dengan mengibarkannya ke atas.
Simulasi Tarung
Tujuan Penulis paling utama menciptakan/menyusun Tarung Jurus ini adalah agar terjadi peragaan teknik Jurus dengan modal dasar kecerdasan dan strategi. Selain juga kecepatan dan kecermatan Petarung, misalnya siapa paling cepat memasukan serangan.
Sesungguhnya Penulis dalam praktek sehari-hari hanya berlatih jurus. Satu rangkaian jurus adalah bentuk Tarung secara imaginasi. Serangan, tangkisan, kuncian berurutan, bila itu terjadi dalam Tarung sesungguhnya maka rangkaian teknik yang menjadi keberhasilan Petarung memperoleh poin maksimal bisa menjadi jurus Hak Milik.
Jadilah Petarung Jurus, teknik-teknik yang berhasil diperagakan akan menjadi abadi dalam bentuk dokumentasi, bahkan mendapat pengakuan oleh lembaga bela diri penyelenggara even kejuaraan.
Ini pemaparan Penulis dalam imaginasi,
Dua orang Petarung masing-masing bersabuk merah dan biru saling berhadapan. Dipandu seorang Wasit dua Petarung saling memberi hormat baik kepada lawan maupun kepada Juri dan Penonton di luar arena.
Begitu tanda ronde berbunyi,
Pertarungan dimulai dengan Wasit memberi aba-aba untuk segera masing-masing Petarung mengeluarkan kemampuannya. Tak lupa Pencak dengan Langkah-langkah harus diberlakukan kedua Petarung mengitari arena lingkaran sesuai aturan matras kejuaraan resmi.
“Langkah/Tapak adalah hasil kejeniusan suku-suku Nusantara sehingga menjadikan Pencak Silat berbeda dengan bela diri lainnya di dunia. Dengan langkah itu adalah membuka seribu jalan teknik-teknik menyerang, menangkis, mengunci menjadi rangkaian JURUS bermakna filosofis dan estetika.”
Kedua Petarung boleh mulai saling menyerang. Untuk teknik Pukulan dan Tendangan sudah jelas sasaran di tubuh lawan, ini menyesuaikan dengan kejuaraan Pencak Silat yang hanya boleh menyarangkan serangan di area dada dan perut di mana bagian tubuh ini dilindungi dengan rompi khusus.
Bentuk tarung akan terlihat ke arah mana jalannya. Apakah hanya saling serang menyerang dengan pukulan dan tendangan saja atau mengeluarkan teknik menjatuhkan lawan.
Bila seorang Petarung berhasil memasukan pukulan atau tendangan pada sasaran di tubuh lawan yang sudah ditentukan segera Wasit menyatakannya dengan menunjuk ke seorang Petarung sebagai perolehan Poin.
Dengan sendirinya pertarungan dihentikan sementara, walaupun begitu waktu Ronde terus berlanjut. Dihentikannya pertarungan dan Wasit menunjuk seorang Petarung memperoleh Poin juga memberi kesempatan kepada tiga Juri untuk mengesahkannya dengan mengangkat bendera merah atau biru.
Bila bendera yang dikibarkan sesuai dengan pernyataan Wasit berarti Poin tersebut Sah. Wasit cukup melihat dua dari tiga Juri yang mengibarkan bendera merah atau biru yang berkibar sebagai penentu telah disahkan.
Bila tiga Juri mengesahkan Poin seorang Petarung dengan pengibaran bendera sesuai warnanya maka berarti Poin mutlak.
Bila dua Juri mengesahkan Poin seorang Petarung dan satu Juri mengibarkan bendera sebaliknya Wasit tetap berpegang pada dua Juri yang mengesahkan keputusannya. Wasit melihat sudah cukup kuat teknik yang diperagakan Petarung sebagai Poin.
Bila hanya satu Juri yang mengesahkan keputusan Wasit dan dua Juri yang lain mengibarkan dua bendera merah dan biru, langsung Poin dibatalkan karena itu berarti masuknya serangan diragukan dua Juri penilai.
Bila tiga Juri mengibarkan bendera merah dan biru semuanya maka itu berarti tidak terjadi keberhasilan teknik peragaan sebagai Poin. Pertarungan diteruskan tanpa perlu memberi Poin pada kedua Petarung.
Poin yang sudah disahkan Wasit dan Juri diperlihatkan di papan pengumuman untuk menunjukan skor pertandingan. Jadi Penonton atau Suporter bisa melihat skor pertandingan seperti di kejuaraan volley atau bulutangkis.
Hal sebaliknya bila kedua Petarung lebih mengarah pada teknik menjatuhkan lawan sebagai kemenangan maka pukulan dan tendangan yang masuk boleh diabaikan. Satu gebrakan teknik menjatuhkan lawan diperagakan seorang Petarung dibiarkan sampai tercapai Poin atau tidak. Abaikan saja Petarung yang mencoba memukul atau menendang, lebih penting teknik menjatuhkan lawan yang terjadi itu tercapai diperagakan seorang Petarung.
Penulis percaya teknik menjatuhkan lawan selalu berupa rangkaian dari beberapa langkah, rangkaian gerak tangan, dan Petarung harus saling bersentuhan, kuda-kuda berubah karena gempuran serangan dll. Jadi untuk menilai teknik menjatuhkan lawan cukup rumit, peragaannya memerlukan kecerdasan, ketrampilan, ketepatan, strategi, posisi yang tepat, dan kecermatan tinggi dari seorang Petarung. Karenanya teknik menjatuhkan lawan yang berhasil diperagakan memiliki Poin tertinggi yaitu 3 (Tiga).
Supaya terbukti bahwa seorang Petarung memiliki kecerdasan, ketrampilan dan strategi untuk menang dalam sebuah pertarungan maka harus mencapai 10 Poin. Bagi seorang Petarung untuk mencapai sepuluh poin tentu harus melakukan berbagai variasi teknik serangan. Coba pikirkan saja sebuah pertarungan untuk cepat mendapatkan kemenangan seorang Petarung paling tidak melakukan teknik menjatuhkan lawan tiga kali ditambah satu pukulan atau tendangan, tentu itu tuntutan yang tidak mudah.
Pencapaian Poin sampai sepuluh (10) hanya contoh, setiap even kejuaraan berhak memberlakukan nilai sendiri berdasarkan kepentingan prestasi. Ini cuma karangan Penulis saja, Oke…
Dengan pencapaian nilai mencapai 10 sebagai pemenang maka Penonton atau Suporter pun cukup puas. Yang terjadi pertandingan menjadi adu kecerdasan dan ketrampilan serta sstrategi baik bagi Petarung yang menang maupun Petarung yang kalah. Apalagi bila seorang Petarung berhasil mencapai nilai 10 hanya dalam satu ronde, pujian jelas ditujukan pada Petarung tersebut.
Bagaimana kalau kedua Petarung berhasil mencapai draw 9 Poin. WOW…itu pertandingan yang seru sekali, mungkin terjadi jual beli teknik serangan. Untuk itu dilakukan penentuan sekali lagi siapa yang paling dulu berhasil menyarangkan teknik mencapai nilai 10 Poin, jadilah sebuah kejuaraan yang menarik.
Kalau sudah draw 9 : 9 kemudian ada Petarung berhasil memasukan serangan dengan nilai 3 tentu jumlah poinnya menjadi 12, tapi yang dua Poin hanya nilai tambahan. Nilai tambahan ini nantinya diperhitungkan saat penentuan peringkat dalam sebuah even kejuaraan.
Sistem pertandingan Tarung Jurus versi I ini sama dengan Tarung Etang yaitu sistem Kompetisi, jadi seluruh peserta pertandingan akan mendapat giliran untuk saling kalah mengalahkan. Untuk sistem kompetisi ini masih harus dijabarkan, Penulis melihat pada asaz keadilannya. Pada Tarung Jurus versi I ini titik berat penilaian pada teknik jurus, jadi insiden Knock Out atau terluka sebisa-bisa dihindari.
Teknik-teknik jurus perguruan, perorangan, komunitas, jurus bercorak kedaerahan, jurus ciptaan seorang Guru Besar, kreasi penghayat Pencak Silat dll, semua bisa dicobakan dalam even pertandingan Tarung Jurus versi I ini. Inilah tujuan Penulis yang tetap berlatih jurus walaupun hanya sekedar hafalan saja. Jurus bila dilatih seorang penghayatnya biarpun hanya mantan sebuah perguruan adalah HAK MILIK nya.
Penulis berkeyakinan,
“Seorang penghayat Pencak Silat tak pernah berlatih jurus Ia adalah Pendusta.”
Tulisan ini semoga bisa menjadi sumbangan gagasan dalam bela diri yang dihayati Penulis, AMIN.
Juga dengan terselenggaranya kejuaraan Tarung Jurus versi I ini mungkin seorang pemenang dengan peringkat atas memiliki dokumentasi atas perjuangannya. Teknik-teknik yang telah diperagakan sebagai Poin itu bila terus dilatihnya bisa menjadi jurus HAK MILIK mutlak karena ada bukti saat pertandingan, tentu sangat manis sebagai kenangan.
Ronde diperlukan untuk memberi waktu istirahat pada Petarung, bersiap-siap kembali masuk arena pertarungan, mengatur siasat dll. Jumlah ronde tidak mutlak diatur pokoknya bila ada seorang Petarung berhasil mencapai nilai 10 SELESAI. Satu rondepun tak masalah, jeda setiap terjadi teknik serangan masuk tidak menghentikan waktu ronde.
Hal ini memungkinkan dalam satu ronde bisa terjadi satu, dua, tiga kali gebrakan teknik serangan perolehan Poin. Syukur satu ronde bisa terjadi tiga teknik menjatuhkan lawan hingga setiap Tarung Jurus versi I ini idealnya diperlukan dua, tiga ronde saja.
Kemungkinan paling lamanya pencapaian nila 10 adalah empat lima ronde. Jadi selain enak ditonton juga menguji stamina Petarung yang berlaga, juga akan ketahuan penguasaan teknik seorang Petarung, misalnya teknik sapuan, bantingan, kuncian, gempuran kuda-kuda dll.
Dalam even kejuaraan bila sudah berakhir akan ketahuan peringkat-peringkat dari Petarung yang telah menyelesaikan pertandingan. Peringkat Petarung ini tahun-tahun mendatang makin matang dan diakui resmi biarpun hanya tingkat RT sekalipun…..He He He.
Dari nilai-nilai yang didapat peserta Tarung bisa ketahuan prestasinya. Penulis tak menjabarkan karena belum pernah dipraktekan, semuanya masih imaginasi Penulis belaka.
Dalam satu pertarungan akan terjadi sebuah teknik serangan masuk. Teknik-teknik ini pasti memiliki nama, nah Juri dari kubu Petarung yang berhak menyatakan nama teknik tersebut sebagai tema pertarungan.
Penulis percaya nama teknik dalam bahasa daerah ribuan jumlahnya. Mungkin tekniknya sama tapi nama di perguruan dan daerah berbeda. Siapa Petarung yang menang ialah yang mengabadikan nama teknik tersebut, jadi inilah penghargaan berdasarkan bentuk Tarung Jurus versi I ini tercapai.
Tujuan Penulis membuat gagasan Tarung Jurus versi I ini adalah penghargaan kepada Petarung, Pemenang, dan penghargaan pada peragaan teknik yang berhasil menjadi Poin. Makin sulit dan rumit teknik yang berhasil menjadi Poin itu menjadi perjuangan seorang Petarung. Makin sulit dan rumit sebuah teknik diperagakan bisa didokumentasikan.
Petarung yang menang maupun kalah tetapi berhasil memperagakan teknik jurus yang sulit dan seru tetap mendapat penghargaan. Jadi berlatih jurus bertahun-tahun tidak sia-sia walaupun tidak bernaung dalam perguruan manapun.
Tulisan ini masih berupa karangan Penulis belaka. Dalam penyajiannya masih harus dikuatkan dengan praktek, foto, video, testimoni orang-orang, pendapat atau bahkan kritik dari pembaca. Bila disebut pencipta tampaknya kurang sesuai, tapi pemikiran atau gagasan ini tetap menjadi Hak Kekayaan Intelektual atas nama Penulis.
Bila ada kejuaraan yang ternyata banyak memiliki persamaan dengan gagasan atau karangan tulisan Penulis ini, itu tetap menjadi hak even kejuaraan tersebut. Silahkan memberi nama berbeda agar tidak melanggar Hak Cipta Karya Penulis ini.
Karya tulis ini sekedar karangan, mencapai jurnal resmi apa Penulis tak tahu apa-apa. Penulis percaya banyak orang lain yang lebih berkompeten dalam bidang ini, semoga sumbangan Penulis ini bisa menjadi bahan perbandingan orang-orang yang sekiranya memiliki bidang yang sama dengan Penulis, menjadi penghayat bela diri Pencak Silat.
Selamat berlatih jurus dan teruslah menggalinya sampai mendapat gagasan atau ide tulisan dan praktek. Selamat bertemu kembali dalam artikel tulisan lain sesuai selera Penulis.
Wasalam.

No comments:

Post a Comment